Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Mata Kuliah BK Sekolah

Yang Diampu Oleh Richo Surya Pradana , S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2

1. Laurensius Chelebrianus Julianus Sri M 20090009012


2. Nerizza Nur Aini 21090000005
3. Hilda Arianti 21090000009
4. Akmal Sachary Feeling Akbar 21090000029

5. Shogih Pangestu 21090000047


6. Bernice Adwitya 21090000238

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah BK Sekolah yang bertema Hakikat Profesi
Bimbingan dan Konseling. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah BK Sekolah. Makalah ini berisi tentang penjabaran mengenai hakikat profesi serta
syarat-syarat profesi bimbingan konseling. Dalam penyusunannya melibatkan berbagai pihak,
baik segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana membantu mahasiswa atau
masyarakat lainnya dalam memahami hakikat profesi dan syarat-syarat profesi bimbingan
konseling.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
makalah ini.

Penulis

17 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

1.3 Manfaat............................................................................................................................. 5

BAB II........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

2.1 Hakikat Profesi ................................................................................................................. 6

2.2 Ciri-Ciri Profesi ................................................................................................................ 8

2.3 Tujuan Profesi ................................................................................................................ 10

2.4 Syarat-Syarat Profesi ...................................................................................................... 11

BAB III .................................................................................................................................... 15

PENUTUP................................................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15

3.2 Saran ............................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guru, merupakan sosok yang tidak dapat lepas dari dunia pendidikan, terutama di sekolah.
Namun tidak semua guru menyadari akan profesinya, termasuk guru Bimbingan dan
Konseling. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya guru Bimbingan dan Konseling di sekolah-
sekolah, yang belum memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang ditentukan. Akan
tetapi, dalam kurun waktu terakhir secara bertahap terdapat peningkatan kualifikasi akademik
dan kompetensinya sehingga mencapai standar yang ditentukan sebagaimana yang diatur
dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor yaitu Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Program
Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPGBK/K) menghasilkan
tenaga pendidik profesional dalam bidang bimbingan dan konseling/konselor.

Untuk itu, sebagai calon konselor, perlu adanya pemahaman mengenai profesi bimbingan
dan konseling, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penyempurnaan profesi BK,
serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam profesi BK dan cara menjalankan program BK.
Pemahaman konselor terhadap berbagai hal terkait profesi bimbangan dan konseling
merupakan hal fundamental karena pemahaman ini akan mendorong konselor untuk selalu
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan menjadikan dirinya sebagai profesional yang
bermakna.

Profesionalisasi menunjuk kepada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan


para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai
anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikan/pelatihan prajabatan (pre-
service training) maupun pendidikan/latihan dalam jabatan (in-service training). Oleh karena
itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat dan tanpa henti.
Upaya profesionalisasi ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak agar
kedepannya profesi bimbingan dan konseling semakin kokoh dan bermartabat.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Hakikat Profesi
2. Ciri-Ciri Profesi
3. Tujuan Profesi
4. Syarat-Syarat Profesi

1.3 Manfaat

1. Mengetahui serta memahami hakikat profesi.


2. Paham akan ciri-ciri profesi
3. Memahami apa saja tujuan profesi.
4. Mengetahui dan memahami syarat-syarat profesi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Profesi


Pengertian Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi merupakan bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Daniel
Bell (1973), profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal maupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh sekelompok/badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam
melayani masyarakat, menggunakan etika pelayanan profesi dengan mengimplikasikan
kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral serta bahwa perawat
mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat. Paul F. Comenisch (1983) profesi adalah
“komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Dari beberapa definisi di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus dari para penyandang profesi. Artinya, pekerjaan yang disebut
profesi itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan
secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Profesi itu berbeda dari
pekerjaan-pekerjaan yang lain karena mempunyai fungsi sosial, yaitu pengabdian kepada
masyarakat dan di dalamnya tersimpul suatu keharusan kompetensi agar profesi tersebut
menjalankan fungsinya sebaik-baiknya. Hal ini dengan sendirinya mengimplikasikan supaya
terpenuhinya tuntutan adanya pengetahuan dan keterampilan yang khusus menjalankan fungsi
itu dan pula adanya cara atau alat untuk mengadakan verifikasi terhadap tuntutan pengetahuan
khusus.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang dipegang oleh orang-orang yang mempunyai
dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap khusus tertentu dan pekerjaan itu diakui oleh
masyarakat sebagai suatu keahlian. Keahlian tersebut menunjukkan dipenuhinya standar
persiapan profesi melalui pendidikan khusus di perguruan tinggi dan pengalaman kerja dalam
bidang tersebut. Istilah profesi selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan
dapat disebut profesi.

