Anda di halaman 1dari 137

PERAN KEBIASAAN ZIARAH KUBUR DENGAN PERILAKU

MAWAS DIRI PADA PEZIARAH MAKAM KIAI MAROGAN


MASYARAKAT KOTA PALEMBANG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Oleh:
Nama : Saada Afrianti
Nim : 1655200099

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2021
NOTA PEMBIMBING

Hal : Pengajuan Ujian Munaqosyah


Kepada Yth.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Raden Fatah
Di Palembang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah mengadakan bimbingan dan kami periksa serta diadakannya
perbaikan-perbaikan seperlunya, maka skripsi yang berjudul Peran Kebiasaan
Ziarah Kubur Dengan Perilaku Mawas Diri Pada Peziarah Makam Kiai
Marogan Masyarakat Kota Palembang yang ditulis oleh saudari Saada
Afrianti dengan Nim 1655200099 telah dapat diajukan dalam sidang munaqosyah
di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Palembang, November 2021
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdur Razzaq, MA Manah Rasmanah, M.Si


NIP. 197307112006041001 NIP. 197205072005012004

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Saada Afrianti


Nim : 1655200099
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
Judul : Peran Kebiasaan Ziarah Kubur Dengan Perilaku Mawas
Diri Pada Peziarah Makam Kiai Marogan Masyarakat Kota
Palembang
Telah dimunaqosyah dalam sidang terbuka Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Raden Fatah Palembang pada :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
ProgramStrata 1 (S1) pada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
Palembang, 2021
Dekan

Dr. Achmad Syarifudin, S.Ag., M.A


NIP. 197311102000031003

TIM PENGUJI
Ketua Sekretaris

Penguji I Penguji I

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Saada Afrianti
Nim : 1655200099
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Program Studi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Judul : Peran Kebiasaan Ziarah Kubur Dengan Perilaku Mawas
Diri Pada Peziarah Makam Kiai Marogan Masyarakat
Kota Palembang
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :
1. Seluruh data, informasi, interprestasi, pembahasan, dan kesimpulan
yang disajikan dalam skripsi ini kecuali yang disebutkan sumbernya
adalah hasil pengamatan, penelitian, serta pemikiran saya dengan
pengarahan pembimbing yang ditetapkan.
2. Skripsi yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademis, baik Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Raden Fatah Palembang maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apablia
dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan di
atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar
akademik yang saya peroleh melalui pengajuan skripsi ini.
Palembang, 2021
Yang membuat pernyataan

Materai

Saada Afrianti
NIM. 1655200099

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharab balasan.


Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita”
(Habib Syekh AA)

(PM)
PERSEMBAHAN
Skirpsi ini kupersembahkan kepada

 Ayah dan ibu ku yang tercinta dan tersayang, ayah Basri terimakasi

atas doa dan kasih sayang yang selalu walapun dibatas jarak dan

waktu, serta ibuku Siti Hawa terimakasih sudah mendidikku seperti

ini. Skripsi ini aku persembahkan untuk kalian sebagai bakti ku

untuk membanggakan, mengangkat derajat dan martabat nama ayah

dan ibu.

 Saudaraku satu-satunya Muhammad Hasan terimakasih atas doa dan

dukungan yang berikan selama ini.

 Untuk acikku Mahani sebagai orang tua keduaku yang selalu

mendampingiku dalam kesusahan dan selalu membantu tenaga,

pikiran maupn materi.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan ini memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kebiasaan Ziarah Kubur Dengan
Perilaku Mawas Diri Pada Peziarah Makam Kiai Marogan Masyarakat Kota
Palembang”. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yanng
selalu setia dan istiqomah hingga yaumil akhir.
Skripsi ini di buat sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Strata1 (S1)
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Bimbingan Penyuluhan
Islam di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Dalam penulisan
skrispi ini penulis menyadari sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki
kekurangan yang tentunya dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna atau yang diharapkan.
Dan tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terutama kepada dosen pembimbing yang bersedia meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran yang bersifat positif dalam mengerjakan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran pahala yang besar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga
kepada :
1. Yth. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si, selaku Rektor UIN
Raden Fatah Palembang.

v
2. Yth. Bapak Dr. Achmad Syarifudin, S.Ag., M.A, selaku Dekan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang.
3. Yth. Ibu Manah Rasmanah, M.Si dan Yth. Ibu Suryati, M.Pd selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi, pengarahan, dan
nasihat selama ini kepada penulis.
4. Yth. Bapak Ainur Ropik, S.Sos.I,M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
perkuliahan ini.
5. Yth. Bapak Dr. Abdur Razzaq, MA selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa memberikan ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyusunan
skripsi penulis.
6. Yth. Ibu Manah Rasmanah, M.Si selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa memberikan ilmu, waktu, bimbingan, dan bantuan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Yth. Bapak Mgs Memet Ahmmad SE terimakasih banyak telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Kedua orang tuaku, kakakku yang telah memberikan semangat,
motivasi serta menghibur untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Kalian
adalah alasan terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku sekaligus saudaraku Rokaya Juliani, Seti Juniati,
Sarah Julia terimakasih banyak atas bahagia dan sedihnya serta
bantuan-bantuan baiknya semoga Allah memudahkan urusan kalian dan
membalas kabaikan kalian dengan yang lebih banyak.
10. Tema-temanku sekaligus sahabatku Serly Putri Sagita, dan Siti
Rohaya, terimakasih banyak atas bantuan dan semangat dari kalian.
11. Sahabat-sahabat terbaik selama SD, SMP, SMA, Magang, PPL, dan
KKN yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas
segalanya, semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan yang lebih
banyak.

vi
12. Sahabat-sahabat BPI D Angkatan 2016. Terima kasih sudah
membersamai selama ini, terima kasih telah sedia mengenalku. Aku
bahagia mengenal kalian dalam suka dan duka. Semoga Allah
membalas kebaikan-kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih
banyak. Sukses semuanya.
13. Almamater UIN Raden Fatah Palembang kebanggaanku
14. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
skripsi ini, semoga segala amal dan kebaikan yang telah diberikan dapat
bernilai pahala disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Aamiin.
Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki, untuk itu penulis berharap agar pembaca berkenan memberikan
saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini
dapat menjadi reverensi,dan motivasi kepada mahasiswa dan juga
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Allahuma Aamiin.

Palembang, 2021
Penulis

Saada Afrianti
Nim. 1655200099

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

NOTE PEMBIMING .................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Batasan Masalah ...................................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 8

F. Sismtem Penulisan Skripsi ....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 10

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 10

B. Landasan Teori .......................................................................................... 13

1. Kebiasaan ziarah kubur ........................................................................ 13


viii
a. Pengertian Kebiasaan ...................................................................... 13

b. Pengertian Ziarah Kubur ................................................................. 14

c. Dasar-Dasar Ziarah Kubur ............................................................... 17

d. Kebiasaan Ziarah Kubur Dalam Pandangan Islam ......................... 19

e. Kebiasaan Ziarah Kubur Di Indonesia ............................................ 34

f. Aspek Yang Mendukung Kegiatan Ziarah Kubur ............................ 40

2. Mawas Diri ........................................................................................... 47

a. Pengertian Mawas Diri ..................................................................... 47

b. Pengertian Mawas Diri Menurut Para Ahli ...................................... 50

c. Aspek-Aspek Mawas Diri ................................................................ 52

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mawas Diri ............................. 56

e. Mawas Diri Menurut Islam Dan Psikologi ....................................... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 64

A. Metodologi penelitian .......................................................................... 64

1. Pendekatan/Metode Penelitia ........................................................... 64

2. Data dan Jenis Data .......................................................................... 65

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 66

4. Lokasi Penelitian .............................................................................. 72

5. Teknik Analisis Data ........................................................................ 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 75

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 75

B. Deskripsi dan Analisis Data ................................................................. 87

C. Pembahasan .......................................................................................... 103


ix
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 111

A. Kesimpulan .......................................................................................... 111

B. Saran ..................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 pedoman Observasi gambaran ziarah kubur .................................... 67

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ...................................................................... 68

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Terhadap 4 Subjek Yang Ada Di Lingkungan

Makam Kiai Merogan Untuk Mengetahui Kebiasaan Ziarah Kubur

Yang Dilakukan .............................................................................................. 89

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Dengan 4 Subjek Untuk Mengetahui Perilaku

Mawas Diri Masyarakat Kota Palembang Di Makam Kiai Merogan ............. 95

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Dengan 4 Subjek Untuk Mengetahui Peran Kebiasaan

Ziarah Kubur Dengan Perilaku Mawas Diri Masyarakat Kota Palembang Di

Makam Kiai Merogan ..................................................................................... 100

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Peta Silsilah Kiai Marogan ............................................................ 87

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bedug Asli Masjid Kiai Muara Ogan ......................................... 81

Gambar 4.2 Ruang Utama Masjid Kiai Muara Ogan ...................................... 82

Gambar 4.3 Makam Kiai Mara Ogan ................................................................... 82

xiii
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Kebiasaan Ziarah Kubur Dengan Perilaku


Mawas Diri Pada Peziarah Makam Kiai Marogan Masyarakat Kota Palembang.”
Tujuan untuk untuk mengetahui kebiasaan Ziarah Kubur, perilaku mawas diri dan
peran ziarah kubur dengan perilaku mawas diri masyarakat kota Palembang. Jenis
penelitian ini penelitian lapangan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian yaitu
juru kunci, pejaga makam dan masyarakat kota palembang yang berziarah. Lokasi
penelitian berada di jalan inklaring kertapati kota Palembang. Teknik
pengumpulan data ialah obervasi, wawancara, dan dokumen. Halis penelitian ini
adalah peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada peziarah
makam Kiai Merogan masyarakat kota Palembang meliputi sosok Kiai Merogan
sudah dikenal sebagai tokoh penyebaran Islam di Sumatra dan juga dipercayai
sebagai orang suci atau wali. Pada peziarah melakukan ziarahnya sudah berulang
kali sampai tidak dapat menghitungnya sudah menjadi suatu kebiasaan yang
dilakukannya seperti berwudhu mengucapkan salam kepada ahli kubur dan
mengirim fatihah, membaca surat yasin, thalil, dan doa. Para peziarah makam
Kiai Merogan merupakan orang-orang yang memiliki mawas diri dari kegelisahan
atau kecemasan, terhindari dari putus asa, bahagia dalam menjalani hidup,
memiliki cita-cita yang jelas, dan selalu sabar ketika sedang mendapatkan
musibah serta selalu meminta pertolangan Allah untuk mengatasinya. Ada juga
mereka yang mengatakan bahwa setelah melakukan ziarah hati dan pikiran
menjadi tenang, tentram, dan jernih. Hal ini demikian karena hakikatnya ziarah
kubur itu melakukan wudhu, berdzikir dan berdoa, membaca Al-Quran dan
mengingat mati, kesemuannya itu dapat menghantarkan perilaku mawas diri
seseorang menjadi dirinya.

Kata kunci: Kebiasaan Ziarah Kubur, Mawas Diri

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Awal mula perkembangan Islam di mana Rasulullah SAW melarang umat

Islam untuk tidak melakukan ziarah kubur dikarenakan untuk menjaga akidah

umat Islam, di mana Rasullalah SAW khawatir jika ziarah kubur disalah

gunakan umat islam bukan menyembah Allah S.W.T, melainkan menyembah

Kubur. Seiring waktu berjalan wawasan umat Islam sudah cukup luas dan

akidah umat Islam kuat dan bisa membedakan mana perbuatan syirik dan

Rasullalh SAWA membolehkan umat Islam melakukan ziarah kubur untuk

mengingat kan akan kematiannya. 1 Tujuan dari ziarah kubur iaitu untuk

mendoakan ahli kubur dan sebagai mengingat kepada peziarah bahawa

sebagai pelajaran (birah) bagi peziarah bahawa hidup di dunia hanya

sementara dan peziarah segera mendekatkan kepada Allah S.W.T.2

Pada masa modern ini masih banyak masyarakat melakukan ziarah ke

tempat orang soleh atau wali untuk mendoakan mereka ada pun sebagaian dari

masyarakat awam memohon doa kepada rauh yang dianggap keramat yang

bisa mengabulkan permintaan. Hal ini terjadi dikarenakan keyakinan dalam

diri masyarakat bahawa makhluk Allah SWT yang shalih memiliki hubungan

1
Ubudiyah, tradisi ziarah kubur, https://islam.nu.or.id/post/read/8187/tradisi-ziarah-kubur
Diakses tanggal 14-maret 2020.
2
Munzir al- musawa, kenaliilah aqidahmu, (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2007), h.65.

1
2

erat dengan Allah.Tetapi seiring perkembangan zaman ziarah kubur bukan

hanya sekadar sebuah ritual keagamaan untuk mendoakan jenazah, atau

mengingat akan kematian, namun menjadikan sebuah tradisi di kalangan

masyarakat mempercayai bahawa ziarah kubur di jadikan tempat keramat

yang bisa mengabulkan permintaan tanpa mengingat atas izin Allah SWT.

Pada pandangan Islam bahawa Rasulullah mengajarkan dalam melakukan

ziarah kubur, hendaknya dapat mengambil pelajaran karena kubur merupakan

akhir dalam perjalanan manusia bukan meyembang kepada ahli kubur. Umat

manusia dilarang menyembah selain Allah SWT. Allah Subhanahu wa Ta’ala

telah menjelaskan didalam kitab suci Al-Qur’an pada surat At Taubah ayat 84

yang menerangkan janganlah kamu sekali menyembah siapa pun. Allah

Subhanahu wa Ta’ala berfirman sebagai berikut:

Artinya:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan
fasik.”
(Q. S. At Taubah 9:8)3

3
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:diponegoro,2010), h.
188. Lihat Razzaq, A., & Haryono, A. (2007). Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni
dalam kitab rawaiu’ al-Bayan. Wardah, 18(1), 48-59.
https://doi.org/https://doi.org/10.19109/wardah.v18i1. 1432
3

Kebiasaan ziarah kubur ini terjadi bukan di Indonesia saja tetapi di kota

Palembang ini masih banyak yang melakukan kebiasaan ziarah kubur ke

makam seorang kiai atau wali. Ada salah satu makam seorang kiai bagi

masyarakat Palembang yaitu makam Kiai Marogan banyak masyarakat

melakukan ziarah kubur di makam tersebut berbagai macam ada yang

mendoakan Kiai, berniat dan meminta restu. Masyarakat yang datang tidak

hanya orang asli Palembang tetapi ada juga orang daerah Batu raja, Empat

lawan dan Prabumulih bahkan menjadi objek wisata religi bagi luar kota

lainnya. Hingga saat ini masih ramai dikunjungi orang setiap hari yang paling

ramai pada hari Jumaat dan minggu kalangan yang datang baik dari orang

awam mahupun ulama., baik rakyat biasa mahupun pejabat.4

Kiai Muara Ogan atau Kiai Marogan, nama lengkap beliau

iaitu Masagus Haji Abdul Hamid bin Mahmud Alas Cek Kanang, lahir di

kampung Karang Berahi pada fajar hari tahun 122 H atau tahun 1811 M, dari

seorang ayah bernama Masagus Muhmud Alas Cek Kanang ibundanya

seorang wanita Siam (Cina) bernama Verawati. Masagus Abdul Hamid atau

Kiai Marogan ini mempunyai seorang saudara laki-laki, yang bernama Kiai

4
Observasi awal di sekitara makam Kiai Merogan Kecamatan Kertapati Palembang, 29
Januari 2020.
4

Masagus Haji Abdul Aziz atau disebut juga Kiai muda, dijuluki Kiai muda

karena lebih muda dari Kiai Marogan.5

Kiai Marogan adalah salah satu ulama besar di kota Palembang pada saat

itu Kiai Marogan memiliki keinginan untuk membangun masjid untuk

mempermudah umat Islam untuk beribadah. Beliau juga salah satu seorang

penyebar Islam di kota Palembang. Kiai Marogan juga termasuk seorang

wali, yaitu satu tingkat dari seorang Kiai akan tetapi para wali ini biasanya

dianugerahi Allah SWT dengan berbagai “Karomah” yang tidak bisa diterima

dengan akal atau logika.6

Karena dianggap salah satu seorang wali banyak masyarakat datang ke

makam Kiai Marogan dengan motivasi dan tujuan yang bermacam-macam

dan banyak masyarakat mengunjungi makam Kiai marogan lebih dari sekali

sudah menjadi rutinitas pokok yang harus masyarakat lakukan. Pada dasarnya

ziarah kubur iaitu sebagai Syiah Islam karena dapat mengingat kan seseorang

tentang kematian dan agar umat islam meningktkan ibadah dan ketakwaan

untuk akhirat.

Manusia di dalam kehidupan sehari-hari sebagai hamba Allah S.W.T

membuktikan dan mengamalkan keyakinannya tersebut baik secara

dzahiriyah mahupun bathiniyah agar menjadi Insan al- Kamiil. Untuk itu,

perlu pemahaman lebih spesifik dan mendalam. Jika seseorang itu mengakui

5
Mgs. H. Memet Ahmad, Buku Sejarah, (Palembang: Dinas Kebudaya &
Pariwisata2007), h. 1
6
Ibid , h. 8.
5

keberadaan-Nya dengan cara mawas diri maka kesadaran terhadap segala

perbuatan selama hidup mengingat akan kematian.

Didalam Islam, umat manusia harus memiliki mawas diri agar mengingat

akan kematian Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan didalam kitab

suci Al-Qur’an pada surat Al –Hasyr ayat 18. Allah Subhanahu wa Ta’ala

berfirman sebagai berikut:

ْ ُّ َ َ َ ۡ َ َ َ َ ٞ ۡ َ ۡ ُّ َ ۡ َ َ َ ْ ُّ َ ْ ُّ َ َ َ َ َ ُّ َ ََٰٓ
‫يأيها ٱل ِذين ءامنوا ٱتقوا ٱلل ولتنظر نفس ما قدمت ل ِغدٖۖ وٱتقوا‬
ََ ‫ٱ‬
‫لل‬
‫ه‬
َ ُّ َ ُّ ‫لل َخب‬
٨١ ‫ير ُۢ ب ِ َما ت ۡع َملون‬ َ َ ‫إ َن ٱ‬
ِ ِ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Al-Hasyr 59: 18).7

Salah satu tujuan berziarah yaitu mengingat kematian setiap umat Islam

harus mengingat kematian, semua makhluk hidup akan mati dan kematian

akan datang cepat atau lambat dengan mengingat akan kematian manusia

akan merasakan takut kepada Allah SWT, atas dosa serta tidak berani

melanggar larangan Agama. Mengingat kematian merupakan sebuah obat

sekaligus solusi itu jiwa yang susah diberikan pelajaran berkunjung ke

kuburan seharusnya bisa membuat seseorang berpikir bahwa dirinya akan

7
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung:diponegoro,2010), h. 548.
6

sama seperti itu suatu saat nanti.8 Jadi manusia mampu bersikap mawas diri

dalam kehidupan sebagai cermin pribadi seorang muslim sejati dan melihat

bertanpa penting pula sebagai umat muslim untuk menambah keimanan dan

kedekatan kepada sang pencipta.

Di dalam psikologis mawas diri dikatakan sebagai pikiran dan

penghayatan perasaan seseorang dalam usahanya mengetahui tanpa harus

melibatkan penilaian terhadap hal-hal yang diamati dalam perenungannya.

Selain itu, melalui proses ini seseorang situasi rutin yang penuh dominasi

eksternal dan berlaku secara otomatis menjadi kesadaran yang tidak otomatis,

dengan ini dapat diartikan bahwa dengan mawas diri, seorang akan menjadi

bahagia dan sejahtera.9

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti ini ingin

mengetahui adakah hubungan sikap mawas diri terhadap kebiasaan Ziarah

kubur jadi penelitian menarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan

judul “Peran Kebiasaan Ziarah Kubur Dengan Perilaku Mawas Diri

Pada Peziarah Makam Kiai Marogan Masyarakat Kota Palembang.”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar skripsi ini lebih terarah

dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka penulis membatasi

permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah korelasi antara kebiasaan
8
Dwi Murdaningsih, Ziarah Kubur, Sarana Mengingat Kematian,
https://inilah.com/mozaik/2452086/ziarah-kubur-sarana-mengingat-kematian. Dakses pada tanggal
14 maret 2020
9
Wiwien dinar, Konsep Mawas Diri Suryomentaram Dengan Regulasi Emosi,
http://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/viewFile/911/626, Diakses 14 maret 2020
7

ziarah kubur dengan perilaku mawas diri yang dilakukan masyarakat Kota

Palembang dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat yang menjadi

pengunjung yang lebih dari 2 kali di makam Kiai Marogan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulisan menemukan

permasalahan yang perlu dibahas lebih dalam, adapun rumusan masalah yang

diangkat sebagai berikut:

1. Bagaimana kebiasaan Ziarah Kubur masyarakat kota Palembang?

2. Bagaimana perilaku mawas diri masyarakat kota Palemabng ?

3. Bagaimana peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri

masyarakat kota Palembang?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka penelitian menarik

tujuan penelitian secara umum dan khusus:

1. Tujuan Umum

Mengetahui peran kebiasaan ziarah kubur dari masyarakat kota

Palembang dengan perilaku mawas diri pada masyarakat kota Palembang

serta peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada

peziarah makam Kiai Marogan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kebiasaan Ziarah Kubur masyarakat kota

Palembang?

b. Untuk mengetahui perilaku mawas diri masyarakat kota Palembang


8

c. Untuk mengetahui peran ziarah kubur dengan perilaku mawas diri

masyarakat kota Palembang.

E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dengan permasalahan yang diteliti, maka hasil penelitian ini

mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan

informasi tentang korelasi antara ziarah kubur dengan perilaku mawas diri

pada peziarah makam Kiai Marogan serta memperluas kajian bagi dunia

akademik pada bidang ilmu bimbingan konseling Islam, ilmu psikologi, ilmu

dakwah dan ilmu psikologi dakwah.

