Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan nikmat islam dan
iman, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah tauhid dengan judul “Karakteristik
Aqidah Islam” dengan lancar.kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa dan saran. Sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami sadar makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, karna minimnya pengetahuan
dan pemahaman yang kami miliki, oleh karena itu kami selaku penulis meminta maaf apabila
ada kekurangan dalam penyampaian informasi, ataupun kesalahan dalam tata dan tutur kata
kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................1

Daftar Isi .................................................................................2

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang...........................................................3
2. Perumusan Masalah...................................................4
3. Tujuan .......................................................................4

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Ilmu Akhlaq.............................................5


B. Bagaimana Pengertian Tauqifiyyah...........................9
C. Bagaimana Pengertian Ghaibiyyah...........................10
D. Bagaimana pengertian Shumuliyyah.........................

Bab III Penutup

A. Kesimpulan .................................................................14
B. Saran ...........................................................................15

Daftar Pustaka .....................................................................

2
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain.
Agama yang dapat menyelamatkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian.
Perpecahan dengan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.

Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruang lingkupnya sangat luas.
Untuk mengkaji secara rinci karakteristik ajaran islam perlu ditelusuri, mulai dari risalah
Allah terakhir dan menjadi agama yang diridhoi Allah, untuk dunia dan seluruh umat
manusia sampai datangnya hari kiamat.

Karakteristik yang dimiliki islam, yakni karakteristik ilmu dan kebudayaan, pendidikan,
sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu. Karakteristik ajaran Islam adalah
karakter yang harus di miliki oleh umat muslim yang berdasarkan dengan Al-Quran dan
Hadist dalam berbagai bidang ilmu, kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan,
politik, pekerjaan, disiplin ilmu, aqidah, dan berbagai macam ilmu khusus. Kedua sumber ini
telah menjadi pedoman hidup bagi setiap umat islam. Aspek-aspek sumber kehidupan ini
diberi karakter tersendiri dalam berbagai ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, kesehatan,
politik, pekerjaan, aqidah, dan disiplin ilmu untuk sepanjang masa.

Maka dari itu, kali ini kami akan membahas tentang karakteristik Aqidah Islam yang
meliputi Tauqifiyyah, Ghaibiyyah, dan Shumuliyyah. Pengertian Akidah sendiri ialah
keyakinan hati atau disebut dengan iman atas segala sesuatu.

3
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu Tauhid?
2. Bagaimana pengertian Tauqifiyyah?
3. Bagaimana pengertian Ghaibiyyah?
4. Bagaimana pengertian Shumuliyyah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ilmu Tauhid
2. Mengetahui pengertian Tauqifiyyah
3. Mengetahui pengertian Ghaibiyyah
4. Mengetahui pengertian Shumuliyyah

4
BAB 2

Pembahasan

1. Pengertian Ilmu Tauhid

Ilmu Tauhid adalah ilmu yang meneliti hal-hal yang menetapkan akidah agama
dengan dalil-dalil (bukti) yang nyata, sedangkan buahnya ialah mengetahui sifat-sifat allah
SWT dan rosul-Nya dengan bukti-bukti abadi. Ilmu Tauhid adalah pokok semua ilmu
agama yang paling utama, sebab bertalian erat dengan dzat allah SWT. Serta dzat rosul-
rosul allah SWT. Keutamaan suatu ilmu itu sangat bergantung pada keutamaan apa yang
diketahuinya. Ilmu tauhid dibawa oleh para rosul sejak zaman sayydina adam hingga
sayyidina muhammad. Ilmu Tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution
mengandung arti sebagai ilmu yang membahas tentang cara-cara mengesakan tuhan,
sebagai salah satu sifat yang terpenting diantar sifat-sifat tuhan lainnya. Selain itu ilmu ini
juga disebut sebagai ilmu ushul al din dan oleh karena itu buku yang membahas soal-soal
teologi dalam islam selalu diberi nama kitab ushul al din.

