Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP SELF BLAMING PADA

REMAJA DI KARANG TARUNA PERUMNAS NGEMBAT ASRI


GEMOLONG

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh:
EKA SUCI NUR LAILY
NIM. 161.221.103

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama kali peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada
Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kelapangan, yang telah
menjawab doa-doa, yang telah memberikan kesabaran dalam situasi apapun.

Saya persembahkan skripsi ini kepada :

1. Orang Tua Tercinta Bapak Samingun Dan Ibu Tri Mulyani yang telah
membesarkan, mendidik, memotivasi, dan juga mendoakan setiap
langkahku dengan penuh ikhlas, kasih sayang, dan kesabaran.

2. Adikku Dwiana Febriyan Nur Laily yang selalu memberikan semangat


untuk segera menyelesaikan skripsi.

3. Teman dan sahabat, terimakasih kalian selalu berada disisi saya dan selalu
membantu saya. Tanpa inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah kalian
berikan kepada saya.

4. Teman-teman BKI C Angkatan 2016 IAIN Surakarta.

5. Keluarga Besar Marching Band IAIN Surakarta.

6. Teman-teman di Perumnas Ngembat Asri.

7. Almamaterku, tercintan IAIN Surakarta.

v
MOTTO

َ ِ‫شك ُِر ا ْل َكث‬


‫ير‬ ْ َ‫شك ُِر ا ْلقَ ِلي َل لَ ْم ي‬
ْ َ‫َم ْن لَ ْم ي‬

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu
mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278)

vi
ABSTRAK

EKA SUCI NUR LAILY, NIM : 16.12.2.1.103, PENGARUH BODY SHAMING


TERHADAP SELF BLAMING PADA REMAJA DI KARANG TARUNA
PERUMNAS NGEMBAT ASRI GEMOLONG. Skripsi, Program Studi
Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Institut
Agama Islam Negeri Surakarta. 2020.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju
masa orang dewasa sehingga remaja memiliki emosi yang belum stabil dan belum
bisa membedakan mana yang benar dan salah. Remaja sering kali mejadi korban
dan pelaku dalam body shaming oleh orang-orang terdekat seperti keluarga,
masyarakat, dan temannya sendiri dengan bercanda. Remaja yang cuek tidak akan
menanggapinya, tetapi remaja yang tidak bisa menerima komentar dari
lingkungannya akan cenderung menyalahkan diri sendiri (self blaming). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh body shaming
terhadap self blaming pada remaja di karang taruna Perumnas Ngembat Asri
Gemolong.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif jenis korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja karang taruna berjumlah 79 orang.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 56 remaja di karang taruna perumnas Ngembat Asri.
Alat pengumpulan data menggunakan dokumentasi, kuesioner dengan
menggunakan skala body shaming dan skala self blaming. Uji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan digunakan teknik analisis Simple Linier Regression
dengan bantuan Microsoft Excel 2016 dan SPSS versi 23.0.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dalam pengujian hipotesis
dengan menggunakan teknik analisis Simple Linier Regression didapatkan nilai
korelasi / hubungan yaitu sebesar 0,498. Koefisien determinasi sebesar 0,248 yang
berarti bahwa pengaruh variabel bebas (Body Shaming) terhadap variabel terikat
(Self Blaming) adalah sebesar 24,8%. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
dan H0 ditolak, artinya ada pengaruh antara body shaming terhadap self blaming
pada remaja di Karang Taruna Perumnas Ngembat Asri Gemolong.

Kata Kunci : body shaming, self blaming

vii
ABSTRACT

EKA SUCI NUR LAILY, NIM : 16.12.2.1.103, THE EFFECT OF BODY SHAMING
ON SELF BLAMING IN ADOLESCENTS IN YOUTH ORGANIZATION TARUNA
CORAL PERUMNAS NGEMBAT ASRI GEMOLONG. Thesis, Islamic Counseling
Guidance Study Program, Faculty of Ushuluddin and Da’wah. The State Islamic
Institute of Surakarta. 2020.
Adolescence is a time of transition from childhood to adulthood, so that
adolescents have unstable emotion and have not yet differentiated what is right and wrong.
Adolescents often became victims and perpetrators of body shaming by people closest to
them such as family, society, and their own friend by joking. Ignorant adolescents will not
respond to it but adolescents who cannot accept comments from their society will tend to
blame themselves (self blaming). The purpose of this research is to know whether there is
an influence of body shaming on self blaming in adolescent of Perumnas Ngembat Asri
Gemolong youth organization or not.
This research used quantitative research method with correlation type. The
population of this research was adolescent of youth organization amounting to 79 people.
This research sampling used purposive sampling technique. The sample of this research
amounted to 56 adolescents of Perumnas Ngembat Asri Gemolong youth organization. The
data collection tools that use in this research were documentation, questionnaire using body
shaming scale and self blaming scale. The hypothesis testing that use in this research was
Simple Linier Regression analysis technique with the help of Microsoft Excel 2016 and
SPSS versi 23.0.
Based on the research result and calculation on hypothesis testing which used
Simple Linier Regression analysis technique, the correlation value/correlation that was
gotten was 0,498. The coefficient of determination was 0,248 which means that the effect
of the independent variable (Body Shaming) on dependent variable (Self Blaming) is
24,8%. Thus, it could be concluded that Ha was accepted and H0 was rejected, so it means
that there was an influence of body shaming on self blaming in adolescent of Perumnas
Ngembat Asri Gemolong youth organization.
Keywords: body shaming, self blaming

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmad dan
karunianya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul
“Efektivitas Bimbingan Individu Dengan Teknik Token Economy Untuk
Meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Remaja Penerima Manfaat (PPSA)
Tawangmangu”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Sosial, kepada Prodi Bimbingan Konseling Islam,
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Mudhofir, S.Ag., M. Ag. Selaku Rektor IAIN Surakarta.
2. Dr. Islah, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
3. Dr. H. Lukman Harahap, S.Ag., M.Pd. Selaku Ketua Prodi Bimbingan
Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
4. Alfin Miftakul Khairi, M. Pd. Selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan Konseling
Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dan selaku dosen pembimbing yang
selalu membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan semangat
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
5. Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd. selaku dosen penguji utama yang telah
menguji dan memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun,
sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik.
6. Vera Imanti, M.Psi.,PSIKOLOG selaku dosen penguji I yang telah
memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun, sehingga skripsi ini
bisa menjadi lebih baik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta yang telah
memberikan bekal ilmu kepada peneliti selama kuliah.
8. Staff Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta yang telah
memberikan pelayanan yang baik.

ix
9. Staff UPT Perpustakaan IAIN Surakarta yang telah memberikan pelayanan
yang baik.
10. Seluruh Warga Perumnas Ngembat Asri, sehingga penelitian berjalan dengan
lancar.
11. Teman-teman BKI C Angkatan 2016 yang telah membersamai dari awal
sampai saya menyelesaikan studi.
12. Sahabat Saya (Erliana, Eka, Fitri, Rini, Diana, Sakinah, Upik, dan Astri, Fajar
dan Alfian) yang selalu memberikan bantuan, memotivasi dan mendorong
saya untuk segera menyelesaikan skripsi saya.
13. Teman – teman KKN Mandiri Ponorogo kelompok 30 yang telah menjadi
bagian cerita dalam hidup.
14. Keluarga Besar Marching Band IAIN Surakarta yang sudah memberikan
pelajaran dan pengajaran.. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas semua bantuannya dalam menyusun skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk keikhlasan yang telah
diberikan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 20 Oktober 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING .......................................................Error! Bookmark not defined.


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................v
MOTTO .............................................................................................................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Massalah ............................................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8
BAB II .............................................................................................................................. 10
LANDASAAN TEORI.................................................................................................... 10
A. Body Shaming ...................................................................................................... 10
1. Pengertian Body Shaming ................................................................................. 10
2. Ciri- ciri Body Shaming .................................................................................... 11
3. Aspek Body Shaming ........................................................................................ 12
4. Dampak Body Shaming .................................................................................... 13
B. Self Blaming ......................................................................................................... 14
1. Pengertian Self Blaming ................................................................................... 14
2. Sumber-Sumber Self-Blaming ........................................................................ 16
3. Akibat Self Blaming ......................................................................................... 17
C. Remaja ................................................................................................................. 18

xi
1. Ciri-ciri Masa Remaja ....................................................................................... 19
2. Aspek-aspek Remaja ......................................................................................... 22
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 25
E. Kerangka Berfikir ............................................................................................... 27
F. Hipotesis ............................................................................................................... 28
BAB III............................................................................................................................. 30
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 30
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 31
1. Populasi ............................................................................................................. 31
2. Sampel............................................................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 32
1. Angket ............................................................................................................... 33
2. Dokumentasi ..................................................................................................... 34
E. Variabel Penelitian.............................................................................................. 34
F. Definisi Operasional............................................................................................ 35
1. Body Shaming ................................................................................................... 35
2. Self Blaming ...................................................................................................... 36
G. Uji Instrumen Penelitian .................................................................................... 37
1. Uji Validitas ...................................................................................................... 38
2. Uji Reabilitas .................................................................................................... 39
H.Teknik Analisis Data........................................................................................... 40
1. Uji Normalitas ................................................................................................... 41
2. Uji Linieritas ..................................................................................................... 41
I. Uji Hipotesis ........................................................................................................ 42
BAB IV ............................................................................................................................. 43
HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 43
A. Gambaran wilayah.............................................................................................. 43
B. Deskripsi Data ..................................................................................................... 44
1. Data Body Shaming ........................................................................................... 45
2. Data Self Blaming ............................................................................................. 47
C. Uji Persyaratan Analisis ..................................................................................... 49

xii
1. Uji Normalitas ................................................................................................... 49
2. Uji Linieritas ..................................................................................................... 51
D. Uji Hipotesis ........................................................................................................ 52
E. Pembahasan ......................................................................................................... 53
BAB V .............................................................................................................................. 57
PENUTUP........................................................................................................................ 57
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 57
B. Keterbatasan Penlitian ....................................................................................... 58
C. Saran .................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 60
LAMPIRAN..................................................................................................................... 63

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.3. Tabel Skala Likert .................................................................................34

Tabel 2.3. Kisi-kisi Body Shaming ........................................................................36

Tabel 3.3. Kisi-kisi Self Blaming ...........................................................................37

Tabel 4.3. Nilai Cronbach’s Alpha ........................................................................40

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................45

Tabel 6.4. Hasil Kategorisasi Body Shaming ........................................................46

Tabel 7.4. Hasil Kategorisasi Self Blaming ...........................................................49

Tabel 8.4. Hasil Uji Normalitas .............................................................................50

Tabel 9.4. Uji Linieritas .........................................................................................51

Tabel 10.4. Hasil Uji Simple Linier Regression ....................................................53

Tabel 11.4. Nilai Pengaruh Variabel ......................................................................53

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2. Kerangka Berfikir ..............................................................................28

Gambar 2.4. Diagram Lingkaran Kategorisasi Body Shaming .............................47

Gambar 3.4. Diagram Lingkaran Kategorisasi Self Blaming ................................49

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2. Skala Psikologi yang di modifikasi
Lampiran 3. Skala Psikologi Untuk Penelitian
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 5. Hasil Uji Prasyarat
Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8. Lembar Penilaian Expert Judgment

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Self Blaming (menyalahkan diri sendiri) adalah salah satu bentuk pelecehan

emosional pada diri sendiri. Itu memperkuat kekurangan kita, dan

melumpuhkan kita bahkan sebelum kita mulai bergerak maju. Menyalahkan diri

sendiri pada dasarnya berarti bahwa seseorang memikul tanggung jawab pribadi

atas terjadinya suatu peristiwa traumatis seringkali ketika jelas bahwa individu

tersebut sebenarnya adalah korban (Kaur & Kaur, 2016).