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk memberi informasi dan menambah wawasan bagi Da’i tentang

korelasi antara ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada peziarah

makam Kiai Marogan di masyarakat kota Palembang

b. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan bagi

konselor Agama yang terkait pada korelasi antara ziarah dengan

perilaku mawas diri pada peziarah makam Kiai Marogan.

c. Untuk dapat dijadikan sebagai referensi bagi para penelitian

selanjutnya sebagai pengemabangan ilmu pengetahuan.


9

F. Sistematika Penulisan Laporan

Sebagai bentuk upaya memberikan gambaran dan memudahkan jalur

pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sistematika

penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pembahasan bab ini mengenai tahapan awal yang

menjadi landasan dari keseluruhan skripsi, meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori bab ini berisi konsep dan teori-teori yang

mendukung dan berkaitan dengan topik yang diteliti, meliputi korelasi antara

ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada peziarah

BAB III Metode penelitian, bab ini berisi tentang metode apa yang

digunakan dalam penelitian ini, meliputi jenis penelitian, subjek dan objek

penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, lokasi

penelitian dan analisis data.

BAB IV Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil penelitian, meliputi

kebiasaan Ziarah Kubur masyarakat kota Palembang, Bagaimana perilaku

mawas diri masyarakat masyarakat kota Palembang, peran kebiasaan ziarah

kubur dengan perilaku mawas diri masyarakat kota Palembang.

BAB V Penutupan, bab ini meliputi kesimpulan dan saran dari uraian pada

bab-bab sebelumnya, lalu dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran yang dianggap perlu.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini, tinjaun

pustaka merupakan kajian singkat tentang hasil penelitian, baik yang dibuat

oleh mahasiswa maupun masyarakat umum yang berkaitan dengan penelitian

ini. Tinjauan pustaka yang dilakukan peneliti guna menghindari unsur

kesamaan dengan skripsi lain.penelitian menemukan pokok pembahasaan

penulisan antara lain:

Pertama, penelitian Memori Tutian (2017) yang berjudul “Fenomena

Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah Dan Pengaruhnya Terhadap Aqidah

Islam” 10 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena makam mbah

nurpiah merupakan salah satu tempat mustajabah untuk berdoa bagi para

peziarah mulai dari mendoakan ahli kubur sampai berdoa secara khusus untuk

diri sendiri seperti meminta untuk dimudahkan rezeki, jodoh , kecerdasan dan

mengingat kematian agar menambah keimanan kepada Allah Swt. Penelitian

ini merupakan jenis penelitian lapangan (field Research). Teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi serta dengan

menggunakan pendekatan filosofis dan juga menggunakan metode deskriptif-

kualitatif.

10
Memori Tutian, Fenomena Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah Dan Pengaruhnya
Terhadap Aqida

h Islam, Skripsi, (Lampung: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Intan,2017 ).
10
11

Kedua, penelitian Hana Nurrahman (2014) yang berjudul “ Tradisi Ziarah

Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang Yang

Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro Di Kampung

Pulobata Karawang”11. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ziarah kubur

yang dilakukan oleh masyarakat karawang dan sekitarnya adalah kegiatan

rutin dalam mendatangi makam terutama terhadap orang berjasa dalam

menyebarkan agama Islam di daerah Karawang, mendoakan orang yang sudah

meninggal, dengan tujuan beribadah untuk mendapatkan untuk mendapatkan

barokah serta mengingat tentang kematian dan akhirat. Dalam penelitian ini

menggunakan metode pendekatan sosiologis dan antropologis.

Ketiga, penelitian Erliana Ayu Pratiwi (2010) yang berjudul “Karakteristik

Wisatawan Ziarah Di Obyek Wisata Masjid Agung Demak”12. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa para wisatawan yang berkunjung ke Masjid Agung

Demak mempunyai tujuan untuk mendoakan arwah para sultan dan mohon

doa pribadi pada Allah SWT. Agar diberikan ketenangan dan ketentraman

hidup, diberikan berkat rezeki dan juga ampunan atas dosa-dosa yang

dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

11
Hana Nurrahman, Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim
Karawang Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro Di Kampung Pulobata
Kaeawang, skripsi, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2014).

Erliana Ayu Pratiwi (2010) yang berjudul “Karakteristik Wisatawan Ziarah Di Obyek
12

Wisata Masjid Agung Demak”. Skripsi, (Semarang: Ilmu Sosial Universitas negeri semarang
,2010).
12

Keempat, penelitian Dwi Astuti Wulandari (2018), “Menumbuhkan nilai

budi pekerti Masyarakat Jawa mawas diri dengan Logo Terapi” 13 . Hasil

penelitian ini mengatakan bahwa Penanaman sikap mawas diri haruslah ada

pada diri sendiri serta dukung oleh lingkungan dimana dukungan ini akan

membuat individu merasa percaya diri. Penelitian ini menggunakan metode

Panca cara temuan makna dimana kehidupan harus memiliki makna agar

dapat berhasil maka akan tercapai kebahagiaan yang hakiki yang membawa

pada sikap mawas diri dalam bermasyarakat.

Kelima, penelitian Wiwien Dinar Pratisi (2012),”konsep mawas diri

Suryomentaram dengan regulasi emosi” 14 . Hasil penelitian ini mengatakan

bahwa perbedaan dan persamaan antara konsep mawas diri Suryomentaram

dengan regulasi emosi persamaannya terletak pada tujuan akhir, peran dan

fungsi, pendekatan kognitif serta generalisasi sedangkan perbedaannya

terletak pada penggunaan istilah dengan tahapan yang terjadi. Penelitian ini

menggunakan studi komparatif dengan pendekatan kualitatif.

Keenam, penelitian Istiana Kuswardani (2009) yang berjudul” Ngamuk

Dan Psikoterapi Mawas Diri Suryomentaram” 15


. Hasil penelitian ini

13
Dwi Astuti Wulandari, Menumbuhkan nilai budi pekerti Masyarakat Jawa mawas diri
dengan Logo Terapi, Jurnal Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Vol.2, No 1, 2018,
h.155.
14
Wiwien Dinar Pratisi, konsep mawas diri Suryomentaram dengan regulasi emosi,
Jurnal fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Vol.13, No.1,
2012, h.16.
15
Istiana Kuswardani, Ngamuk Dan Psikoterapi Mawas Diri Suryomentaram, Jurnal,
Fakultas psikokogi Universitas Setia Budi Surakarta, Jawa Tengah, Vol.14, No.1, h. 5.
13

mengatakan bahwa ngamuk sebagai bentuk gangguan kontrol diri yang

banyak muncul di Jawa, dipahami oleh orang Jawa hanya muncul di Jawa

(dan beberapa daerah maupun Asia) karena pengaruh budaya Jawa, maka

pendekatan psikoterapi yang paling tepat adalah psikoterapi yang

dikembangkan oleh seorang filosof Jawa dengan pemikirannya mengenai

konsep mawas diri. Penelitian ini menggunakan etnografi kualitatif.

Dapat disimpulkan dari beberapa tinjauan pustaka penelitian sebelumnya

terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Perbedaannya

terletak pada objek maupun ruang lingkup kajian metode penelitian yang

digunakan responden dan tempat penelitian. Adapun persamaan penelitian

sebelumnya dengan penelitian skripsi ini yaitu sama-sama membahas

mengenai ziarah Kubur namun dalam penelitian ini penelitian lebih

memfokuskan pada korelasi kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas

diri atau introspeksi diri.

B. Landasan Teori
1. Kebiasaan Ziarah Kubur
a. Pengertian kebiasaan
Menurut Joko (2008:24) mengatakan kebiasaan merupakan

perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang kali dalam suatu

kegiatan yang sama. Kadang-kadang, kebiasaan yang terbentuk adalah

penerapan prinsip-prinsip atau rutinitas secara otomatis.kebiasaan juga

merupakan rutinitas yang harus selalu hadir di dalam cara berpikir kita,

tidak peduli apa yang sedang kita pikirkan.


14

Setiap kebaikan akan dibentuk oleh satu atau dua pertanyaan yang

seharusnya cukup sering diajukan oleh sang pemikir kepada dirinya

sendiri, ada berapa orang yang bisa mengingat semua kebiasaan itu

dan beberapa orang hanya mengingat satu atau dua buah, namun

kebiasaan itu penting dan akan muncul pada setiap tahap berfikir.16

Dalam pengertian tersebut penelitian menyimpulkan bahwa

kebiasaan itu merupakan perilaku manusia yang secara otomatis

dilakukan setiap hari, minggu, atau sebulan yang pastikan

dilakukannya jika tidak dilakukan maka akan merasakan kurang

merasa nyaman.

b. Pengertian ziarah kubur


Kalimat ziarah kubur sangat dikenal oleh masyarakat. Kata “Ziarah

Kubur” terdiri dari 2 kata, yaitu ziarah dan kubur. Ziarah berasal dari

bahasa Indonesia yang berarti kunjungan ke tempat yang dianggap

keramat (atau mulia, makam, disebut). Sedangkan berziarah adalah

berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia untuk

berkirim doa. Secara harfiah, kata ini berarti kunjungan, baik kepada

orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Sedangkan secara

teknis, kata ini menunjuk pada serangkaian aktivitas mengunjungi

makam tertentu, seperti makam Nabi, sahabat, wali, pahlawan, orang

tua, kerabat, dan lain-lain. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kubur

artinya lubang di tanah untuk menanamkan mayat; (tanah) tempat

16
Edward de Bono, Revolusi Berfikri (London, kalifa PT Mizan Pusataka, 2007), h. 171
15

menanamkan mayat; makam. Sedangkan kuburan adalah tanah tempat

menguburkan mayat; makam. 17 Ada juga yang berpendapat bahwa

ziarah artinya datang untuk bertemu dan kubur artinya tempat untuk

menguburkan manusia. Dengan demikian ziarah kubur adalah

mendatangi atau menziarahi seseorang yang telah dikuburkan,

dikebumikan atau disemayamkan dalam kubur.18

Menurut Munzir al-Musawa, ziarah kubur adalah mendatangi

kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai

pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan

menyusul penghuni kuburan sehingga dapat mendekatkan diri kepada

Allah S.W.T. Ziarah kubur juga dapat dikatakan sebagai mengunjungi

suatu tempat yang dimulakan atau dianggap suci, misalnya

mengunjungi suatu tempat yang dimuliakan atau dianggap suci,

misalnya mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di Madinah

seperti yang sering dilakukan oleh jamaah haji. Maka yang menjadi

perhatian para peziarah khususnya bagi kaum muslim biasanya makam

orang-orang yang sama hidupnya membawa misi kebaikan terhadap

lingkungannya, yaitu:

17
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h. 766
18
M. Hanif Muslih, Kesahihan Dalil Ziarah Kubur, ( Semarang : ArRidha, 1998), h. 7
16

a.) Para Nabi dan pemimpin agama, mereka yang telah menyebarkan

agama serta mengajarkan mereka terhadap hal-hal kebaikan yang

sesuai dengan syair’at.

b.) Para Wali, ulama dan ilmuan besar yang memberikan ilmu

pengetahuan serta mengenakan manusia terhadap kitab Tuhan serta

ilmu alam dan ilmu ciptaan.

c.) Kelompok orang-orang tertentu seperti kerabat, sahabat, saudara

terdekat mereka yang mempunyai tali kasih atau pengorbanan

semasa hidupnya.19

Dalam syair‟at Islam, ziarah kubur itu bukan sekadar menengok

kubur bukan pula sekadar tahu dan mengerti di mana ia di kubur, atau

untuk mengetahui keadaan kubur atau makam, akan tetapi kedatangan

seorang ke kubur adalah dengan maksud untuk mendoakan kepada

yang di kubur muslim dan mengirim pahala untuknya atas bacaan ayat-

ayat Al-Quran dan kalimat-kalimat Tayyibah seperti tahlil, tahmid,

tasbih, shalawat dan lainnya. Banyak masyarakat Indonesia yang

melakukan ziarah ke tempat-tempat orang-orang soleh atau seorang

wali.

Islam memandang bahwa ziarah kubur itu diperbolehkan dan bisa

dikatakan amal ibadah selama yang di ziarah itu adalah kaum

19
Syaikih Ja’far Subhani, Tawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karomah Wali, (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 2001), Cet Ke-2, h. 55
17

Muslimin. Para peziarah yang diperbolehkan itu adalah para peziarah

yang telah mempunyai akidah Islam yang kuat dan mengetahui hukum

ziarah dan tujuannya. Jika para peziarah itu belum mempunyai akidah

yang kuat hasil akan terjadi kekhawatiran bahkan cenderung berlebihan

dan menyimpang dari norma-norma ajaran agama Islam. Pendeknya

kesyirikan yang timbul Islam juga melarang kepada orang-orang

muslim berziarah ke makam orang-orang Kafir, dan orang-orang

munafik.

Dalam penjelasan diatas menunjukan data historis kebiasaan ziarah

ke makam sudah ada sejak sebelum Islam datang, namun jumlahnya

dilebih-lebihkan, sehingga di masa awal Islam (610-622), Nabi

Muhammad melarangnya. Seiring dengan perkembangan Islam yang

disertakan dengan pemahaman yang cukup, maka kebiasaan ziarah

dihidupkan kembali, bahkan dianjurkan oleh Nabi, karena hal tersebut

dapat mengingatkan kepada hari akhir, sehingga diharapkan pelakunya

dapat melakukan kontrol diri dan bisa sadarkan diri sendiri bahwa

mereka akan sama sepertinya.

c. Dasar-dasar ziarah kubur

Pada zaman permulaan Islam Nabi Muhammad melarang kaum

Muslimin menziarahi kuburan, karena dikhawatirkan terjadi

kemusrikan dan pemujaan terhadap kuburan tersebut.20 Apabila yang

20
Syaiful Khoir Ziarah kubur dalam Konteks TuidUluhiah Perspektif ibnu taimiyah,
( Surabaya, konsentrasi Pemikiran Islam, 2005), h.3
18

sudah mati itu adalah bermaksud orang yang saleh. Hal itu

dikarenakan keadaan masyarakat di saat itu adalah termaksud orang

yang saleh. Hal itu dikarenakan keadaan masyarakat di saat itu masih

rentang keimannya, sehingga dikhawatirkan mereka cenderung

melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama Islam itu

juga mereka dikhawatirkan datang kekuburan untuk menyembah dan

memujanya seperti yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah.21 Tetapi

ketika akidah mereka kuat, barulah Rasulullah memperbolehkan

mereka berziarah kubur, itu dengan maksud agar mereka mendoakan

orang-orang yang telah meninggal dunia (Ahli Kubur) agar mereka

senantiasa mereka ingat akan mati dan ingat adanya hari kiamat.22

Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam melarang karena biasanya

mayat-mayat mereka diziarahi orang-orang kafir dan menyembah

berhala. Padahal Islam telah memutuskan hubungan mereka dengan

kemusrikan. Tapi mungkin juga karena kelompok mereka yang baru

masuk Islam, di atas makam mereka melakukan kebatilan dan

mengeluarkan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan ajaran Islam,

dan setelah kukuhnya imam dihati para pengikutnya, maka larangan

tersebut dicabut kembali, sebab terdapat manfaat yang dapat mendidik

21
Muhammad Sholikin, Ritual dan Tradisi Islam jawa, (Yogyakarta:Narasi, 2010), h.338
22
Ibid, h. 389.
19

dalam ziarah kubur.23 Ziarah kubur, merupakan salah satu kebiasaan

umat Islam yang tidak bisa dihilangkan dengan berbagai nilai Islam,

dan tradisi-tradisi tersebut berusaha untuk di akultrasikan ke dalam

Islam dan disatukan sedemikian rupa menjadi budaya bercita rasa

Islam dan Islam yang bercita rasa lokal, melalui perpaduan yang

meyakinkan tersebut dengan memakai doa-doa Islam, tahlil dan

sebagainya.

ًَ‫ار ًِ رالقُْبُ رو ِر فة ُز رو ُر روهةا فةإ ِ َّن فِ ري ةها ِعْب ةر‬


‫ ِإنِِّ ري نة ةه ريت ُ ُك رم ةع رن ِز ةي ة‬.
“Sesungguhnya dulu aku telah melarang kalian dari
berziarah kubur, maka sekarang ziarahilah kubur,
sesungguhnya pada ziarah kubur itu ada pelajaran (bagi
yang hidup).”24

Maka ziarah kubur merupakan perbuatan yang dianjurkan


oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam.
d. Kebiasaan Ziarah kubur dalam pandangan Islam

Kegiatan ziarah kubur sudah ada sejak masa pra-Islam. Hal ini

ditandai dengan adanya permohonan kepada arwah orang yang

meninggal,dan penyembuhan terhadap arwah para leluhur yang terjadi

di berbagai belahan dunia. Pada masa jahiliah masyarakat Arab masih

mempunyai kebiasaan menyembah, mengagung kan berhala dan juga

arwah-arwah leluhur mereka. Masyarakat jahiliah menganggap berhala

23
Syaikh Ja’far Subhani. Trawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karamah Wali,
(Jakarta:Pustaka Hidayah, 1999), Cet. Ke-5, h.50.
24
HR. Ahmad (III/38), al-Hakim (I/374-375), dan al-Baihaqy (IV/77). Al-Hakim berkata:
“Hadits Shahih sesuai dengan syarat Muslim dan disepakati oleh adz-Dzahabi.”
20

dan arwah leluhur mempunyai kendali atas kehidupan mereka dan juga

bisa mewujudkan apa yang mereka inginkan. Budaya mengagung kan

leluhur sudah menjadi sebuah tradisi yang mengakar kuat bagi mereka

di masa jahiliyah.25

Pasca meninggalnya Nabi Muhammad Saw, umat Islam mulai

membuka diri bagi dunia luar, imbasnya adalah Islam mengalami

perkembangan terutama dari sisi kuantitas pemeluknya. Begitupun

ajaran islam juga mengalami dinamika perkembangan. Ajaran Islam

mulai ditafsirkan sesuai dengan keadaan sosial budaya pemeluknya.

Penafsiran tersebut tidak selamanya sama, dan yang paling membuka

ruang perselisihan adalah praktik-praktik keagamaan yang tidak

ditemukan pada zaman Nabi.26 Sebuah praktik keagamaan yang sering

diberi label Islam populer. Islam populer (popular Islam) adalah

praktik keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Islam tetapi tidak

memiliki landasan normatif dan hukum dalam Islam. Lawan dari islam

popular adalah Islam ofisial (official Islam). Diantara praktik

keagamaan yang dianggap populer adalah tradisi ziarah, sebuah

fenomena yang demikian umum dalam Islam. Secara historis dalam

tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual keagamaan

25
M. Misbahul Mujib, Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan,
Identitas Keagamaan dan Komersial,( Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Vol. 14, No. 2, Desember
2016), h.208.
26
Arifuddin Ismail, Ziarah Ke Makam Wali: Fenomena Tradisional di Zaman Modern,
(Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, 2013), h.149
21

yang biasa dilakukan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Pada

zaman permulaan Islam Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam

melarang kaum muslimin menziarahi kuburan, karena dikhawatirkan

terjadi kemusyrikan dan pemujaan terhadap kuburan tersebut,27apalagi

bila yang mati itu adalah termasuk orang-orang yang saleh. Namun,

pada masa selanjutnya kemudian Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa

sallam memperbolehkan umat Islam untuk melakukan ziarah.

Namun di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang

oleh syair‟at. Pertimbangan akan timbulnya fitnah syirik di tengah-

tengah umat Islam menjadi faktor terlarangnya ziarah kubur di waktu

itu. Seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus

dan syair‟at menganjur kan umat Islam untuk berziarah kubur agar

dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut, di antaranya mengingat

kematian yang pasti dan akan segera menjemput, sehingga hal tersebut

dapat melembutkan hati dan senantiasa mengingat kehidupan akhirat

yang akan dijalani kelak. Rasulullah bersabda:

“Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur.


Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal itu dapat melembutkan
hati, meneteskan air mata, dan mengingat kan pada
kehidupan akhirat. (Ingatlah) jangan mengucapkan
perkataan yang batin ketika berziarah kubur.” (HR.
Hakim).28

27
Syifaul Khoir, Ziarah Kubur Dalam Konteks Tauhid Ubudiyah (Perspektif Ibnu
Taimiyah), (Surabaya: Pasca Sarjana IAIN Surabaya, Konsentrasi Pemikiran Islam, 2005), h.3.
28
Zafwiyanur Safitri, persepsi Masyarakat terhadap Praktik Ziarah Kubur pada Makam
Ulama Di Samalang, Skripsi, (Aceh, fakultas Ushuluddin dan Filasafat Universita Islam Negeri
Ar-Raniry Darussalam, 2017), h.25
22

Oleh karena itu, sebelumnya pro dan kontra terjadi dikalangan

umat Islam tentang kebolehan dari ziarah kubur. Namun berdasarkan

Al-quran dan Hadis kebanyakan orang Islam mempercayai bahwa

ziarah kubur termasuk kebiasaan yang diperbolehkan dan memiliki

keutamaan-keutamaan tertentu, khususnya ziarah ke makam para Nabi

dan orang soleh.29

Ziarah kubur biasanya juga dilakukan dengan mengunjungi

makam, makam keluarga, kerabat, tokoh masyarakat, ulama, wali dan

nabi yang telah berjasa bagi perkembangan agama Islam. Ziarah bisa

dilakukan kapan saja, tanpa ada batasan dalam waktu pelaksanaanya.