2. Pengertian Tauqifiyyah

Atau terbatas pada wahyu tidak ada tempat untuk pandapat dan ijtihad di dalamnya.
Hal itu karena Aqidah yang benar haruslah terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya,
karenanya rujukan dan asalnya juga harus sesuatu yang bisa di pastikan kebenaranya, dan
sifat seperti itu (dipastikan kebenarannya) tidak bisa ditemukan kecuali pada kitab Allah dan
Sunnah Rasulnya SAW yang shalih. Allah ta’alla berfirman :

Surat Thaha Ayat 123 ‫َقاَل اْهِبَطا ِم ْنَها َجِم يًعاۖ َبْعُض ُك ْم ِلَبْع ٍض َع ُد ٌّو ۖ َفِإَّم ا َيْأِتَيَّنُك ْم ِم ِّني ُهًدى َفَمِن اَّتَبَع ُهَداَي َفاَل َيِض ُّل‬
‫َو اَل َيْش َقٰى‬
Arab-Latin: Qālahbiṭā min-hā jamī'am ba'ḍukum liba'ḍin 'aduww, fa immā ya`tiyannakum
minnī hudan fa manittaba'a hudāya fa lā yaḍillu wa lā yasyqā
1

1
Harun Nasution, Islam Rasional, op, hal:59.
Alfandiy Sayyid Husain, aqidah Islamiyyah (Bandung, pustaka setia 1999)hal:11

5
Artinya: Kalau kelak datang kepada kalian hidayah dari-ku, maka barang siapa yang
mengikuti hidayah-ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.(QS. Thaha:123)

Maka Allah menjadikan keselamatan dan kebahagiaan dalam Aqidah dan selainnya
hanya pada apa yang Allah datangkan berupa Al Kitab dan As Sunnah. Dan barang siapa
yang mengikuti selain keduanya maka baginya kecelakaan yang nyata.
Karenanya semua perkara yang bersifat dugaan seperti qiyas, akal, anggapan baik eksperimen
tidak bisa dijadikan rujukan dalam Aqidah, apalagi kalau dia hanyalah khayalan dan khurafat
seperti mimpi-mimpi dan ucapan seseorang yang jahil.

Oleh karenanya, kita tidak di benarkan mengedepankan dan mendominankan peran


penalaran akal dan logika dalam beraqidah dan memahami aqidah islam. Karena
sebagaimana yang telah ditegaskan di muka bahwa,pada dasarnya aqidah tauqifiyyah yang
tidak terjangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia. Sehingga tindakan takalluf
(memaksa diri) dengan mengedepankan dan mendominankan peran logika di dalam masalah
aqidah merupakan tindakan bodoh yang merusak akal, membingungkan pikiran, dan
menyesatkan jalan keimanan.

Diantara contoh penyimpangan aqidah akibat sikap mengedepankan dan mendominankan


peran akal/logika, misalnya: pengingkaran terhadap takdir, pengingkaran terhadap Al-Hadits
atau As-Sunnah sebagai sumber ajaran islam, pengingkara terhadap sifat-sifat Allah,
pengingkaran terhadap kekalnya akhirat, pengingkara terhadap mukjizat, pengingkaran
terhadap karomah, pengingkaran terhadap tanda-tanda kiamat seperti dajjal dan yakjuj wa
ma’juj, pengingkaran terhadap syetan, dan lain-lain.
Maka, merupakan sebuah kewajiban syar’i (faridhah syar’iyyah) dan keniscayaan ilmu
(dharurah ‘ilmiyyah) bagi kita semua untuk tetap dan selalu berkomitmen menjadikan Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang shahih sebagai mashdar at-talaqqi, yakni sumber pertama dan
utama dalam pengambilan dan pemahaman aqidah islam, dan juga seluruh aspek ajaran islam
yang lain. Namun itu semua bukan berarti kita tidak menggunakan akal dan logika sama
sekali. Tidak, kita tetap harus menggunakannya. Namun kita wajib membatasi peran akal dan
logika di dalam bidang aqidah hanya dalam batas-batas ketetapan Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih.2

2
Sabiq, Sayid. TT. Al-‘Aqail Islamiyah. Beirut:Darul Fikr

6
Dan yang perlu dipahami dan diyakini, ini bukanlah pemasungan terhadap peran akal
yang merupakan salah satu anugerah Allah yang paling berharga. Namun sebaliknya ini
justru merupakan sebuah pemuliaan setinggi-tingginya bagi anugerah dan karunia istimewa
tersebut.

