Anda di halaman 1dari 19

Aplikasi terapi islam melalui ilmu tauhid dan ibadah

Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah psikoterapi islam

Dosen Pengampu : Husni ismail, MA

Disusun oleh :

BKI (Kelas E) Kelompok 8

1. Nursida (1841040366)
2. Novita safitri (1841040347)
3. Dias suci pratiwi (18410403)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, Sehingga kami masih diberi
kesehatan baik jasmani maupun rohani, Dan khususnya kami (penulis) dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “aplikasi terapi islam melalui
ilmu tauhid dan ibadah”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami
sebagai penulis tentunya bertujuan hanya untuk menjelaskan tentang point-point
di makalah ini, dan sesuai dengan pengetauan yang penulis peroleh, baik itu dari
buku maupun dari sumber-sumber yang lain. Semoga dengan disusunnya makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Kami mengharapkan saran dan
kritik yang membuat makalah ini semakin sempurna, Oleh karena itu, jika ada
kata-kata yang salah dalam makalah ini baik itu berupa tulisan dan isi kami
meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar lampung, 16 desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB 1 PEDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................4


B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Terapi tauhid..................................................................................5
B. Terapi ibadah.................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan
dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai
teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya
dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Terapi islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan al-
Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad s.a.w. atau secara empirik adalah melalui bimbingan
dan pengajaran Allah, Malikat-Malaikat-Nya, Rasul-Nya. H. Fuad Anshori juga
mengemukakan psikoterapi islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara
rohaniyyah yang didasarkan pada tuntutan al-Quran dan al-Hadis, dengan metode anlisi
esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak pada manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi tauhid
2. Apa yang dimaksud dengan terapi ibadah

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui maksud dari gangguan terapi tauhid dalam islam
2. Untuk Mengetahui maksud dari terapi ibadah dalam islam

4
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Terapi tauhid

a. Pengertian

Kata tauhid ialah mengesakan, berasal dari bahasa Arab (wahhada–yuwahhidu–


tauhidan). Jadi bertauhid artinya mengesakan Tuhan sebagai pencipta semesta alam, yang
tidak ada sekutu bagiNya dengan keyakinan yang bulat. Pendapat yang sama, bahwa
perkataan tauhid berasal dari bahasa arab, masdar dari kata wahhada, yuwahhidu. Secara
etimologis, tauhid berarti keesaan, i’tiqad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa;
tunggal; satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu keesaan Allah; mentauhidkan berarti ‘mengakui
keesaan Allah.

Secara tradisional dan sederhana, tauhid adalah keyakinan dan kesaksi an bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah. Pernyataan yang tampak negatif ini, sangat singkat, mengandung
makna paling agung dan kaya dalam seluruh hazanah Islam. Kadangkadang seluruh
kebudayaan, seluruh peradaban, atau seluruh sejarah dipadatkan dalam satu kalimat yaitu
kalimat tauhid . Tauhid mempengaruhi kehidupan manusia, dengan tauhid tidak mungkin
seseorang mempunyai pandangan sempit, karena ia percaya kepada yang menciptakan
langit dan bumi, pemilik seantero jagat, barat dan timur, pemberi rizki dan pendidik
mereka, tidaklah bisa ditemukan di alam ini sesuatu yang ganjil sesudah adanya iman,
karena segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milikNya. Tidak ada sesuatupun di
alam ini yang mampu merintangi dan membatasi rasa cintaNya.

Orang yang bertauhid, akan luas pandangannya, tidak suatupun yang menyempitkan dia,
sebagaimana tidak ada sesuatupun dari milik Allah yang menjadi sempit. Yang demikian
itu tidak mungkin didapat oleh seseorang yang menganut faham ketuhanan yang
berbilang, atau yang menganggap Allah SWT mempunyai sifatsifat seperti manusia yang
kurang dan terbatas, atau tidak percaya kepada Allah sama sekali.