Akan tetapi, para peziarah biasanya melakukan ziarah pada hari

jum'at, menjelang hari raya Idul Fitri dan pada bulan-bulan tertentu

saat perayaan hari besar.30

1.) Hukum dan Pembagian Macam-macam Ziarah

Pensyari‟atan ziarah kubur bagi kaum pria sebelumnya sudah

ditegaskan oleh Imam Nawawi, namun kebolehan mengenai ziarah

kubur bagi wanita, para ulama masih berselisih pendapat dalam hal

tersebut. Terdapat beberapa pendapat ulama dalam masalah ini,

29
Syaikh Ja‟far. Shubhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali Termasuk
Ajaran Islam (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), h.59.
30
M. Misbahul Mujib, Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan,
Identitas Keagamaan dan Komersial,( Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Vol. 14, No. 2, Desember
2016),h. 207.
23

namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua

kelompok, antara yang mengharamkan dan membolehkan atau

menganjurkan. Pendapat yang kuat dalam permasalahan ini adalah

pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur, akan

tetapi yang patut diingat adalah mereka dilarang sesering mungkin

berziarah kubur. Pendapat inilah yang menggabungkan berbagai dalil

yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut.

Kebolehan berziarah kubur bagi wanita menuai berbagai macam

pendapat, seperti hadis diatas yang memperbolehkan ziarah kubur

bagi wanita tetapi tidak diperbolehkan untuk melakukanya sesering

terlalu sering. Karena hal tersebut akan mengantarkan kepada

perbuatan yang menyelisihi syair‟at seperti berteriak, tabarruj

(bersolek didepan non mahram), membuang-buang waktu dengan

meratapi secara berlebihan dan berbagai kemungkaran

lainnya.Perbuatan inilah yang disebut

Dalam hadis sahih dari Abu Hurairah radiaallahu „nahu,


“Sesungguhnya Rasulullah SAWA melaknati wanita yang
sering menziarahi kubur” (HR. Ibnu Majah).

Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,”Laknat yang bercantum

dalam hadis tersebut hanyalah di peruntukkan bagi wanita yang sering

berziarah kubur. Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan

pada mereka adalah karena para wanita tersebut menyia-nyiakan hak

suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, tatapan dan

perbuatan terlarang yang lainnya. Terdapat pendapat yang menyatakan


24

apabila seluruh hal tersebut dapat dihindari, maka boleh memberikan

izin kepada wanita untuk berziarah kubur, karena mengingat kematian

merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita.31

Tidak semua ziarah yang dilakukan oleh kaum Muslimin sesuai

dengan syariat. Para ulama dalam beberapa kitab telah menerangkan

berbagai bentuk tata cara ziarah kubur yang sesuai dengan tuntutan

Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam , praktik para sahabat

dan ulama salaf. Tidak luput, mereka juga menjelaskan berbagai

praktik yang keliru ketika seseorang berziarah kubur, tentunya

kekeliruan tersebut timbul disebabkan ketidaktahuan pelakunya.

Dengan demikian, pengategorian praktik ziarah kubur yang dilakukan

oleh kaum muslimin adalah suatu niscaya. Sehingga dengan adanya

pengategorian tersebut, setiap muslim mampu mempraktekkan ziarah

kubur tanpa perlu diiringi dengan berbagai kekeliruan. Dari penjelasan

para ulama di berbagai kitab mereka, ziarah kubur terbagi tiga

kategori sebagai berikut:

a.) Ziarah Syar'iyah

Ziarah syair‟Nyah adalah ziarah kubur yang sesuai dengan

tuntutan Nabi Muhamad shallallhu ‘alaihi wa sallam. Mengenai tata

cara ziarah yang dilakukan Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam

31
Ibnu Hajar Al-Asqani, Fath Al-bari bisyihi Shahih Al-Bukhari,(Jakarta: Pustaka
Azzam, jilid I, 2005), h.149.
25

seperti terdapat dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,

“Beliau Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam menziarahi

kubur para sahabatnya untuk mendo‟akan dan meminta ampun bagi

mereka. Inilah praktik ziarah kubur yang beliau tuntunkan dan

syari‟atkan bagi umatnya. Ketika berziarah kubur, beliau memerintah

kan umatnya untuk mengucapkan “Semoga keselamatan tercurah

bagimu penghuni kampung kediaman kaum Muslimin dan mukminin.

Dan kami Insya Allah akan segera menyusul kalian. Kami memohon

kepada Allah agar mencurahkan keselamatan kepada kami dan anda

sekalian”.

Demikianlah tuntutan beliau dalam berziarah kubur serupa dengan

tuntutan beliau tatkala mendoakan dan meminta kan ampun bagi


32
mayat dalam shalat jenazah. Dari hadits diatas penulis

menyimpulkan bahwa ziarah syar'iyah merupakan ziarah yang paling

sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam. Hal ini

dikarenakan tujuan yang terdapat didalamnya.

b.) Ziarah Bid‟Iyyah

Ziarah bid‟iyyah adalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi

tuntutan Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam yang dapat

mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat menghantar kan pada

kesyirikan. Di antaranya adalah berziarah ke kubur dengan tujuan

32
Ibid, h.151
26

beribadah kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk

mendapatkan berkah (tabarruk). Tidak terdapat dalil sahih yang

menyatakan keutamaan beribadah di samping kubur bahkan terdapat

dalil yang sahih yang secara tegas melarang peribadatan di kuburan.

Abdul Abas al Hairani rahimahullah mengatakan, “Ziarah

bid‟iyyah semodel dengan ziarah kubur yang dilakukan oleh Yahudi,

Nasrani dan pelaku bid‟ah yang menjadikan kubur para nabi, orang

shalih sebagai tempat peribadatan. Padahal telah tersebar luas dalam

berbagai kitab sahih dan lainnya bahwa beliau bersabda menjelang

beliau wafat, “ Allah melaknati Yahudi dan Nasrani karena

menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat peribadatan”,

beliau memperingatkan umat dari perbuatan mereka. Aisyah berkata,

“Seandainya bukan karena hal tersebut, tentulah beliau akan

dimakamkan di pemakaman umum. Akan tetapi karena

dikhawatirkan kubur beliau dijadikan tempat peribadatan maka beliau

dimakamkan didalam rumah.”33

Beliau rahimallah melanjutkan “Maka yang di maksud dengan tata

cara bida‟iyyah adalah seperti bersengaja untuk solat atau berdoa‟a di

samping kubur para nabi atau orang Saleh, menjadikan penghuni

kubur tersebut perantara dalam doa‟a, meminta pada penghuni kubur

untuk menunaikan hayatnya, meminta pertolongan kepadanya atau

33
Ibnu Taimiyah, Majmu’ul Fatawa, (Jakarta: Pustaka Azzam,jilid 24, 2008), h.334-335
27

bersumpah kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau

yang semisalnya. Semua hal tersebut merupakan bida‟ah yang tidak

pernah dilakukan oleh seorang sahabat, tabii dan tidak juga

dituntunkan oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam, tidak pula

dicontohkan oleh Khulafaurrasyidin, bahkan para imam kaum

Muslimin yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.”

Begitu pula mencari berkah dikuburan dengan mengusap atau

menciumnya. Ini termasuk perbuatan yang tidak pernah dituntunkan

Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam apalagi dipraktekkan para

sahabat beliau radiallahu ta‟ala ajma‟in.

An nawawi rahimahullah juga mengatakan, “ barang siapa yang

terbersit di benaknya bahwa mengusap tangan (di kubur Nabi

shallallhu ‘alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu untuk

mendatangkan berkah, maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan

kelalaian karena berkah hanya dapat diperoleh dengan amal yang

sesuai syariat. Bagaimana bisa karunia Allah SWT diperoleh dengan

melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” Abu Hamid al-

Ghazali dalam bukunya Ihya‟ „Ulumuddin mengatakan tabarruk

terhadap kubur merupakan ciri kaum Yahudi dan Nasrani.

c.) Ziarah Syar'iyyah

Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat

menghilang kan keimanan. Di antaranya berziarah kubur dengan

tujuan meminta bantuan dan pertolongan pada penghuni kubur,


28

menyembelih kurban untuk penghuni kubur (sesajen). Hal tersebut

merupakan bentuk beribadah kepada selain Allah dan apabila pelaku

sebelumnya adalah orang Islam, maka dia telah murtad, keluar dari

Islam.

Imam an nawawi rahimahullah mengatakan “Adapun menyembelih

untuk selain Allah S.W.T ta‟ala. Seperti orang menyembelih dengan

menyebut nama selain Allah ta‟ala. Seperti orang yang menyembelih

untuk berhala, salib, Musa, Isa alaihissalam, atau untuk ka‟bah dan

semisalnya. Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihanya haram

dimakan, baik sipenyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun

Yahudi. Demikian yang ditegaskan imam Asy-Syafi‟i. Apabila si

penyembelih melakukannya dengan diiringi pengapungan terhadap

objek tujuan penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah S.W.T dan

dalam rangka beribadah kepadanya, maka hal ini merupakan

kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya adalah seseorang muslim,

maka dengan perbuatan tersebut ia telah murtad.

2.) Ziarah Kubur Bagi Perempuan

Secara umum jika melirik kepada sejumlah hadis diatas maka

ziarah kubur adalah disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah.

Namun para ulama kemudian membagi hukumnya bagi laki-laki dan

perempuan, jumhur ulama berpendapat bahwa ziarah kubur

hukumnya sunnah untuk laki-laki. Namun mereka berbeda pendapat

dalam menetapkan hukum ziarah kubur bagi perempuan. Para ulama


29

berbeda pendapat dalam hukum ziarah kubur bagi wanita, perbedaan

tersebut muncul dari hadis berikut:

Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah


shallallhu ‘alaihi wa sallam melaknati para wanita-wanita
peziarah kubur(H.R Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).

3.) Ziarah Kubur dalam Pandangan Ulama Empat Mazhab di dalam

Islam

Para ulama mujtahid dari keempat mazhab yakni Mazhab Malik,

Hanafi, Syaki‟i dan Hanbali memiliki pendapat yang sama dalam

ziarah kubur. Bahwa ziarah kubur ke makam Rasulullah shallallhu

‘alaihi wa sallam dan para sahabat adalah sunnah secara mutlak baik
34
bagi laki-laki maupun perempuan. Para ulama sepakat atas

bolehnya berziarah kubur.Perbedaan pendapat hanya terletak pada

boleh tidaknya kaum perempuan muslimah berziarah kubur.

Sedangkan bagi kaum laki-laki muslim ulama sepakat atas sunnahnya

ziarah kubur. Ulama juga sepakat bahwa ziarah kubur ke makam

Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam, para nabi yang lain dan

orang soleh itu juga sunnah bagi laki-laki dan perempuan dengan

syarat tertentu.

a.) Pandangan Mazhab Hanafi

34
http://www.fatihsyuhud.net/ziarah-kubur-2-pendapat-mazhab-empat/, diakses pada
tanggal 23 januari 2021, jam 21.00.
30

Zainuddin Ibn Najim, seorang ulama mazhab Hanafi menyatakan,

“Boleh ziarah kubur dan mendoakan mayat apabila mereka muslim

tanpa menginjak kuburan karena sabda Nabi Muhammad shallallhu

‘alaihi wa sallam “Aku dulu melarang kalian ziarah kubur, sekarang

berziarahlah.” Dalam Al Mujtaba dijelaskan bahwa ziarah kubur bagi

perempuan adalah sunnah. Ada yang mengatakan haram. Yang paling

sahih adalah yang mengatakan kebolehan ziarah kubur bagi laki-laki

maupun wanita. Rasulullah juga mengaj shallallhu ‘alaihi wa sallam

arkan ucapan salam pada yang mati. Ar-Romli mengatakan Apapun

perempuan apabila mereka hendak ziarah kubur apabila hal itu untuk

memperbaharui kesedihan, tangisan dan keluhan seperti yang berlaku

dalam tradisi mereka maka tidak boleh ziarah; maka di sini kaitannya

dengan hadis “Allah melaknati wanita peziarah kubur”. Apabila untuk

tujuan (mengambil pelajaran), silaturrahim, tabarruk (mengharap

berkah) dengan berziarah pada kuburan orang soleh maka tidak apa-

apa apabila wanita tua. Dan makruhnya hadir dalam shalat berjemaah

di masjid.”

Ibnu Abidin, seorang ulama mazhab Hanafi mengatakan “menurut

pendapat yang paling sahih dari mazhab Hanafi, yaitu pendapat Al-

Kharki dan lainnya, bahwa bolehnya ziarah kubur itu berlaku bagi

laki-laki dan perempuan.

Dari kedua pernyataan ulama mazhab Hanafi penulis

menyimpulkan bahwa ziarah kubur bagi laki-laki maupun perempuan


31

diperbolehkan dengan tujuan untuk mengambil pelajaran dan hikmah.

Khusus untuk perempuan, mazhab Hanafi membedakan status hukum

perempuan tua dengan yang masih muda. Sebagaimana hukum shalat

berjemaah.

b.) Pandangan Mazhab Maliki

Salah satu ulama mazhab Malik Al-Hattab Al-Ruaini menyatakan,

“Abdurrahman Al-Tsa‟alibi dalam kitab Al-Ulum Al- Fakhirah fin

Nadzar fi Umuril Akhirah berkata; Ziarah kubur bagi laki-laki itu

disepakati bolehnya. Adapun bagi perempuan maka dibolehkan bagi

perempuan tua dan haram bagi yang masih muda yang dikuatirkab

terjadi fitnah.

Muhammad Al-Dasuki, ulama mazhab Malik lainnya mengatakan,

“mengatakan tentang ziarah kubur bagi wanita ada tiga pendapat: 1.)

dilarang, 2.) boleh dengan syarat yang sudah dimaklumi oleh syariah

yaitu dengan penutup dan menjaga dari kembalikan yang terjadi di

zaman ini, 3.) perbedaan antara perempuan tua dan muda. Dengan

poin ketiga ini maka As-Sa‟alibi menetapkan bahwa perempuan tua

boleh ziarah kubur dan haram bagi perempuan muda yang dikuatirkan

akan menimbulkan fitnah.

Dari kedua pandangan ulama tersebut penulis menyimpulkan

bahwa dalam mazhab Malik laki-laki boleh menziarahi kubur,

sedangkan untuk perempuan harus melihat situasi dan kondisi.

Apabila aman dari fitnah seperti perempuan tua, maka boleh.


32

Sedangkan larangan bagi kaum perempuan muda karena

dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah jika berada ditempat

umuman bercampur dengan laki-laki.

c.) Pandangan Madzhab Syafi'i

Zakaria Al-Anshari mengatakan, “Ziarah kuburnya umat Islam itu

sunnah bagi laki-laki karena ada hadis riwayat Muslim “Aku dulu

melarang ziarah kubur, sekarang berziarahlah, karena ziarah kubur itu

mengingat kan akhirat. “Ziarah kubur makruf bagi wanita karena

lemahnya hati mereka. Tapi tidak haram berdasarkan hadis riwayat

Muslim. Adapun hadis”Allah melaknati wanita peziarah kubur maka

hal ini dikaitkan apabila ziarah itu digunakan untuk mengais dan

mengeluh seperti kebiasaan mereka.

Al-bakri menyatakan, “Kata makruf ziarah bagi perempuan karena

akan membuat mereka menangis, dan meninggikan suara disebabkan

lembunya hati wanita, banyaknya rasa khawatir, dan kurangnya

kemampuan menahan musibah. Perempuan tidak haram ziarah kubur

karena Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam pernah di

perjalanan bertemu dengan seorang wanita yang mengais disisih

kuburan anaknya, lalu Nabi bersabda padanya: “Takutlah pada Allah

S.W.T dan bersabarlah”. (muttafaq alah). Seandainya ziarah kubur itu

haram, niscaya Rasulullah akan melarang wanita itu. Kemakruhan itu

apabila keluarnya wanita untuk ziarah kubur tidak menimbulkan

fitnah. Apabila timbul fitnah, maka tidak diragukan atas


33

keharamannya. Dalam konteks ini maka berlaku hadis yang telah

ditentunkan atas larangan perempuan peziarah kubur.

Qolyubi dan Umairoh mengatakan, “Ziarah kubur itu sunnah bagi

laki-laki berdasarkan hadis riwayat Muslim dan Zuraidah. Imam

Nawawi berkata dalam Al-majmuk Syariah Al-Muhadzab, ulama

berbeda pendapat apakah perempuan masuk di dalamnya. Pendapat

terpilih dari mazhab Syafi'i adalah tidak termasuk. Ziarah kubur

makruf bagi perempuan karena mereka kurang sabar dan mudah sedih.

Pendapat lain menyatakan haram, ini pendapat Syairozi dalam Al

Muhadzab dengan argumen hadis riwayat Tirmidzi dan lainnya dari

Abu Hurairah. Nabi melaknati perempuan yang ziarah

kubur.Pendapat lain mengatakan boleh apabila aman dari fitnah

berdasarkan pada hukum asal. Dengan demikian maka hadis ini dalam

konteks apabila ziarah kubur berakibat pada tangisan dan kesedihan

bagi perempuan. Penulis pendapat boleh berdasarkan pemahaman dari

hikayah Imam Syafi'i tidak adanya kemakruhan. Pendapat ini diikuti

oleh Imam nawawi dalam Al-Raudhah dan Al-Majmuk Syariah

Muhadzab.35

35
Qolyubi Dan Umairoh, Hasyiyah Qolyubi wa Umairoh, (Kairo: Musthofa Al-Babi Al-
Halabi, 2013), h.441.
34

d.) Pandangan Madzhab Hanbali

Ibnu Qudamah, ulama mazhab Hanbali, dalam Al-Mughni

menyatakan, “Disunahkan bagi laki-laki untuk ziarah kubur. Apakah

makruf bagi wanita itu ada dua pendapat. Tidak ada perbedaan ulama

pada sunnahnya ziarah kubur bagi laki-laki. Adapun bagi wanita ada

dua riwayat. Pertama, makruf karena hadis riwayat muttafaq alaih dari

Umum atiyah ia berkata, “kami dilarang ziarah kubur,.” Nabi juga

bersabda dalam hadis sahih riwayat Tarmizi, “Allah melaknati

perempuan yang ziarah kubur” hadis ini khusus bagi wanita. Adapun

larangan yang dihapus status hukumnya (naskah) itu berlaku umum

bagi laki-laki dan wanita. Namun bisa saja khusus bagi laki-laki.

Dari empat pendapat diatas penulis menyimpulkan tidak ada

larangan bagi wanita untuk menziarahi kubur. Adapun tentang hadis

yang melaknati peziarah wanita itu setelah adanya perintah ziarah

kubur bagi laki-laki. Apabila demikian maka hukumnya berkisar

antara haram dan boleh, yaitu makruf. Selain itu, perempuan kurang

sabar dan mudah bersedih. Ziarah mereka ke kuburan dapat

menimbulkan kesedihan baru. Maka ziarah perempuan Kebiasaan

Ziarah kubur dalam pandangan Islam

e. Kebiasaan Ziarah Kubur di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya akan

kebudayaan dan tradisi, baik itu tradisi yang ada sebelum pra Islam

maupun sesudahnya. Salah satu tradisi Islam yang masih melekat


35

sampai saat ini adalah pemujaan pemitosan roh nenek moyang yang

mendorong munculnya pola-pola relasi hukum adat dengan unsur-

unsur keagamaan. 36 Selain tradisi pemujaan terhadap roh nenek

moyang, di dalam Islam juga dikenal adanya kebiasaan ziarah kubur

atau nyekar dan kebiasaan ini masih berlangsung hingga sekarang di

seluruh Indonesia.

1.) Sejarah Ziarah Kubur di Indonesia

Di Indonesia, ziarah kubur juga disebut sebagai salah satu

kebiasaan bagi masyarakat. Kebiasaan ini dipercayai sudah ada sejak

lama sebelum Islam datang ke Indonesia. Indonesia mempunyai

sejarah yang panjang mengenai penyebaran Islam di Indonesia hingga

menjadi sebuah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.37

Penyebaran Islam di Jawa setidaknya menggunakan dua

pendekatan, agar nilai-nilai Islam mudah diserap oleh masyarakat.

Pendekatan pertama adalah pendekatan Islamisasi Kultur Jawa.

Pendekatan ini mengupayakan agar budaya yang telah ada di

masyarakat tampak bercorak Islam, baik secara formal maupun

substansial. Hal ini ditandai dengan penggunaan istilah-istilah Islam

didalamnya. Sedangkan Pendekatan kedua adalah Jawanisasi Islam,


36
Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam Kemistik Jawa (Yogyakarta:
Bintang Budaya, 1989),h. 111.
37
M. Misbahul Mujib, Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan,
Identitas Keagamaan dan Komersial,( Yogyakarta: Ibda‟, hal 205-225,UIN Sunan Kalijaga, Vol.
14, No. 2, Desember 2016), h.209.
36

yaitu melalui budaya Jawa yang disusupi dengan Islam. Jadi dalam hal

ini istilah-istilah dalam budaya Jawa masih dipakai tetapi nilai yang

dikandungnya adalah nilai Islam, sehingga Islam menjadi men-Jawa.

Agama Islam menjadi sebuah agama yang melakukan interaksi

dengan kebudayaan dan tradisi-tradisi setempat yang sebelumnya

sudah ada. Perpaduan ini disebut dengan sinkretisme. Sinkretisme

adalah sebuah hal yang tidak bisa dihindari dari adanya pertemuan satu

budaya ke budaya yang lain dan akan menimbulkan budaya baru yang

dianut secara bersama-sama. Hingga saat ini sinkretisme masih terus

hidup di masyarakat Muslim Indonesia. Salah satu ritual yang dianggap

dari hasil sinkretisme di Indonesia adalah ziarah kubur. Islam datang

dengan membawa perubahan bentuk dan esensi dari sebuah kegiatan

ziarah. Kegiatan ziarah yang dibawa dan diajarkan Islam dari luar

hampir tidak banyak mengubah tradisi ziarah masyarakat sebelumnya.