Self blaming adalah reaksi umum terhadap peristiwa stres dan memiliki efek

tertentu pada bagaimana individu beradaptasi. Arah menyalahkan seringkali

memiliki implikasi bagi emosi dan perilaku individu selama dan mengikuti

situasi yang penuh tekanan. Rasa bersalah dan malu merupakan kumpulan

pikiran dan perasaan negatif yang sangat mirip dengan yang merupakan

perilaku menyalahkan diri sendiri. Apabila sudah merasa tertekan maka

seseorang akan mengalami stress dan berdampak pada emosi negatif seseorang.

Tak hanya emosi saja tetapi juga dapat berdampak pada perilaku seseorang.

Salah satunya adalah menyalahkan diri sendiri (self blaming).

Menurut Grogan dalam (Damanik, 2018) ketidakpuasan tubuh yang

berkelanjutan dapat membuat body shame semakin meningkat. Ketidakpuasan

merupakan penilaian dan perasaan negatif individu akan tubuhnya. Semua hal

1
2

yang tidak ideal dianggap sebagai suatu kekurangan tubuh yang membuat

remaja putri merasa malu. Remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan

penting dalam hubungan sosial secara umum, dan berperan dalam penilaian

lawan jenis secara khusus (Muhsin, 2014). Usia berpengaruh dalam munculnya

penilaian tubuh pada individu dikarenakan pola pikir dalam menyikapinya.

Perilaku menyalahkan diri sendiri didefinisikan sebagai melibatkan atribut

internal dan tidak stabil peristiwa negatif untuk perilaku terkontrol sendiri dan

dikaitkan dengan perasaan bersalah. Menyalahkan diri sendiri dan evaluasi

maladaptif dari diri 'keseluruhan' dihipotesiskan terkait dengan perasaan malu

(Green et al., 2012). Perasaan malu biasanya timbul karena adanya peristiwa

yang memalukan bagi seseorang, salah satunya adalah malu mengenai kondisi

fisik yang sering dijadikan ejekan oleh orang lain.

Tubuh merupakan bagian utama dari penampilan fisik yang dapat dilihat

dan sangat mudah dinilai oleh diri sendiri bahkan orang lain (Muhsin, 2014).

Mempunyai tubuh yang ideal, langsing, tinggi, putih dan mulus merupakan

impian semua orang. Membicarakan bentuk tubuh sering menjadi hal yang tidak

menyenangkan bagi remaja. Khususnya ketika masa tumbuh kembang remaja

yang mengalami transisi seperti pubertas yang mempengaruhi bentuk tubuh,

berat badan, dan penampilannya.

Saat membahas berat badan secara khusus, remaja juga tidak terhindar dari

yang namanya obesitas. Kegemukan dan obesitas menjadi satu persoalan

kesehatan, tetapi di sisi lain juga menjadi persoalan psikologi sosial (Fauzia &
3

Rahmiaji, 2019). Hal ini bisa terjadi karena di kalangan anak remaja sering

terjadi body shaming. Kondisi ini terjadi saat sebagian orang mengomentari

bentuk tubuh remaja yang dinilai tidak sesuai dengan standar (khususnya yang

berhubungan dengan berat badan). Kebanyakan kasus Body shaming sering

terjadi di lingkungan sesama remaja yang belum dewasa pemikiran dan tingkah

laku.

Dan tentu perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak disukai Allah

SWT sebagaimana dalam Alquran surat. Al Hujurat {39}:11 yang berbunyi.

َ ‫سآَٰءٍ َع‬
‫س َٰٓى‬ َ ِ‫سا َٰٓ ٌء ِمن ن‬ ۟ ُ‫س َٰٓى أَن يَ ُكون‬
َ ِ‫وا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو ََل ن‬ ۟ ُ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
َ ‫وا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِمن قَ ْو ٍم َع‬

ِ ْ َ‫وق بَ ْعد‬
ۚ ‫ٱْلي َم ِن‬ ُ ‫س‬ُ ُ‫س ٱِلِ ْس ُم ْٱلف‬
َ ْ‫ب ۖ بِئ‬ ۟ ‫س ُك ْم َو ََل تَنَابَ ُز‬
ِ َ‫وا بِ ْٱْل َ ْلق‬ َ ُ‫أَن يَ ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن ۖ َو ََل ت َْل ِم ُز َٰٓو ۟ا أَنف‬

َّ ‫َو َمن لَّ ْم َيتُبْ فَأ ُ ۟و َٰٓلَئِكَ ُه ُم ٱل‬


َ‫ظ ِل ُمون‬

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok

kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik

dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan

(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).

Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil

dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)

yang buruk (fisik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka

mereka itulah orang-orang yang zhalim.”


4

Salah satu peristiwa yang sering terjadi pada masyarakat pada zaman

sekarang adalah body shaming. Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek

mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan

masyarakat pada umumnya. Contoh body shaming adalah penyebutan dengan

gendut, pesek, cungkring, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan

fisik (Fauzia & Rahmiaji, 2019).

Body shaming termasuk bullying verbal yang mungkin tidak disadari oleh

masyarakat terutama pada remaja. Saat ini body shaming sering dianggap hal

biasa oleh remaja. Remaja merupakan masa peralihan diantara anak dan

dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati

diri”. Mungkin bagi beberapa orang tindakan body shaming hanya sekadar

bercanda, akan tetapi jika dilakukan secara terus menerus tentu akan berdampak

pada mental korban karena rasa malu.

Rasa malu yang berhubungan dengan tubuh kita adalah keadaan emosional

yang bisa sangat menyakitkan. Ini mungkin berasal dari penolakan sosial dari

orang lain. Rasa malu sering dikaitkan dengan keragaman perilaku maladaptif,

pengalaman somatik, psikologis dan subyektif dan oleh karena itu, ini adalah

keadaan emosi yang penting dalam penelitian dan praktik, untuk intervensi

mengenai citra tubuh. Namun, penelitian saat ini di bidang citra tubuh dan rasa

malu tubuh tampaknya fokus pada efeknya pada kesehatan psikologis,

kurangnya penelitian tentang efeknya pada kesehatan fisik (Eliasdottir, 2016).


5

Menurut (Sakinah, 2018) Body shaming tidak sekedar terkait fat shaming

(bentuk tubuh yang besar) atau skinny shaming (bentuk tubuh terlalu kurus),

tapi body shaming juga mencakup segala aspek fisik seseorang yang dapat

dilihat oleh orang lain, seperti warna kulit, tinggi badan, dan dilakukan oleh dan

terhadap perempuan maupun laki-laki. Tetapi kebanyakan kasus yang terjadi

korban body shaming kebanyakan adalah orang yang memiliki tubuh yang

gemuk.

Dalam film Imperfect (Prakasa, 2019) juga mengangkat cerita mengenai

masalah body shaming yang di alami oleh seseorang yang mengalami tubuh

gemuk yang bernama Rara. Seseorang tersebut bekerja di sebuah kantor

kosmetik dimana dipenuhi dengan wanita cantik dan bertubuh ideal, di

lingkungan perkantoran tersebut dirinya diledek teman-temannya karena

memiliki berat badan berlebih maupun penampilannya. Dari situlah perasaan

minder dan tidak percaya dirinya muncul. Setelah merasa direndahkan dan

dipermalukan oleh teman-temannya akhirnya Rara ingin menurunkan berat

badan dengan merubah pola makan dan merawat diri.

Menurut Northrop dalam (Cahyani, 2018) terdapat faktor penyebab dari

body shaming yaitu pandangan negatif. Pemikiran mengenai evaluasi negatif

dari orang lain yang menimbulkan perasaan malu terhadap keadaan tubuhnya.

Pandangan negatif seseorang terkait dengan penampilan disebabkan karena

adanya anggapan bahwa penampilan fisik seseorang yang diamati, dievaluasi

dan dinilai oleh orang lain dan dirinya sendiri secara terus-menerus.
6

Pada keadaan yang sering terjadi, korban body shaming akan menarik diri

dari pergaulan atau sosial serta membenci diri mereka sendiri dan orang lain

bahkan dampaknya dapat memicu niat untuk mengakhiri hidupnya ataupun

mengakhiri hidup orang lain. Seperti kasus di Perumnas Ngembat Asri, ada

beberapa kasus dimana teman penulis mengalami body shaming karena

tubuhnya yang gemuk, karena adanya ejekan dari temannya yang menyebut

dirinya seperti dugong. Ada juga yang dibilang tambah gendut oleh tetangga

dan keluarganya pun ikut memberikan komentar yang sama. Dari korban

tersebut merasa sakit hati dan sering mengurung diri di kamar, tak hanya itu

korban melakukan diet ketat sampai minum obat diet dan setiap hari olahraga

dengan keras untuk menurunkan berat badan.

Pada kasus yang lain di tempat yang sama, ada juga emaja yang memiliki

kondisi wajah yang sensitif berjerawat yang susah hilang. Banyak yang

mengatakan bahwa diwajahnya banyak kerikilnya. Dari situ korban merasa

malu dan menyalahkan diri karena dia tidak bisa merawat wajahnya sehingga

korban merasa tidak cantik sebab banyak jerawat muncul diwajahnya. Berbagai

cara dia lakukan seperti memakai krim dokter sampai menggunakan krim abal-

abal tanpa BPOM. Yang terjadi setelah perwatan dokter dan memakai krim

abal-abal wajahnya mulus sebentar kemudian jerawatnya muncul lagi, malah

kulitnya menjadi tipis dan merah-merah.

Apabila kondisi body shaming tersebut masih terus berkelanjutan dalam

jangka waktu yang lama, maka akan mempengaruhi harga diri atau self esteem
7

seseorang, hal tersebut akan meningkatkan korban akan menarik diri,

menjadikan seseorang rentan terhadap stress dan depresi serta rasa tidak percaya

diri sehingga berpengaruh pada perilaku negatif seseorang (Rachmah &

Baharuddin, 2019). Emosi negatif pada korban body shaming biasanya adalah

dengan menyalahkan diri sendiri (self blaming).

Peneliti tertarik meneliti variabel tersebut karena belum banyak yang

meneliti mengenai body shaming. Dalam hal ini peneliti bermaksud melakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh korban body

shaming terhadap self blaming yang terjadi pada remaja serta peneliti berharap

semua orang tidak menganggap remeh body shaming. Karena remaja belum

matang dalam berfikir dan tingkah laku. Dampak body shaming dan self

blaming dapat menghancurkan seseorang.

B. Identifikasi Massalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dapat di identifikasi sebagai berikut:

a. Fenomena body shaming yang sering terjadi pada masyarakat pada zaman

sekarang .

b. Remaja yang memiliki bentuk tubuh yang tidak sesuai standart menjadi

sasaran untuk di bully.

c. Tindakan body shaming yang dilakukan secara terus menerus akan

berdampak pada mental korban.


8

d. Ketidakpuasan dengan bentuk atau kondisi tubuh menjadikan remaja sering

menyalahkan diri mereka sendiri (self blaming).

e. Pemikiran negatif dari orang lain mengenai tubuh yang menimbulkan

perasaan malu terhadap keadaan tubuhnya.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, untuk menghindari pelebaran masalah

maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini pada “Pengaruh

Body Shaming terhadap self blaming pada Remaja di Perumnas Ngembat Asri”.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh body shaming terhadap

self blaming terhadap Remaja di Perumnas Ngembat Asri”.