Konsep-konsep pokok terkait dengan profesi konseling yang perlu dipahami oleh setiap
calon konselor dan konselor, yaitu profesional, profesionalisme, profesionalitas,
profesionalisasi, sertifikasi, akreditasi, dan lisensi.

6
1. Profesional menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi
(misalnya sebutan dia seorang professional); kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
2. Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi-strategi dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaannya.
Profesionalisme mengacu kepada sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya
serta derajat pengetahuan dan keahlian mereka miliki dalam rangka melakukan
pekerjaannya.
3. Profesionalisasi menunjuk kepada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan
para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya
sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian
proses pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikan/pelatihan
prajabatan (pre-service training) maupun pendidikan/latihan dalam jabatan (in-service
training). Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung
sepanjang hayat dan tanpa henti.
4. Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada jenjang dan jenis setting
tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
tenaga profesi konseling yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Dengan perkataan
lain, sertifikasi profesional adalah proses pemberian pengakuan terhadap tingkat
kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki seseorang.
5. Akreditasi adalah proses penentuan status yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
suatu badan khusus yang dipandang kompeten dan independen terhadap lembaga
penyelenggara program pendidikan dalam pencapaian standar mutu yang
dipersyaratkan. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 60 secara tegas disebutkan bahwa
akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
6. Lisensi adalah pemberian izin kewenangan kepada tenaga profesi konseling untuk
melakukan praktik pelayanan konseling pada jenjang dan setting tertentu, khususnya
untuk praktik mandiri (privat). Lisensi hanya dapat diperoleh jika yang bersangkutan
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh lembaga lisensi berdasarkan uji
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu. Konseling sebagai profesi yaitu
pekerjaan atau karier yang bersifat pelayanan keahlian dengan tingkat ketepatan yang

7
tinggi untuk kebahagiaan individu (pengguna pelayanan konseling) berdasarkan
norma- norma yang berlaku. Individu sebagai pengguna layanan konseling yang
disebut klien atau konseli adalah manusia yang memiliki karakteristik pembeda tertentu
yang menyediakan basis profesi konseling serta lembaga dan institusi yang melalui
profesi ini mengkontribusikan pengetahuan dan keterampilan khususnya.

2.2 Ciri-Ciri Profesi


Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-syarat atau ciri-
ciri tertentu. Sejumlah ahli (seperti McCully, 1963; Tolbert, 1982; dan Nugent, 1981) telah
merumuskan ciri-ciri suatu profesi. Dari rumusan-rumusan yang mereka kemukakan itu, dapat
disimpulkan ciri-ciri utama yang mengandung syarat-syarat dari suatu profesi, yaitu:

a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang mempunyai fungsi dan
kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
b. Untuk mewujudkan fungsi pada butir di atas, para anggotanya (petugas dalam
pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan khusus; didasarkan atas teknik-teknik
intelektual dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik.
c. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan
bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama, yaitu yang didasarkan atas ilmu
yang jelas, sistematis, dan eksplisit, bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common
sense) belaka.
e. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu tersebut, diperlukan pendidikan dan latihan
dalam waktu yang cukup lama.
f. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur
pendidikan dan latihan serta lisensi atau pun sertifikasi.
g. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota diberi
kebebasan dan tangung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan
serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan
penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud.
h. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan
yang bersifat sosial dari pada pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat
ekonomi.