Perubahan pokok yang ada adalah pada tataran niat dan tujuan dari

ziarah. Yang semula ziarah ditunjukkan untuk meminta kepada arwah

yang dipercaya memiliki kekuatan, dirubah untuk mengingat mati,

akhirat dan mendoakan para jenazah yang telah dikuburkan di makam

tersebut.

Akan tetapi, walaupun Islam telah masuk ke Indonesia dan menjadi

agama mayoritas penduduk Indonesia dalam waktu yang cukup lama,

ternyata pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme belumlah

hilang secara tuntas dan masih mewarnai sebagian masyarakat


37

Indonesia. Makam-makam yang sering dikunjungi oleh masyarakat

muslim Indonesia selain makam keluarga dan sanak famili adalah

makam para wali, kiai, raja atau mereka yang memiliki pengaruh kuat

dalam masyarakat. Ziarah sampai saat ini masih dilakukan oleh

masyarakat Muslim di Indonesia dan belahan dunia yang lain. Ziarah

sudah menjadi salah satu kegiatan spiritual masyarakat Muslimin

sebagai bentuk kebebasan beribadah kepada Allah SWT. Kegiatan ini

bahkan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat pada waktu-

waktu tertentu secara pribadi maupun bersama.

Di Indonesia ada beberapa waktu yang digunakan oleh masyarakat

untuk berziarah kubur, yaitu hari Jumat, menjelang hari raya, dan hari-

hari besar lainnya. Hal ini hanyalah sebagai sebuah tradisi yang

dilakukan masyarakat Nusantara yang terus dilaksanakan hingga saat

ini. Berziarah kubur dalam Islam bisa dilaksanakan kapanpun juga

tanpa ada sebuah ketentuan mengenai hari-hari tertentu. Kebiasaan

ziarah di kalangan umat Islam di Indonesia, khususnya daerah Jawa

masih sangat kuat. Bahkan kegiatan ini menjadi sebuah agenda

tersendiri dalam memenuhi kegiatan keagamaan. Munculnya motif di

tujuan ziarah, terlebih ketika sudah diiringi dengan praktik-praktik

yang meniru tradisi Islam, bila ada sebagian orang

menilai kegiatan ini merupakan kegiatan syirik. Terkadang para

peziarah pun tidak memahami mana sebenarnya yang merupakan


38

tuntunan Islam dan mana yang merupakan tradisi nenek moyang yang

merupakan warisan dari tradisi kuno.

Ada sebuah tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia

khususnya Jawa berkaitan dengan ziarah yang dinamakan dengan

tradisi Nyadran. Tradisi ini adalah sebuah kegiatan berziarah ke

makam para leluhur di hari-hari penting kalender Jawa, pada umumnya

kegiatan ini dilakukan pada bulan Sya'ban, bulan ke-8 tahun Hijriah

yaitu minggu terakhir sebelum puasa. Tradisi ini diyakini merupakan

salah satu dari bentuk warisan Jawa yang kemudian menjadi

pencampuran dengan ajaran Islam.

Ziarah bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi semacam tradisi

masyarakat Muslim Indonesia di seluruh daerah. Selain makam

keluarga, makam wali dan tokoh-tokoh nasional (raja,pahlawan

kemerdekaan, presiden, dll) pun menjadi tempat ziarah yang mereka

tuju. Ziarah ke makam para wali dan para tokoh bangsa tidak hanya

sebagai ziarah biasa. Hal ini menjadi semacam wisata ruhani atau

wisata spiritual bagi masyarakat Indonesia.

2.) Fenomena Ziarah kubur di Indonesia

Ziarah merupakan bagian dari tradisi perjalanan seorang Muslim

seperti halnya haji, hijrah, dan rihlah. Fenomena ziarah sendiri menjadi

salah satu perdebatan bagi dua kelompok Muslim di Indonesia,

kelompok pertama yaitu, yang menolak kegiatan ziarah makam diwakili

oleh Muhammadiyah yang biasa dianggap sebagai kelompok modernis


39

dan reformis, sementara kelompok kedua diwakili oleh Nahdlatul

Ulama yang biasa disebut sebagai kelompok tradisionalis. Namun

sebenarnya tradisi kelompok yang diwakili Muhammadiyah juga sudah

mulai berubah. Pandangan Muhammadiyah mengenai tradisi lokal

sudah mulai melunak dibanding masa-masa awal organisasi ini

meskipun perubahan kebijakan organisasi tidak serta merta

mempengaruhi pandangan anggotanya.

Meskipun ditentang oleh sebagian golongan, praktik ziarah tetap

saja berlangsung bahkan mengalami peningkatan, terutama sejak tiga

dekade terakhir pemerintah mencanangkan program “wisata religi”.

Selain datang secara individu, tidak jarang peziarah datang dengan cara

rombongan. Mereka menyewa bus dan melakukan perjalanan selama

beberapa hari untuk mengunjungi beberapa makam wali, terutama

ziarah ke makam wali songo.

Maraknya fenomena ziarah kubur di Indonesia tidak terlepas dari

program “wisata religi” yang pemerintah canangkan tadi. Ziarah kubur

juga sebuah tradisi keagamaan yang sudah hidup dan berakar lama di

dalam tubuh Islam terutama Indonesia yang mayoritas penduduknya

beragama Islam. Sehingga tidak heran apabila semakin banyak umat

Islam yang rela melakukan perjalanan panjang demi menziarahi tokoh-

tokoh tertentu yang dianggap penting bagi mereka, terutama tokoh-

tokoh yang memiliki keutamaan tertentu yang lazim disebut wali


40

Seorang wali memiliki arti penting bagi masyarakat Muslim,

terutama Muslim Jawa. Seorang wali adalah seorang hamba yang

istimewa karena kedekatannya kepada Allah SWT. Karena kedekatan

itu ia memperoleh keistimewaan dan memperoleh kelebihan yang tidak

dimiliki oleh orang lain. Salah satu keistimewaan tersebut adalah

permohonannya lebih didengar oleh Allah daripada manusia biasa.

Oleh karena itu tidak mengherankan bila mayoritas peziarah, yang

umumnya manusia biasa dan merasa kedudukannya lebih rendah

daripada seorang wali mendatangi makamnya dengan harapan bisa

memperoleh keistimewaan yang dimiliki oleh orang lain. Salah satu

permohonan tersebut adalah permohonannya lebih didengar oleh Allah

S.W.T daripada manusia biasa. Berpotensi melakukan perbuatan yang

dilarang, bedah halnya dengan laki-laki.

f. Aspek yang medukung kegiatan ziarah kubur

Di dalam berkunjung ke makam seseorang yang sudah meninggal

memiliki suatu aspek yang bisa menduduk suat kegitan tersebut

sebagai berikut:

1.) Adab ziarah kubur

Berziarah kubur, jika dilakukan sebagaimana mestinya mendapat

pahadal sebab melakukan sunnah Rasulullah. shallallhu ‘alaihi wa

sallam. Pada waktu ziarah kubur kita harus mematuhi ketentuan-

ketentuan (sunnah) Rasulullah supaya tidak terseret kepada kesyirikan

tentang ini di peringatan bahwa: jangan sekali-kali berziarah kubur


41

sekalipun dengan tujuan meminta syafaat, sebab tidak ada kubur yang

memberi syafaat. 38 Ada ziarah kubur yang sesuai syair’at dalam

berkunjung ke makam hendaknya kita sealalu memperhatikan adab

dan etika sebagai berikut:

a.) Berwudu Sebelum Ziarah

Sebelum ziarah kubur, sebaiknya kita berwudu terlebih dahulu dari

rumah atau ketika hendak memasuki makam. Biasanya ada fasilitas

berwudu di area permakaman

b.) Mengucapkan salam

Rasulullaj SAW menagnjurkan agar umatnya mengucap salam ketika

berziarah kubur. Adapun bacaan salam tersebut yaitu sebagai berikut:

Assalamu ‘alaikum daro qoumi mukminin.

Artinya: “Kesejahteraan semoga tercurahkan atas sekalian


wahai penghuni perkampungan kaum mukminin.”

c.) Menghadap kiblat

Saat mendoakan orang-orang mati di kuburan, Rasulullah Saw

menganjurkan untuk menghadap kea rah kiblat.

d.) Membaca Doa

Untuk mayit. Adapun doa yang dapat dibaca seperti surat Yasin, ayat

kursi, doa tahlil, alfatihah, surat pendek, dan zikir.

38
Abbas Hasab, Pendoman Penyelamatan Jenazah Cet ke-3 (Jakarta:Harmonis, 2002)h.93
42

e.) Membaca Surat Pendek

Usai membaca doa khusus untuk mayit, kemudian membaca surat-

surat pendek. Riwayat Al Marwazi dari Ahmad bin Hambal, beliau

bersabda: “ Bila kalian masuk ke dalam taman makam (kuburan), maka

bacalah al Fatihah, surat Al Ikhlas, dan Al Muwaawidzatain (al Falaq

dan An Naas). Jadikanlah pahalanya untuk mayit-mayit di kuburan

tersebut, karena sungguh pahalanya sampai kepada mereka.”

Rasulullah Saw juga mengajarkan kepada umatnya untuk menutup

dengan membaca surat Al Fatihah setelah selesai mendoakan si mayit.

f.) Membaca Yasin

Dalam satu hadisnya, Rasulallah bersabda yang artinya, " Barangsiapa

berziarah ke kuburan kedua orang tuanya setiap Jumat, lalu

membacakan di sisinya Surat Yasin, niscaya akan diampuni sebanyak

jumlah ayat dan huruf yang dibaca."

Hadis riwayat Ibnu ‘Adi dari Abu Bakar ini masih diperselisihkan

para pakar ahli hadis. Dalil membaca surat Alquran di kuburan

memang tidak ada yang shahih dari Rasulullah. Semuanya dhaif

seperti yang dijelaskan al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfah al-

Ahwadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi.

Namun, bukan berarti hadis dhaif tersebut tidak boleh diamalkan.

Apalagi hadis tersebut di atas dikuatkan pendapat para ulama.


43

Seperti riwayat al-Marwazi dari Ahmad bin Hanbal, beliau

mengatakan: " Bila kalian masuk ke dalam taman makam (kuburan),

maka bacalah al-Fatihah, Surat Ikhlash dan al-Muawwidzatain (al-

Falaq dan an-Naas). Jadikanlah pahalanya untuk mayit-mayit kuburan

tersebut, karena sungguh pahalanya sampai kepada mereka."

Riwayat Abu Hurairah juga mengatakan bahwa Rasulallah bersabda, "

Siapa saja yang masuk kuburan kemudian membaca al-Fatihah, al-

Ikhlash dan at-Takatsur dan lalu berdoa ’Aku jadikan pahala kalam-

Mu yang telah aku baca untuk penduduk kuburan muslimin dan

muslimat'. Maka mereka (ahli kubur) akan memintakan syafaat

kepada Allah untuk orang tersebut."

g.) Tidak duduk dan menginjak bagian atas kuburan

Adab ziarah kubur selanjutnya adalah pastikan kamu menghormati

para penghuni makam dengan tidak menduduki dan menginjak

kuburannya. Hal ini sesuai dengan larangan Nabi Saw:

“ Janganlah kalian sholat (berdoa) kepada kuburan, dan


janganlah kalian duduk di atasnya." (HR. Muslim).

h.) Tidak melakukan hal-hal yang berlebih

Salah satu contoh bentuk sikap yang berlebihan dalam konteks

kuburan adalah menjadikan makam seperti masjid. Padahal

melakukan ritual sholat di kuburan sangat dilarang karena akan

mengikis makna ibadah yaitu menyembah hanya pada Allah SWT.

Hal berlebihan lainnya saat ziarah kubur adalah mencium batu nisan
44

atau menangis sambil meratapi makam di depannya. Bersikap

berlebihan dalam urusan agama adalah hal yang terlarang, termasuk

dalam melaksanakan ritual ziarah kubur ini. Rasulullah bersabda:

“Waspadalah kalian pada sikap berlebihan. Sesungguhnya


binasanya orang-orang sebelum kalian disebabkan
berlebihan dalam urusan agama." (HR. Ahmad)

i.) Hindari berkata tidak sopan

Berkata tidak sopan sebaiknya memang tidak dilakukan dimanapun

kamu berada, salah satunya di kuburan. Sebagai tamu di kuburan,

sebaiknya harus mengetahui adab dan adat setempat. Imam Nawawi

menyampaikan tidak baik jika di dalam pemakaman atau kuburan

bicara hal yang bathil atau buruk. Rangkaian doa ziarah kubur yang

lazim menurut Imam Muslim dalam kitabnya Al-Adzkar, dijelaskan

sebagai berikut ini. Rasulullah SAW mengajarkan untuk para peziarah

hendaknya awali dengan ucapan salam kepada ahli kubur, lalu

membaca surah Al-Quran, zikir, serta mendoakan yang diziarahi.39

2.) Tata cara dalam ziarah kubur

a.) Membaca Salam.

b.) Membaca surat Al-Fatihah 3x

c.) Membaca surat al-ikhlas 3x

d.) Membaca bagian awal surat Al-Baqarah

e.) Membaca ayat kursi dan membaca surat yasin


39
Eneng Reni Nuraisyah jamil, https://www.ayocirebon.com/read/2021/05/14/11012/tata-
cara-dan-bacaan-doa-ziarah-kubur-yang-benar di akses pada tanggal 23 mei 2021 pukul 20.00
WIB
45

f.) Membaca zikir, istighfar, dan shalawat seperti tahlil

g.) Membaca doa ziarah kubur.40

3.) Hikmah Ziarah Kubur

Di samping maksud utama ziarah kubur untuk mendo‟akan

terhadap mayat yang diziarahi agar mendapatkan maghfiroh

(ampunkan) dari Allah S.w.t., mendapatkan rahmat dan pahala, juga

mengandung hikmat yang sangat bermanfaat bagi yang berziarah

sendiri, di antaranya ialah :

a.) Mengingatkan alam akhirat

Bahwa kelak di alam akhirat, manusia dibangunkan (dihidupkan)

kembali oleh Allah S.w.t. untuk menerima keadilan dan balasan atas

segala amal perbuatan manusia semasa hidup di dunia,baik itu amal

yang baik (saleh) yang dibalas dengan pahala, maupun amal yang

buruk (jelek) yang akan dibalas dengan siksa (neraka), semuanya akan

mendapat pembalasan yang seadiladilnya.

b.) Untuk dapat berzuhud terhadap dunia

Zuhur terhadap dunia yaitu meninggalkan dunia untuk berbakti

kepada Allah s.w.t., artinya orang jangan sampai terpikat hati

ddenganan fikirannya dengan tipu muslihat dunia, tetapi ia dapat

menyalurkan harta benda yang diperolehnya dengan jalan yang halal

untuk beramal Saleh yang diredhai oleh Allah swt.seperti sedekah,

40
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin : Perjalanan Menuju Taman Surga, diterjemahkan
dari Riyadhus Shalihin oleh Zenal Mutaqin dkk, (Surabaya : Jabal, 2013), Cet. 6, h. 231-235
46

infaq dan zakatkan tersebut itulah harta yang hakiki dan abadi, yang

akan dapat diambil manfaatnya kelak di akhirat, sedang harta selai itu

hanya titipan dan tidak akan dibawa saat ajal menjemput.

c.) Untuk diambil suri tauladan

Setiap manusia pasti akan mengalami kematian, yang waktunya

tidak seorang pun yang mengetahui kecuali Allah Swt. Oleh karena

datangnya ajal yang tidak terduga tersebut, maka seharusnya

seseorang menyiapkan sejak dini bekal yang akan dibawa bila ajal

menjemput, bukan harta yang akan dibawa, tetapi amal-amal Saleh

yang akan dapat menolong.41

4.) Motivasi Ziarah Kubur

Ada tiga motivasi ziarah kubur yang harus kita ketahui

a.) Mengingat kematian

Kadang saat sekedar melintas di depan komplek pemakaman saja,

kita bisa tersadar bahwa kematian itu bisa datang kapan saja.

Terlebih dengan berniat ziarah kubur, maka akan semakin

menambah kesadaran kita bahwa kematian yang unpredictable

kedatangannya ini biasa memburu kita kapan saja, dan tentunya

akan membawa kita untuk cepat-cepat introspeksi diri untuk terus

menambah amalan kebaikan menutupi celah-celah keburukan yang

pernah dilakukan sebelumnya.

41
Muhammad Tholhah Hasan, op.cit, h.237-238.
47

b.) Mendoakan kebaikan

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadis sebelumnya tentang

kebolehan mendoakan ahli kubur dengan doa-doa yang baik,

bahkan Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam sendiri

mengajarkan kepada Aisyah tentang reaksi doanya. Hal ini

tentunya bisa menjadi motivasi bagi setiap orang untuk melakukan

ziarah kubur.

c.) Motivasi diri Memperbanyak Amal Baik

Banyak hal-hal yang hukumnya sunnah yang Rasulullah shallallhu

‘alaihi wa sallam ajarkan kepada umatnya, dan ziarah kubur adalah

salah satu dari sekian banyak amalan sunnah yang mudah untuk

dilakukan bahkan dipercayai mampu memberi keberkatan bagi

kedua belah pihak, baik yang berziarah atau kepada mayat yang

diziarahi.42

2.) Mawas Diri


a. Pengertian Mawas Diri

Mawas diri atau self awareness adalah sebuah sikap kehati-hatian

terhadap segala jenis bentuk ucapan maupun tindakan yang akan

dilakukan. Kata mawas diri memiliki persamaan kata, sinonim mawas

diri adalah introspeksi, berkaca, dan bercermin. Selain sikap lebih

berhati-hati dalam bertindak, mawas diri artinya adalah ketika

42
Firman Afrifandi, op.cit .h. 13
48

seseorang bercermin terhadap semua tindakan yang dapat berakibat

buruk atau menimbulkan adanya sebuah penyesalan di akhir.

Menurut KBBI edisi 2 Balai Pustaka 1993, mawas diri adalah

sebuah sikap melihat, yaitu dalam arti memeriksa, mengintrospeksi

dan mengoreksi kesalahan diri sendiri secara terbuka dan jujur agar di

kemudian hari tidak melakukan kesalahan yang sama.

Mawas diri adalah suatu metode yang digunakan untuk memilah

rasa sendiri dengan rasa orang lain untuk meningkatkan kemampuan

menghayati rasa orang lain. Keberhasilan dalam mawas diri akan

membawa seseorang pada rasa bahagia. Di dalam psikologis kegiatan

mawas diri dapat dijelaskan bahwa ketika seseorang menentukan

pilihan untuk mengikuti catatan yang berarti lebih emosional akan

menghasilkan kramadangsa yang didominasi efek negatif (karep);

sedangkan pilihan untuk tidak mengikuti catatan lebih bersifat rasional

dan didominasi afek positif sehingga bersifat altruistic. Oleh karena

itu, kebahagiaan dapat diraih apabila seseorang mampu memposisikan

dirinya secara mandiri dan terbebas dari karep. Seseorang akan merasa

bahagia apabila mampu menghayati perasaan bahagia yang dirasakan

oleh orang lain.43

43
Wiwien Dinar Pratisi, konsep mawas diri Suryomentaram dengan regulasi emosi,
Jurnal fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Vol.13, No.1,
2012, h.18
49

Sikap mawas diri dilakukan sepenuhnya berdasarkan kemauan diri

sendiri, secara sadar diri dan tanpa melalui paksaan dari orang lain

maupun pihak manapun. Mawas diri adalah sebuah sikap cara

membawa diri dengan cara mengatur emosi dan tindakan yang

terkendali agar tidak menimbulkan efek negatif di kemudian hari dan

tidak merugikan orang lain. Dalam menjalani hidup sehari-hari, pola

dan kebiasaan hidup kita secara tidak langsung juga akan berdampak

kepada orang lain. Jika kebiasaan tersebut berdampak, maka bukan

tidak mungkin hal tersebut dapat merugikan orang lain. Maka dari itu,

diperlukan sikap mawas diri agar dapat mengendalikan sikap, kata-

kata, dan perbuatan kita. Sikap mawas diri merupakan naluri dasar

manusia, dan hal tersebut dapat memberikan kedewasaan sikap

terhadap perilaku seseorang.

Esensi mawas diri tidak jauh berbeda dengan pengertian sikap

penuh perhatian. Dengan cara ini, selain dapat menjaga suatu

keseimbangan, bersamaan dengan ini pula dapat membawa

peningkatan pengembangan ke arah dimensi yang lebih tinggi, yaitu

integrasi pribadi menuju ke pertumbuhan spiritual dalam dimensi

identitas manungsa tanpa tenger.Keterampilan melakukan mawas diri

memang tidak serta merta langsung dimiliki begitu saja, melainkan

harus dilatih setahap demi setahap. Kualitas mawas diri seseorang akan

semakin meningkat seiring dengan kualitas kesadaran yang semakin

tinggi.
50

b. Pengertian Mawas Diri Menurut Para Ahli

1.) Menurut Damardjati Supadjar

Damardjati Supadjar adalah seorang pakar filsuf Jawa yang

telah banyak memberikan kontribusi pemikiran, dan hasil

pemikirannya ini telah banyak dituangkan ke dalam berbagai

kajian ilmu dan media massa seperti bentuk tafsir Jawa,

Ketuhanan, serta Pancasila. Salah satu bentuk pemikirannya

tertuang dalam sebuah buku berjudul Mawas Diri. Menurut

Damardjati, manusia perlu untuk menggugah sikap mawas diri dan

mengartikan makna hidup agar dapat mengoreksi diri demi

menghadapi berbagai situasi mengkhawatirkan yang terjadi dalam

masyarakat.

2.) Menurut Stephen Covey

Covey pernah menulis sebuah buku yang berjudul First Things

First. Di dalam buku tersebut terdapat penjelasan empat sisi

potensial yang harus dimiliki manusia agar bisa maju. Salah

satunya adalah sikap mawas diri atau self awareness.