Iman kepada kalimat tauhid melahirkan rasa bangga dan harga diri pada manusia, yang
tidak dapat dirintangi oieh sesuatu. la mengetahui, bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah
Pemilik yang hakiki dari segala kekuatan yang ada di alam ini, mengetahui bahwa tidak
ada yang memberi manfaat dan mudharat kecuali Dia, mengetahui bahwa tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan kecuali Dia, dan mengetahui bahwa tidak ada yang
memiliki hukum, kekuasaan dan kedaulatan kecuali Dia sendiri.Ilmu yang yakin ini

5
menjadikan dia tidak berhajat kepada yang lain selain pada Allah, dan mencabut dari
dalam hatinya rasa takut kepada yang lain dari padaNya. Maka tidaklah ia akan
menundukkan kepalanya di hadapan makhluk, tidak merendahkan diri dan mengemis
kepadanya dan tidak gentar karena kecongkakan dan kebesarannya. Sifat seperti ini tidak
mungkin dimiliki oleh seseorang manusia yang tidak bertauhid.

Tauhid memberikan implikasi praktis yang akan membentuk pengalaman keagamaan,


membentuk tiga prinsip utama yang mempengaruhi praktek, aktifitas atau kehidupan
masyarakat Islam. Ketiga prinsip tersebut adalah universalisme, totalisme dan kebebasan.
Identifikasi kehendak Ilahi dengan nilai-nila membebaskan nilai-nilai dari semua wujud
tertentu yang biasanya dianggap sebagai sumber nilai normatf nilai, seperti suku, ras,
tanah air atau kebudayaan, karena hanya Allah sajalah Tuhan, dan setiap wuju lain adalah
makhluk, dan kedua tatanan realitas ini saling tidak mencakup, maka semua makhluk
berkedudukan sama. Ini berarti keesaan Tuhan, yang dipahami sebagai kesatupaduan
kebenaran dan juga kesatupaduan nilai, berimplikasi bahwa nilai-nilai berlaku bagi
semua orang, dan dengan demikian, tidak tergantung pada semua orang, dan dengan
demikian, tidak tergantung pada semua orang, bahwa kewajiban moral dan kedudukan
etis, karena dinisbatkan kepada makhluk dalam kedudukannya sebagai makhluk, berlaku
bagi semua manusia.

Implikasi praktis kedua dari tauhid bagi masyarakat dapat didefinisikan sebagai
penerapan determinasi oleh masyarakat Islam dalam setiap bagian, aspek dan kepedulian
kehidupan manusia. Kehendak Tuhan atau nilai mencakup semua kebaikan dimanapun ia
berada, dan kebaikan jelas terdapat dimana-mana, bisa ditemukan dalam setiap kehidupan
manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat harus mengusahakan aktualisasi
kehendak Ilahi disemua front yang dapat dicapainya dan mempengaruhi kearah yang
lebih baik.

Implikasi praktis ketiga dari tauhid adalah prinsip tanggungjawab. Tanggungjawab


bersumber dari wawasan moral, yaitu persepsi nilai-nilai, kewajiban-kewajiban dan
larangan-larangannya dalam tata urutan yang semestinya. Karena manusia dapat dipaksa
untuk berbuat tapi tidak untuk mempersepsi, tanggung jawab moral memberikan
jaminannya tersendiri.

Jadi terapi Islam dengan ilmu tauhid terapi yang menegaskan tentang keyakinan akan
keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan
segala sesuatu yang ada di alam ini. Keyakinan seperti ini dalam ajaran tauhid disebut
dengan Rubūbiyyah. Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, kita dituntut untuk
melaksanakan ibadah hanya tertuju kepada Allah swt. Dengan kata lain hanya Allah yang
berhak disembah dan diibadati. Keyakinan ini disebut dengan Ulūhiyyah. Kedua ajaran
tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah) harus kita jadikan bagian dari hidup dan
6
kehidupan kita, dalam menghadapi berbagai keadaan, baik dalam menghadapi hal-hal
yang menyenangkan karena memperoleh nikmat atau dalam menghadapi hal-hal yang
menyedihkan, karena ditimpa oleh musibah.

b. Tujuan

 Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu tauhid termasuk


insan yang terbaik,
 Mendapatkan Syafaat dari ALLAH swt. pada hari kiamat kelak.
 dengan mengamalkan ilmu tauhid maka dia akan memperoleh ketinggian derajat
disurga.
 Orang yang mengamalkan ilmu tauhid akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat
 Sakinah (ketenangan) dan rahmat serta keutamaan akan diturunkan kepada orang-
orang yang berkumpul untuk mengamalkan ilmu tauhid.
 Membaca dan memahami ilmu tauhid tidak bisa disamai oleh kemewahan harta
duniawi.1
 Orang yang bertauhid, akan luas pandangannya, tidak suatupun yang menyempitkan
dia, sebagaimana tidak ada sesuatupun dari milik Allah yang menjadi sempit.
 Bagi ia yang mengamalkan ilmu tauhid akan diberi ketengan hati dan ketentraman
jiwa pada hidupnya.