3. Pengertian Ghaibiyyah

Aqidah Ghaibiyyah(berkenaan dengan masalah ghaib). Kata Ghaibiyyah adalah kata yang
dinisbatkan pada kata ghaib yaitu apa yang tidak bisa di tangkap oleh pancaindera adalah
jendela akal dari memperoleh pengetahuan. Allah berfirman:

‫َو ُهَو اَّلِذ ي َأْنَش َأ َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَأْلْبَص اَر َو اَأْلْفِئَدَةۚ َقِلياًل َم ا َتْشُك ُروَن‬
Artinya: “Dan dialah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, pengelihatan, dan hati.
Sangat sedikitlah kamu bersyukur(Al-Mu’minun:78)

Karena itu apa yang tidak bisa di tangkap oleh pancaindra tidak dapat di nalar akal
kecuali hanya secara umum dengan menganalogikan yang ghaib dengan yang tampak oleh
pancaindra. Dengan cara ini kita dapat melakukan penalaran parsial, kemudian penalaran
parsial ini disinkronisasikan untuk menetapkan hukum-hukum rasional kolektif. Sebab tanpa
itu, setiap kita hanya dapat menalar, misalnya, rasa sakit yang menimpanya.

Ketika kita mengatakan bahwa salah satu spesifikasi aqidah islam adalah keghaiban, itu sama
sekali tidak berarti bahwa semua muatan aqidah bersifat ghaib dan tidak dapat di tangkap
pancaindra dan akal. Tetapi maksudnya adalah bahwa salah satu spesifikasi akidah islam
adalah bahwa ia percaya kepada apa yang ghaib seperti yang di firmankan oleh allah dalam
surat(Al-Baqarah:1-3)3

3
Sabiq, Sayid. TT. Al-‘Aqaid Islamiyah. Beirut:Darul Fikr

7
‫ۚ اۤل ّۤم‬

‫ٰذ ِلَك اْلِكٰت ُب اَل َر ْيَب ۛ ِفْيِهۛ ُهًدى ِّلْلُم َّتِقْيَۙن‬

‫ۙ اَّلِذ ْيَن ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباْلَغْيِب َو ُيِقْيُم ْو َن الَّص ٰل وَة َو ِمَّم ا َر َز ْقٰن ُهْم ُيْنِفُقْو َن‬

Artinya: “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirika sholat dan
menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”.

Di sini Allah menyatakan bahwa salah satu sifat yang paling menonjol orang-orang
yang beriman yang dijadikan sebagai pembuka kitab-nya yang mulia adalah beriman kepada
yang ghaib.

Iman kepada yang ghaib merupakan spesifikasi fitrah manusia. Penalaran terhadap
realitas fisik merupakan kemampuan yang dimiliki secara bersama oleh manusia dan
binatang. Bahkan penalaran metafisik sudah merupakan instink yang tertanam dalam fitrah
manusia. Inilah yang kini disebut dorongan keingintahuan. Di zaman ini kita menyaksikan
betapa tinggi nilai instink ini dimana ia telah menjadi faktor pemicu penemuan-penemuan
ilmiah, sehingga manusia modern dapat menikmati segitu banyak kekayaan alam.

Yang dimaksud dengan istilah ghaib dalam keimanan disini bukanlah “ghaib” versi
dunia dukun dan paranormal, yang dibatasi pada keghaiban alam jin saja, dan hanya terkait
dengan hal-hal yang selalu berbau klenik dan mistik. Namun yang dimaksud adalah istilah
ghaib menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang meliputi semua yang ada dibalik alam nyata,
yang tidak bisa di tangkap oleh kemampuan alam indra, manusia, dan bahkan tidak mampu di
jangkau oleh penalaran akal dan logikanya, sebagaimana yang telah terangkum dalam
prinsip-prinsip dan rukun-rukun iman. Dan yang paling utama tentunya keghaiban Allah
‘Azza Wa Jalla dengan segala yang terkait dengan-Nya sesuai ketentuan aqidah islam, seperti
tentang Dzat-Nya, Asmaa’ dan Shifat –Nya, dan lain-lain.4