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas yang dikaji oleh peneliti maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh body shaming

terhadap self blaming pada remaja di Perumnas Ngembat Asri.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pada ilmu pengetahuan

pada bidang keilmuan khususnya Bimbingan dan Konseling Islam

mengenai teori body shaming dan self blaming. Penelitian ini dapat
9

digunakan untuk menjadi gambaran tentang keadaan remaja saat ini dan

lebih memberikan perhatian, penghargaan, dan mengarahkan ke hal-hal

yang positif agar memiliki kesadaran bahwa body shaming dan self blaming

dapat menyebabkan individu mengalami resiko gangguan kesehatan mental.

Sesuai surah Al-Hujurat {39} : 11 bahwa setiap manusia tidak boleh

mengolok-olok (fisik) orang lain, karena agama megajarkan kebaikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur dalam

menentukan sikap terhadap fenomena body shaming dan self blaming yang

terjadi di masyarakat terutama pada remaja sehingga masyarakat umum

dapat memberikan perhatian lebih dan menjadi sensitif terhadap body

shaming yang terjadi di lingkungan sosialnya. Dengan demikian diharapkan

masyarakat mampu menunjang pembentukan mental seseorang yang lebih

sehat terhadap remaja.


BAB II

LANDASAAN TEORI

A. Body Shaming

1. Pengertian Body Shaming

Body shame merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk bagian

tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai

dengan diri ideal yang diharapkan individu (Damanik, 2018). Hal tersebut

membuat individu merasa perilaku, kepribadian, aktifitas, pikiran dan

perasaan atau emosi menjadi memalukan.

Body shaming merupakan tindakan yang mengomentari atau

mengeluarkan pendapat kepada seseorang ataupun diri sendiri mengenai

tubuh yang dimilikinya. Kritikan yang diberikan bukan berupa kritikan

yang bersifat membangun, melainkan dengan maksud untuk menjatuhkan

orang lain atau mempermalukannya melalui kritikan fisik yang dimiliki.

Tidak hanya dari orang lain, tapi body shaming juga merupakan tindakan

mengomentari diri sendiri sebagai bentuk rendah diri atau kurangnya rasa

syukur yang dimiliki seseorang (Fitriana, 2019).

Body shaming adalah kritikan terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

Selanjutnya dikatakan bahwa body shaming yang terjadi secara terus

menerus terhadap orang lain akan memberikan dampak depresi kepada

korbannya karena perasaan stres dan tertekan terhadap lingkungan sekitar

yang dianggap tidak menerima keberadaannya karena kondisi fisik yang

10
11

dimiliki tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang terbentuk di tengah

masyarakat (Evans, 2010).

Body shaming termasuk kekerasan (bullying) secara verbal yang

menyebabkan trauma psikis karena ucapan yang menyakitkan, seperti

dipermalukan di depan umum sehingga membuat seseorang menjadi malu.

Apabila dilakukan terus menerus korban tidak hanya mengalami trauma

psikis, tetapi juga akan berdampak pada perilaku dan tindakan seseorang.

Selain itu, body shaming membuat seseorang semakin merasa tidak aman

dan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya dan mulai menutup diri

baik terhadap lingkungan maupun orang-orang (Fauzia & Rahmiaji, 2019).

2. Ciri- ciri Body Shaming

Terdapat tiga ciri-ciri dari tindakan body shaming (Mawaddah, 2020),

yaitu:

a. Mengkritik diri sendiri lalu membandingkan dengan orang lain.

Misalnya melihat diri sendiri lebih gemuk daripada orang lain.

b. Mengkritik penampilan orang lain di depan mereka Mengatakan

bahwa orang lain terlihat memiliki kulit lebih gelap sehingga perlu

untuk memakai produk pencerah wajah.

c. Mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka.

Misalnya membicarakan penampilan teman yang terlihat tidak

pantas dengan orang lain.


12

3. Aspek Body Shaming

Body shame merupakan perasaan malu yang khusus pada kondisi tubuh

individu. Aspek dari body shame (Gilbert & Miles, 2002) meliputi :

a. Komponen kognitif sosial atau eksternal

Komponen kognitif sosial mengacu pada pemikiran dari orang

lain yang menilai sebagai seseorang yang rendah maupun kurang baik

sehingga mengakibatkan memandang dirinya rendah.

b. Komponen mengenai evaluasi diri yang berasal dari dalam

Pada komponen ini mengacu pada pandangan buruk terhadap diri

sendiri yang berasal dari pemikiran negatif mengenai diri. Hal ini juga

didasari pada kritikan yang menyerang dengan kata-kata yang

merendahkan diri sehingga hal tersebut mengakibatkan menurunnya

kepercayaan diri dan menamkan pemikiran malu dari dalam diri.

c. Komponen Emosi

Emosi yang terdapat dalam perasaan malu meliputi perasaan

cemas, marah, dan muak terhadap diri sendiri. Hal ini disebabkan dari

pemikiran negatif atas dirinya dan ketidakmampuan mengikuti standar

yang ada dari lingkungan.

d. Komponen Perilaku

Perasaan malu memiliki kecenderungan untuk menghindar dari

lingkungan sekitarnya karena terdapat perasaan tidak nyaman yang


13

timbul dari pandangan rendah dari orang lain serta merasa terancam di

lingkungannya.

4. Dampak Body Shaming

Proses terjadinya body shame bisa terbentuk karena adanya interaksi dan

pengaruh dari lingkungan kemudian pengaruh tersebut memberikan dampak

pada individu. Dampak tersebut antara lain:

a. Gangguan Makan

Body shame merupakan penyebab harga diri yang rendah dan

berkaitan dengan pola makan. Seseorang cenderung melakukan

perubahan pada tubuhnya dengan melakukan diet untuk menurunkan

berat badan ataupun mengkonsumsi makanan yang banyak untuk

menaikkan berat badan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

body shame maka cenderung memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap perilaku makan (Cahyani, 2018).

b. Mempengaruhi Kesehatan Fisik

Body shame tidak hanya berpengaruh pada gangguan makan, tetapi

body shame memiliki pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Terdapat

hubungan positif antara body shame dengan infeksi maupun gejala dan

infeksi dari suatu penyakit disebabkan karena respon dan penilaian

tubuh yang rendah (Cahyani, 2018). Ketika seseorang sedang

mengalami body shame maka terdapat kecenderungan rentan terhadap

penyakit karena kurang perhatian terhadap kondisi kesehatannya.


14

c. Depresi

Pada situasi yang ekstrem perspektif pengamat terhadap diri

mungkin sepenuhnya dapat menggantikan perspektif sendiri perempuan

tentang tubuhnya, kondisi ini memungkinkan individu mengalami

kondisi kehilangan diri (loss of self). Ketika kondisi loss of self terus

berlanjut dapat menyebabkan depresi karena akan semakin mengambil

perspektif pengamat terhadap diri (Damanik, 2018).

Depresi dapat dialami seseorang karena perspektif negatif yang terus

menghantui seseorang. Kurangnya kepuasan terhadap bentuk tubuh atau

keadaan tubuh merupakan pemicu seseorang mengalami depresi.

Depresi tidak hanya dialami oleh oeerempuan, tetapi laki-laki juga dapat

mengalami depresi, tetapi tidak sebanyak perempuan.

B. Self Blaming

1. Pengertian Self Blaming

Dalam kehidupan seorang manusia banyak peristiwa yang terjadi

sehari-harinya, dimulai peristiwa yang positif hingga peristiwa yang negatif.

Ketika individu mengalami peristiwa negatif, seperti kegagalan,

pelanggaran moral, dan pelanggaran interpersonal. Ketika individu

menyalahkan diri sendiri, individu tersebut cenderung akan merasa malu

(shame) atau bersalah (guilt), karena kedua emosi ini termasuk ke dalam

emosi self blame (Wijastuti, 2013).


15

Menurut Lewis, Havilland, dan Barret dalam (Istyqomah, 2018)

menyatakan bahwa rasa bersalah adalah keadaan emosi yang dihasilkan

ketika individu mengevaluasi perilaku mereka sebagai kegagalan tetapi

hanya berfokus pada perilaku spesifik yang menyebabkan kegagalan. Rasa

bersalah termasuk dalam emosi negatif yang biasanya ditandai dengan

evaluasi negatif terhadap dirinya karena ketidakmampuan dalam suatu hal.

Menurut Janoff-Bulman self blaming pada dasarnya berarti bahwa

seseorang memikul tanggung jawab pribadi atas terjadinya suatu peristiwa

traumatis seringkali ketika jelas bahwa individu tersebut sebenarnya adalah

korban (Kaur & Kaur, 2016). Arah menyalahkan seringkali memiliki

implikasi bagi emosi dan perilaku individu selama dan mengikuti situasi

yang penuh tekanan. Ketika individu mengalami peristiwa traumatis dan

merasa tertekan dengan apa yang terjadi sehingga individu akan menarik

dirinya dari lingkungannya dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri (self

blaming).

Menyalahkan diri sendiri (self blaming) adalah cara seseorang dalam

menghadapi masalah dengan menyalahkan serta menghukum diri sendiri

dengan menyesali tentang apa yang terjadi (Zuama, 2011). Menyalahkan

diri sendiri adalah reaksi umum terhadap peristiwa stres dan memiliki efek

tertentu pada bagaimana individu beradaptasi.

Masalah yang sering muncul ketika seseorang mengalami self

blaming adalah adanya ketidakpercayaan diri dengan tubuh sendiri, melihat


16

sosok diri yang negatif, mengkritik diri sendiri secara berlebihan, merasa

tidak menarik, minder, merasa gagal, dan merasa diri lemah atau tidak

berdaya (Zuama, 2011). Apabila individu menyalahkan diri sendiri secara

terus menerus akan mengakibatkan depresi , dan menyalahkan diri sendiri

adalah komponen dari emosi yang diarahkan pada diri sendiri seperti rasa

bersalah dan rasa jijik pada diri sendiri.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

menyalahkan diri sendiri adalah sebuah kesadaran emosi yang dimiliki

setiap manusia meliputi marah, kesedihan, keadaan memalukan, keputus-

asaan, saat dia melakukan kesalahan yang dibelakukan dirinya sendiri dan

bernilai yang berhubungan dengan penilaian evaluasi diri atas kegagalan

diri karena merasa menyakiti atau mengecewakan orang-orang terdekat

seperti orang tua, anak, sahabat dan pacar serta mengevaluasi diri dan

memperbaiki tindakan.

2. Sumber-Sumber Self-Blaming

Menurut Andrew (Widjast, 2011) sumber-sumber self blaming,

yaitu:

a. Modelling adalah memperlakukan diri sendiri seperti yang

diperlakukan orang lain pada dirinya.

b. Strategi atau perilaku aman dengan orang lain yang bersikap

bermusuhan.

c. Rasa malu.
17

d. Ketidakmampuan untuk menenteramkan diri.

e. Ketidakmampuan untuk menghibur diri ketika berada dalam

ancaman.

f. Ketidakmampuan untuk memproses kemarahan.

Ketika individu tidak mampu untuk mengungkapkan apa yang mereka

rasakan, mereka akan cenderung menyalahkan diri sendiri dan dapat

membahayakan dirinya sendiri.

3. Akibat Self Blaming

Menurut Coleman dalam (Iman, 2009) akibat self blaming ada 2,

yaitu:

a. Rendah Diri

Banyak kemungkinan self blaming yang mempengaruhi seseorang

dapat disejajarkan dengan jumlah sumber self blaming yang berpotenial. Self

blaming tidak hanya melahirkan rasa rendah diri, rasa tidak aman, dan rasa

malu, merasa kacau, rasa takut, kegagalan, dan sedih, self blaming bisa jadi

sumber berkembangnya persoalan emosional seperti kasihan diri. Self

blaming dapat dengan mudah tertutup oleh keseluruhan rangkain trauma

mental.

b. Gangguan Fisik

Gangguan fisik yang dapat ditimbulkan. Banyak kasus mata rantai antara

penyakit fisik dan self blaming yang tidak mudah didefinisikan, mungkin

lebih realistisnya melihat terlebih dahulu mata rantai umum antara pikiran

dan tubuh, kemudian mencari tipe self blaming yang tampaknya paling
18

mungkin membuahkan stres dan ketegangan yang menimbulkan penyakit

tersebut.