c. Sasaran

Sasaran psikoterapi ini ialah seseorang yang belum menyakini akan adanya keesaan
Allah SWT. Sebagai tuhan yang telah menciptakan, memelihara dan menentukan
segala sesuatu yang ada di alam ini dengan demikian itu kita dituntut untuk
melaksanakan ibadah hanya tertuju kepada Allah yang berhak disembah dan
diibadati. Dengan cara memahami ilmu tauhid sehingga seseorang tersebut akan
berusaha mendapatkannya dengan cara mengikuti norma- norma atau aturan yang
berlaku baik itu buatan manusia maupun buatan Allah SWT. Orang yang memiliki
ketauhidan cenderung selalu melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupanya. Ia
akan selalu optimis menghadapi masa depan, tidak takut terhadap apapun dan
siapapun kecuali kepada tuhan, selalu senang dan gembira sebab merasa dekat dengan
tuhan dan yakin bahwa tuhan selalu bersamanya dalam setiap hal, rajin melakukan
ibadah dan perbuatan baik, dan sikap- sikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat
pula untuk masyarakat dan lingkungan. Tauhid memberikan pengaruh besar dalam
kehidupan manusia, setidaknya ada tiga hal yang akan dijelaskan pada bagian ini:
Pertama, perasaan dikasihi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
perasaan tersebut bisa berupa pemberian perhatian, pertolongan, serta rasa

1
Ibid., hal. 109

7
menghargai dari seseorang atasan untuk bawahannya. Keadaan ini akan membawa
dampak yang baik, namun apabila keadaan tersebut berjalan dengan sabiknya, maka
tentunya akan sangat menggangu kesehatan mentalnya.
Kedua, kebutuhan bagi setiap orang adalah perasaan ingin mendapatkan perlindungan
baik keamanan lahirnya maupun batinnya. Orang yang memiliki ketauhidan tinggi
cenderung memiliki wawasan yang lebih terhadap dalil- dalil Allah SWT. Mereka
akan mengetahui bahwa allah swt akan memberikan perlindungan terhadap orang
yang taqwa atau dalam artian dekat dengan allah.
Ketiga, penghargaan dari orang lain, seseorang akan berusaha mendapatkannya
dengan cara mengikuti norma- norma atau aturan yang berlaku baik itu buatan
manusia maupun buatan allah swt. Oran yang memiliki ketauhidan cenderung selalu
melakuan hal-hal yang baik dalam kehidupannya.

d. Indikator Keberhasilan dan Proses Terapi

Dari ilmu tauhid telah di informasikan berdasarkan ijtihad dari Nabi dan para Ulama
mengeni khasiat atau manfaat dari mengamalkan ilmu tauhid, namun perlu ditegaskan
kembali bahwa iman kepada Allah dan iman kepada ayat-ayat-Nya serta kesabaran
dan keikhlasan adalah bagian terpenting bagi kesembuhan. Yakin terhadap kekuatan
ilmu tauhid dan kebesaran Allah yang akan mengabulkan setiap doa yang kita tidak
mengetahui kapan doa itu dikabulkan sesuai kehendak-Nya.[5]

Penyakit yang bisa disembuhkan ilmu tauhid adalah berbagai macam penyakit ketika
mengenai pada bagian sel yang sakit, maka sel-sel akan menjadi lebih kuat melawan
penyakit dengan izin Allah. Bisa dikatakan ilmu tauhid mengandung obat segala
penyakit baik penyakit psikologi maupun penyakit biologis, sihir, gangguan jin
maupun penyakit lainnya. Karena keyakinan yang benar separuh dari obat penyakit.