Selanjutnya tentang keghaiban rukun-rukun iman yang lain, seperti keghaiban alam
malaikat (termasuk juga keghaiban alam ruh dan jin), keghaiban taqdir Allah, keghaiban hari
4
Sabiq, Sayid. TT. Al-‘Aqaid Islamiyah. Beirut:Darul Fikr

8
akhir dengan segala rincian dan kronologinya, yang mencakup antara lain: peristiwa-
peristiwa dahsyat hari kiamat, alam barzakh, nikmat dan adzab kubur, hari berbangkit, hari
hisab, surga, neraka, kekekalan kehidupan akherat, dan lain-lain. Dan bahkan rukun iman
kepada kitab-kitab dan rasul-rasulpun, sebagian besarnya juga bersifat ghaibi.

Secara kaidah, nilai dan manfaat iman di dalam konsep aqidah islam, adalah ketika
iman itu masih bersifat “iman bil ghaib” (iman kepada yang ghaib). Namun ketika hal-hal
ghaib yang wajib kita imani dalam kehidupan dunia ini, atau sebagainya, pada saatnya sudah
bukan merupakan hal ghaib lagi bagi kita atau bagi seorang, maka keimanan yang baru
terjadi saat itupun sudah tidak bernilai dan tidak bermanfaat lagi, sebagaimana pintu
taubatpun telah tertutup. Dan hal itu terjadi misalnya pada saat sebagian tanda besar hari
kiamat, seperti terbitnya matahari dari barat, telah tiba. Begitu pula seperti dalam kondisi
seseorang yang sedang mengalami naza’ atau sakaratul maut, karena saat itu teleh
ditampakkan padanya sebagian keadaan alam ghaib, yang semula tidak bisa dilihatnya, dan
tidak bisa dilihat oleh orang-orang hidup yang ada di sekelilingnya.

4. Pengertian Shumuliyyah

Arti shumuliyyah adalah integralitas dimensi subtansi dan aplikasi. Dimensi subtansi berarti
bahwa aqidah ini mempunyai persepsi yang integral tentang masalah-masalah besar manusia
dimana banyak manusia yang tersesat dalam mencari dan memahaminya seperti persepsi
tentang tuhan manusia, alam, dan kehidupan. Yakni aqidah yang lengkap, sempurna,
menyeluruh, komprehensif, dan integral.

Allah-lah yang menciptakan seluruh makhluk, mengaturnya dengan sistem yang sempurna,
sekaligus menentukan akhir bagi eksistensinya. Mencakup dan meliputi keselurukan pokok-
pokok,prinsip-prinsip, dan ruku-rukun keimanan dengan segala konsekuensinya, sebagai satu
kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, satu sama lain, atau satu dari yang lainnya. 5

Bila anda mencoba meneliti alam untuk menemukan celah-celah kelemahan dan
struktur penciptaannya, anda hanya akan meletihkan pandangan mata anda. Sebab anda tidak
akan menemukan sedikitpun dari apa yang anda cari. Alam dengan segala subtansinya adalah
salah satu saksi kebesaran dan keagungan ilahi.
5
Sabiq, Sayid. TT. Al-‘Aqaid Islamiyah. Beirut:Darul Fikr

9
Dalam alam besar itu manusia hanya merupakan salah satu ciptaan Allah. Tetapi
ciptaan terakhir ini telah di berikan kedudukan dan kehormatan tersendiri, yakni kemampuan
menggali dan memanfaatkan hasil-hasil bumi untuk kepentingan manusia. Namun demikian,
manusia tetaplah makhluk yang lemah yang tidak mempunnyai kekuatan apa-apa selain
kekuatan yang di berikan Allah-Tuhan semesta alam kepadaya. Maka diantara konsekuensi
ketuhanan Allah adalah keharusan manusia untuk tunduk dan menyerahkan diri kepada
Allah, melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya serta
mengatur kehidupannya dengan sistem agama Allah.