Daftar penyakit fisik yang amat panjang sekarang ini diakui yang

disebabkan oleh stres dan ketegangan. Nyeri dada, salah cema, sakitjantung,

tukak lambung, debaranjantung, sakit punggung, diare, penyakit kulit, sesak

nafas, kelelahan, tidak enak badan dan sebagainya hanyalah kelainan khusus

yang ditemukan mempunyai kuat dengan pikiran. Stres berhubungan dengan

penyakit fisik maka self blaming harus selalu dianggap sebagai sumber

utama stres mental. Dapat ditambahkan bahwa perasaan bersalah seperti

kelelahan dan tidak enak badan pun biasanya dihubungkan dengan gangguan

pikiran.

C. Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis

dan psikologis. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21

tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa

remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir (Fatmawaty, n.d.).

Secara biologis ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer

dan seks sekunder sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan

perasaan, keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu (Hidayati & Farid,

2016). Hal itu dikarenakan remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak

pula termasuk golongan orang dewasa. Seorang anak masih belum selesai

perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh.


19

Sedangkan remaja walaupun sudah mulai berkembang namun belum mampu

untuk menguasai fungsi fisik psikisnya dengan baik.

1. Ciri-ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang peting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan

dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena

akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama

penting.

2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

pula orang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini memberi waktu

kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan

pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal

pada setiap remaja.

1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh – yang akan lebih dijelaskan pada aspek

perkembangan.
20

3) Perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk diperankan.

4) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga

berubah.

4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah Masalah

Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh

anak laki-laki maupun anak perempuan Terdapat dua alasan bagi

kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, sebagain masalah

seringkali diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehingga

kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

Kedua, para remaja merasa diri mandiri, menolak bantuan orang tua

dan guru-guru. tetapi minimnya pengalaman menjadikan penyelesaian

seringkali tidak sesuai harapan.

5. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan

siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang

anak ataukah orang dewasa, apakah nantinya ia dapat menjadi seorang

ayah atau ibu, apakah ia mampu percaya diri dan secara keseluruhan

apakah ia akan berhasil ataukah gagal.

6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak

yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak,
21

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya.

Hal ini menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri

dari awal masa remaja.semakin tidak realistis cita-citanya semakin ia

menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil menacpai tujuan yang

ditetapkannya sendiri.

8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun

dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah

cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku

yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum

minuman keras, menggunakan narkoba, dan terlibat dalam perbuatan


22

seks. Di sinilah diperlukan peran orang tua dalam mendidik remaja

agar tidak salah dalam mengaktualisasikan kedewasaannya.

2. Aspek-aspek Remaja

Pada masa perkembangan remaja ini ada beberapa aspek yang sangat

menonjol perkembangannya. Antara lain adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat

pesat pada usia 12/13-17/18 tahun. Pada masa ini, remaja merasakan

ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan pada diri mereka karena

anggota badan dan otot-otonya tumbuh secara tidak seimbang.

Pertumbuhan otak secara cepat terjadi pada usia 10-12/13 dan

14-16/17 tahun. Pertumbuhan otak wanita meningkat 1 tahun lebih

cepat daripada laki-laki yaitu pada usia 11 tahun, sedangkan

pertumbuhan otak laki-laki meningkat 2x lebih cepat dari pada wanita

dalam usia 15 tahun.

b. Perubahan Eksternal

Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang

matang pada usia anatar 17-18 tahun. Sedangkan laki-laki 1 tahun lebih

lambat dari pada perempuan. Untuk berat perubahan berat badan

mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi, tetapi berat

badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya

mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.


23

Untuk proporsi tubuh : berbagai bagian tubuh lambat laun akan

menunjukkan perbandingan yang baik, misalnya badan melebar dan

memanjang yang mengakibatkan tubuh tak kelihatan terlalu panjang.

c. Perubahan Internal

1) Sistem Pencernaan

a) Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu menyerupai

bentuk pipa.

b) Hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

c) Otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal

dan kuat.

d) Usus bertambah panjang dan bertambah besar.

2) Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat pada masa remaja

pada usia 17/18 tahun, beratnya 12 kali berat pad awaktu lahir.

Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai

tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

3) Jaringan Tubuh : perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia

18 tahun, sedangkan jaringan selain tulang terus berkembang sampai

tulang mencapai ukuran matang.

4) Sistem Pernafasan : kapasitas paru-paru anak perempuan hampir

matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat

kematangan beberapa tahun kemudian.

2. Perkembangan Emosi
24

Perkembangan emosi pada masa remaja ini cenderung lebih tinggi dari

masa anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka berada di bawah tekanan sosial

dan menghadapi kondisi yang baru. Abu ahmadi dan Munawar Sholeh

berpendapat bahwa kematangan emosi anak laki-laki dan perempuan pada

akhir remajanya akan terlihat ketika ia dapat menahan emosinya di hadapan

orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang paling tepat untuk

meluapkan amarahnya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima

3. Perkembangan Kognisi

Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai

kesempurnaan. Pada masa ini, system syaraf yang memproses informasi

berkembang secara cepat dan telah terjadi reorganisasi lingkaran syaraf lobe

frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu

kemampuan meruimuskan perencanaan strategis atau mengambil

keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang sampai usia 20 tahun atau

lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh pada kemampuan

intelektual remaja.

4. Perkembangan Sosial

Social cognition berkembang pada masa remaja. Social Cognition yaitu

kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja dapat memhami orang

lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat

nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk

menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka, terutama teman

sebaya.
25

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yoan Rachmawati Putri yang

berjudul “Fenomena Body Shame pada Mahasiswi BKI Angkatan 2017 IAIN

Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan fenomena yang terjadi di masyarakat,

fenomena yang dianggap wajar tetapi dapat membuat seseorang mengalami

gangguan psikologis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Perbedaan dengan peneliti adalah penelitian yang akan diteliti adalah pengaruh

dari fenomena body shaming terhadap self blaming (menyalahkan diri), subjek

yang diteliti juga berbeda yaitu remaja dan metode penelitiannya juga berbeda.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tuti Mariana Damanik yang berjudul

“Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shame”. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa proses yang dialami keempat partisipan memiliki

kesamaan tahapan. Keempat partisipan mengalami internalisasi dan melakukan

self objectification yang menyebabkan partisipan semakin memperhatikan

tubuhnya dan partisipan mengalami dampak psikologis seperti kecemasan,

tahapan gangguan makan seperti bulimia, ketidakpercayaan diri. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan dari penelitian yang akan

diteliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dan membahas tentang

pengaruh body shaming terhadap remaja karang taruna, apakah body shaming

memiliki pengaruh signifikan terhadap self blaming (menyalahkan diri) yang

dapat membahayakan dirinya atau tidak.


26

Dalam jurnal yang ditulis oleh Tri Fajariani Fauzia dan Lintang Ratri

Rahmiaji yang berjudul “Memahami Pengalaman Body Shaming Pada Remaja

Perempuan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku body shaming

terjadi pada semua informan sejak usia sekolah menengah dan cenderung

dilakukan oleh teman sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah

kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Perbedaan pada

penelitian yang akan diteliti akan membahas tentang pengaruh body shaming

terhadap self blaming yang dialami oleh remaja karang taruna dengan

menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Dalam jurnal yang ditulis Wiwi Wijiastuti yang berjudul “Gambaran

Kecenderungan Shame Dan Kecenderungan Guilt Pada Mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Padjajaran”. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa

37 orang memiliki kecenderungan shame dan kecenderungan guilt yang sama-

sama tinggi. Namun, jika dilihat dari nilai Mean sudah jelas bahwa

kecenderungan guilt masih lebih tinggi. Artinya bahwa sebagian besar

responden lebih dimungkinkan akan mengevaluasi suatu peristiwa berdasarkan

perilaku spesifik mereka, sehingga mereka akan mampu menerima kesalahan,

bertanggungjawab, melakukan permohonan maaf, melakukan tindakan

perbaikan, dan menganggap bahwa kesalahan atau pelanggaran yang terjadi

dapat diperbaiki. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif non-

eksperimental dengan metode survey. Perbedaan dari penelitian yang akan

diteliti adalah apakah ada pengaruh yang signifikan dari body shaming terhadap
27

self blame yang dialami oleh remaja karang taruna di Perumnas Ngembat Asri

Gemolong.

Dalam jurnal yang ditulis Dr. Mandeep Kaur dan Inderbir Kaur yang

berjudul “Dysfunctional Attitude and Self Blame: effect on self esteem and self

consious emotions among adolescents”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

remaja yang tinggi pada sikap disfungsional rendah pada harga diri dan tinggi

pada rasa malu sedangkan remaja tinggi pada menyalahkan diri sendiri juga

rendah pada harga diri dan tinggi pada rasa malu. Studi ini juga menunjukkan

interaksi antara sikap disfungsional dan menyalahkan diri sendiri. Perbedaan

penelitian yang akan diteliti adalah peneliti akan meneliti tentang pengaruh

yang terjadi pada remaja karang taruna yang mengalami body shame terhadap

self blame. Dari penelitian ini kita dapat mengetahui bagaimana kondisi

psikologis dari remaja yang mengalami body shaming.

E. Kerangka Berfikir

Seseorang yang mengalami body shaming berawal dari faktor

lingkungan. Apabila dari lingkungan tidak menerima atau mengejek dan

menganggap mempunyai kondisi fisik yang tidak sesuai standar tubuh ideal

adalah kesalahan, tak jarang menjadi bahan untuk menjadi lelucon. Dengan

begitu remaja yang bisa jadi pelaku dan korban body shaming. Ketika remaja

mengalami body shaming oleh orang lain atau dirinya sendiri, remaja yang

memiliki tubuh tidak sesuai dengan standar kecantikan bisa saja menyalahkan

diri sendiri (self blaming). Seseorang yang sering menyalahkan diri sendiri
28

terkadang menjadi seseorang yang rendah diri, apabila individu tersebut terlalu

memikirkan kekurangan pada dirinya bisa berdampak pula dengan kesehatan

(gangguan fisik) individu tersebut.

Body Shaming
Self Blaming
1. Komponen kognitif sosial atau (menyalahkan diri sendiri)
eksternal
2. Komponen mengenai evaluasi 1. Rendah diri
diri yang berasal dari dalam
3. Komponen Emosi 2. Gangguan fisik
4. Komponen Perilaku

Gambar 1.2. Kerangka Berfikir

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, diajukan hipotesis

sebagai berikut :
29

Ha : Ada pengaruh antara body shaming dan self blaming pada Remaja di

Karang Taruna Perumnas Ngembat Asri.

Ho : Tidak ada pengaruh antara body shaming dan self blaming pada Remaja di

Karang Taruna Perumnas Ngembat Asri.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional.

Pendekatan kuantitatif ini bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan

mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik

atau analisis terhadap variasi angka-angka.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif menurut Sugiyono merupakan jenis

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih. Jenis penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila

dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komperatif (Sugiyono, 2018).

Penelitian asosiatif berfungsi untuk menjelaskan, meramal dan mengontrol

suatu gejala.

Pada penelitian terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan

antara variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kasual.

Hubungan kasual adalah hubungan sebab akibat antara variabel indepeden (X)

yakni body shaming dan variabel dependen (Y) yaitu self blaming.