Perlu diketahui bahwa yang paling mempercayai ilmu tauhid saat sedang sakit adalah
kita sendiri, karena berdasarkan penelitian terakhir bahwa suara orang sakit sendirilah
yang paling berpengaruh terhadap penyakitnya, inilah yang disebut Ruqyah Dzatiyah.
Jika tidak memungkinkan untuk membaca Al Quran, yang membaca berusaha untuk
memusatkan diri dan membayangkan serta yakin penyakitnya kan sembuh berkat
ayat-ayat dalam mengesakan allah. Tidak ada waktu khusus dalam praktek terapi
tauhid, kapan dan dengan posisi apapun bisa.

Orang yang bertauhid mengetahui dengan penuh keyakinan, bahwa tidak ada jalan
untuk mencapai keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan kesucian jiwa dan
amal saleh, karena ia beriman kepada tuhan yang Maha Kaya dan Maha Adil yang
bergantung kepadaNya segala sesuatu, yang tidak mempunyai hubungan
8
kekeluargaan dengan seseorang dan tidak seorangpun mempunyai campur tangan
atau urusan. Ketenangan hati dan ketenteraman jiwa ini, tidak mungkin didapat
dengan sesuatu kecuali dengan akidah dan tauhid.

Prinsip pengobatan dalam Islam :

o Memberikan keyakinan bahwa hakikat yang menyembuhkan penyakit adalah


Allah, karena Alah yang memberikan penyakit maka Allah pula yang
memiliki obatnya.
o Menggunakan obat atau makanan yang dihalalkan secara fisik maupun secara
hukum, hal tersebut akan membawa keberkahan dalam proses penyembuhan
pasien.
o Pengobatan yang tidak menimbulkan mudhorot
o Tidak bersifat tahayul, syirik maupun menggunakan bacaan mantra yang tidak
syar’i.
o Ikhtiar dan tawakal karena Allah yang memberikan ketentuannya untuk segera
menyembuhkan penyakit pasien atau tidak.
o Berwudlu terlebih dahulu
o Hadiahkan al Fatihah untuk Rasulullah
o Memberi stimulus untuk bertaubat atau menyadari kesalahan dalam diri
o Menciptakan sugesti untuk pasien untuk meyakinkan bahwa Allah yang
menyembuhkan dan terapi terapi tauhid adalah media untuk mendekatkan diri
kepada Allah agar supaya Allah ridhoi kesembuhan klien.

B. Terapi ibadah

a. Pengertian

Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’,
ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu
antara lain adalah. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para rasulNya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecin-taan) yang paling tinggi. Ibadah ialah sebutan yang mencakup
seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa
ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah
yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang)

9
dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). 2Sedangkan
shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan
badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

‫ق‬ُ ‫﴾ إِ َّن هَّللا َ ه َُو ال َّر َّزا‬٥٧﴿ ‫ون‬ ْ ‫ق َو َما أُ ِري ُد أَ ْن ي‬


ِ ‫ُط ِع ُم‬ ٍ ‫﴾ َما أُ ِري ُد ِم ْنهُ ْم ِم ْن ِر ْز‬٥٦﴿ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬
َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬
ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
ْ ْ
ُ‫ُذو القُ َّو ِة ال َمتِين‬

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-
Dazariyat/51 : 56-58]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia


adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan
Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka
menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya. Maka siapa yang menolak
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi
dengan selain apa yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah).
Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia


mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang
lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat,
puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak
yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya,
khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya,
sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap
nikmatNya dan takut dari siksaNya. Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku
seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa
yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah
jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-
beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika
disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan

2
Ibid., hal. 207

10
pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa
dikenal.

Jadi terapi Islam melalui ibadah adalah terapi yang dengan cara menunaikan ibadah
yang merupakan salah satu cara untuk menghapuskan dosa dan memperkuat ikatan
seorang mukmin kepada Allah SWT. dengan selalu mematuhi perintah Allah dan
menjauhi dari segala larangan-Nya. Dengan memperbanyak dan memperbaiki
kualitas ibadah kepada Allah, maka akan muncul sebuah harapan bahwa Allah dapat
mengampuni segala kesalahannya dan menyembuhan segala penyakit yang
dideritanya. 3