Allah adalah sembahan yang benar kepada siapa manusia harus mengerahkan seluruh
tenaga dan potensinya untuk nenunaikan ibadah dan mensyukuru nikmat-Nya yang tak
terhingga. Yaitu tuhan yang mempunyai semua sifat kesempurnaan, bebas dari segala bentuk
kekurangan dan apa saja yang bertentangan dengan kesempurnaan-Nya.

Allah berfirman: sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah mencitakan langit
dan bumi dan enam masa, lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy.

Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hannyalah hak Allah. Maha suci Allah,
Tuhan semesta alam.

Bersemayam di atas ‘Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imami, sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian-Nya. Maka hubungan manusia dengan alam adalah hubungan
pendayagunaan.

‫) اَّلِذ ي َخ َلَق اْلَم ْو َت َو اْلَح ياَة ِلَيْبُلَو ُك ْم َأُّيُك ْم َأْح َس ُن‬1( ‫َتباَر َك اَّلِذ ي ِبَيِدِه اْلُم ْلُك َو ُهَو َعلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬
‫) اَّلِذ ي َخ َلَق َسْبَع َس ماواٍت ِط باقًا َم ا َترى ِفي َخ ْلِق الَّرْح مِن ِم ْن َتفاُوٍت‬2( ‫َع َم ًال َو ُهَو اْلَعِزيُز اْلَغُفوُر‬
( ‫) ُثَّم اْر ِج ِع اْلَبَص َر َك َّر َتْيِن َيْنَقِلْب ِإَلْيَك اْلَبَص ُر خاِس ئًا َو ُهَو َح ِس يٌر‬3( ‫َفاْر ِج ِع اْلَبَص َر َهْل َترى ِم ْن ُفُطوٍر‬
)5( ‫) َو َلَقْد َز َّيَّنا الَّس ماَء الُّد ْنيا ِبَم صاِبيَح َو َج َعْلناها ُرُج ومًا ِللَّشياِط يِن َو َأْعَتْدنا َلُهْم َعذاَب الَّسِع يِر‬4
Artinya:” maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah
menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
Tuhanmu yang tidak seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat”.

10
Alam adalah punggung tempat manusia mementaskan fungsi khilafahnya, maka ia
ditundukkan untuk menjamin keberlangsungan fungsi tersebut. Tetapi keduanya adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah, yang menciptakan segalanya dengan sempurna dan
memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan makhluk-Nya untuk hidup dan bertahan hidup.6

BAB 3

Penutup

A. Kesimpulan

6
Taimiyah, Ahmad. TT. Majma’ah at-Tauhid. Beirut:Darul Fikr.

11
Tauqifiyyah adalah aqidah yang terbatas pada wahyu. Maksudnya aqidah yang benar
haruslah berdasarkan dengan Al-Quran dan terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya.

Ghaibiyyah merupakan aqidah yang berkenaan dengan masalah ghaib. Yang dimaksud
adalah ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera.

Shumuliyyah adalah aqidah yang mengembangkan apa yang sudah ada di bumi atau yang
sudah kita ketahui atau memanfaatkan apa yang sudah diciptakan oleh Allah untuk kehidupan
manusia. Seperti contoh mengembangkan alam dengan cara membuat kayu menjadi meja,
almari kursi dan lain-lain.

B. Saran

Dengan makalah yang kami buat, kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita khususnya pada pengertian ilmu tauhid dan karakteristik aqidah islam yang meliputi
aqidah Tauqifiyyah, aqidah Ghaibiyah, aqidah Shumuliyyah.

Daftar Pustaka

Sabiq, Sayid. TT. Al-‘Aqaid Islamiyah. Beirut: Darul Fikr.

Taimiyah, Ahmad. TT. Majma’ah at-Tauhid. Beirut: Darul Fikr.

Harun Nasution, Islam Rasional, op. Cit.

Alfandiy Sayyid Husain, Aqidah Islamiyah (Bandung, pustaka setia 1999)

12

Anda mungkin juga menyukai