30
31

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perumnas Ngembat Asri, Ngembatpadas,

Gemolong, Sragen, Jawa Tengah. Peneliti memilih tempat tersebut karena

adanya pandemi COVID-19 peneliti lebih banyak dirumah dan tidak boleh

pergi kemana-mana, sehingga peneliti memilih untuk meneliti di sekitar rumah.

Waktu yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah

mulai pada bulan Maret 2020 – selesai. Waktu digunakan dalam melakukan

penelitian itu dimulai dari pra penelitian sampai selesai tersusunnya laporan

penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018). Dalam metode penelitian ini, populasi digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi sasaran

dalam sebuah penelitian.

Dari pengertian di atas, populasi termasuk dalam bagian dalam sebuah

penelitian. Obyek yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh remaja di Karang Taruna Perumnas Ngembat Asri yang berjumlah

79 anggota.
32

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, maka

kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi dimana smapel tersebut

diambil. Untuk itu sampel harus betul-betul mewakili populasi (Ghozali,

2016).

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pengambilan

sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari

populasi sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat

atau karakteristiknya akan membuat kita dapat mengeberalisasikan sifat

atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2018).

Sampel yang penulis akan teliti adalah remaja umur 12-21 tahun.

Jadi jumlah sampel yang penulis ambil sekitar 56 anggota karang taruna.

Alasan mengambil purposive sampling karena remaja adalah masa yang

labil dan belum bisa mengambil keputusan sehingga peneliti ingin

membatasi umur responden yang akan di teliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penggumpulan data yang digunakan untuk pengambilan data

dalam penelitian ini adalah angket. Metode pengumpulan data dengan


33

menggunakan angket/kuisioner untuk mengetahui tingkat tanggung jawab.

Alasan menggunakan angket adalah karena memang angket mempunyai

banyak kebaikan sebagai instrument pengumpulan data. Angket merupakan

metode penggumpulan data yang efesien apabila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

1. Angket

Untuk mendapatkan data yang signifikan dalam rancangan penelitian,

penulis menggunakan teknik pengumpulan data Kuesioner (Angket).

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018). Kuesioner diberikan kepada Remaja di

Karang Truna Perumnas Ngembat Asri, Ngembatpadas, Gemolong. Untuk

pengisian angket/ kuesioner, peneliti akan mendatangi rumah remaja karang

taruna satu persatu.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah angket adopsi

dan angket modifikasi dari penelitian sebelumnya. Kuesioner yang

digunakan adalah model tertutup disediakan dan pengukuran menggunakan

skala likert. Skala likert merupakan instrument pengumpulan data yang

menggunakan lima alternatif penjelasan dari kondisi yang sangat favourable

(sangat mendukung) hingga unfavourable (sangat tidak mendukung). Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian (Sugiyono, 2009) dan


34

terdapat empat alternatif jawaban yang digunakan dalam skala likert ini

yaitu:

No Item Favourable Unfavourable

1. Sangat Sesuai (SS) 4 1

2. Sesuai (S) 3 2

3. Tidak Sesuai (TS) 2 3

4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tabel 1.3. Tabel Skala Likert

2. Dokumentasi

Menurut (Suwarno, 2006) Untuk menajamkan data, peneliti juga

menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan sarana

pembatu peneliti dalam menggumpulkan data atau informasi dengan cara

membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis

kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,

atau kegiatan yang mempunyai variasai tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).

Variabel dalam penelitian kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu, variabel yang

mempengaruhi disebut juga variabel penyebab, variabel bebas atau independent

variabel (X) dan variabel yang dipengaruhi disebut juga variabel akibat, terikat,
35

atau dependent variabel (Y). Variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu

1. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi adalah Body

Shaming (X).

2. Variabel dependent adalah variabel yang dipengauhi yaitu Self Blaming (Y).

F. Definisi Operasional

1. Body Shaming

Body shame merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk bagian

tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai

dengan diri ideal yang diharapkan individu (Damanik, 2018). Hal tersebut

membuat individu merasa perilaku, kepribadian, aktifitas, pikiran dan

perasaan atau emosi menjadi memalukan. Blue print dan skala psikologi

yang penulis ambil dari skripsi yang berjudul Efektifitas Cognitive Behavior

Theraphy Untuk Menurunkan Tingkat Body Shame yang disusun oleh

Riananda Regita Cahyani kemudian di modifikasi oleh penulis.

No. Aspek Indikator No. Item Jml


Favourable Unfavourable
1. Komponen kognitif Dipandang 3 1 2
sosial atau rendah oleh
eksternal orang lain
2. Komponen Rendah diri
mengenai evaluasi 4, 9 2 3
diri yang berasal
dari dalam
36

3. Komponen Emosi Cemas 5, 11 12


Marah 6, 20 8
Muak terhadap 13 10, 14
diri sendiri
4. Komponen Merasa terancam 7, 8, 19
Perilaku Membandingkan 15, 16, 18 7
Menghindar diri
Tidak nyaman 17
Total 15 5 20

Tabel 2.3. Kisi-kisi Body Shaming


2. Self Blaming

Menyalahkan diri sendiri (self blaming) adalah cara seseorang

dalam menghadapi masalah dengan menyalahkan serta menghukum diri

secara berlebihan dengan menyesali tentang apa yang terjadi (Zuama,

2011). Menyalahkan diri sendiri adalah reaksi umum terhadap peristiwa

stres dan memiliki efek tertentu pada bagaimana individu

beradaptasi. Blue print dan skala psikologi yang penulis ambil dari skripsi

yang dari Wahyudi Iman yang Berjudul Hubungan Antara Perilaku

Seksual Dengan Rasa Bersalah (Guilty Feeling) Pada Remaja Di

Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok kemudian di modifikasi oleh

penulis.
37

No Item
No. Aspek Indikator Jml
Favourable Unfavourable
1. Rendah Diri Tidak Aman 1 10
Merasa Malu 2 7
Kasihan Diri 33 -
Trauma 24 3
Takut - 16 19
Merasa Kacau 14 32
Kegagalan 18, 21, 26, 27, 31
30
Sedih 5 19, 25
2. Gangguan Nyeri Dada - 29
Fisik Kelelahan 28 6
Badan sakit 20 9
Salah Cerna 12 8
Sakit Jantung - 17
Tukak Lambung - 23 14
Debaran Jantung 15 22
Sakit Punggung 11 -
Diare 4 -
Sakit Kulit 13 -
Total 18 15 33
Tabel 3.3. Kisi-kisi Self Blaming

G. Uji Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2018).

Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang objektif yang


38

diperlukan untuk untuk menghasilkan kesimpulan penelitian objektif pula.

Selain diperoleh data yang objektif, dengan menggunakan instrument dalam

penggumpulan data, maka pekerjaan penggumpulan data menjadi lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah untuk diolah.

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable dari kuesioner maka

perlu uji validitas dan reliabilitas kuesioner untuk mengetahui kelayakan

pernyataan tersebut untuk dilakukan pengumpulan data.

1. Uji Validitas

Validitas ialah ukuran valid untuk mengukur apa yang hendak

diukur ketepatan (Sugiyono, 2018). Validitas yaitu pengukuran instrument,

instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data ( mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur yang

kurang valid menunjukkan validitas rendah sehingga menghasilkan data

yang sulit dipercaya. Sebaliknya alat ukur yang valid menunjukkan

validitas yang tinggi, sehingga data yang diperoleh lebih dapat dipercaya.

Untuk menguji alat ukur dapat dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical

Product and Service Solution).

Dalam aplikasi SPSS untuk melakukan uji validitas memiliki

beberapa cara. Salah satu metode yang menggunakan metode correlate

bivariate yaitu melakukan korelasi antara item dengan total item setiap
39

variabel dengan memerhatikan skala yang dipakai yaitu apakah skalanya

berbentuk ordinal, interval, atau rating. Jika signifikan item tersebut valid

mengukur variabel (Machali, 2017).

Sebuah instrument dapat dikatakan valid dan tidak valid apabila :

Valid : Jika nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel atau nilai

rhitung > nilai rtabel

Tidak Valid : Jika nilai rhitung lebih kecil dari nilai rtabel atau nilai

rhitung < nilai rtabel

Skala psikologi body shaming diadopsi dari skala body shaming yang

digunakan oleh Rianda Regita Cahyani dari skripsi Efektivitas Cognitive

Behaviour Theraphy Untuk Menurunkan Tingkat Body Shame yang

disusun. Sementara skala psikologi self blaming dimodifikasi dari skala

yang digunakan oleh Wahyudi Iman yang Berjudul Hubungan Antara

Perilaku Seksual Dengan Rasa Bersalah (Guilty Feeling) Pada Remaja Di

Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok.

2. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas atau ujian kehandalan adalah uji konsistensi

responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner (Ghozali, 2016).

Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
40

Untuk menguji reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan

bantuan SPSS (Stastitical Product and Service Solution). Berikut ini adalah

kriteria dan cara melakukan uji reliabilitas instrumen dengan menggunakan

SPSS melalui teknik cronbach’s alpha :

Nilai Cronbach’s Alpha Kategori


Lebih dari atau sama dengan Excellent (Sempurna)
0,900
0,800 – 0,899 Good (Baik)
0,700 – 0,799 Acceptable (Diterima)
0,600 _ 0,699 Questionable (Dipertanyakan)
0,500 _ 0,599 Poor (Lemah)
Kurang dari 0,500 Unacceptable (Tidak Diterima)

Tabel 4.3. Nilai Cronbach’s Alpha

Berdasarkan tabel di atas, keputusan secara umum reliabilitas

instrument dapat diketahui dari nilai cronbach’s alpha pada output reability

statistic dibandingkan dengan kriteria adalah sebagai berikut:

1) Apabila nilai cronbach’s alpha < 0,7, maka dinyatakan kurang reliabel.

2) Apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7, maka dinyatakan reliabel

(Machali, 2017).

H. Teknik Analisis Data

Sebelum menguji hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan

pengujian prasarat analisis data yang meliputi :


41

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan cara yang digunakan untuk melakukan

pengujian normalitas sampel (Arikunto, 2006). Sebelum data di analisis

lebih lanjut, data harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Sebaran data uji normalitas penelitian ini menggunakan Ms. Excel 2016

sebagai input data angket. Kemudian dihitung melalui SPSS 23.0.

Analisis data bertujuan untuk mengetahui data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengidentifikasi data berdistribusi

normal adalah dengan melihat nilai 2-tailed singnificance yaitu jika

masing-masing variabel memiliki nilai > 0,05 maka data disimpulkan

bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai

signifikan yang diperoleh < 0,05, maka data yang diuji tidak terdistribusi

normal.

2. Uji Linieritas

Uji linearitas dapat dipakai untuk mengetahui apakah variabel terikat

dengan variabel bebas memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan

(Sugiyono, 2018). Uji linearitas dapat dilakukan melalui test of linearity.

Adapun teknik analisisnya dengan menggunakan nilai signifikansi pada

taraf signifikansi (α = 0,05) sebagai berikut :

a. Jika nilai sig. < 0,05, maka hubungan antara variabel bebas body

shaming (X) dengan variabel terikat self blaming (Y) adalah linear.
42

b. Jika nilai sig. > 0,05, maka hubungan antara variabel bebas body

shaming (X) dengan variabel terikat self blaming (Y) adalah tidak

linear.