Terapi mental melalui ibadah ini lebih terlihat lagi dari ibadah salat. Melalui ibadah
salat terjadi suatu ikatan atau hubungan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya.
Dalam salat, seorang hamba dengan penuh harap dan kekhusukan memohan kepada
Allah agar ia selalu mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun
di akhirat. Perasaan seperti ini pada akhirnya dapat melahirkan kejernihan
spiritualitas, ketenangan hati dan keamanan diri dikala ia mengerahkan semua emosi
dan anggota tubuhnya kepada Allah. Pada saat salat juga setiap hamba dapat
sepenuhnya merasakan ketenangan jiwa dan akalnya punselalu terbimbing dengan
sempurna.

b. Tujuan

Tujuan dari terapi ini adalah agar terhindar dari berbagai masalah, apakah masalah
tersebut berkaitan dengan gejala penyakit mental (neurose dan psychose), sosial dan
spiritual, atau dengan kata lain agar masing-masing individu memiliki mental yang
sehat.

Jiwa/hati yang sehat (qalb al-salîm) adalah hati yang senantiasa bertawakkal,
bersyukur, sabar, tabah, rendah hati, rajin beribadah, warak, ikhlas, amanah dan
berjihad di jalan Allah SWT. Wahananya adalah zikir, taubat, cinta ilmu dan rindu
terhadap hidayah Allah. Dengan demikian, psikoterapi dalam perspektif bimbingan
konseling Islami adalah suatu usaha yang dilakukan konselor terhadap kliennya, agar
kliennya dapat keluar dari berbagai masalah, baik masalah kejiwaan, spiritual, akhlak
dan fisik, dan menyarankan kepada klien agar mereka dekat kepada Allah SWT.
melalui berbagai macam ibadah, seperti melaksanakan salat, menunaikan zakat,
puasa, haji, sabar, istighfar, zikir dan doa, berakhlak yang mulia serta menjauhi dari

3
Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 121

11
segala larangan-Nya. Dengan solat kita bisa memperoleh ketengan hati dan pikiran
dari segala masalah yang ada didunia ini.

Adapun tujuan terapi Islam melalui ilmu tauhid dan ibadah ialah sebagai berikut:

o Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmanniah dan


rohaniah, spiritual dan moral
o Menggali dan mengembangkan potensi essensial sumber daya
o Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan
etos kerja
o Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan
dalam kehidupan sehari-hari dan nyata
o Mengantarkan individu mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan essensi,
atau jati diri dan citra diri serta sang Khaliq.

c. Sasaran

Terhadap manusia yang meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta
melampaui batas. Kepada Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan
pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya
melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit,
yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di
toko, di bidang sosial, politik, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam
perkara-perkara kehidupan lainnya. Memang masjid mempunyai keistimewaan dan
harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup
seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid. Yang
bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim; yang
sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka
angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi
manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya. Padahal sebaik-
baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

Sasaran Atau Objek Terapi

Objek yang menjadi fokus penyembuhan, parawatan atau pengobatan dari psikoterapi
islam adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan dengan penggunaan pada :

1) Mental

12
Mental yaitu hubungan dengan pikiran, akal, dan ingatan. Misalnya mudah lupa,
malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil sutau
keputusan yang baik, picik, dan tidak memiliki kemampuan membedakan halal
dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat serta yang baik dan yang batil.
Mental yang sehat ditandai sifat-sifat, diantaranya; mempunyai kemampuan
untuk bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, konsep diri
yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya,
memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan batinnya selalu tenang.
Mental yang tidak sehat akan merasakan ketidaktenangan dan kebahagiaan.
Akan tetapi mental yang sehat, sebaliknya akan merasakan kebahagiaan.

2) Spiritual

Spiritual yaitu yang berhubungan dengan masalah ini. Semangat atau jiwa
religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesolehan, dan
menyangkut nilai-nilai transendental. Seperti syirik, nifak, fasik, dan kufur.
Penyakit batiniah atau spiritual ini sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati.
Karena ia sangat tersembunyi didalam diri setiap orang.
3) Moral (Akhlak)

Akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
perimbangan atau pemikiran atau sikap mental atau watak yang terjabarkan
dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya sebagai
ekspresi jiwa. Moral merupakan ekspresi dari kondisi mental atau spiritual. Ia
muncul dan hadir secara spontan, otomatis, dan tidak dibuat-buat, atau
direkayasa. Perbuatan atau tingkah laku itu kadangkadang sering tidak disadari,
bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama
dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti pemarah,
dengki, dendam, suka mengambil hak milik orang lain, pemalas, berprasangka
buruk, mudah putus asa dan sebagainya.