8
i. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat (eksplisit) melalui
kode etik yang benar-benar diterapkan. Setiap pelanggaran atas kode etik dapat
dikenakan sanksi tertentu.
j. Selama berada dalam pekerjaan tersebut, para anggotanya terus-menerus berusaha
menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat
literatur bidang pekerjaan, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset serta
berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.Bimbingan
dan konseling merupakan suatu profesi. Hal ini terlihat dari ciri-ciri profesi sebagai
berikut.
1. Bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh petugas yang disebut guru
pembimbing atau konselor (sekolah) yang merupakan lulusan dari pendidikan
keahlian, yakni lulusan perguruan tinggi Jurusan atau Program Studi Bimbingan
dan Konseling.
2. Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan kemasyarakatan dan
bersifat sosial.
3. Dalam melaksanakan layanan, guru pembimbing menggunakan berbagai
metode atau teknik ilmiah.
4. Memiliki organisasi profesi, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN),yang saat didirikan tanggal 12 Desember 1975 di Malang dikenal
dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Sebagai sebuah
organisasi, ABKIN memiliki AD/ART maupun kode etik.
5. Ada pengakuan dari masyarakat/pemerintah, seperti tercantum dalam SK
Mendikbud Nomor 25 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa IPBI (saat ini
ABKIN) sejajar dengan PGRI dan ISPI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 6 menetapkan konselor
sebagai salah satu jenis kualifikasi pendidik.
6. Para anggota profesi bimbingan dan konseling memiliki keinginan untuk
memajukan diri,baik wawasan pengetahuannya maupun keterampilannya,
yakni melalui kegiatan seminar,pelatihan, workshop, atau pertemuan ilmiah
lainnya.Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
konselor/guru bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan yang memenuhi
ciri-ciri profesi. Dengan demikian, bimbingan dan konseling merupakan suatu
profesi dan para petugas bimbingan dan konseling, yakni konselor sekolah atau
guru bimbingan dan konseling, merupakan tenaga profesional.

9
2.3 Tujuan Profesi

Ciri-ciri profesi menekankan bahwa profesi adalah pelayanan yang dilakukan dengan
sebaik-baiknya dan ikhlas, tiga kata ini, pelayanan, baik dan ikhlas, merupakan petunjuk untuk
memahami tujuan profesi. Layanan ini ditujukan untuk orang-orang yang membutuhkan
bantuan. Siapakah orang-orang yang membutuhkan bantuan? Bimbingan dan nasihat adalah
untuk orang-orang yang membutuhkan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah.
Promosi pengembangan kepribadian dilakukan dengan mempromosikan pengembangan
individu atau kelompok orang sesuai dengan kekuatan, kemungkinan dan kemampuan dan
kemungkinan yang nyata; dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan, serta hambatan
dalam pengembangan diri. Bantuan juga diperlukan bagi orang-orang yang berada dalam
keadaan kritis dan berisiko mengalami hambatan dan kerugian tertentu. Apabila kondisi
tersebut tidak diselesaikan, maka kondisi tersebut akan terus berlanjut atau bahkan memburuk
sehingga menimbulkan hambatan dan kerugian yang lebih besar. Untuk mengatasi situasi
tersebut diperlukan bantuan berupa penambahan tenaga atau personel untuk mengatasi situasi
kritis tersebut, hal lain terkait dengan kualitas pelayanan. Profesi bukan sembarang pelayanan,
melainkan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan menggunakan teori metode ilmiah, jelas,
ringkas dan sistematis. Dengan pelayanan yang berkualitas, upaya mengatasi kondisi kritis dan
mengurangi hambatan dan kerugian yang dirancang secara efisien dan efektif. Panggilan
pelayanan bukanlah pekerjaan coba-coba, atau dilakukan secara kebetulan, santai atau serius;
yang paling penting adalah tujuan tercapai terlepas dari cara dan metode; Yang terpenting ada
kerja dan hasil. Profesi pelayanan adalah pelayanan yang teliti, teliti dan cerdas, sehingga
pelayanannya bermutu tinggi.Ketiga, kejujuran pemberi pelayanan. Ketulusan ini didorong
oleh motif altruistik (pengorbanan diri). Dengan keikhlasan tersebut, dapat dipahami bahwa
pengabdian itu dilakukan dengan sukarela, atau setidak-tidaknya tanpa paksaan; Layanan
ditawarkan tanpa pamrih, setidaknya tanpa niat terkait dengan kepentingan pribadi penyedia
layanan. Satu-satunya hal yang sangat ditekankan adalah keinginan agar orang yang mengabdi
ditolong dengan sebesar-besarnya manfaat, sehingga kondisi Pelayanan yang tulus juga
tercermin dalam penawaran penyedia layanan:Mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga
bahkan bisa jadi soal keluarga dan harta benda. Dalam ketulusan pelayanan ini, mereka yang
membutuhkan tidak diabaikan, apalagi disia-siakan. Kepentingan Anda mengesampingkan
kepentingan pribadi penyedia layanan. Pemohon layanan adalah segalanya. Saat memberikan
layanan, penyedia layanan tidak bertanggung jawab atas untung dan rugi; faktor yang
menentukan adalah keuntungan bagi penerima jasa.Tujuan profesi jasa menurut uraian di atas

10
adalah pemuasan kebutuhan.Itu merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh profesi itu sendiri.
Tujuan yang selalu didasarkan pada aspek-aspek yang dapat dipertanggung jawabkan tidak
hanya mencakup aspek normatif tetapi juga aspek mental-spiritual, sosial-budaya, fisik-
material, dan ekonomi-finansial.