3.) Menurut Marbangun Hardjowirogo

Mawas diri adalah sikap melihat kembali kepada diri masing-

masing atau dalam secara psikologis disebut sebagai introspeksi

diri. Introspeksi ini adalah sikap meninjau kembali kepada hati

nurani untuk melihat kesalahan maupun kebaikan yang telah

dilakukan. Baik dan buruk suatu tindakan, hanya dapat dinilai dari
51

lubuk sanubari seseorang. Berawal dari sanalah, akan muncul

sikap dan tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah

dilakukan.

4.) Menurut Ki Ageng Suryomentaram

Beliau adalah seorang filsuf Jawa di awal abad 20 an. Menurut

filsafat Jawa, mawas diri adalah ketika manusia terpengaruh dari

pengalaman masa lalu, sehingga berakibat melakukan tindakan

yang tidak baik dan tidak dipikirkan terlebih dahulu / terlalu

tergesa-gesa bertindak. Hal ini disebut sebagai kramadangsa,

yakni sifat egois seseorang yang hanya mementingkan

kepentingan bagi dirinya sendiri. Sehingga apabila keinginannya

tidak terpenuhi, maka bisa saja seseorang tersebut bertindak buruk

dan dapat merugikan orang lain. Menurut Suryomentaram, setiap

orang pasti memiliki sifat 5kramadangsa ini di dalam dirinya,

sehingga harus terus dilakukan pengawasan dan kontrol diri agar

tidak menguasai pikiran secara dominan.

5.) Menurut Immanuel Kant

Filsuf dari Jerman ini menyebut sikap mawas diri sebagai


transendental
kesadaran diri atau dalam bahasa Jerman adalah

transzendentales selbstbewusstsein. Yang dimaksud dengan

kesadaran transendental yaitu berhubungan dengan hal-hal yang

bersifat metafisika dan epistemologi, bukan suatu hal yang dapat


52

diukur dan dijelaskan secara ilmiah. Menurut filsuf-filsuf Jerman,

kesadaran diri merupakan bagian dari sikap mawas diri.44

c. Aspek-aspek Mawas Diri

Menurut Ahmad (2008), mawas diri atau self awareness pada

individu terdiri dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1.) Konsep diri (self-concept)

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.

Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu

tentang diri mereka sendiri (karakteristik fisik, psikologis, sosial dan

emosional)

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh

seorang individu terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki

individu mengenai diri ( calhoun dan Acocella 1995).

a.) pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan yang

dimiliki individu merupakan apa yang individu ada satu daftar julukan

yang menggambarkan tentang dirinya, hal ini mengacu pada istilah-

istilah kuantitas seperti nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan,

pekerjaan, agama dan sebagainya dan sesuatu yang merujuk pada

istilah-istilah kualitas, seperti inidividu yang egois, baik hati, tentang

44
Index. Mawas diri dalam kerja, http://ciputrauceo.net/blog/2016/5/16/mawas-diri-
dalam-bekerja, diakses pada tanggal 20-februari 2021
53

dan bertemperamen tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh dengan

membandingkan diri individu dengan kelompok pembandinya (orang

lain). Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang

hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku

individu tersebut atau cara mengubah kelompok pembanding. Dalam

membandingkan diri sendiri dengan orang lain maka julukan yang tepat

untuk membedakan adalah perbadaan kualitas.

b.) Harapan

Dimensi kedua dari konsep adalah harapan. Harapan merupakan

aspek dimana individu mempunyai berbagai pandangan kedepan

tentang siapa dirinya, menjadi apa di masa mendatang, maka individu

mempunyai pengharapan terhadap dirinya sendiri untuk menjadi diri

yang ideal dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

c.) Penilaian

Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri

sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya sendiri

setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu

tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapar dan

terjadi pada diirnya sendiri dan dengan menilai hal ini merupakan

standar masing-masing individu.

2.) Proses menghargai diri sendiri (self-esteem)

Harga diri adalah dasar untuk membangun hubungan antar manusia

yang positif, proses belajar, kreativitas serta rasa tanggung jawab


54

pribadi. Harga diri merupakan semen yang melekat kepribadian

individu menjadi satu struktur yang positif, utuh, dan efektif. Pada tiap

tahapan kehidupan individu, harga diri inilah yang menentukan tingkat

kemampuan mengolah sumber daya atau potensi yang dibawanya sejak

lahir. Menurut Coopersmith harga diri terdiri empat aspek yaitu:

a.) kekuatan (Power)

kekuatan atau power menunjuk pada adanya kemampuan

seseorang untuk dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan

mendapat pengakan atas tingkah laku tersebut dari orang lain kekuatan

dinyatakan dengan pengakuan dan penghormatan yang diterima seorang

inidividu dari orang lain dan adanya kualitas atas pendapat diutaraka

oleh seseorang individu yang nantinya diakui oleh orang lain.

b.) Keberartian (significance)

Keberartian atau significance menunujuk pada kependulian

perhatian, afeksi dan ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari

orang lain yang menunjukkan adanya penerima dan popularitas

individu dari lingkungan sosial. Penerima dari lingkungan ditandai

dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan dan

adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan

menyukai individu sesuai dengan keadaan diri yang sebenarnya.

c.) Kebijakan (virtue)

Kebijakan atau virtue menunjuk pada adanya suatu ketaatan untuk

mengikuti standar moral dan etika serta agama dimana individu akan
55

menjauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah

laku yang dizinkan oleh moral,etika dan agama seseorang yang taat

terhadap nilai moral, etika dan agama dianggap memiliki sikap yang

positif dan akhirnya penilai positing terhadap diri yang artinya

seseorang telah mengembangkan harga dari positif pada diri sendiri.

d.) Kemampuan (competence)

Kemampuan atau competence menunjuk pada adanya performasi

yang tinggi untuk memenuhi keutuhan mencapai prestasi dimana leve

dan tugas-tugas tergantung pada variasi usia seorang.

3.) Identitas diri individu yang berbeda-beda (multiple selves)

Identitas berbeda atau multiple selves adalah ketika individu

melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial.

Ketika individu tersebut terlibat dalam suatu hubungan interpersonal,

maka ia memiliki dua konsep diri. Pertama, persepsi mengenai diri

sendiri, dan persepsi tentang orang lain terhadap diri individu itu

sendiri. Kedua, identitas berbeda juga dapat dilihat dari bagaimana

individu memandang diri ideal-nya. Yaitu saat bagian konsep diri

memperlihatkan siapa diri individu yang sebenarnya dan bagian lain

memperlihatkan ingin menjadi apa (idealisasi diri). Identitas ini disebut

juga dengan kesadaran diri pribadi dan kesadaran diri publik. Dalam

studi empirik tentang perkembangan identitas Marcia (Desmita, 2008)

menginterview aspek-aspek identitas yaitu:


56

a.) Perkerjaan

Kesadaran remeja akan keberadaan dirinya berkaikan dengan

kemampuan menyelesai konflik dalam memilih perkerjaan.

b.) Keyakinan agama

Kesadaran remaja akan keberadaan dirinya berkaitan dengan

kemampuan menyelasaikan konflik dalam keyakian agama.

c.) Politik

Kesadar remaja akan keberadaan dirinya berkaitan dengan kemampuan

menyelesaikan konflik dalam menganut paham politik tertentu.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mawas Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mawas diri atau Self

Awareness. Menurut Bulechek (2015) sebagai berikut:

1.) Pikiran

Berpikir merupakan sebuah representasi simbol dari beberapa

peristiwa atau item. Berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang

tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah pikiran sendiri

ada dua macam yaitu pikiran sadar dan bawah sadar.

2.) Perasaan

Perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari

persepsi, sebagai akibat stimulus baik yang bersifat internal maupun

eksternal. Beberapa sifat tertentu yang ada umumnya perasaan

berkaitan persepsi dan merupakan reaksi terhadap stimulus yang

mengenainya.
57

3.) Motivasi

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan

tertentu.

4.) Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan

sebagainya dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku

manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar.

5.) Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indranya. Pengetahuan merupakan hasil mengingat

sesuatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami

baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

6.) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku

orang atau kelompok


58

e. Mawas Diri Menurut Islam dan Psikologi

1.) Mawas diri menurut pandangan Islam

Dalam pandangan Islam mawas diri memiliki proses merupa

kesadaran diri menuju pengembangan potensi sangat diperlukan

usaha terus menerus yang dilakukan dengan berbagai cara bentuk

untuk membuat daya potensi diri (jasmani dan rohani) dapat

terwujud secara baik dan optimal. Hal itulah yang akan membawa

seseorang kepada pencapaian taraf kedewasaan yang sesungguhnya.

Dalam islam merupakan hal yang sangat penting untuk diciptakan

hal ini disebabkan kesadaran itu diperlukan untuk mencapai situasi

kehidupan yang lebih baik, intinya dari hidup sesungguhnya

kesadaran diri. Setiap diri semestinya menyadari akan eksistensinya

setiap diri memiliki kesadaraan yang ditinggi dikaitkan dengan

tujuan hidup, tugas hidup, tentang hidup, teman hidup, melawan

hidup, perbekalan hidup dan berakhirnya hidup.

Kesadaran diri dalam kecerdasan emosi yakin mampu mengenal

dan memilah-milah perasaan, menyadari kehadiran eksistensi emosi,

mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri. Sehingga dengan

mengetahui seseorang bisa mendayagunakan, mengekspresikan,

mengendalikan dan juga mengkomunikasikan dengan pihak lain.

Dari berbagai keterampilan kecerdasan emosional yang paling

mendasar adalah penyadaran diri. Karena tanpa menyadari apa yang


59

seseorang rasakan, seseorang tidak akan mampu bertindak dan

berpikir tepat sesuai dengan situasi yang ada.45

Kesadaran diri ini juga terkait dengan kemampuan manusia

untuk tahan menghadapi cobaan, kemampuan untuk tetap tenang dan

berkonsentrasi, tahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap

tegar menghadapi konflik Istilah pengendalian diri sama juga dengan

sabar, jika sabar telah tumbuh dalam diri seorang muslim, maka ia

dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai keridhaan Allah.

Firman Allah dalam surat:

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan


(kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Q.S. Al-Baqarah: 153)46

Berbicara mengenai pentingnya kesadaran diri. Banyak orang

yang sulit merasakan perasaannya sendiri. Dan itulah yang

mengakibatkan orang ini menjadi sulit pula merasakan perasaan

orang lain. Logikanya jika untuk perasaannya sendiri saja ia sulit

45
Nthony Dio Martin, Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan Revitalisasi
Hidup melalui Kekuatan Emosi, Penerbit Arga, Jakarta, 2003, h. 190
46
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung:diponegoro,2010), h. 23.
60

untuk merasakan tentunya lebih sulit bagiannya untuk merasakan

apa yang terjadi pada diri orang lain.47

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa mawas diri

dalam pandangan Islam diperlukan penyadaran diri merupakan

kemampuan manusia menjadi pengendalian kehidupan yang dijalani.

Intinya, jangan sampai seseorang terperangkap dalam aktivitas yang

tidak mampu dipahami.

2.) Mawas Diri Menurut Pandangan Psikologi

Dalam pandangan psikologi mawas diri sebagai berikut:

Menurut (Prihartanti,1994) mawas diri merupakan cara yang

memungkinkan seseorang untuk memahami diri sendiri

termasuk kemampuan dan kelemahan diri sendiri. Melalui

pemahaman diri ini seseorang akan lebih mudah

mempraktekkan strategi mulur mungkret dalam menentukan

saat yang tepat kapan harus menuruti atau meningkatkan

keinginannya (mulur) dan kapan harus bersikap menurunkan

keinginannya (mungkret) agar lebih mudah dicapai. Pemahaman

terhadap sifat keinginan yang mulur mungkret diikuti penerapan

strategi mulur mungkret yang tepat, dapat mengurangi gangguan

47
Anthony Dio Martin, Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan Revitalisasi
Hidup melalui Kekuatan Emosi, h. 193
61

penyesuaian diri, khususnya pada aspek kecemasan, rasa

tertekan, dan sensitivitas emosional.

Dalam mawas diri ada usaha penjernihan pikiran yang

memungkinan seseorang terhindar dari merasa paling benar

(penganggep bener) yang akan membela diri sendiri sebagai

paling benar. Proses ini secara psikologis akan melibatkan

pikiran dan penghayatan perasaan seseorang dalam usahanya

untuk mengerti tanpa memberi penilaian terhadap hal-hal yang

diamati dalam perenungannya. Selain itu, melalui proses ini

seseorang dapat mengubah situasi rutin yang penuh dominasi

eksternal dan berlaku secara otomatis menjadi kesadaran yang

tidak otomatis. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa

dengan mawas diri , seseorang akan menjadi bahagia dan

sejahtera.

Dalam melatih keterampila mawas diri, individu dapat

berkonsentrasi untuk latihan bertindak secara proporsional

dalam pengertian sabutuhe, saperlune, sacukupe, samestine,

sakepenake, dan sabenere (sesuai kebutuhan, sesuai keperluan,

secukupnya, semestinya, seenaknya dan sebenarnya).

Sabutuhe, saperlune dan sacukupe artinya dapat membatasi

kebutuhan hidupnya untuk tidak sampai berlebihan.

Sakepenake yaitu tanpa harus memaksakan diri (ngoyo,


62

ngongso). Sabenere dan samestine artinya hal yang dilakukan

menurut jalan lurus, benar, adil, dan susila.

Membatasi kebutuhan hidup agar tidak berlebihan merupakan

usaha untuk tidak terjebak pada reaksi impulsif yang sekadar

memuaskan keinginan pribadi. Kebutuhan berbeda dengan

keinginan. Kebutuhan merupakan sesuatu yang mendasar yang

harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup manusia,

sedangkan keinginan bukanlah sesuatu yang mutlak harus

dipenuhi. Misalnya makanan merupakan kebutuhan manusia,

namun bahwa makanan harus yang enak dan banyak bukan

kebutuhan lagi tetapi lebih kepada keinginan untuk memenuhi

selera. Aku kramadangsa membuat seseorang terdorong untuk

memiliki lebih dari apa yang dibutuhkan, di luar kepatutan dan

secara moral tidak dapat dibenarkan. Sikap berlebihan untuk

kepentingan pribadi dapat mengurangi atau bahkan

menghilangkan kesempatan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Keberhasilan dalam melakukan mawas diri akan membawa

seseorang bertumbuh menuju pengembangan dimensi

manungsa tanpa tenger yang sehat, sejahtera, bahagia. Mawas

diri mengacu pada upaya untuk memahami diri sendiri,

keinginan-keinginan sendiri serta susahnya dan senangnya

sendiri. Mawas diri dapat menjadi jalan yang benar menuju ke


63

pemahaman diri, pengarahan diri, serta akhirnya penyadaran

diri. Dalam cara esoteric tahap integrasi diri diikuti dengan

latihan-latihan olah kasampurnan berupa transformasi diri yaitu

“aku” yang lama berubah menjadi “aku” yang baru, dengan

catatan “aku” ini tetap merupakan kontinum dari “aku” semula.

Kondisi ini akhirnya akan sampai pada tahap leburnya

individualitas dalam universalita.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), maka

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Menurut Beni Ahmad Saebani dalam bukunya “Metodologi

Penelitian” ,penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti kondisi objek yang ilmiah (sebagai lawannya eksperimen),

dengan pendekatan deskriftif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan

menguraikan, mengambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang

ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, serta fenomena-

fenomena yang terjadi48.

Moelong menjabarkan sebelas karakteristik pendekatan kualitatif, yaitu:

“menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai instrumen utama,

menggunakan metode kualitatif (pengamatan, wawancara, atau studi dokumen)

untuk menjaring data, menganalisis data secara induktif, menyusun teori dari

bawah ke atas (grounded theory), menganalisis data secara deskriptif, lebih

mementingkan proses daripada hasil, membatasi masalah penelitian

berdasarkan fokus, menggunakan kriteria tersendiri (seperti triangulasi,

pengecekan sejawat, uraian inci, dan sebagainya) untuk memvalidasi data,

menggunakan desain sementara (yang dapat disesuaikan dengan kenyataan di

48
Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 122.

64
65

lapangan), dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama oleh

manusia yang dijadikan sebagai sumber data”.49

Dari pengertian di atas tentang metedologi penelitian menyimpulkan

bahwa metodologi merupakan metedologi penelitian yang di ambil penulis

yaitu metodologi kulitatif yang mana metodologi ini langsung kelapangan

melihat keadaan yang ada di lapangan untuk memperoleh suatu data yang

bersifat verbal, kalimat serta fenomena yang ada di lapangan tersebut.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Berdasarkan penelitian ini ada jenis data yang digunakan yaitu jenis

data kualitatif. Data tersebut berdasarkan dari penelitian lapangan dari

objeknya langsung yaitu kebiasaan masyarakat kota Palembang

melakukan ziarah pada makam Kiai Merogan.

2. Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini terbagai menjadi dua bagaian

yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

a. Sumber primer

Sumber primer adalah data yang di dapatkan langsung dari lapangan

oleh peneliti dan bentuk wawacara pada peziarah makam Kiai Merogan.

b. Sumber sekunder

49
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revis”i, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 8.
66

Sumber sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Adapun sumber data kedua pada

penelitian ini didapat dari juru kunci, pengurus, tokoh masyarakat dan

peziarah di sekitar makam Kiai Merogan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini menngunakn teknik observasi,

kuesioner dan dokumentasi. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan kegiatan mencari informasi mengenai data yang

diperoleh untuk mengetahui hasil sehingga dapat memberikan suatu

kesimpulan atau diagnosisi, pelaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin

tercapai.50 observasi yang digunakan penelitian ini adalah mengamati kondisi

dan situasi masyarakat kota Palembang yang berziarah untuk mengetahui

kolerasi antar kebiasan ziarah kubur dengan prilaku mawas diri pada peziarah

makam Kiai Merogan di masyarakat kota Palembang.

Pada penelitian ini instrumen observasi yang digunakan berupa tabel check

list, sebagai berikut:

50
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), Cet.3, h. 131.
67

Tabel 3.1

Pedoman Observasi

Gambaran ziarah kubur

NO PERILAKU YA TIDAK

1 Kebiasaan ziarah kubur

2 Melaksanakan ziarah kubur

3 Tata cara ziarah kubur

4 Bersikap positif

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah metode yang dilakukan melalui dialog secara langsung

antara pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh data dan

informasi yang dibutuhkan. 51 Jenis wawancara yang peneliti gunakan yaitu

wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah wawancara

dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat namun peneliti

dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitan untuk mendapatkan

informasi yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan

wawancara atau pendekatan dengan beberapa narasumber, tentang hal-hal yang

berkaitan dengan kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada

peziarah makam kiai marogan masyarakat kota palembang.

51
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), cet, IV, h. 231.
68

Adapun instrumen wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah

pedoman wawancara yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan

masalah pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara

a.) Poses kebiasaan Ziarah Kubur


Aspek Indikator Pertanyaan
Adab dan tata cara 1.) Berwudhu terlebih a.) Apa saja yang
ziarah kubur. dahulu dilakukan ketika
2.) Mengucapkan ziarah kubur?
salam b.) Adab apa saja
3.) Menghadap kiblat yang dilakukan
4.) Membaca doa ketika ziarah
5.) Membaca surat kubur?
pendek c.) Selain di tempat
6.) Membaca yasin ini adakah di
7.) Tidak melakukan tempat lain
hal-hal yang berziarahnya?
berlebihan d.) Berapa sering
8.) Hindari berkata anda melakukan
tidak sopan ziarah kubur
9.) Membaca bismilah pada tempat ini?
10.) Membaca surat e.) Doa apa saja
Al-fatihah 3x yang anda
11.) Membaca surat bacakan pada
Al-Ikhlas 3x saat berziarah?
12.) Membaca ayat f.) Apakah anda
kursi dan membaca pernah dalam
69

surat yasin ziarah kubur


13.) Membaca melakukkan hal-
zikir, istigrar, dan hal yang tidak
shalawat seperti sesuai dengan
tahli. adab aturan
14.) Membaca doa ziarah kubur?
ziarah kubur. g.) Apa tujuan anda
berziarah di
makam Kiai
merogan?

b.) Gambaran Perilaku Mawas diri


Aspek Indakator Pertanyaan
1. Konsep diri 1.) Penegtahuan a.) Apa yang
2.) Harapan biasnya kamu
3.) Penilaian lakukan kepada
dirimu sendiri?
b.) Bagaimana jika
kamu
menyikapi
suatu kegagalan
dalam hidupmu
c.) Bagaimana cara
kmu bersikap
didepan orang
banyak?
2. Proses 1.) Kekuatan a.) Bagaimana cara
mengahargai 2.) Keberartian kamu bertindak
diri sendiri 3.) Kebijakan kehidupan
4.) Kemampuan sehari-hari?
70

b.) Bagimana cara


anda
mengingatkan
akan
pentingnya
waktu?
c.) Apa yang kamu
inginkan dalam
hidup saat ini?
d.) Bagaimana
caramu
menggapai cita-
cita?
e.) Pernah
merasakan
tidak bangga
kepada diri
sendiri?
3. Indentitas diri 1.) Perkerjaaan a.) Bagaimana cara
individu yang 2.) Keyakian agama anda mengenal
berbeda-beda 3.) Politik dan mengetahui
mana ketaatan
dan mana
larangan?
b.) Bagaimana cara
kamu menykapi
pendapat orang
lain yang tidak
sama?
71

c. Peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri


Aspek Indikator Pertanyaan
Hikmah dan 1.) Mengingatkan a.) Ketika anda
motivasi ziarah alam akhirat berziarah kubur
kubur 2.) Untuk dapat apakah terlintas
berzuhud terhadap fikrian akan
dunia mengingat alam
3.) Untuk diambil suri akhirat?
tauladan b.) Bagaimana sikap
4.) Mengingat anda jika
kematian mengingat alam
5.) Mendokan akhirat saat
kebaikan ziarah kubur?
6.) Motivasi diri c.) Apakah saat anda
memperbanyak peziarah ingat
amal baik akan zuhud
terhadap dunia?
d.) Bagaimana cara
anda ambil suri
tauladan saat
peziarah kubur?
e.) Adakan setelah
selesai ziarah
kubur berfikri
akan sama
seperti itu dan
tidak tau kapan
datang ajal dan
seberapa banyak
amal di dunia?
72

f.) Apakah Setiap


perziarah kubur
anda selalu
mendoakan
kebiakan untuk si
mayit?
g.) Setelah selesai
ziarah motivasi
diri saya sediri
dengan itu bisa
mengingat amal
kebaik yang
dilakukan dunia?