4) Fisik

Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi islam.


Kecuali memang kalau ada izin dari Allah. Akan tetapi ada kalanya sering
dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis seperti lumpuh, penyakit
jantung, liver, buta, dan sebagainya. Terapi fisik yang paling berat dilakukan
oleh psikoterapi islam, apabila penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa yang
telah dilakukan oleh seseorang seperti wajah dan kulit tampak hitam, luka
13
bahkan lebih kotor lagi seperti penyakit kulit (korengan, kudis atau bintikbintik
hitam), padahal mereka telah melakukan berbagai macam upaya agar dapat
sembuh dari penyakit-penyakit itu. tetapi tidak kunjung sembuh.4

d. Indikator Keberhasilan dan Proses Terapi

Dalam sarana ibadah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak pada
jiwa sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai
maqam keimanan atau akhlak Islami.5 Ada beberapa saran dalam ibadah yaitu :

1. Shalat adalah sarana tazkiyah dan merupakan wujud tertinggi dari ‘ubudiyah dan
rasa syukur. Shalat dapat membebaskan manusia dari sifat sombong kepada Allah
Tuhan semesta, dan pada saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada
jiwa denga memberikan dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan
mungkar.

2. Zakat dan Infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Dan menyadarkan
manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah. Oleh sebab itu,
kedua ibadah ini termasuk dalam bagian dari tazkiyah, “Yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkanya”.

3. Puasa Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan


kemaluan, sehingga dengan demikian ia termasuk sarana tazkiyah, “Diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa”. Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar
dari mulai terbit fajar sampai matahari tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu
melatih kesabaran dan mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan nafsu
duniawi.

4. Dzikir dan Pikir Membaca Al Qur’an dapat megingatkan jiwa kepada berbagai
kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir dan merupakan
sarana tazkiyah, “dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya,
bertambahlah iamn mereka (karenanya)”.

4
Abdul Mujib, Op. Cit, hal. 76

5
Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan Penyakit Ala Rasulullah),
(Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hal. 201

14
5. Mengingat Kematian Kadang jiwa manusia ingin menjauh dari pintu Allah,
bersikap sombong, sewenang-wenang atau lalai, maka mengingat kematian akan
dapat mengendalikannya lagi kepada ‘ubudiyah-Nya dan menyandarkan bahwa ia
tidak memiliki daya sama sekali, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat
penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu,
ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikiat-malaikat Kami itu
tidak melalaikan kewajibanya”.

6. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk
menanamkan kebaikan ke dalam jiwa sebagaimana perintah untuk melakukan
kebaikan, dan tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menjauhkan jiwa dari
keburukan sebagaimana larangan darinya. Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi
munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah, bahkan orang-orang yang tidak
memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran berhak mendapat
laknat. Demikian pula jihad karena ia merupakan bentuk pengukuhan kebaikan
dan pengikisan kemungkaran.6

Dalam melalui ibadah shalat seorang muslim dapat mengadukan masalahnya


secara langsung baik persoalan dunia maupun akhirat, jasmani dan rohani,
ataupun fisik dan psikis. Sebagaimana Allah memerintahkan dalam Al- Quran
surah al baqarah : 48 dan 153 yang bermakna agar hambanya senantiasa meminta
pertolongan melalui shalat dan sabar. Sebab sholat merupakan pintu komunikasi
dan dialog antara hamba dengan tuhannya. Sebagai media/mengatasi masalah
apapun yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah kesehatan mental, sperti
sedih, stress, frustasi, galau, kecewa atau sebagainya.