I. Uji Hipotesis

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh body shaming

terhadap self blaming di Perumnas Ngembat Asri. Sesuai dengan jenis

penelitian ini yaitu penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji

hipotesis tentang ada tidaknya hubungan antara dua variabel maka akan

digunakan teknik analisis Simple Linier Regression (Regresi Linier Sederhana)

dengan bantuan Microsoft Excel 2016 dan SPSS 23.0. Teknik analisisnya

sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikansi (sig.) lebih kecil r < dari nilai probabilitas 0,05, maka

ada pengaruh antara variabel body shaming (X) terhadap variabel self

blaming (Y).

b. Jika nilai signifikansi (sig.) lebih besar > dari nilai probabilitas 0,05, maka

tidak ada pengaruh antara variabel body shaming (X) terhadap variabel self

blaming (Y).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran wilayah

Perumnas Ngembat Asri berada di Jalan Gemolong - Sragen, Kelurahan

Ngembatpadas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia. Perumnas Ngembat Asri memiliki luas wilayah ± 15.000

m². Letak Geografis Perumnas Ngembat Asri yaitu Sebelah timur Perumnas

Ngembat Asri adalah persawahan Sidomulyo,,sebelah utara Perumnas Ngembat

Asri adalah Desa Kwangen RT 02, sebelah barat adalah Desa Kwangen RT03,

Sebelah selatan adalah Desa Kwangen RT 03.

Jumlah penduduk Perumnas Ngembat Asri terdapat 782 jiwa, yaitu laki-

laki 347 jiwa dan perempuan 435 jiwa. Sedangkan jumlah KK di Perumnas

Ngembat Asri terdapat 178 KK, dan jumlah remaja di Perrumnas Ngembat Asri

89 orang. Perumnas Ngembat Asri terbagi menjadi satu Rukun Warga (RW)

dan dua Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 25 dan RT 26. Perumnas Ngembat

Asri memiliki 1 Masjid, 2 Lapangan Volly, 2 Pos Kampling dan 2 tempat

pembuangan sampah.

Rata- rata penduduk Perumnas Ngembat Asri minimal pendidikan

SMA dan S1, tetapi masih banyak yang lulusan SD bahkan SMP. Penduduk

Perumnas Ngembat Asri kebanyakan memiliki pekerjaan PNS, Pengusaha,

Wirausaha, Guru TK, dan Wiraswasta. Remaja di Perumnas Ngembat Asri

banyak yang kuliah dan banyak juga yang lulusan SMA langsung bekerja.

43
44

Remaja karang taruna di Perumnas Ngembat Asri tergolong pasif, kebanyakan

dari remaja karang taruna tidak mau berkumpul dengan remaja lainnya.

Sehingga jarang adanya pertemuan rutin karang taruna kecuali menjelang acara

Agustusan.

Fenomena body shaming di Perumnas yaitu beberapa remaja ketika

bertemu dengan remaja lainnya terkadang tidak menggunakan namanya, tetapi

menggunakan nama yang menyangkut fisiknya, contoh gendut, dugong, wajah

yang berjerawat, cungkring, hitam dan masih banyak lagi yang berkaitan

dengan tampilan fisik seseorang. Karena merasa sakit hati, beberapa orang yang

mengalami body shaming berusaha dengan berbagai cara untuk menurunkan

berat badan atau ingin membuat tubuhnya ideal.

B. Deskripsi Data

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Berdasarkan hasil

pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:

body shaming self blaming


N Valid 56 56
Missing 0 0
Mean 44.34 76.57
Std. Deviation 6.064 7.755
Minimum 28 54
Maximum 58 92
45

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel di atas dapat di deskripsikan dan data masing-masing

variabel yang telah diolah dan dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

nilai maksimum dan nilai minimum. Selanjutnya dijelaskan kategori dan

interval dari masing-masing variabel. Hasil analisi deskripsi variabel penelitian

sebagai berikut:

1. Data Body Shaming

Berdasarkan data penelitian yang diolah dengan bantuan program

SPSS versi 23.0 untuk variabel Body Shaming skor terendah yang dicapai

adalah 28 dan skor tertinggi adalah 58. Dari data tersebut diperoleh nilai

rata-rata (mean) sebesar 44,34 dan nilai standar deviasi sebesar 6,064.

Menurut Azwar tujuan dibuat kategorisasi adalah untuk menempatkan

individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang

menurut suatu kontinum berdasarkan stribut yang di ukur (Azwar, 2013).

Kategorisasi tersebut mempunyai sifat yang relatif, sehingga luasnya

interval yang mencakup setiap kategorisasi tergantung kepada peneliti.

Kategori tersebut dilakukan dengan rumus dan perhitungan sebagai

berikut:

a. Tinggi = ( M + SD ) < X

= (44,34 + 6,064 ) < X

= 50,404< X
46

b. Sedang = ( M - SD ) < X < ( M + SD )

= ( 44,34 – 6,064) < X ≤ (44,34 + 6,064)

= 38,34< X ≤ 50,404

c. Kurang = X ≤ ( M - SD )

= X ≤ (44,34 – 6,064)

= X ≤ 38,34

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas dapat di buat tabel

distribusi kategorisasi sebagai berikut:

Kategori Kriteria F Presentase


Tinggi 50,404< X 6 11 %
Sedang 38,34< X ≤ 50,404 41 73%
Kurang X ≤ 38,34 9 16%
Total 56 100%

Tabel 6.4. Hasil Kategorisasi Body Shaming


47

Body Shaming

Tinggi Sedang Rendah

Gambar 2.4. Diagram Lingkaran Kategorisasi Body Shaming

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Body Shaming pada

kategori tinggi sebanyak 6 orang (11%), kategori sedang 41 orang (73%), dan

kategori kurang sebanyak 9 orang (16%). Dapat disimpulkan bahwa Body

Shaming di Perumnas Ngembat Asri Gemolong, Sragen dikategorikan dalam

kategori sedang.

2. Data Self Blaming

Berdasarkan data penelitian yang diolah dengan bantuan program

SPSS versi 23.0 untuk variabel Self Blaming skor terendah yang dicapai

adalah 54 dan skor tertinggi adalah 92. Dari data tersebut diperoleh nilai

rata-rata (mean) sebesar 76,57 dan nilai standar deviasi sebesar 7,755.

Menurut Azwar tujuan dibuat kategorisasi adalah untuk menempatkan

individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang

menurut suatu kontinum berdasarkan stribut yang di ukur (Azwar, 2013).


48

Kategorisasi tersebut mempunyai sifat yang relatif, sehingga luasnya

interval yang mencakup setiap kategorisasi tergantung kepada peneliti.

Kategori tersebut dilakukan dengan rumus dan perhitungan sebagai

berikut:

a. Tinggi = ( M + SD ) < X

= (76,57 + 7,755) < X

= 84,325 < X

b. Sedang = ( M - SD ) < X < ( M + SD )

= (76,57 - 7,755) < X ≤ (76,57 + 7,755)

= 68,815 < X ≤ 84,325

c. Kurang = X ≤ ( M - SD )

= X ≤ (82,32 – 8,520)

= X ≤ 68,815

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas dapat di buat tabel

distribusi kategorisasi sebagai berikut:

Kategori Kriteria F Presentase


Tinggi 84,325 < X 7 13%
Sedang 68,815 < X ≤ 84,325 40 71%
Kurang X ≤ 68,815 9 16%
Total 56 100%
49

Tabel 7.4. Hasil Kategorisasi Self Blaming

Self Blaming

Tinggi Sedang Rendah

Gambar 3.4. Diagram Lingkaran Kategorisasi Self Blaming

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Self Blaming

pada kategori tinggi sebanyak 7 orang (16%), kategori sedang 40 orang

(68%), dan kategori kurang sebanyak 9 orang (7%). Dapat disimpulkan

bahwa Self Blaming di Perumnas Ngembat Asri Gemolong, Sragen

dikategorikan dalam kategori sedang.

C. Uji Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan cara yang digunakan untuk melakukan

pengujian normalitas sampel (Arikunto, 2006). Uji normalitas bertujuan

untuk mengetahui apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak.

Normalitas merupakan syarat dalam teknik analisis statistik. Sebaran data


50

uji normalitas penelitian ini menggunakan Ms. Excel 2016 sebagai input

data angket. Kemudian dihitung melalui SPSS 23.0.

Sebelum mengetahui nilai signifikansi , harus mencari nilai residual

terlebih dahulu dengan langkah – langkahnya adalah Analyze - Regression

– Linier. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus One

Sample Kolmogorow – Smirnov dengan bantuan SPSS ver. 23. Langkah –

langkahnya adalah Analyze – Nonparaetric Test – Legacy Dialogs – 1 –

Sample K – S.

Dasar pengambilan keputusan, yaitu jika nilai p > 0,05 maka data

dikatakan berdistribusi normal dan jika p < 0,05 maka data dikatakan tidak

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS

adalah sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 56
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.72314257
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .079
Negative -.106
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .184c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Tabel 8.4. Hasil Uji Normalitas


51

Berdasarkan hasil uji normalitas dapat diketahui nilai signifikansi

sebesar 0,184 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual

berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui status linier tidaknya

suatu distribusi data penelitian. Dalam penelitian ini, uji linieritas dilakukan

untuk mengetahui apakah variabel Body Shaming dan Self Blaming

berhubungan secara linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji

F (ANOVA) dengan bantuan SPSS versi 23.0. Langkah – langkahnya

adalah Analyze – Compare Means – Means – Test for Linearity

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

self blaming * body Between (Combined) 2067.131 20 103.357 2.916 .003


shaming Groups Linearity 821.679 1 821.679 23.182 .000

Deviation from
1245.452 19 65.550 1.849 .056
Linearity

Within Groups 1240.583 35 35.445

Total 3307.714 55
Tabel 9.4. Uji Linieritas

Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui nilai signifikansi sebesar 0,000

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier

antara body shaming dan self blaming.


52

D. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara untuk masalah

yang ada dan kebenarannya masih harus dibuktikan dalam penelitian. Hipotesis

tersebut harus diuji kebenarannya agar dapat memperoleh kesimpulan. .

Penelitian ini terdiri dari dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol (H0), yaitu

hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya, dan hipotesis alternative (Ha), yaitu hipotesis yang menyatakan

ada hubungan satu variabel dengan variabel lainnya.

Data penelitian diperoleh selama melakukan penelitian yang bersumber

dari data yang diperoleh dari hasil skor angket body shaming dan self blaming

pada remaja di Perumnas Ngembat Asri Gemolong. Setelah semua data yang

diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang

yang sudah diteliti, dengan menganalisis data ini diharapkan dapat

mempermudah dalam penarikan kesimpulan secara menyeluruh didalam

penelitian ini.

Mencari pengaruh antara body saming dengan self blaming pada remaja

di Perumnas Ngembat Asri Gemolong, dengan menggunakan teknik Regresi

Linier Sederhana (Simple Linier Regression) dengan bantuan SPSS versi 23.0.

Langkah-langkahnya adalah dengan cara Analyze – Linier. Hasilnya dapat di

sajikan pada tabel berikut ini:

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
53

1 Regression 821.679 1 821.679 17.848 .000b

Residual 2486.036 54 46.038

Total 3307.714 55

a. Dependent Variable: Self Blaming


b. Predictors: (Constant), Body Shaming

Tabel 10.4. Hasil Uji Simple Linier Regression

Dari output tersebut diketahui bahwa nilai Fhitung = 17.848 dengan


tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, jadi kesimpulannya adalah ada
pengaruh variabel Body Shaming (X) terhadap variabel Self Blaming (Y).