3. Teknik Dokumentasi

Dokementasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui

pencarian dan penemuan bukti-bukti dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa dokumen yaitu peninggalan dan karya Kiai Merogan , serta silisah

Kiai Merogan. Jadwal kegiatan yang dilakukan dan foto-foto kegiatan yang

berkaitan dengan kebiasan ziarah kubur dengan sikap mawas diri . Hal ini

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sejarah tentang makam Kiai

Merogan di Keluaran 1 Ulu Palembang.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaukan di lingkungan sekitara masjid dan makam Kiai

Merogan Keluaran 1 Ulu Palembang yang terletak di jalan inklaring. Kertapati,


73

Kota Palembang, Sumatera Selatan 30147. Dengan kapasitas 1000(1) , luas

bangunan 2.500 m2 dan luas tanah 2.374 m2. Alasan pemilih lokasi ini yaitu:

1. Secara Umum

Makam Kiai Merogan merupakan tempat wisata religi dari seluruh dunia

berziarah yang datang di makam Kiai Merogan ingin mendoakan Kiai dan

menenangkan jiwa mereka.

2. Secara Khusus

Lokasi penelitian dikenal, stategis, dan mudah dijangkau serta membuka

kesempatan selebar-lebarnya kepada para peneliti yang ingin mengembangkan

penelitinya.

E. Teknik Analisi Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisa data lebih difokuskan selama proses dilapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.52

Dalam proses analisa data, penulis menggunakan model Miles dan

Huberman, yaitu ada tiga macam kegiatan:

1. Redukasi Data (Data Reduction)

Meredukasi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang diredukasi akan

52
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h.336.
74

memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data (Display Data)

Setelah data diredukasi, maka langkah selanjutnya yaitu mendisplay data.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganiasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Bentuk yang sering dari model

data kualitatif selama ini adalh teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Verification)

Kesimpulan awal yang di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpuln yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.53

Dengan demikian dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dari penelitian ini

diharapkan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya belum jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas.

53
Ibid.,h. 341.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kiai Muara Ogan/ Kiai Marogan

a. Masa Kanak-Kanak Beliau

Kiai Muara Organ atau kiai Marogan, nama lengkapnya adalah

Mas Agus Hamid bin Mahmud Alias Cek Kanang. Beliau lahir di

kampung Karang Berahi (kini keluarahan Kertapati). Oleh karena

beliau ini berdomisili di Muara sungai Ogan Kerapati, maka orang-

orang menyebutnya Kiai Muara Ogan atau Kiai Merogan.54

Beliau lahir di fajar hari tahun 1227 H atau 1811 M, dari seorang

ayah bernama Mas Agus Majmud alias Cek Kanang ibunda Mas Agus

Abdul Hamid adalah seorang wanita Siam (Cina) bernama Verawati.

Mas Agus Abdul Hamid atau Kiai Marogan ini mempunyai seorang

saudara laki-laki, yang bernama Kiai Mudo karena lebih mudah dari

Kiai Muara Ogan. Kiai Mudo menyebarkan agama Islam atau

berdakwah ke daerah-daerah Betung, Sukarami, Gumay, Kartamulia,

Gelumbang, kabupaten Muara Enim dan lain-lain. Kiai mudo wafat di

Palembang dan makamnya ada disebelah luar dekat makam Kiai

54
Mgs. H.Memet Ahmad, buku sejarah Masagus Haji Abdul Hamid Kiai Muara Ogan,
(Palembang: dinas kebudayaan& pariwisata, 2012), h. 1

75
76

Muara Ogan Kertapati. Meskipun Kiai Mudo ini juga giat

menyebarkan atau mengajarkan agama Islam tetapi tidak setenar

kakaknya Kiai Muara Ogan.

Ayah kita Kiai Muara Ogan yang bernama Mas Agus Haji

Mahmud Alias Kanang adalah seorang pengusaha atau pedagang yang

juga seorang ulama, beliau adalah keturunan Ning rat atau rahja-raja

Palembang. Kiai Mas Agus Haji Abdul Hamid Alias Kiai Muara Ogan

wafat pada hari Selasa malam Rabu tanggal 17 Rajab tahun 1319 H,

bertepatan dengan tanggal 31 Oktober 1901 M dalam usia 90 Tahun.

Beliau dimakamkan di gubah disamping Masjid Muara Ogan Kertapati

Palembang.

Dari surat keputusan mahkamah agama Saudi Arabia, dapat

diketahui silsilah keturunan Kiai Muara Ogan. Beliau adalah keturunan

langsung dari sunan-sunan Palembang. Masagus Abdul Hamid

merupakan garis keturunan ketujuh dari sultan Palembang yang

bernama Susuhunan Abdurrahman Candi Walang (Raja Palembang ke-

10). Sunan-sunan Palembang memiliki garis keturunan dari wali

Songo melalui (Sunan Giri Ainul Yaqin). Wali Songo merupakan anak

keturunan nabi Muhammad SAW melalui cucunya Saidina Husen RA.

Sebagai kerjaan yang berdasarkan Islam, maka pendidikan agama

Islam amat di perhatikan baik di kalangan Istana maupun terhadap

rakyat. Kiai Mas Agus Abdul Hamid sebagi seorang yang lahir dengan

kecerdasan yang tinggi dapat menyerap semua Ilmu agama yang


77

dipelajarinya sehingga menjadikan beliau seorang yang amat dalam

ilmu agamanya dan berkarisma tinggi

b. Masa Remaja dan Dewasa Beliau

Pada masa remaja beliau, keadaan pada waktu itu cukup sulit dan

menderita. Apalagi kesultanan Palembang dihapuskan untuk selama-

lamanya oleh Belanda selaku pihak yang menang perang pada tahun

1823. Ketika usia beliau baru mencapai 9 tahun ayahnya tanah suci

Mekkah dalam perjalanan pulang dengan kapal laut. Pada waktu

melewati laut Aden Yaman Selatan, ayahnya tiba-tiba sakit dan

langsung meninggal dunia. Menurut kisah, pada waktu meninggalnya

ayah Kiai Marogan ini, kapal tidak mau bergerak dan selalu mengarah

ke daratan Yaman Selatan. Akhirnya setelah jenazah ayah Kiai Muara

Ogan ini dimakamkan di daratan yaitu Gubah Al Jawi Aden Yaman

Selatan, barulah kapal tersebut dapat meneruskan perjalanan pulang

ke Indonesia.55

Sejak yatim ditinggal ayahnya, Kiai Muara Ogan remaja harus

bekerja membanting tulang. Untuk menghidupi dirinya, beliau

membantu ibunya dengan berjualan kayu sepang (kayu untuk bahan

bakar) kadang ia juga menjadi seorang tambang (jasa perahu).

Mungkin karena rajin, jujur dan selalu ingin menuntut Ilmu terutama

ilmu agama Islam, maka usaha yang dirintis oleh Kiai Muara Ogan ini

55
Ibid, h.3
78

berkembang, konon sejak usia remaja ia telah dikenal dengan sebutan

tauke kayu (pengusaha kayu gelondongan/ Saw mill).

Selain giat berusaha beliau juga giat belajar agama Islam beliau

juga menekuni tarekat Samaniyah dari ayahnya sendiri Mas Agus Haji

Mahmud yang berguru kepada Shekh Muhammad Aqib dan Shekh

Abdul Shomad Al Falembani. Disamping itu beliau juga menguasai

ilmu-ilmu agama lain seperti, ilmu Tasawuf, ilmu Falak, ilmu Fiqih,

ilmu Hadis. Hal ini dapat diketehaui dari isnad-isnad yang diterbitkan

oleh Shekh Yasin padang (Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-

Fadani), Mudir Madrasah Darul Ulum Mekah. Ketika ia mencapai

usia dewasa Kiai Muara Ogan dikenal sebagai seorang ulama

penyebar agama Islam dan di usia yang hampir 40 Tahun beliau

dinikahkan oleh gurunya yang bernama pangeran Suryo Alim dengan

keponakannya.

Istri Kiai Muara Ogan ada dua Orang yang pertama bernama

Nyayu Muznah dan mempunyai duan orang anak, yaitu Mas Agus

Haji Muhammad Abumansur dan Mas Agus Hajjah Zahra. Istri yang

kedua bernama Raden Ayu Salmah dan mempunyai satu orang anak

yang bernama Mas Agus Haji Muhammad Usman.

Istri pertama yang bernama Nyayu Hajjah Muznah dan dua orang

anaknya, yaitu Mas Agus Haji Abumansur dan Masayu Hajjah Zahrah

meninggal dunia di Mekkkah dan dimakamkan disana. Sedangkan

istri kedua dan anaknya Mas Agus Haji Muhammad Usman


79

meninggal dunia di Palembang dan dimakamkan di gubah sebelah luar

makam Kiai Muara Ogan. Guru-guru Kiai Muara Ogan antara lain:

1.) Ayahnya, Masagus Haji Mahmud alias Cek Kanang bin Masagus

Taruddin (sebelum beliau mencapai 9 tahun)

2.) Pangeran Suryo Alim

3.) Syech Muhammad Akib bin Hasanudin

4.) Syech Muhammad Azhari bin Abdullah

5.) Syech Sambas, ulama kenamaan Indonesia yang bermukim di

Mekkah Saudi Arabia.

c. Peranan Kiai Muara Ogan dalam Dakwah Agama Islam

Peranan atau perjuangan Kiai Muara Ogan dalam penegmbangan

agama Islam bukanlah pekerjaan ringan, baik itu tenaga maupun harta

bendanya. Dalam hal ini perjuangannya telah diakui oleh banyak

kalangan tidak saja dari masyarakat kota Palembang, akan tetapi

masyarakat luar Palemabang pun mengakui eksistensi perjuangan Kiai

Muara Ogan, sebut saja masyarakat pemulutan, pedu, Jejawi, Batun,

Lingkris sampai ke hulu sungai Rotan dan lain-lain. Umumnya

masyarakat Batang hari sembilan mengakui eksistensi usaha dan

dakwah Kiai Muara Ogan ini.56

Selain mengajarkan agama Islam beliau juga mendirikan dan

memperbaiki masjid-masjid yang ada di daerah tempat beliau

56
Ibid, h.4
80

berdakwah seperti di dusun pedu, dusun pemulutan ulu, Ogan

Komering Ilir, Ulak Kerbau lama, Pegagan Ilir OKI, Mushollah di 5

Ulu Laut Palembang. Masjid di sungai Rota Jejawi, masjid di Talang

Pengeran pemulutan dan lain-lain.

Didalam berdakwah Kiai Muara Ogan mencontohi metod dakwah

Rasulullah SAW yang ketika pertama kali hijrah ke Madinah, beliau

membangun masjid Kubah dan masjid Nabawi sebagai pusat dakwah

dan perjuangan kaum Muslimin.

d. Peninggalan dan Karya Kiai Muara Ogan

Ada dua masjid yang dapat kita saksikan saat ini yang merupakan

peninggalan Kiai Muara Ogan yang sangat elok dan indah yaitu”

Masjid Muara Ogan”dikelurahan Kertapai dan “Masjid Mujahidin

Lawan Kidul” di keluarahan 5 Ilir Palembang. Kedua masjid ini

dibangun, diarsiteki dan dibiayai sendiri oleh Al-Mukarrom Kiai

Masagus Haji Abdul Hamid bin Mahmud alias Kiai Muara Ogan.

Kedua masjid ini dibagaikan anak yatim pada tanggal 6 Syawal 1310

H (23 April 1893 M) diwakafkan oleh Kiai Muara Ogan untuk

kepentingan umat kepada pemerintah Belanda melalui kepenghuluan

Agama Islam, yaitu sebuah surat yang berjudul “Nazar Munjaz, Wakaf

Lillahita’ala” kepenghuluan Agama Islam.

Peninggalan berupa kitab sanpai saat ini belum ditemukan, ada

yang menduga bahwa Kiai Muara Ogan ini adalah tipe ulama yang

tidak mengarang akan tetapi beliau berjuang dan berdakwah serta


81

berusaha. Kiai Pedatu’an yang dikenal banyak kitab dan pandai

mengarang adalah sahabat karibnya. Selain membantu ulama

Palembang lainnya beliau jiga dikenal sangat dermawan membantu

fakir miskin, sampai-sampai dahulu ada pameo Kiai Muara Ogan itu

betul-betul berjuang dan betul-betul ikhlas lillahi ta’ala membantu

orang miskin, mengobatinya dan sebagainya, peranan sosial dari ulama

Kharismatis ini.

Selain masjid peninggalan Kiai Muara Ogan ini adalah “Pulau

Kemaro”, pemondokan jammah haji di Mekkah Saudi Arabia yang

disewa oleh pemerintah Saudi Arabia yang sampai saat ini diurus oleh

ahli waris Kiai Muara Ogan yang berdomisili di Mekkah Saudi Arabia,

silsilah keturunan yang di tulis dari Mahkamah Agama Saudi Arabia

Mekkah. Ada beberapa gambaran peninggalan Kiai Muara Ogan

sebagai berikut:

Gambar 4.1 Bedug asli masjid Kiai Muara Ogan


82

Gambar 4.2 Ruang utama masjid Kiai Muara Ogan

Gambar 4.3 Makam Kiai Mara Ogan

e. Pandangan Masyarakat terhadap Kiai Muara Ogan

Kiai Mas Agus haji Abdul Hamid bin Mahmud Alias Kiai Muara

Ogan yang meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 1901 (dalam usia

90 Tahun) dan dimakamkan di Gubah samping masjidnya ini, di


83

pandangan masyarakat sebagai ulama besar yang disegani dan

dihormati. Sebagai tersendiri buat masyarakat Palembang.57

Pemerintah Hindia Belanda waktu itu enggan membongkar atau

menggusur makam dan masjidnya itu, padahal kalau dilihat dari sudut

ekonomi jelas tanjung tempat makam dan masjid Kiai Marogan ini

sangat strategis untuk stasiun kereta api. Ada juga masyarakat wong

kito yang terlalu fanatik dan memuja berlebihan terhadap keberadaan

makam yang serupa dengan makam raja Palembang Sultan Mahmud

Badarudin II (SMB I), makam yang dikenal oleh kalangan masyarakat

Palembang sebagai kawah Tekurep dengan bentuk manis seni Tampuk

Manggis.

Makam Kiai Muara Ogan ini sampai sekarang masih ramai

diziarahi orang setiap hari, lebih-lebih pada hari Jum’at dan hari

Minggu, baik dari Ulama, baik rakyat biasa maupun pejabat.

f. Beberapa kisah menarik seputra Kiai Muara Ogan

Ada beberapa kisah menarik seputra kehidupan sesudah beliau

wafat maupun sewaktu beliau masih hidup. Menurut cerita orang tua-

tua Palembang beliau ini termasuk seorang wali, yaitu satu tingkatan

dari seorang Kiai akan tetapi para wali ini biasanya dianugerahi Allah

SWT dengan berbagai “Karomah” yang tidak bisa diterima dengan

akal atau logika, misalnya tentang kewalian Sunan Kalijaga di tanah

57
Ibid, h.8
84

Jawa (wali sembilan) yang bisa membuat tiang masjid dari tatal kayu

(pecahan kayu). Begitupun dengan Kiai Muara Ogan ini dianatara lain

kisah-kisah kemasyhuran Kiai Muara Ogan yang masih dingat

penduduk adalah sebagai berikut:

1.) Kisah anak yatim

2.) Kisah tentang ikan

3.) Mengangkat balok dengan sebelah tangan

4.) Kisah buah memabukkan

5.) Kisah di dalam buah kelapa

6.) Kisah perahunya dihanyutkan orang

7.) Dapat menahan perahu agar tidak keram58

g. Makam Kiai Muara Ogan

Kiai Muara Ogan yang wafat pada tanggal 17 Rajab tahun 1319 H.

Atau 31 Oktober 1901 M. dimakamkan di samping masjid yang

didirkannya. Makam Kiai Muara Ogan termask salah satu peninggalan

arkeologi di Palemabang, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan

oleh A.Mujib Ali, bahwa makam Kiai Muara Ogan secara arkeologis

yakin ditandai oleh dua buah nisa dari batu andesit berwarna hitam,

tidak dibentuk layaknya menhir yang dipasang di atas makam bagian

kepala dan kaki.

58
Ibdi h.14
85

Menurut ketua Palembang, semasa hidupnya Kiai Muara ogan


bercanda
pernah berkata ( mungkin kepada teman-temannya) bahwa dia

sangat sayang kepada anak cucunya. “Ingatlah perkata saya ini bahwa

orang mati bisa menghidupki orang hidup”. Katanya.

Kata-kata ini terbukti dengan ramainya orang berziarah setiap hari

ke makam Kiai Muara Ogan samapai saat ini lebih-lebih pada hari

Jum’at dan hari Minggu. Anak cucunya tidak hanya dari”menjaga

makam” tetapi juga dari hasil” usaha pemondokan waris”nya di

Mekkah Saudi Arabia. Itulah salah satu karomah (keramat) Kiai Muara

Ogan yang tidak saja ketika beliau masih hidup tetapi setelah wafatpu

“Kharismatik magis”nya masih berbekas.59

Jadi sudah sepantasnya bila masjid Muara Ogan sudah berumur

134 tahun dengan makam keramat pendirinya berada di samping

masjid tersebut merupakan salah satu objek wisata air karena berada di

tepi Sungai Musi dalam hal ini sebgai objek wisata Rohani, harus kita

jaga dan kital lestarikan.

2. Peta Silsilah Kiai Marogan

Maulana Malik Ibrahim Raden Fatah

59
Ibdi, h.16
86

Maulana Ishak Mahdum Pangeran Trenggono

Sunan Giri/Raden Paku Sultan Prawoto

Pangeran Wirokesumo Penembahan kediri


Cirobon/M.Ali Nurdin
cc
Pangeran Sedo Ing Lautan
s
Pangeran Adipati Sumedang

Pangeran Sedo Ing Lautan

Nyai Gedi Ilir Ki Gede Ing Suro


Tua

Ki Tumenggung Nyai Gede Pembayun


Manco Negaeo

Ratu Sinuhun Pangeran Sedo Ing


Pasarean

Pangeran Sedo Ing Rajek Kimas Endi, Sultan Susuhunan


Abdurrohman Khalifatul Mulminin
Syaidul Imam

Pangeran Wirokesumu Subekti

Pangeran Wikromo Kerik


87

Pangeran Wirokesumo Karjo

Masagus Qomarudin Masagus Tarudin Masayu Khatijah

Masagus Mahmud alias Kanang

Masagus Haji Abdul Hamid/Kiai


Marogan
Bagan 4. 1
Sumber: dari Alm Bapak Prof. Dr. K.H.O Gajah Nata

Foto kopi peta sisilah Kiai Masagus Haji Abdul Hamid bin

Mahmud (Kiai Muara Ogan) dimulai dari Maulana Malik Ibrahim dan

Raden Fatah sampai ke Kiai Muara Ogan.60

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek

Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekitara masjid dan makam

Kiai Merogan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2021

sampai dengan 26 Agustus 2021. Data data diambil dan dikumpulkan

dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi

terhadap 4 orang subjek yaitu juru kunci (yang masih keturunan Kiai

Merogan), penjaga makam, dan 2 masyarakat kota Palembang yang

berziarah.

60
Ibid, h.21
88

a. Subjek 1 ( juru Kunci / masih keturunan Kiai Merogan)

Nama : MH

Umur : 65 Tahun

Alamat : JL.Ogan No.2861 RT.38 RW.12 Kel. Bukit Lama Kec.

Ilir Barat 1 Palembang.