Di sisi lain shalat juga berarti dzikir (QS,Thah : 41) yakin ingat yang disertai
keyakinan kepada Allah sebagai sumber segala sumber dari segala persoalan
hidup dalam arti kata bahwa jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah maka
ingatlah kepada Allah yang akan memberikan jalan keluar lagi Segala persoalan
yang dialami. Maka dari itu Jika ada masalah segalanya Ingat kepada Allah
melalui salat maka pasti dia akan memberikan jalan untuk mengatasinya. Bentuk
dzikir/perbuatan (amaliyah) tergantung pada dimana dan dalam kondisi apa
seseorang berada dengan dzikir yang secara terus menerus dilakukan
kemungkinan jiwa setiap orang akan lebih terarah dan mengalami kondisi yang
lebih tenang, maka dari itu itu salat sebagai pangkal dari dan dzikir akan
6
Muhadi dan Muadzin, Op. Cit., hal. 209

15
melahirkan suasana yang lebih nuansif. Persoalan yang lebih mengemukakan
terletak pada salat yang bagaimana mampu menata kembali diri pribadi manakala
dihadapkan pada permasalahan kejiwaan lebih berat dan serius merongrong
ketahanan diri seperti tatkala ditimpa suatu ujian yang beragam banyaknya, seolah
hidup tidak berguna lagi maka salat sebagai makna ingat ( dzikir) dan
permohonan ( doa) harus dijadikan media dialog seorang hamba terhadap
Tuhannya nya atau masalah yang dihadapi laksana hubungan konselor dan
kliennya. Selanjutnya menghayati makna salat bagi kehidupan dengan memahami
lebih dengan kehidupan harus secara terus-menerus menjadikan bagian dari
rutinitas dan keseharian bahkan lebih jauh menjangkau semua aspek dari
kepentingan hidup manusia, maka salat harus dijadikan solusi disinilah letaknya
salat sebagai terapi dalam kesehatan mental/jiwa yang meliputi gangguan dan
penyakit mental yang kemungkinan terjadi pada diri sendiri atau orang lain
bahkan secara lebih luas pada keluarga, masyarakat bahkan bangsa di dunia ini,
juga masalah kemampuan perkembangan potensi diri manusia yang diberikan
oleh Allah yang setiap orang mengalaminya termasuk di dalamnya secara terus-
menerus mampu beradaptasi dengan diri sendiri orang lain dan lingkungan

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

terapi Islam dengan ilmu tauhid terapi yang menegaskan tentang keyakinan akan
keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan
menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Keyakinan seperti ini dalam ajaran
tauhid disebut dengan Rubūbiyyah. Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, kita
dituntut untuk melaksanakan ibadah hanya tertuju kepada Allah swt. Dengan kata lain
hanya Allah yang berhak disembah dan diibadati. Keyakinan ini disebut dengan
Ulūhiyyah. Kedua ajaran tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah) harus kita
jadikan bagian dari hidup dan kehidupan kita, dalam menghadapi berbagai keadaan,
baik dalam menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena memperoleh nikmat atau
dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan, karena ditimpa oleh musibah.

terapi Islam melalui ibadah adalah terapi yang dengan cara menunaikan ibadah yang
merupakan salah satu cara untuk menghapuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang
mukmin kepada Allah SWT. dengan selalu mematuhi perintah Allah dan menjauhi
dari segala larangan-Nya. Dengan memperbanyak dan memperbaiki kualitas ibadah
kepada Allah, maka akan muncul sebuah harapan bahwa Allah dapat mengampuni
segala kesalahannya dan menyembuhan segala penyakit yang dideritanya. Terapi
mental melalui ibadah ini lebih terlihat lagi dari ibadah salat. Melalui ibadah salat
terjadi suatu ikatan atau hubungan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Dalam
salat, seorang hamba dengan penuh harap dan kekhusukan memohan kepada Allah
agar ia selalu mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat. Perasaan seperti ini pada akhirnya dapat melahirkan kejernihan spiritualitas,
ketenangan hati dan keamanan diri dikala ia mengerahkan semua emosi dan anggota
tubuhnya kepada Allah. Pada saat salat juga setiap hamba dapat sepenuhnya
merasakan ketenangan jiwa dan akalnya punselalu terbimbing dengan sempurna.

17
DAPTAR PUSTAKA

Adz-Dzakey, Hamdani Bakran. 2008. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Al – Manar.

Mujib, Abdul. 2002. Nuansa – Nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Jalaluddin, 2008. Psikologi Agama, Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

M. Utsman Najati, 1997. Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i Usmani Dengan
Judul : Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka.

Muhadi dan Muadzin, 2009. Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan Penyakit Ala
Rasulullah). Yogyakarta: Mutiara Media.

18

Anda mungkin juga menyukai