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 .498a .248 .234 6.785

a. Predictors: (Constant), Body Shaming

Tabel 11.4. Nilai Pengaruh Variabel

Dari tabel di atas menjelaskan besarnya nilai korelasi / hubungan (R)

yaitu sebesar 0,498. Output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,248 yang berarti bahwa pengaruh variabel bebas (Body

Shaming) terhadap variabel terikat (Self Blaming) adalah sebesar 24,8%.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa body shaming remaja berbeda-beda, dan dari hasil analisa diketahui

bahwa 6 remaja (11%) memiliki skor nilai body shaming kategori tinggi, 41
54

remaja (73%) memiliki skor nilai body shaming ketegori sedang dan 9 remaja

(16%) memiliki skor nilai body shaming kategori rendah. Berdasarkan dari

analisa, bahwa tingkat body shaming remaja di Perumahan Ngembat Asri

Gemolong dalam kategori sedang. Karena hasil penelitian dari remaja satu

dengan yang lainnya berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat body

shaming yang di alami remaja tersebut.

Temuan hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Riananda yaitu rasa

malu adalah kumpulan dari komponen afeksi, kognisi, dan tindakan pada setiap

individu memiliki perbedaan (Cahyani, 2018). Body Shaming tidak dapat

terpisah antara ketiga komponen tersebut karena respon dari kejadian

mempengaruhi kognisi, afeksi, dan tindakan individu. Sehingga untuk melihat

tindakan dari perasaan malu, dapat dilihat dari perilaku yang muncul dari setiap

individu.

Sedangkan hasil analisis self blaming pada remaja di Perumnas

Ngembat Asri menunjukkan 7 remaja (13%) memiliki skor nilai self blaming

tinggi, 40 remaja (71%) termasuk kategori sedang, 9 orang (16%) termasuk

kategori rendah. Berdasarkan hasil analisa, tingkat self blaming di Perumnas

Ngembat Asri dalam kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap

remaja di Perumnas memiliki tingkat self blaming yang berbeda-beda.

Temuan hasil penelitian ini sejalan dengan Janoff-Bulman self blaming

pada dasarnya berarti bahwa seseorang memikul tanggung jawab pribadi atas

terjadinya suatu peristiwa traumatis seringkali ketika jelas bahwa individu


55

tersebut sebenarnya adalah korban (Kaur & Kaur, 2016). Arah menyalahkan

seringkali memiliki keterkaitan dengan emosi, perilaku individu dan mengikuti

situasi yang penuh tekanan.

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh body shaming

terhadap self blaming pada remaja di Perumnas Ngembat Asri Gemolong.

Dibuktikan dengan uji hipotesis dengan menggunakan korelasi regresi linier

sederhana dengan bantuan SPSS 23.0. dari uji tersebut diketahui bahwa nilai

Fhitung = 17.848 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara body shaming terhadap self blaming

pada remaja di Perumnas Ngembat Asri Gemolong.

Besar nilai korelasi / hubungan (R) yaitu sebesar 0,498 dan koefisien

determinasi (R square) sebesar 0,248 yang mengandung pengertian bahwa

pengaruh variabel bebas (Body Shaming) terhadap variabel terikat (Self

Blaming) adalah sebesar 24,8%.

Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi., Psikolog. dalam (Rachmah

& Baharuddin, 2019) yang mengatakan bahwa yang menjadi faktor penyebab

masyarakat Indonesia terutama perempuan cenderung lebih sering

mengomentari penampilan bahkan fisik seseorang, karena di Indonesia

memiliki iklim budaya in group yang kuat. Artinya, kebiasaan ini membuat

seseorang cenderung memperlakukan orang lain layaknya saudara bahkan yang

sebenarnya tidak terlalu dekat. Maka dengan kebiasaan itulah banyak orang

akhirnya merasa bahwa berkomentar adalah hal yang wajar dilakukan walaupun
56

baru beberapa kali bertemu. Dan memang biasanya komentar tersebut mengacu

pada isu yang sensitif seperti fisik atau penampilan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa body shaming berpengaruh

terhadap self blaming. Ketika remaja menjadi korban body shaming, individu

tersebut cenderung merasa malu, sehingga mereka melakukan berbagai hal

seperti diet. Apabila body shaming tinggi, maka self blaming tinggi, sebaliknya,

apabila body shaming rendah, maka self blaming rendah. Oleh karena itu,

remaja yang menjadi korban body shaming tidak usah mempedulikan perkataan

buruk dari orang lain. Ketika remaja yang menjadi korban body shaming tinggi

maka bisa saja self blaming tinggi tidak dapat mengendalikan keinginannya

untuk merubah penampilannya kadang bisa melakukan hal-hal yang nekat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh body shaming

terhadap self blaming pada remaja di karang taruna Perumnas Ngembat Asri

Gemolong. Sampel dalam penelitian adalah 56 remaja yang dijadikan

responden.

1. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa body shaming

remaja berbeda-beda, dan dari hasil analisa diketahui bahwa 6 remaja (11%)

memiliki skor nilai body shaming kategori tinggi, 41 remaja (73%) memiliki

skor nilai body shaming ketegori sedang dan 9 remaja (16%) memiliki skor

nilai body shaming kategori rendah. Berdasarkan dari analisa, bahwa tingkat

body shaming remaja di Perumahan Ngembat Asri Gemolong dalam

kategori sedang.

2. Hasil analisis self blaming pada remaja di Perumnas Ngembat Asri

menunjukkan 7 remaja (13%) memiliki skor nilai self blaming tinggi, 40

remaja (71%) termasuk kategori sedang, 9 orang (16%) termasuk kategori

rendah. Berdasarkan hasil analisa, tingkat self blaming di Perumnas

Ngembat Asri dalam kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

setiap remaja di Perumnas memiliki tingkat self blaming yang berbeda-

beda.

57
58

3. Berdasarkan hasil dari uji regresi linier sederhana diketahui bahwa nilai

Fhitung = 17.848 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel Body Shaming (X) terhadap

variabel Self Blaming (Y).

4. Nilai korelasi / hubungan (R) yaitu sebesar 0,498. Koefisien determinasi (R

square) sebesar 0,248 yang berarti bahwa pengaruh variabel bebas (Body

Shaming) terhadap variabel terikat (Self Blaming) adalah sebesar 24,8%.

B. Keterbatasan Penlitian

Peneliti juga mengakui dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan

yang disadari oleh peneliti khususnya dalam penerjemahan hasil penelitian

berupa angka-angka ke dalam bentuk penjelasan secara deskriptif. Namun

peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis

yang berupa angka-angka istimewa pada bidang metodelogi, yakni pengolahan

analisis data dengan menggunakan SPSS versi 23.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pembahasan dan kesimpulan maka

penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu :

1. Bagi remaja yang sering bercanda dengan menggunakan kata yang

merujuk fisik seseorang, karena belum tentu orang yang diajak bercanda

mau menerima kata tersebut.


59

2. Berdasarkan analisis peneliti perlakuan orang dilingkungan sangat

mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat body shaming. Diharapkan

masyarakat agar memahami resiko yang ditimbulkan dari body shaming.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu dalam meningkatkan

penelitian jika menggunakan variabel serupa. Penelitian ini menggunakan

subjek remaja, mungkin untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika

subjek diperluas.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (VI). PT


Rineka Cipta.

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.

Cahyani, R. R. (2018). Efektifitas Cognitive Behavior Theraphy Untuk Menurunkan


Tingkat Body Shame.

Damanik, T. M. (2018). Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shame.

Eliasdottir, E. L. F. (2016). Is Body Shaming Predicting Poor Physical Health And


Is There a Gender Difference? In BSc in Psychology.

Evans, M. A. (2010). Unattainable Beauty: An Analysis of the Role of Body Shame


and Self-Objectification in Hopelessness Depression among College-Age
Women.

Fatmawaty, R. (n.d.). Memahami Psikologi Remaja. Reforma, VI(02), 55–65.

Fauzia, T. F., & Rahmiaji, L. R. (2019). Memahami Pengalaman Body Shaming


pada Remaja Perempuan. Body Shaming, 4–5.

Fitriana, S. A. (2019). Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap


Perempuan.

Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yoga Pratama.

Gilbert, P., & Miles, J. (2002). Body Shame Conceptualisation, Research, and
Treatment (J. M. Paul Gilbert (ed.); 1st ed.). Brunner- Routledge.

Green, S., Moll, J., William, J. F., Hulleman, J., & Zahn, R. (2012). Proneness to
Decreased Negative Emotions in Major Depressive Disorder when Blaming
Others rather than Oneself. Psychopathology.
https://doi.org/10.1159/000338632

Hidayati, K. B., & Farid, M. (2016). Konsep Diri, Adversity Quotient dan

60
61

Penyesuaian Diri pada Remaja. Psikologi Indonesia, 5(02), 137–144.

Iman, W. (2009). Hubungan Antara Perilaku Seksual Dengan Rasa Bersalah


(Guilty Feeling) Pada Remaja Di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Istyqomah, D. (2018). Pengaruh rasa salah, rasa malu, dan tipe kepribadian big
five terhadap self-forgiveness pada residen narkoba.

Kaur, M., & Kaur, I. (2016). Dysfunctional Attitude and Self-Blame : Effect on Self-
Esteem and Self-Conscious Emotions among Adolescents.

Machali, I. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Panduan Praktis Merencanakan,


Melaksanakan dan Analisis dalam Penelitian Kuantitatif. Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mawaddah, N. (2020). Dampak Body Shaming Terhadap Kepercayaan Diri


Remaja Putri Di Desa Muara Uwai Kecamatan Bangkinang.

Muhsin, A. (2014). Studi Kasus Ketidakpuasan Remaja Putri Terhadap Keadaan


Tubuhnya (Body Negative Pada Remaja Putri). Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Edisi 1.

Prakasa, E. (2019). Imperfect.

Rachmah, E. N., & Baharuddin, F. (2019). Faktor Pembentuk Perilaku Body


Shaming Di Media Sosial. Psikologi Sosial Di Era Revolusi Industri 4.0 :
Peluang & Tantangan.

Sakinah. (2018). “Ini Bukan Lelucon” : Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan
Cara Mengatasinya. Jurnal Emik, 1.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Suwarno. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.


62

Widjast, E. P. (2011). Hubungan Antara Self-Criticism Dengan Distres Pada Siswa


Sma Negeri 3 Surakarta.