Pendidikan : S1

b. Subjek 2 ( Penjaga Makam)

Nama : MS

Umur : 56 tahun

Alamat : JL.Perumas Sako

Pendidikan : S1

c. Subjek 3

Nama : AS

Umur : 28 tahun

Alamat : Jl. Aiptu Awahab,

Pendidikan : SMA

d. Subjek 4

Nama :S

Umur : 45 tahun

Alamat : jl inklaring

Pendidikan : SMP
89

2. Deskripsi data penelitian

a. Kebiasaan ziarah kubur masyarakat kota Palemabang

Hasil wawancara dalam bentuk diskusi terhadap 4 subjek yaitu

2 orang masyarakat yang berziarah, pejaga makam, dan juru kunci

Yang berada di lingkungan masjid makam Kiai Merogan sebagai

berikut.61

Tabel 4.1

Hasil Wawancara Terhadap 4 Subjek Yang Ada Di Lingkungan

Makam Kiai Merogan Untuk Mengetahui Kebiasaan Ziarah

Kubur Yang Dilakukan

No Pertanyaan Hasil Hasil Hasil Hasil


Wawancara Wawancara Wawancara wawancara
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4
1 Apa saja Melakukan Yang Biasa yang Yang saya
yang adab ziarah dilakukan saya lakukan lakukan ya dek
dilakukan dan ada mengucpakan berziarah yang saat berziarah
ketika mendoakan salam pertama yang pertama
berziarah? ahli kubur membaca doa berwuduh saya melihat
ada juga kepada ahli terlebih dahulu pakai
sudah kubur dahulu, yang saya
menjadi mengusap menucapkan pakai sopan
trandisi batu nisa Kiai salam. atau tidak terus
seperti hari Memintak yang kedua
jumat bantuan saya
berziarah kepada pejaga mengucpakan
banyak makam seperti salam lalu syaa
membawa nasi doa terus ke pejaga
gemuk, ada saya ke makam
juga makam kiai mmeberikan 1
membawa mendoakan buah ekor
ayam itu kiai terus saya ayam ya untuk
semua hanya usapkan batu bersedahkan

61
“MA”,”MS”, AS & “S”, subjek 1.2,3,4, wawancara tanggal 16 juli 2021
90

untuk ucapan nisa kiai aja kepada


terima kasih dengan tangan mereka kan
atau oleh-oleh saya dan saya biasanya di
dari peziarah pamitan lalu sana banyak
kepada keluar, yag anak-anak
petugas jelas dek kita yakim yang
makam yang berziarah ini kurang mampu
ada. sudah menjadi itu niat saya
kebiasaan aja hanya sedekah
dari dulu saja gak ada
hingga yang lain, lalu
sekarang ada saya izin
niat masing- untuk
masing dari mendoakan
individunya kiai setelah itu
selama itu saya keluar
tidak dari areh
makam
tersebut itu
yang saya
lakukan semua
itu sudah
menjadi
kebiasaan saja
dek.
2 Adab apa saja Adabnya ada Iya ada berapa Seperti Seperti
yang beberapa adab yang berwuduh berpakai
dilakukan sperti salah satunya terlebih dalu, yang
ketika berwuduh itu mengucpakan menutup
berziarah? sebelum mengucapkan salam aurat.
ziarah, salam di pintu sebelum Mengucapkan
menucapkan masuk sudah masuk k areh salam dan
salam, ada tulisan makam dek hidari kata-
menghadap seperti itu jadi dan kata tidak
kiblat, yang masuk d mendoakan sopan dan
membaca areh makam ahli kubur juga tidak
doa, tidak sudah pasti sesuai dengan berziarah yang
melakukan mengucapakan ajaran Islam melarang
hal-hal yang salam terlebih itu yang selalu anturan dari
berlebih dan dalu. saya lakukan agama yang
hindari ketika saya
berkata tidak berziarah tanamankan
sopan itu kubur di dari diri
adabnya makam Kiai sendiri.
insyaalah Merogan.
91

peziarah
makam kiai itu
sudah
mengetahui
adab itu.
3 Selain di Biasanya ada Ada Ado tempat Ado dek
tempat ini dek, di 9 ilir karenakan lain seperti makam
adakah di itu ada disini bukan makam keluarga galak
tempat lain makam- makam Kiai keluarga. di ziarahke
berziarahnya? makam juga Merogan aja jugo.
sama makam tapi masih
seperti Kiai banyak sunah-
besar pada sunah dan Kiai
zamananya, lainnya yang
biasaanya sering
pada ziarah masyarakat
kubro itu kunjungke.
sudah dari
sana langsung
ke sini tiap-
tiap tahunnya.
4 Berapa sering Ada Ada juga Kalu saya Saya itu
anda pengunjung setiap hari pribadi sekitaran 1
melakukan setiap hari jumat dan biasaanya 2 bulan 3 kali
ziarah pada jumat sering minggu kali seminggu lah kesini.
tempat ini? kesini sudah biasanya berkunjung
habis sholat pengunjung di makam Kiai
jumat itu datang satu Merogan.
berziarah di kali 1 dan ada
makam Kiai.62 2 kali.
5 Doa apa saja Biasanya Biasanya doa Tergantung saya biasanya
yang anda disini ada doa selamat ada dengan berdoa surat
bacakan pada selamat yang dari saya yang kondisi saya Al-fatihah
saat ditempel fotocoy saya jika saya mau biar lebih enak
berziarah? dinding d suruh baca mintak aja jika mau
dekat makam tapi ada juga bantuan lebih khusyu
Kiai. mereka mau dengan pejaga lagi mintak
doa dri pribadi makam ada bantuan sama
mereka. juga doa dari pejaga makam
pribadi saya dek biasanya
bisa Al- saya.
fatihah saja.

62
“ MA”, subjek 1, wawancara tanggal 16 juli 2021
92

6 Apakah anda Tidak dek Tidak ada Tidak Tidak pernah


pernah dalam disini saya dek yang pernah, Cuma ada niat
ziarah kubur jelaske menyimpang memiliki niat dari hati bae
melakukan terlebih dari agama ingin
hal-hal yang dahuluh disini hanya berziarah saja
tidak sesuai bahwa berziarah
dengan adab berziarah di biasa gak ada
aturan ziarah? makam kiai ini tujuan untuk
hanya untuk memintak-
memdoakna mintak kepada
Kiai, dan ahli kubur,
dahulu masa Cuma
hidup Kiai ini masyarakat
terkenal sini disini dan
Kiai ini lainnya
merupakan memiliki niat
salah satu wali saja untuk
songo yang berziarah di
dulu berupa makam Kiai
kiai yang ya niatnya
menjadi bermacam-
panuan semua macam tapi
umat Islam tidak
dan Kiai ini menyimpang
juga merupkan dari agama
penyembar yang pasti.63
Islam
Indonesia daei
itulah
masyarakt
disini sayang
sekali dengan
Kiai tersebut
dan masih
mendoakannya
7 Apa tujuan Ya tujuannya Yo tujuannyo Ketek tujuan Katek tujuan
anda memdoakan ada di lain apo-apo yo
berziarah di saja Kiai peziarah mendoakan nak ziarah bae
makam Kiai masing- saja Cuma Sudah
Merogan ? masing tapi di sudah menjadi menjadi
sini saya lihat kebiasaan bae kebiasaan
gak ada berziarah di

63
“MS”, subjek 2, wawancara tanggal 16 juli 2021
93

macam- sini dak tau


amacam ngapo.
tujuannya
Cuma
medoakan
saja.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4 subjek dapat disimpulkan

benar adanya kebiasaan ziarah kubur yang dilakukan masyarakat kota

Palembang yang sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupannya.

Kebiasaan ini diperkuat oleh juru kunci dan pejaga makam yang

sudah mengetahui sejak lama adanya kebiasaan masyarakat sekitara

yang berziarah di makam Kiai tersebut.

Kegiatan berziarah ini sudah terjadi sejak lama dan menjadi suatu

kebiasaan yang dimiliki masyarakat kota Palembang rata-rata mereka

yang berziarah itu 3 kali dalam sebulan dan ada juga setiap hari jumat

mereka ziarah dan sholat jumat di salah satu masjid peninggal Kiai

Merogan. berziarah makam Kiai Merogan ini rupannya menjadi salah

satu tradisi bagi masyarakat kota Palembang, adapun syarat dan

kententuan yang berlaku jika ingin berziarah di makam Kiai Meroga

tersebut yang telah di sampaikan oleh juru kunci, diantaranya yaitu:

1. Setiap pengunjung disarankan untuk berpakaian sopan dan suci

terlebih dahulu bisa berwuduh terlebih dahulu.

2. Para peziarah dilarang membawa sesuatu yang dilarang ini sengaja

dilakukan untuk menghindari dari perbuatan yang menyimpang

dari ajaran Islam


94

3. Para pengunjung atau ziarah tidak boleh melakukan perbuatan yang

dilarang dalam syariat Islam, seperti duduk-duduk dan menciumi

batu nisan.

4. Biasanya para pengujung yang meminta bantuan kepada juru kunci

dalam melakukan ziarah kubur harus sesuai dengan ajaran Islam,

apaila tujuan dari peziarah menyimpang dari ajaran Islam, biasanya

juru kunci memberikan nasehat dan meluruskannya.64

Banyak masyarakat kota Palembang yang sering sekali untuk

berziarah atau berkunjung di makam Kiai Merogan dengan berbagai

macam-macam alasan dan tujuangan masing-masing dari

masyarakatnya. Jadi tidak asing lagi dengan kebiasaan masyarakat

yang sering melakukan ziarah di makam tersebut adapun masyarakt

yang ingin mendoakan Kiai mendapatkan keberkahan dari ziarah

makam Kiai Merogan merupakan salah satu Kiai yang masih

keturunan wali yang sangat gigih dalam berdakwah melakukan

penyembarangan Islam pada masanya.

Ada juga masyarakt yang tertarik melakukan ziarah ke makam Kiai

Merogan karena inginn wisata religius mengetahui niali-nilai

sejarahnya atau pun hanya sekedar refreshing semata semua itu bahwa

64
“MA”, Juru Kunci, wawancara tanggal 29 Juli2021
95

ketertarikannya berziarah untuk wisata dan senang-senang. Yang

sering masyarakat Palembang lihat dari sisi peziarah masing-masing.65

b. Perilaku mawas diri masyarakat Kota Palembang

Berikut hasil wawancara dalam bentuk diskusi dengan 4 subjek

masyarakat kota Palembang yang melakukan ziarah kubur di mkam Kiai

Mergon sebagai berikut:66

Tabel: 4.2

Hasil wawancara dengan 4 subjek untuk mengetahui perilaku

mawas diri masyarakat kota Palembang di Makam Kiai Merogan

No Pertanyaaan Hasil Hasil Hasil Hasil


Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4
1 Apa yang Iya kadang Iya bercermin Kalau saya Ibu ini
biasanya saya setiap hari dek selalu tipenya
kamu melakukan apakah saya melakukan seperti ini
lakukan tidak sadar sudah kegiatan dek karena
kepada dan sudah melakukan hal- setiap hari saya ibu
dirimu menjadi hal yang baik harus berhati- rumah
sendiri? sebuah atau masih hati dalam tangga jadi
kebiasaan banyak bertindak saya koresi
(buruk) buruknya melangkah. diri sendiri
kadang jika dalam sudah benar
sadar itu kehidupan. gak jadi ibu
salah, rumah
instrospeksi tangga yang
diri senidri baik di setiap
saat petang harinya.
hari/ sebelum
tidur

65
“MS”, Pejaga Makam, wawancara tanggal 30 Juli 021
66
MA”,”MS”, AS & “S”, subjek 1.2,3,4, wawancara tanggal 1baik6 Juli 2021
96

2 Bagimana Coba lagi Coba aja lagi Kalu dalam Dalam hidup
jika kamu dek, jangan karena diriku ya di pasti ada
menyikapi menyerah kegagalan itu coba ajasuatu
suatu dengan akan membuat sampai 2 kalikegagalan ya
kegagalan kegagalan, kita lebih jika masihbagaimana
dalam kandang bersemnagat gagal diri kita
hidupmu? muncul lagi untuk mungkin sendiri
perasaan mengcapai bukan menghadapi
seperti itu kesuksesan. jalannya. nya apakah
tapi biasanya dengan
masih kalah kehati-hatian
sama rasa biar tidak
ingin ingin terlarut
tahu dalam suatu
bercampur kecewan
nekat,acuh yang
tak acuh. mendalam.
3 Bagaimana Dengan cara Dengan cara Ya hati-hati Ya hati-hati
cara kamu berhati-hati mawas diri dalam dalam
bertindak dalam sendiri setiap melangkah. jalanke
kehidupan memilih harinya dan hidup di
sehari-hari? langkah yang kedepannya dunia ini.
baik atau mau seperti
buruk semua apa langkah
ada pada diri selanjutnya.
sendiri
perjalan
hidup harus
mengetahui
diri sendiri.
4 Bagimana Setiap orang Ya harus Ya hati-hati Dengan cara
cara kamu memiliki mengahargai dalam hati-hati
bersikap sikap yang satu sama lain berbicara karena setiap
didepan berbeda-beda jangan salah kepada orang orang
orang dek ada yang dalam yang lebih tua berbeda-
banyak? sopan dan perkataan dari kita. beda prinsip
ada yang karena akan atau sifat dan
tidak dalam merusak diri paling
bentuk kita yang di penting
berkata yang anngap tidak berkata yang
paling utama sopan. sopan aja.
berhati-hati
dalam perkata
97

yang keluar
dari mulut
kita kan akan
timbul
perdoasa.

5 Bagaimana Iya melihat Dengan cara Cara pakai Waktu


cara anda diri sendiri yo waktu yang adalah
mengingatka setelah bersyukurlah di baik dan berharga dan
n akan bangun tidur waktu pagi hari berguna siapa tidak bisa di
pentingnya dan ucapkan kita bisa tau hari esok ulang lagi
waktu dan kata beraktivitas kita tidak di waktu yang
umur? alhamdulillah lagi dan perpanjnag sudah lewat
karena kita gunakkan lagi umur kita jadi pakailah
sudah waktu yang kita tidak bisa waktu yang
terbangun bermanfaat. lagi berbuat baik sama
lagi di wktu apa-apa. umur juga
pagi dan kita berharga
gunakkan setiap hari
waktu yang kita di
baik-baik dan berikan
bermanfaaat. umur yang
panjnag dan
gunakan
umur kita
yang
bermannfaat.
6 Bagaimana Dengan cara Dengan hati-
Ya tahu Bertindak
cara anda melihatnya hati kita
sendiri dek hati-hati dan
mengenal dan terlebih dalu mencari dalu
mana kuat imam
mengetahui dengan mata mana yang di
ketaatan supaya tidak
mana dan ilmu taatke mana
mana yang terjatuh ke
ketaatan dan yang kita yang di larang.
dilarang dalam
mana miliki dan ketaatan itu larangan.
larangan? berhati-hati taatan dalam
dalam aruran yang
tindakan diperintah
apakah itu oleh Allah
ketaatan atau SWT di
larang. larang itu
perbuat yang
berdosa.
7 Apa yang Ya karena Ingin bapak ini Menjadi Karena ibu
paling kamau bapak ini beribadah orang yang ini sudah
inginkan sudah tua dek kepada Allah berguna baik berumah
98

dalam hidup jadi ke ingin SWT tidak di mata tangga ya


saat ini? bapak ini lebih dan hati- manusia dan keinginan
selama hidup hati dalam Allah SWT ibu stu anak
hanya bertindak takut dan supaya anak
bertaqwa kesalahan. bermanfaat saya bisa
kepada bagi keluarga menjadi
pencipta ku. anak yang
memperbany soleh,
ak amal ya memiliki
supaya bapak cita-cita
meninggal yang besar
dengan baik. itu bae dek
keingan
supaya
keluarga ibu
rukun aja
sudah itu aja
yang
penting.
8 Bagaimana Terus berusah Mengalih suatu Iya berusah Iya d kejar
caramu dan hati-hati ahli dari kita dek cita-cita dek tapi
menggapai dalam sendiri di mana gak akan harus
cita-cita? bertindak. kita mampu datang sendiri memiliki
dan di jalankan tapi dengan sikap hati-
dengan hati- berusah untuk hati dengan
hati. capai cita-cita cita-cita itu
itu. apakah diri
kita mampu
atau tidak.
9 Pernah Pernah dek Pasti pernahlah Pernah Pernah
merasa tidak saat kita tidak
bangga bisa
kepada diri mencapai
sendiri? suatu
keinginan
kita.
10 Bagaimana Iya kita harus Di ajak Jika saya Iya selesaike
cara kamu hati-hati berbicara dalam tempat satu-satu
menykapi dalam terlebih dalu kerjaan ya bicara lalu
pendapat perkataan satu sama lain aku dengarke baru di
orang lain terlebih dalu dengan terlebih dalu gabungkan
yang tidak takutnya ada perkataan pendapat dengan
sama? perasaan berhati-hati mereka berhati-hati.
99

yang biar tidak sakit masing-


tersinggu.67 perasaan orang masing
lain. sesudah itu
aku ambil ahli
dengan hati-
hati
mengabungka
n pendapat
mereka
masing-
masing.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkam bahwa

terdapat beberapa perilaku mawas diri yang ada di masyarakatan kota

Palembang terutama di makam Kiai Merogan di antaranya ada 4 subjek

mengatakan hal-hal yang hampir sama dimana ketika memiliki perilaku

tersebut satu sama lain pasti berbeda-beda perindividu.

Selain itu, berdasarkan pengakuan dari subjek mereka juga

memiliki sikap mawas diri karena itu sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari apa lagi dengan kita berziarah di salah satu makam itu harus

memiliki sikap mawas diri bagi diri kita mawas diri merupakan introprksi

diri sendiri atau sikap kehati-hatian.

Mengukur mawas diri seorang tidak mudah yang tahu hanya

mereka sendiri sebatas mana mereka mampu dalam mawas diri. Dari segi

konsep diri. Proses mengahargai diri sendiri dan identitas diri individu

yang berbeda-beda dalam kehidupan mereka baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat dan perkerjaan semua itu ada mawas dirinya.

67
MA”,”MS”, AS & “S”, subjek 1.2,3,4, wawancara tanggal 13 september 2021
100

c. Peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri

masyarakat kota Palembang

Berikut hasil wawancara dalam bentuk diskusi dengan 4 subjek

masyarakat kota Palembang yang melakukan ziarah kubur di mkam Kiai

Mergon sebagai berikut:68

Tabel: 4.3

Hasil wawancara dengan 4 subjek untuk mengetahui peran

kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri masyarakat kota

Palembang di Makam Kiai Merogan

No Pertanyaaan Hasil Hasil Hasil Hasil


Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4
1 Ketika anda Iya dek Ya pasti Yo ado aku Yo ado dek
berziarah kubur dengan adolah kadang terlintas
apakah terlintas banyak terlintas berfikri nanti fikrian aku
dalam fikrian beramal fikrian aku aku akan cak itu sudah
anda bagimana kebaikan bae yang jago sama seperti banyak
mengingat alam pastilah saya ini bae setiap itu namanyo belum ye
akhirat? juga sekarang hari selalu bae makhluk amal
ini kan sudah lihat makam hidup akan kebaikan
tua saya Kiai tersebut mati tulah yo aku di dunia
melihat pasti aku akan banyak- ini.
makam Kiai sama seperti banyak sadar
saja ingat Kiai tersebut bae amal
bahwa saya yang biso apo yang
akan sama bantu aku d kagek aku
seperti itu akhirat yo bawak.69
juga itulah amal aku
hanya amal tulah, itulah
kebaikan mereka

68
MA”,”MS”, AS & “S”, subjek 1.2,3,4, wawancara tanggal 1baik6 Juli 2021
69
“AS”, subjek 3, wawancara tanggal 18 Juli 2021
101

yang biasa berziarah itu


membantu biso ingat
kita di alam akan
sana kematian
2 Bagimana cara Iya dengan Dengan cara Yo memiliki Yo berziarah
anda cara berziarah melihat adab niat yang dengan baik
mengambil itu dengan dan taat cara baik dan idak ado
pelajaran atau baik dan berziarah tujuan kita yang aneh-
manfaat saat tidak aneh- yang benar untuk ziarah anehlh.
berziarah aneh yo tidak aneh- saja.
kubur? berziarah aneh menurut
sama seperti Islam
adab yang
ada.
3 Bagimana cara Dengan cara Yo sadar diri Yo banyak- Yo tau diri
anda menyadarka bae kito banyak bae kalu kito
mengingkat n diri kita hidup di sadar diri akan mati
akan masing- dunia ini karena ajal tulah dak tau
kematiaan? masing tidak abadi dan rezeki kapan.
bahwa kita pasti akan kita tidak
akan mati mati tulah tau kapan
entah itu tapi kita tidak datang.
kapan esok, tau kapan
bulan depan kematiaan itu
atau kapan akan datang
pun harus siap kepada kita.
4 Bagimana cara Dengan cara Dengan cara Dengan cara Dengan cara
anda motivasi beramal memiliki memperbaik perbaike diri
diri dalam kebaikan kepribadian i diri sendiri dewek yang
memperbanyak sperti banyak yang baik dari dulunyo
amal baik di sedekah,ibad iman yang sebelumnya. belum baik
dunia ini? ah dan memingkat jadi lebih
memjadi lebih lagi bae. baik.70
baik lagi bae.
5 Bagimana Ya dengan Yang saya Diri pribadi setelah saya
pandangan diri melakukan lihat dari saya ya ada berziarah
anda kedepan ziarah masyarkat pandnagan selalu brfikri
setelah selesai masyarakat yang kedepan saya saya akan
berziarah? bisa lebih berziarah ini setelah memperban
memiliki pasti setelah melakukan yak amal
padangan itu bisa ziarah bahwa ibadah.
hidup memiliki saya harus

70
“S”, subjek 4, wawancara tanggal 6 agustus 2021
102

maupun di pandnagan memperbaik


akhirat hidup in lagi
seperti mereka. kehidupan
memperbany saya supaya
ak amal nanti saya
perbuatan mati akan
baik71

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4 subjek dapat disimpulkan

Peran kebiasaan melakukan ziarah kubur antar lain dimana masyarakat

yang melakukan ziarah kubur menyadari dirinya sudah cukup atau belum

dalam amal kebaikan yang mereka bawa saat nanti meraka sama seperti

makam Kiai tersebut, masyarkat juga mengambil pelajaran saat berziarah

kubur ada yang mengatakan dilihat dari sisi adab dan tata cara saat

berziarah kubur tidak melakukan aneh-aneh dalam berziarah kubur.

Dari ini juga bisa menyadari diri akan kematian dalam hidupan itu

tidak ada yang abadi kematian akan datang kapan pun besok, minggu ini

dan bulan depan kita tidak tau kapan itu datang kepada setiap manusia

yang hidup. Kita harus siap jika itu datang kepada kita dari situ kita yang

masih hidup harus memperbanyaki beramal kebaik, keperibadian yang

baik, memperbaiki diri.

Dari peran ini bisa memiliki padang hidup di dunia hingga di akhirat

manusia bisa memiliki sikap kehati-hatian dalam jalani kehidupan

menyadari diri pada perilaku mawas diri yang dimiliki masyarkat tersebut.