2.4 Syarat-Syarat Profesi

Mengingat tugas dan tanggung jawab konselor, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus, antara lain:

a. Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.
b. Menekankan suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan profesi konselor yang sesuai standar.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam
suatu profesi, antara lain: (1) memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, (2) memiliki konseli/objek layanan tetap, (3) diakui oleh masyarakat karena
memang diperlukan jasanya di masyarakat. Ditilik dan dirinci dari sisi profesi, ada tiga hal
yang termasuk ke dalam syarat profesi, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan pelayanan yang
bermanfaat, pelaksana yang bermandat, dan pengakuan yang sehat.

Anda dapat diakui sebagai spesialis bimbingan dan konseling jika: mengikuti pelatihan
orientasi dan konseling LPTK staf penyelenggara diklat) yang telah memiliki izin produksi
mendampingi dan membimbing lulusan agar dapat memperoleh sertifikat S1 BK mendapatkan
gelar kons atau (konselor), lalu siapapun dengan gelar sarjana di bidang konsultasi dan
konseling dapat mengikuti pelatihan profesi konseling (Permendikbud No. 111 tahun 2014),
yang diperpanjang selama dua semester atau satu tahun. Pengakuan pengetahuan dan
keterampilan saat melakukan pelatihan kejuruan dapat dibuktikan dengan sertifikat kualifikasi
profesi. Jalan menuju sertifikasi profesional adalah dengan mengikuti serial tersebut Pelatihan
kejuruan yang menyempurnakan dan mengevaluasi keterampilan profesi, sehingga tidak ada
keraguan tentang implementasi praktisnya. Pelatihan professional pelaksanaannya beragam
sesuai kaidah profesi. Instruksi dan saran tentang apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh
seorang pelatih Dapatkan keterampilan profesional sebagai guru dan dapatkan Kontrak

11
Pembimbing Pendidikan Profesi (PPK). Pelatihan profesional ini direncanakan dua semester
atau satu tahun, dan hanya lulusan S1 BK yang dapat mengikuti keduanya, (Permendikbud No.
27 Tahun 2008). Ini didahului dengan penerbitan buku Dasar 2003 Saran standardisasi teknis
(DSPK) di bagian P2TK KKPT Yang sekarang menjadi Departemen Sumber Daya Manusia,
Ditjen Dikti) yang menjadi dasar pelaksanaannya, Penasihat pendidikan vokasi di UNP
(Universitas Padang). PPK dibenarkan tadi mempersiapkan dosen lain di LPTK (Lembaga
Pendidikan Guru) seperti UNP dan sebagai syarat pembukaan PPK di LPTK lain. Tapi ABKIN
sebagai organisasi profesional konselor menganggap ini tidak proporsional karena
bertentangan Filosofi dasar PPK adalah mendidik pelatih profesional, bukan dosen, karena
Dosen dipersiapkan dengan gelar master (ABKIN, 2008, p. 1-2). Pengenalan PPK di bawah
DSPK hanya membawa hasil Seorang konselor profesional dengan latar belakang pendidikan
formal dengan gelar Sarjana Kepemimpinan dan penyuluhan, namun peserta PPK tidak hanya
berasal dari S-1 tetapi juga dari S-2, S-3, bahkan ada yang bergelar profesor sudah habis gelar
master dan doktornya Bimbingan dan Konseling, tetapi Anda memiliki sertifikat Bimbingan
dan Konseling Sarjana, masih memenuhi syarat.ia menerima jabatan Konselor, disingkat Kons.
Tetapi jika ada tuannya di sana Orientasi dan Konseling dan kemudian bekerja sebagai dosen
mata kuliah Orientasi dan Konseling Tentu ada masalah dalam memberi nasihat tentang
kelayakan perawatan dan pemeliharaan Mutu S1 sebagai program pendidikan akademik karena
program PPK tidak dapat dipisahkan program akademik (ABKIN, 200, p. 2-3). LPTK saat ini
menjadi penyelenggara pelatihan tersebut Profesi Konselor (PPK) tidak hanya UNP
(Universitas Padang), tetapi ada 3 LPTK lainnya yaitu UNNES (Universitas Negeri Semarang),
UM (Universitas Negeri Malang) dan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) terletak di
Bandung, Jawa Barat. Aturan Diklat Profesi Guru menjelaskan bahwa kecuali lulusan S1 BK
tidak bisa mendapatkan kerugian.Pelatihan Profesi Konselor Pendidikan Universitas Indonesia
lebih dikenal dengan sebutan Bimbingan dan Konseling Karir Guru (PPG BK/K). Kurikulum
terapan Pelatihan kejuruan terdiri dari:

1) Semester I, sebanyak 18 (delapan belas) sks, terdiri dari dalam kursus:


2) Evaluasi dan pemahaman perilaku (6 sks)
3) Pengembangan dan Evaluasi program orientasi dan konseling (6 sks)
4) pengembangan lingkungan orientasi dan Konseling (4 sks)
5) Penelitian Tindakan Orientasi dan Konseling (2 sks)

12
Semester II sebanyak 20 (dua puluh) sks, terdiri dari mata kuliah:

1) Saran Individu (8 sks)


2) bimbingan dan konseling kelompok (6 sks)
3) supervise Klasik (6 sks)

(PPB, online) Penggunaan istilah PPG BK/K atau PPK sama-sama mendidik profesi guru yang
menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan Kompetensi dalam penyediaan jasa
konselor, oleh karena itu hak untuk mempraktekkan profesi penasihat atau konselor.Prasyarat
untuk mempraktikkan profesi, dengan mempertimbangkan kriteria profesional yang
disebutkan di atas ini tidak mudah. Pekerjaan bisa disebut profesi, tetapi pada kenyataannya
atau selama pelaksanaan layanan menjadi jelas bahwa kriteria ini tidak terpenuhi atau bahkan
ketika terluka, profesinya layu; atau (dalam bahasa teknis) Kesalahan atau penyimpangan dari
praktik profesional.Mengingat tugas dan tanggung jawab konsultan, pekerjaan ini memiliki
persyaratan terutama termasuk:

1. Memerlukan keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmiah Kedalaman.


2. Menekankan keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3. Mensyaratkan tingkat pendidikan penasihat profesional yang memenuhi standar.
4. Dampak sosial dari pekerjaan yang dilakukan sensitif.
5. Memungkinkan perkembangan sesuai dinamika kehidupan.

Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang diklasifikasikan

Profesi antara lain:

1. merupakan kode kehormatan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan


karakteristiknya.
2. memiliki objek pelayanan yang terkendali/berkelanjutan.
3. masyarakat mengenalinya dengan Jasanya dibutuhkan di masyarakat.

Dilihat dari segi profesional dan detail, persyaratan kerja meliputi tiga hal, yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan pelayanan utilitas, pelaksana, dan pengakuan sehat. Layanan yang
Berguna Bukan profesi jika pekerjaannya berkaitan dengan profesi tidak menawarkan manfaat
apa pun kepada pelanggannya. Keuntungan ini berkaitan dengan Orientasi dan saran
Pengembangan profesional Kursus yang didanai secara profesional seperti kedokteran
menawarkan manfaat penelitian medis dan penyembuhan, Profesi hukum menawarkan
pengertian dan pembelaan kasus; Profesi akuntansi menawarkan manfaat akuntabilitas dan

13
akuntabilitas pembiayaan dan sebagainya. Kriteria profesional secara eksplisit terkait dengan
layanan yang ditawarkan Pekerjaan adalah:

1. Sehubungan dengan fungsi penting atau menentukan di bidang yang relevan


pekerjaan terjadwal. Dengan kata lain, layanan diperlukan karena mereka terlibat
hal yang sangat penting dalam kehidupan pelanggan.
2. Merupakan layanan khusus yang berkaitan dengan bidang profesi tertentu.Apakah
pemecahan masalah berkaitan dengan situasi kritis yang dialami supervisor. Ini
memiliki fungsi sosial. Tanpa memberikan layanan yang menyertakan manfaat
dengan fitur tersebut. Layanan tersebut tidak dapat digambarkan sebagai layanan
profesional. Jadi layanan apa itu? Apapun namanya, jelas jasa tanpa keuntungan
bukanlah jasa profesional dapat merugikan konselor. Pelaksana perintah
Penyediaan layanan yang bermanfaat di atas diperlukan pelaksana khusus, yaitu
pelaksana yang benar-benar memahami, mengatur dan menggerakkan dirinya untuk
pekerjaannya. Berdasarkan sifat profesinya Layanan bimbingan dan konseling
harus diberikan oleh orang yang benar-benar Anda percayai menghasilkan produk
iklan dan layanan berkualitas tinggi. Lulusan pelatihan kejuruan Pengawas guru
dibimbing untuk menjadi profesional yang andal dan bernilai kualifikasi yang
diperlukan baik secara akademik maupun profesional.Pengakuan yang sehat adalah
pengakuan yang berasal dari negara dan masyarakat. Pengakuan pemerintah dapat
berupa undang-undang dasar pelaksanaan profesi yang bersangkutan. Mengakui
dan mengakui hukum dan peraturan ini Profesi orientasi dan konsultasi. Penegasan
Peraturan Negara Keberadaan profesi BK termasuk UU 20 Tahun 2003 tentang
sistem Mendikbud dan Mendikbud nomor 111 tahun 2014 terkait kepemimpinan
dan Bimbingan di SD dan SMP. Apresiasi masyarakat terlihat dari banyaknya
siswa, orang tua Pelajar dan masyarakat pada umumnya menggunakan layanan
bimbingan dan konseling dilakukan oleh guru BK atau pengawas. Semakin banyak
orang yang datang Guru atau pelatih BK dan menggunakan layanan bimbingan dan
konseling dan Anda bisa mengatakan konsultan tersebut telah mendapatkan
pengakuan yang sehat dari masyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Individu sebagai pengguna layanan konseling yang disebut klien atau konseli adalah
manusia yang memiliki karakteristik pembeda tertentu yang menyediakan basis profesi
konseling serta lembaga dan institusi yang melalui profesi ini mengkontribusikan pengetahuan
dan keterampilan khususnya. Ditilik dan dirinci dari sisi profesi, ada tiga hal yang termasuk ke
dalam syarat profesi, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan pelayanan yang bermanfaat,
pelaksana yang bermandat, dan pengakuan yang sehat.

Bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh petugas yang disebut guru pembimbing
atau konselor (sekolah) yang merupakan lulusan dari pendidikan keahlian, yakni lulusan
perguruan tinggi Jurusan atau Program Studi Bimbingan dan Konseling. Ciri-ciri profesi
menekankan bahwa profesi adalah pelayanan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya dan
ikhlas, tiga kata ini, pelayanan, baik dan ikhlas, merupakan petunjuk untuk memahami tujuan
profesi. Layanan ini ditujukan untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan. Syarat-syarat
profesi bimbingan dan konseling adalah menuntut adanya keterampilan, menekankan suatu
keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, Menuntut adanya tingkat
pendidikan profesi konselor yang sesuai standar, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan dan memungkinkan perkembangan sejalan
dengan dinamika kehidupan.

3.2 Saran

Makalah ini bertujuan untuk memberi pembaca pemahaman yang lebih baik tentang
profesi BK Sekolah, bagaimana ciri-ciri syarat serta tujuan dari profesi. Penulisan Makalah ini
memang belum sempurna, namun penulis berharap Makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca dan dijadikan sebagai acuan untuk mempersiapkan tulisan-tulisan selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Irmayanti, R. (2018). Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi Khusus. Quanta, 2(1), 21–29.
https://doi.org/10.22460/q.v2i1p21-30.642

Nursalim, Mochammad. (2015). Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Erlangga

Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam


penerapannya. Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, 14(2), 69-77.

Bunyamin, B. (2022). STANDARISASI KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN


KONSELING. Jurnal Sains Riset, 12(1), 186-192.

Jannah, R., & Marjo, H. K. (2022). Etika Profesi Konselor dalam Layanan Bimbingan
Konseling Virtual. Jurnal Paedagogy, 9(1), 55-61.

Sari, A. K., & Prayitno, Y. K. (2021). Pelayanan profesional guru bimbingan konseling dalam
meminimalisir kesalahpahaman tentang bimbingan konseling di sekolah. Journal Of Education
And Teaching Learning (JETL), 3(1), 36-49

16

Anda mungkin juga menyukai