Wijastuti, W. (2013). Gambaran Kecenderungan Shame dan Kecenderungan Guilt


pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Zuama, H. . S. N. (2011). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Strategi Coping


Pada Mahasiswa Angkatan 2009 Program Studi PG PAUD FKIP Universitas
Tadulako. 41–51.
63

LAMPIRAN
64

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Suci Nur Laily


Tempat, Tgl Lahir : Sragen, 16 Januari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumnas Ngembat Asri RT 25 RW 01, Gemolong,
Sragen
Kode Pos : 57274
Riwayat Pendidikan :
1. TK Melati
2. SD Negeri Ngembatpadas 3
3. SMP Negeri 1 Gemolong
4. SMK Negeri 1 Miri Sragen
5. IAIN Surakarta
65

Lampiran 2. Skala Psikologi yang di modifikasi

Skala ini di uji validasi Expert Judgment oleh Bu Moniqa

Siagawati, M. Psi., Psikologi

Skala Psikologi Self Blaming


No. Sebelum di Modifikasi Setelah di Modifikasi
1. Saya merasa tidak aman Saya merasa tidak aman ketika berada di
tempat umum
2. Saya merasa malu Saya merasa malu dengan ukuran tubuh saya
3. Saya merasa tidak trauma Saya merasa tidak trauma saat diejek oleh
teman saya
4. Saya suka sakit perut. Saya sering sakit perut karena memikirkan
tubuh saya yang tidak ideal
5. Saya merasa sedih karena banyak Saya merasa sedih ketika saya tidak bisa
dosa mengontrol makan
6. Saya tidak lelah/cape Saya tidak lelah untuk memperbaiki
penampilan
7. Saya merasa tidak malu Saya merasa tidak malu dengan penampilan
saya
8. Saya tidak pemah salah Saya tidak merasa mulas/ kembung ketika
cerna/buang air besar memikirkan ejekan orang lain
9. Saya merasa badan saya tidak Saya merasa badan saya tidak sakit ketika
sakit saya merasa sakit hati karena memikirkan
ejekan tentang tubuh saya yang banyak
10. Saya merasa aman saat ini Saya merasa aman saat sendirian karena
tidak ada orang yang mengejek saya
11. Saya akhir-akhir ini merasakan Saya akhir-akhir ini merasakan sakit
sakit punggung punggung ketika saya merasa terbenani
dengan kondisi tubuh saya
66

12. Saya pemah salah cerna/buang air Saya pernah mulas/ kembung setiap
besar memikirkan perkataan buruk orang lain
terhadap tubuh saya
13. Akhir - akhir ini saya resah dan Akhir-akhir ini saya merasa tertekan dengan
membuat saya iadi gatal-gatal kondisi tubuh saya sehingga membuat saya
jadi gatal- gatal
14. Perasaan saya merasa kacau akhir Perasaan saya kacau akhir-akhir ini karena
akhir ini merasa tidak punya teman
15. Debaran jantung saya terasa Dada saya berdebar ketika mermikirkan
kencang ejekan orang lain terhadap tubuh saya
16. Saya tidak takut akan kecurangan Saya tidak takut dengan perkataan buruk
orang lain terhadap penampilan saya
17. Jantung saya baik - baik saja hari Dada saya terasa nyeri ketika mengingat
ini tubuh sya yang tidak ideal
18. Saya pemah gagal dalam Saya pernah gagal dalam diet sehingga saya
melakukan sesuatu putus asa dengan kondisi tubuh saya
19. Sava merasa dosa saya sedikit Saya merasa kesalahan saya dalam diet
sedikit
20. Sava merasa badan saya sakit Saya merasa badan saya sakit karena terlalu
memikirkan perkataan buruk tentang
penampilan saya
21. Saya merasa gagal Saya merasa gagal dalam berpenampilan
22. Jantung tidak pemah berdebar Perkataan buruk orang lain tentang
kencang penampilan saya tidak pernah membuat
dada saya berdebar lebih cepat
23. Tukak lambung saya terasa sakit Maag saya kambuh ketika memikirkan
bila melakukan sesuatu perkataan buruk tentang tubuh saya
24. Saya merasa trauma setelah apa Saya trauma karena sering di ejekan teman-
yang saya perbuat teman saya
67

25. Saya tidak sedih melihat Saya tidak sedih ketika badan saya tidak
perbuatan saya yang berdosa ini ideal
26. Walaupun gagal saya hams tetap Walaupun gagal saya harus tetap berusaha
bernsaha terns terus untuk mencapai tubuh yang ideal dan
menjadi cantik / ganteng
27. Kegagalan yang membuat saya Kegagalan yang membuat saya termotivasi
banyak belajar lebih baik untuk mencapai target body goals
28. Saya lelah/cape saat saya Saya lelah saat saya diet tapi tidak ada hasil
melakukan sesuatu
29. Saya tidak merasaan nyeri dada Saya tidak merasakan nyeri dada ketika sakit
saat ini hati diejek teman saya
30. Meskipun merasa gagal saya Meskipun merasa gagal saya masih
masih bersemangat bersemangat untuk diet
31. Saya tidak pemah gagal Dalam Saya tidak pernah gagal ketika diet sehingga
melakukan sesuatu saya bisa mempunyai body goals
32. Perasaan kacau membuat saya Perasaan saya kacau ketika dijauhi teman
tidak tenang karena penampilan saya
33. Saya merasa diri saya perlu Saya mengasihani diri saya sendiri karena
dikasihanin sering diejek oleh orang lain
68

Lampiran 3. Skala Psikologi Untuk Penelitian

Nama :

Umur :

PETUNJUK PENGISIAN

1. Skala ini terdapat 40 pernyataan. Pertimbangkan secara baik-baik setiap


pernyataan yang sesuai dengan diri anda.

2. Respon anda terhadap satu pernyataan tidak berpengaruh dengan respon


terhadap pernyataan lain

3. Centanglah ( √ ) atau silanglah (X) atau lingkari (O) respon anda pada
lembar pertanyaan yang sesuai.

4. Pilihlah salah satu jawaban antara SS, S, TS, dan STS yang menurut anda
sesuai dengan diri anda.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Skala 1

No. Pernyataan SS S R TS STS


1. Saya merasa tidak aman ketika berada di
tempat umum
2. Saya merasa malu dengan ukuran tubuh saya
69

3. Saya merasa tidak trauma saat diejek oleh


teman saya
4. Saya sering sakit perut karena memikirkan
tubuh saya yang tidak ideal
5. Saya merasa sedih ketika saya tidak bisa
mengontrol makan
6. Saya tidak lelah untuk memperbaiki
penampilan
7. Saya merasa tidak malu dengan penampilan
saya
8. Saya tidak merasa mulas/ kembung ketika
memikirkan ejekan orang lain
9. Saya merasa badan saya tidak sakit ketika
saya merasa sakit hati karena memikirkan
ejekan tentang tubuh saya yang banyak
10. Saya merasa aman saat sendirian karena tidak
ada orang yang mengejek saya
11. Saya akhir-akhir ini merasakan sakit
punggung ketika saya merasa terbenani
dengan kondisi tubuh saya
12. Saya pernah mulas/ kembung setiap
memikirkan perkataan buruk orang lain
terhadap tubuh saya
13. Akhir-akhir ini saya merasa tertekan dengan
kondisi tubuh saya sehingga membuat saya
jadi gatal- gatal
14. Perasaan saya kacau akhir-akhir ini karena
merasa tidak punya teman
15. Dada saya berdebar ketika mermikirkan
ejekan orang lain terhadap tubuh saya
70

16. Saya tidak takut dengan perkataan buruk


orang lain terhadap penampilan saya
17. Dada saya terasa nyeri ketika mengingat
tubuh sya yang tidak ideal
18. Saya pernah gagal dalam diet sehingga saya
putus asa dengan kondisi tubuh saya
19. Saya merasa kesalahan saya dalam diet
sedikit
20. Saya merasa badan saya sakit karena terlalu
memikirkan perkataan buruk tentang
penampilan saya
21. Saya merasa gagal dalam berpenampilan
22. Perkataan buruk orang lain tentang
penampilan saya tidak pernah membuat dada
saya berdebar lebih cepat
23. Maag saya kambuh ketika memikirkan
perkataan buruk tentang tubuh saya
24. Saya trauma karena sering di ejekan teman-
teman saya
25. Saya tidak sedih ketika badan saya tidak ideal
26. Walaupun gagal saya harus tetap berusaha
terus untuk mencapai tubuh yang ideal dan
menjadi cantik / ganteng
27. Kegagalan yang membuat saya termotivasi
untuk mencapai target body goals
28. Saya lelah saat saya diet tapi tidak ada hasil
29. Saya tidak merasakan nyeri dada ketika sakit
hati diejek teman saya
30. Meskipun merasa gagal saya masih
bersemangat untuk diet
71

31. Saya tidak pernah gagal ketika diet sehingga


saya bisa mempunyai body goals
32. Perasaan saya kacau ketika dijauhi teman
karena penampilan saya
33. Saya mengasihani diri saya sendiri karena
sering diejek oleh orang lain
60

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Penelitian

BODY SHAMING
N x x x x x x x x x x1 JUMLA
NAMA
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 H
1 AN 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 28
2 YF 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 39
3 AFA 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 2 1 3 2 2 3 3 3 2 3 38
4 DM 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 4 4 1 4 4 2 4 3 2 50
5 UP 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 42
6 ANI 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 53
7 FN 2 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 29
8 FJ 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 3 2 3 3 2 3 1 2 42
9 F 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 42
10 LF 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 46
11 CA 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 41
12 YA 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 1 43
13 MW 2 1 3 2 2 2 1 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 43
14 LI 2 2 4 2 2 1 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 43
15 WAH 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 41
16 ADS 2 1 2 1 1 1 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 3 1 3 37
17 DR 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 45
18 PTU 2 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 53
19 NS 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 48
61

20 EL 1 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 3 3 2 2 2 47
21 SI 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 48
22 NPC 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 42
23 APM 3 2 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2 38
24 USN 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 43
25 N 1 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 55
26 MS 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 46
27 DCA 2 3 3 1 1 1 2 2 3 3 1 1 2 3 1 1 2 2 1 2 37
28 KN 3 2 2 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 40
29 HA 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 41
30 LPY 1 2 2 2 2 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 1 2 3 1 2 34
31 TP 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 47
32 FE 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 40
33 AS 2 2 4 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 46
34 HL 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 48
35 AR 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 44
36 DK 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 58
37 DD 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 47
38 NQ 3 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 4 1 2 36
39 NV 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 49
40 NN 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 1 4 3 3 4 2 3 1 4 3 48
41 LS 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 44
42 DL 3 2 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2 38
43 RN 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 4 4 1 4 4 2 4 3 2 50
44 AT 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 48
62

45 WL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 41
46 DF 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 4 4 1 4 4 2 4 3 2 50
47 S 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 47
48 TM 2 2 4 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 46
49 BR 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 53
50 TY 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 1 43
51 AM 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 1 4 3 3 4 2 3 1 4 3 48
52 MH 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 46
53 LU 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 41
54 MY 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 47
55 WD 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 46
56 KL 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 58
63

Self Blaming
NAMA y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8 y9 y10 y11 y12 y13 y14 y15 y16 y17 y18 y19 y20
AN 3 1 1 1 4 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 3 2 1
YF 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
AFA 3 2 2 2 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2
DM 2 1 4 2 4 1 1 4 3 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3 2
UP 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1
ANI 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2
FN 3 1 3 3 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2
FJ 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 4 1 4 1
F 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2
LF 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2
CA 2 2 1 2 3 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2
YA 2 1 2 2 4 2 1 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2
MW 3 3 1 1 2 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 4 3 2 1
LI 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
WAH 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2
ADS 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2
DR 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2
PTU 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2
NS 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2
EL 3 3 3 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3
SI 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2
NPC 3 2 2 2 3 1 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3
APM 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
64

USN 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2
N 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3
MS 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
DCA 2 1 2 1 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2
KN 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 3 2 3 1
HA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3
LPY 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 4 1
TP 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2
FE 2 1 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
AS 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 3 2
HL 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 3 3 2 3 2
AR 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 4 2 4 1
DK 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 4 2 2
DD 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 1
NQ 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1
NV 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
NN 3 3 4 2 3 1 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3
LS 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2
DL 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2
RN 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
AT 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2
WL 2 2 1 2 3 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2
DF 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2
S 3 3 4 2 3 1 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3
TM 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
65

BR 2 1 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
TY 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 1
AM 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 4 2 4 1
MH 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
LU 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3
MY 2 1 2 1 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2
WD 3 3 3 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3
KL 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
66

Lampiran 5. Hasil Uji Pra Syarat


Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 56
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.72314257
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .079
Negative -.106
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .184c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Linieritas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

self blaming * body Between (Combined) 2067.131 20 103.357 2.916 .003


shaming Groups Linearity 821.679 1 821.679 23.182 .000

Deviation
from 1245.452 19 65.550 1.849 .056
Linearity

Within Groups 1240.583 35 35.445

Total 3307.714 55
67

Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis

Uji Hipotesis

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 821.679 1 821.679 17.848 .000b

Residual 2486.036 54 46.038

Total 3307.714 55

a. Dependent Variable: Self Blaming


b. Predictors: (Constant), Body Shaming

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 .498a .248 .234 6.785

a. Predictors: (Constant), Body Shaming


68

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian


69

Anda mungkin juga menyukai