71
“As” subjek 3, wawancara tanggal 13 agustus 2021.
103

C. Pembahasan

1. Kebiasaan ziarah kubur masyarakat kota Palembang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kebiasaan ziarah kubur

di Indonesia merupkan salah satu negara yang sangat karya akan

kebudayaan dan tradisi, baik itu tradisi yang ada sebelum pra Islam

maupun sesudahnya. Salah satu tradisi Islam yang masih melekat sampai

saat ini adalah pemujaan pemitosan roh nenek moyang yang mendorong

munculnya pola-pola relasi hukum adat dengan unsur-unsur keagamaan.72

Di salah satu kota Palembang masih menjalankan tradisi teresebut

merupakan kunjungan ke tempat yang di anggap keramat (para wali) yang

masih dijalankan turun-temurun dari nenek moyang. Kehadiran peziarah

bukan hanya didorong oleh motif sejarah, melainkan juga karena ada

kebiassan untuk mengunjungi makam keluarga, tokoh dan Kiai yang

dianggap berperan penting dalam sejarah hidupnya dan sejarah

masyarakatnya.

Ketertarikan masyarakat kota Palembang melakukan ziarah di makam

Kiai Merogan merupakan katagori Haji Mukim dimana dalam

pengkatagorian oleh, disebutkan sebagai kalangan ulama yang

independen. Ulama independem ini memperoleh kedudukan dan

pengakuan dari masyarakat karena dalam pengetahuan agama, kesahihan

ibadah dan kemuliaan akhlaq. Haji mukim ini setelah pulang ke tanah air

72
Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam Kemistik Jawa (Yogyakarta:
Bintang Budaya, 1989),h. 111.
104

mereka bertanggung jawab secara moral kepada masyarkat dan seluruh

kalangan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, penghargaan yang

diberikan kepada kelompok ulama ini adalah penghargaan atas kredibilitas

yang mereka miliki.73

Sebagai ulama indepen atau haji mukim, Kiai Merogan banyak

menjadi sasaran tempat bertanya warga mengenai kegiataan atau

kehidupan beragama. Bisa dikatakan bahwa hampir 24 jam waktunya

dalam sehari dihabiskan untuk melayani umat yang ingin bertanya ataupun

Kiai Merogan sendiri yamg menyiarkan Islam dengan berceramah kesana-

kesini. 74 Dari sinilah masyarakat kota Palembang mempercaya Kiai

Merogan sebagai ulama umat Islam yang bisa di contoh dan hingga Kiai

Merogan merekan masih sering mendatangi makam Kiai untuk

mendoakan. Dari haslil pengamatan penulis semakin hari semakin banyak

masyarakt yang tertarik untuk berziarah atau berkunjung ke makam Kiai

Merogan dengan berbagai macam-macam alasan.

Kebiasaan ziarah kubur makam Kiai Merogan biasa dilakukan setiap

saat bagi masyarakt sekitaranya. Namun demikian. Pada hari jumat pagi

merupakan waktu-waktu yang ramai dikunjungi oleh para peziarah,

terutama mereka yang selesai sholat jumat di masjid peninggal Kiai

Merogan di samping makamnya itu masyarakat sering setelah itu ziarah ke

makam Kiai Merogan.

73
”MS” Pejaga Makam , wawancara tanggal 6 Agustus 2021
74
MS” Pejaga Makam wawancara tanggal 6 Agustus 2021
105

Masyarakat yang datang peziarah berbagai macam ada bersama

keluarga Kegiatan ziarah bersama keluarga biasanya dilakukan oleh

peziarah yang berdomisili dekat dengan makam Kiai Merogan, ada dengan

rombongan Kegiatan ziarah ke makam Kiai Merogan juga dilakukan oleh

rombongan-rombongan dari suatu perkumpulan atau Jamiyyah

keagamaan. Misalnya rombongan dari wisata religi, dan juga sering

individu peziarah yang melakukan ziarah seorang diripun banyak

ditemukan rata-rata mereka ada hajat khusus yang ingin ditawasulkan

kepada Kiai Merogan dan ada juga yang ingin mencari ketenangan jiwa.

Penulis juga mengamati kebiasaan masyaraka, pejaga makam dan juru

kuncinya dalam berziarah di makam Kiai Merogan, terutama bagi

masyarakat yang berziarah di makam Kiai Merogan memelakukan ziarah

kubur di makam Kiai Merogan yang sering melalakukan ziarah kubur

dalam sebelum itu dilihat dari catatan buku tamu kunjungan ada dalam

satu bulan 3 kali ada juga 1 minggu 1 kali di sini menelitian melihat 2

orang dari pengujung yang berziarah dalam sebelum ada 3 kali dan juga

melihat cara berziarah, adab ziarah, beberapa kali berziarah, dan doa apa

saja yang di doakan kepada ahli kubur Semua itu berbeda-beda setiapa

individu.

Dalam hal adab berziarah ada yang berwuduh sebelum ziarah, ada

yang menucpakan salam membaca doa tidak melakukan hal-hal yang


106

75
berlebihan, dan hindari berkata tidak sopan. Itu sering dilakukan

masyarkat yang ingin berziarah dan di bantu oleh juru kunci dan pejaga

makam Kiai Merogan, tetapi ada juga ada yang tidak patuh akan adab

ziarah kubur tapi mejaga makam mengingatkan peziarah tidak ada yang

merasakan tersinggung satu sama lain, malah yang terjadi adalah mengikut

ajaran abab ziarah kubur. Setelah penulis mengamati penulis

menyimpulkan bahwa kebiasaan yang dilakukan peziarah saat ziarah

adalah mengingat akan ada adab ziarah kubur seperti berwuduh atau

bersuci, mengucpakan salam, membaca yasin dan berdoa serta berziarah

kubur mejadi suatu kebiasaan yang ada dimasyarkat kota palembang.

2. Perilaku mawas diri masyarakat kota Palembang

Berdasarkan hasil penlitian diketahui bahwa ada perilaku mawas diri

yang ada pada peziarahan makam Kiai Merogan, mawas diri merupakan

sebuah sikap kehati-hatian terhadap segala jenis bentuk ucpanan maupun

tindakan yang akan dilakukan. Hal ini sejalan dengan ziarah kubur yang

dilakukan masyarakat kota palembang, sikap mawas diri dilakukan

sepenuhnya berdasarkan kemauan diri sendiri dan tanpa melalui paksaan

dari orang lain maupun pihak manapun.

Menurut Ahmad Mawas diri memiliki beberapa aspek untuk

menunjang kebentuknya mawas diri seorang antara lainnyan: konsep diri,

75
Eneng Reni Nuraisyah jamil, https://www.ayocirebon.com/read/2021/05/14/11012/tata-
cara-dan-bacaan-doa-ziarah-kubur-yang-benar di akses pada tanggal 23 mei 2021 pukul 20.00 WIB
107

proses mengahargai diri sendiri (self-esteem) dan identitas diri individu

yang berbeda-beda (multiple selves). Dari segi aspek tersebut terbentuklah

konsep diri individu dalam kehidupnya seperti bagaimana cara mereka

penilai diri sendiri apakah meraka miliki sikap kehatian-hatian bagi

dirinya dan ada juga saya lihat dari pengamatan dan hasil wawancara saya

terhada peziarah mereka memiliki konsep diri masing-masing sebagian

contohnya dalam pengetahuan dimana pengetahun itu merupakan susatu

gambaran diri mereka masing-masing, akan tetapi perilaku mawas diri itu

sendiri tentu sangat berbeda-beda dengan satu sama lain. Dalam peroses

menghargai diri sendiri dalam menyikapi emosi yang keluar di dalam diri

dan juga identitas diri individu yang berbeda-beda dalam suatu keyakinan

akan cara berziarah miliki keyakinan yang begitu berbeda satu sama soal

keyakinan ada yang mengikut aturan yang ada pada saat ziarah kubur

seperti adabnya.

Keberhasilan peziarah dalam mawas diri akan membawa seseorang

pada bahagia dalam psikologi kegiataan mawas diri dapat menjelaskan

bahwa ketika seseorang menentukan pilihan untuk mengikut catatan yang

berarti lebih emosional akan menghasilkan kramadangsa yang didominasi

efek negatif (karep); sedangkan pilihan untuk tidak mengikuti catatan

lebih bersifat rasional dan didominasi afek positif sehingga bersifat

altruistic. Oleh karena itu, kebahagiaan dapat diraih apabila seseorang

mampu memposisikan dirinya secara mandiri dan terbebas dari karep.

Seseorang akan merasa bahagia apabila mampu menghayati perasaan


108

bahagia yang dirasakan oleh orang lain.76 Maka dari menjelaskan bahwa

manusia memiliki perilaku mawas diri yang tidak di sadari dan perilaku itu

berbeda satu sama lain.

3. Peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri

masyarakat kota Palembang

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ziarah kubur bisa

menjadi salah satu dari peran yang lain dalam membentuk perilaku mawas

diri individu untuk bisa memiliki sikap kehati-hatian dalam kehidupannya.

Melalui kebiasaan ziarah kubur peziarah dapat merasakan dirinya seperti

apa dan amal apa yang di bawah nanti bilang nanti sama seperti makam

Kiai Merogan tersebut.

Peran kebiasan yang dilakukan oleh peziarah ke makam Kiai Merogan

di kota palembang kecamatan kertapati ini dapat menimbulkan dampak

terhadap masyarakat yang melaksanakan ziarah kubur dengan perilaku

mawas diri seperti hikmah dan motivasi dalam ziarah kubur antara lain:

a. Mengingatkan alam akhirat

Bahwa kelak di alam akhirat, manusia dibangunkan (dihidupkan)

kembali oleh Allah S.w.t. untuk menerima keadilan dan balasan atas

segala amal perbuatan manusia semasa hidup di dunia,baik itu amal

yang baik (saleh) yang dibalas dengan pahala, maupun amal yang

76
Wiwien Dinar Pratisi, konsep mawas diri Suryomentaram dengan regulasi emosi,
Jurnal fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Vol.13, No.1,
2012, h.18
109

buruk (jelek) yang akan dibalas dengan siksa (neraka), semuanya akan

mendapat pembalasan yang seadiladilnya.

b. Untuk dapat berzuhud terhadap dunia

Zuhur terhadap dunia yaitu meninggalkan dunia untuk berbakti

kepada Allah s.w.t., artinya orang jangan sampai terpikat hati

ddenganan fikirannya dengan tipu muslihat dunia, tetapi ia dapat

menyalurkan harta benda yang diperolehnya dengan jalan yang halal

untuk beramal Saleh yang diredhai oleh Allah swt.seperti sedekah,

infaq dan zakatkan tersebut itulah harta yang hakiki dan abadi, yang

akan dapat diambil manfaatnya kelak di akhirat, sedang harta selai itu

hanya titipan dan tidak akan dibawa saat ajal menjemput.

c. Untuk diambil suri tauladan

Setiap manusia pasti akan mengalami kematian, yang waktunya tidak

seorang pun yang mengetahui kecuali Allah Swt. Oleh karena

datangnya ajal yang tidak terduga tersebut, maka seharusnya

seseorang menyiapkan sejak dini bekal yang akan dibawa bila ajal

menjemput, bukan harta yang akan dibawa, tetapi amal-amal Saleh

yang akan dapat menolong.77

d. Mendoakan kebaikan

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadis sebelumnya tentang

kebolehan mendoakan ahli kubur dengan doa-doa yang baik, bahkan

77
Muhammad Tholhah Hasan, op.cit, h.237-238.
110

Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam sendiri mengajarkan kepada

Aisyah tentang reaksi doanya. Hal ini tentunya bisa menjadi motivasi

bagi setiap orang untuk melakukan ziarah kubur.

e. Motivasi diri Memperbanyak Amal Baik

Banyak hal-hal yang hukumnya sunnah yang Rasulullah shallallhu

‘alaihi wa sallam ajarkan kepada umatnya, dan ziarah kubur adalah

salah satu dari sekian banyak amalan sunnah yang mudah untuk

dilakukan bahkan dipercayai mampu memberi keberkatan bagi kedua

belah pihak, baik yang berziarah atau kepada mayat yang diziarahi.78

Menurut penulis pelakasanaan ziarah kubur yang dilakukan oleh

sebagian kelompok kecil ini, yakin kelompok yang melaksanakan ziarah

memiliki perilaku mawas diri masing-masing kebiasaan ziarah kubur pada

makam Kiai Merogan dilihat dari beberapa hikmah dan motivasi ziarah

serta perilaku mawas dirinya sehingga pelaksanaan ziarah pada makam

Kiai Merogan di kecamtan kertapati sesuai dengan adab ziarah dan hadist

yang dijadikan dasar diperbolehkannya ziarah dan melihat dari aturan-

aturan dalam Islam pada ziarah tersebut.

78
Firman Afrifandi, op.cit .h. 13
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peranan kebiasaan ziarah kubur dengan

perilaku mawas diri pada peziarah makam Kiai Merogan masyarakat kota

Palembang, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebiasaan ziarah kubur makam Kiai Merogan di masyarakat kota

Palembang yaitu: makam Kiai Merogan sudah menjadi kebiasaan

yang dari dalu hingga sekarang ini masyarakat yang rutin berziarah

dimakam Kiai tersebut, Pada umunya peziarah berziarah dengan

mengikut adab dan tata cara ziarah kubur dengan berwuduh,

mengucpakan salam, selalu berdoa dan juga ada yang membaca

yasin dan tahlil.

2. Dapat diketahui bahwa perilaku mawas diri yang terdapat pada

peziarah di makam Kiai Merogan masyarakat kota Palembang

diantaranya terbentuknya sikap kehati-hatian merekan dalam

membentuk konsep diri masing-masing setiap individu, proses

menghargai diri sendiri, dan identitas diri individu yang berbeda-

beda. Semua itu terbentuk dalam perilaku mawas diri yang ada

pada setiap manusia, begitupun yang di temukan pada peziarah

makam Kiai Merogan yang memiliki perilaku mawas diri yang di

111
112

terapkan di diri sendiri dan lingkungan masyarakatan sekitaranya

dalam kehidupan individu.

3. Peran kebiasaan ziarah kubur dengan perilaku mawas diri pada

peziarah di masyarakat kota Palemabang memberikan suatu

perilaku yang di miliki individu masing-masing yang dimana

berarti kehati-hatian dalam kehidunya. Salah satunya dengan cara

melihat menyadari diri sendiri akan datang kematian pada saat

melakukan ziarah kubur. dengan memperbanyak amal ibadah

kepada Allah dan mendoakan ahli kubur dan berdoa untuk diri

sendiri. Dengan berziarah juga dapat hikamah dan motivasi

peziarah dalam berziarah ke makam Kiai Merogan ini beragam

dianataranya:,hikmah dan moivasi berziarah juga untuk meninggat

kematian agar menambah keimanan kepada Allah SWT, sehingga

dijadika pemicu peziarah untuk mencontoh perilaku yang baik dan

melaksanakan ajarannya kemudian diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari bagi pribadi para peziarah.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, ada beberapa pendapat atau saran

yang dapat penulis berikan untuk membatu menjadi bahan referensi atau

masukan bagi penilitian sendiri dan masyarkat agar menuntut manusia

untuk dapat secara maksimal mengebangkan kemampuan dan potensi yang

dimilikinya untuk berpartisipasi aktif dalam kemajuan yang berorientasi


113

penuh pada teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan disaaat yang

sama.

1. Kepada pemuka agama atau juru kunci hendaklah selalu

menjelaskan berulang kali pengertian serta tujuan ziarah kubur

dan abad ziarah kubur yang sebenarnya dan sedalam-dalamnya

kepada perziarah.

2. Kepada pengurus atau pejaga makam Kiai Merogan hendaknya

lebih terliti melihat peziarah yang sedang ziarah di makam Kiai

Merogan supaya mejaga hal-hal yang dilarang agama menyimapng

dari aturan Islam

3. Kepada para peziarah yang datang ke makam Kiai Merogan

hendaknya menjaga kemurnia iman karena pelaksanaan ziarah

kubur menyadari diri sendiri bahwa kita akan mati tidak tau

kapanpun itu terjadi.


DAFTAR PUSAKA

Abbas Hasab, Pendoman Penyelamatan Jenazah Cet ke-3 (Jakarta:Harmonis,


2002).

Ahmad h. memet mgs, Buku Sejarah, (Palembang: Dinas Kebudaya &


Pariwisata2007).

Al- musawa munzir, kenaliilah aqidahmu, (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2007)

Asqani Al hajar Ibnu Hajar Al-Asqani, Fath Al-bari bisyihi Shahih Al-
Bukhari,(Jakarta: Pustaka Azzam, jilid I, 2005).

Anthony Dio Martin, Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan

Revitalisasi Hidup melalui Kekuatan Emosi.


Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).

Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya,


(Bandung:diponegoro,2010).

Dwi Murdaningsih, Ziarah Kubur, Sarana Mengingat Kematian,


https://inilah.com/mozaik/2452086/ziarah-kubur-sarana-mengingat-
kematian. Dakses pada tanggal 14 maret 2020

Dwi Astuti Wulandari, Menumbuhkan nilai budi pekerti Masyarakat Jawa


mawas diri dengan Logo Terapi, Jurnal Pascasarjana, Universitas Negeri
Semarang, Vol.2, No 1, 2018.

Erliana Ayu Pratiwi (2010) yang berjudul “Karakteristik Wisatawan Ziarah Di


Obyek Wisata Masjid Agung Demak”. Skripsi, (Semarang: Ilmu Sosial
Universitas negeri semarang ,2010).

Edward de Bono, Revolusi Berfikri (London, kalifa PT Mizan Pusataka, 2007).

Erliana Ayu Pratiwi (2010) yang berjudul “Karakteristik Wisatawan Ziarah Di


Obyek Wisata Masjid Agung Demak”. Skripsi, (Semarang: Ilmu Sosial
Universitas negeri semarang ,2010).

Hana Nurrahman, Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim
Karawang Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro
Di Kampung Pulobata Kaeawang, skripsi, (Jakarta: Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
115

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial,


(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), Cet.3.
HR. Ahmad (III/38), al-Hakim (I/374-375), dan al-Baihaqy (IV/77). Al-Hakim
berkata: “Hadits Shahih sesuai dengan syarat Muslim dan disepakati oleh
adz-Dzahabi.”

http://www.fatihsyuhud.net/ziarah-kubur-2-pendapat-mazhab-empat/,diakses pada
tanggal 23 januari 2021, jam 21.00.

Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin : Perjalanan Menuju Taman Surga,


diterjemahkan dari Riyadhus Shalihin oleh Zenal Mutaqin dkk, (Surabaya
: Jabal, 2013), Cet. 6.Index.

Mawas diri dalam kerja, http://ciputrauceo.net/blog/2016/5/16/mawas-diri


dalam-bekerja, diakses pada tanggal 20-februari 2021.

Ismail arifuddin , Ziarah Ke Makam Wali: Fenomena Tradisional di Zaman


Modern, (Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Semarang, 2013).

Istiana Kuswardani, Ngamuk Dan Psikoterapi Mawas Diri Suryomentaram,


Jurnal, Fakultas psikokogi Universitas Setia Budi Surakarta, Jawa Tengah,
Vol.14, No.1.Khoir Syaiful, Ziarah kubur dalam Konteks TuidUluhiah
Perspektif ibnu taimiyah, ( Surabaya, konsentrasi Pemikiran Islam, 2005).

Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revis”i, (Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2012).

Memori Tutian, Fenomena Ziarah Makam Keramat Mbah Nurpiah Dan


Pengaruhnya Terhadap Aqidah Islam, Skripsi, (Lampung: Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN Intan,2017 ).

M. Misbahul Mujib, Tradisi Ziarah Dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi


Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial,( Yogyakarta:UIN Sunan
Kalijaga, Vol. 14, No. 2, Desember 2016).

Nthony Dio Martin, Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan


Revitalisasi Hidup melalui Kekuatan Emosi, Penerbit Arga, Jakarta, 2003.

Observasi awal di sekitara makam Kiai Merogan Kecamatan Kertapati


Palembang, 29 Januari 2020.

Sholikin muhammad, Ritual dan Tradisi Islam jawa, (Yogyakarta:Narasi, 2010).


116

Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam Kemistik Jawa (Yogyakarta:


Bintang Budaya, 1989).

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2010).

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:


Alfabeta, 2008), cet, IV

Subhani ja’far Syaikih, Tawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karomah Wali, (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 2001), Cet Ke-2.

Sunjani ja’far Syaikh, Trawasul Tabarruk Ziarah Kubur Karamah Wali,


(Jakarta:Pustaka Hidayah, 1999), Cet. Ke-5.

Syifaul Khoir, Ziarah Kubur Dalam Konteks Tauhid Ubudiyah (Perspektif Ibnu
Taimiyah), (Surabaya: Pasca Sarjana IAIN Surabaya, Konsentrasi
Pemikiran Islam, 2005).

Taimiyah Ibnu, Majmu’ul Fatawa, (Jakarta: Pustaka Azzam,jilid 24, 2008).

Ubudiyah, tradisi ziarah kubur,https://islam.nu.or.id/post/read/8187/tradisi-ziarah-


kubur Diakses tanggal 14-maret 2020.

Umairoj Qolyubi. Hasyiyah Qolyubi wa Umairoh, (Kairo: Musthofa Al-Babi Al-


Halabi,2013).

Wiwien Dinar Pratisi, konsep mawas diri Suryomentaram dengan regulasi emosi,
Jurnal fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa
Tengah, Vol.13, No.1, 2012.

Zafwiyanur Safitri, persepsi Masyarakat terhadap Praktik Ziarah Kubur pada


Makam Ulama Di Samalang, Skripsi, (Aceh, fakultas Ushuluddin dan
Filasafat Universita Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, 2017).
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Kegitaan wawancara dengan juru kunci, penjaga makam dan peziarah


Kegiatan Peziarah Saat Berziarah Dimakam Kiai Merogan

Anda mungkin juga menyukai