Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PERKEMBANGAN PROFESI GURU

Nama :SHERYN TIAR JULIA SIHOMBING


NIM :1805113320
DOSEN : MAHMUD ALPUSARI. MPd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS RIAU

PERIODE 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan materi.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan saya, oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 08 Maret 2020

Sheryn Tiar Julia Sihombing


Daftar Isi
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………1


B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 1 C.
Tujuan Penulisan …………………………………………………1

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi………………………………….…………… 3

B. Konsep Dasar Profesi dalam konteks karakteristik …………………4


C. Syarat-syarat Profesi…..………………………………………. 12
D. Tingkat Profesi………………………………..………………………
E. Jenis Profesi ………………………………..………………………

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru menjadi ujung tombak pembangunan ditengah-tengah masyarakat, bukan


hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang sosial dan keagamaan pun
peran guru tidak terpisahkan. Keberadaan sosok guru disebuah lingkungan
masyarakat banyak terasa manfaatnya. Guru merupakan agen perubahan (agent of
change) di masyarakat sehingga keberadaannya mampu membawa perubahan ke arah
yang lebih baik.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang luar
diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal
tersebut di luar bidang kependidikan.
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud jabatan dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta etika khusus untuk jabatan
tersebut serta masyarakat profesi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesi ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar profesi dalam konteks karakteristik ?
3. Apa saja syarat-syarat Profesi ?
4. Apa saja tingkat profesi ?
5. Apa saja jenis profesi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengertian profesi.
2. Mengetahui konsep dasar profesi dalam konteks karakteristik.
3. Mengetahui syarat-syarat Profesi.
4. Mengetahui tingkat profesi.
5. Mengetahui jenis profesi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
PROFESI, secara morfologis berasal dan di ambil dari bahasa Inggris, kata profesi
adalah kata benda (n) yaitu “profession” dan punya turunan professional (a).
Profesionalisasi”, “profesionalizaztion”, dan “profesionalism‟. Profesi adalah bidang
pekerjaan yang pelaksanaanya menuntut atau di landasi pendidikan keahlian, keterampilan,
kejuruan tertentu. Suatu pekerjaan yang di lakukukan secara profesinal menuntut adanya
keahlian dan keterampilan khusus pada pelakunya. Profesi merupakan suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya, ia tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang
dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan)
maupun setelah menjalani suatu profesi (in-service training). Diluar pengertia ini, ada
beberapa ciri profesi, khususnya yang berkaitan dengan profesi kependidikan.

2. PROFESIONAL, menunjukan pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu
profesi;misalnya, “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini,
istilah profesional dikontraskan dengan “nom-profesional atau amatiran.

3. PROFESIONALISME, menunjukan komitmen para anggota suatu profesi untuk


meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-
strategi yang digunakanya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
4. PROFESIONALITAS, dipihak lain mengacu kepada sikap para anggota profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam
rangka melakukan pekerjaanya.

5. PROFESIONALISASI, mengandung makna proses atau usaha untuk membuat dan


menjadikan suatu lembaga , organisasi, badan usaha, termasuk sumber daya
manusianya, agar menjadi profesional. Profesionalisasi menunjuk pada proses
peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
Profesionaliasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan
profesional (professional development) baik dilakukan melalui pendidikan/latihan “pra
jabatan” maupun “dalam jabatan”. Oleh karena itu, professionalisasi merupakan proses
yang life-long dan never ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai
warga suatu profesi.

B. Konsep dasar dalam Karakteristik Profesi

Isfflah profesi berasal dari bahasa Inggris profession yang berakar dari bahasa latin profesus,
artinya mengakui atau menyatakan mampu atau ahli dalam satu bentuk pekerjaan. Pekerjaan di sini
dengan sendirinya melahirkan pelayanan berkeahlian khusus yang pada gilirannya akan menuntut
adanya etika yang tumbuh dan mekar. Karena adanya faktor pengetahuan terspesialisasi, keajegan etis seorang
anggota profesi hanya akan bisa dnflai secara tepat oleh anggota lain dari frofesi tersebut. Jad profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertrce) dan para anggotanya. Artinya, profesi sebagai suatu
pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu .
Profesi itu ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian yaitu: 1) Profesi ‘itu menunjukkan dan
mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to beffef in) atas sesuatu
kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang (Homby, 1962); 2) Profesi itu dapat pula menunjukkan dan
mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particdar business, Homby, 1962); 3) Webster’s New World
Dictionaiy menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi
(kepada pengembannya) dalam liberal arts atau scfence; 4) Goocfs Dictionary cf Education lebih menegaskan lagi
bahwa profesi itu merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan
tinggi (kepada pengembannya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus; 5) Vollmer (1956) dengan menggunakan
pendekatan kajian sosiologik, mempetsepsikan bahwa profesi itu sesungguhnya hanyalah merupakan suatu jenis
model atau tipe pekerjaan ideal saja, karena dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya 6) Mc
Culty (1969) menyatakan:" dalam pekerjaan profesional dipergunakan teknlc serta prosedur yang bertumpu pada
landasan intelektual yang sedara sengaja haruts dipelajari, dana kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi
kemaslahatan orang lain; 7) Tim penyusun modul Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi Depcfikbud (1984 ; 3)
menyimpulkan pendapat Mc.CuBy, Edgar H. Schein dan Diane W.Kommers bahwa:" Profesi dapat diartikan sebagai
suatu lapangan pekerjaan yang di dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ikniah, memiliki
dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli; 8) Sahertian (1994: 26)
menyatakan pendapatnya bahwa: Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess
artinya menyatakan); 9) Sedangkan R.D.Lansbuiy Sudarwan.2002) menjelaskan bahwa istilah profesi dapat
dijelaskan dengan tiga pendekatan, yaitu:a) pendekatan karakteristik. b) pendekatan institusional dan c),
pendekatan legalistik. Pendekitan karakteristik memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen
inti yang membedakannya dari pekerjaan lainnya; 10) Menurut M.Friedman (dalam Sudarwan. 2002)
pengakuan atas pekeijaan menjadi perofesi dapat cStempuh melalui tiga tahap, yaitu: a), registrasi, b)
sertifikasi , c) lisensi. Regstrai artinya jika seseorang ingin melakukan pekerjaan profesional terlebih daulu
harus diregistrasi dahulu pada kanta registrasi milik negara.

Suatu pekerjaan dikategorikan sebagai suatu profesi memiliki karateristik tertentu. Dalam literatur
ditemukan macam-macam deskripsi tentang unsur- unsur esensial profesi itu. Lieberman (1956),
mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-
tifik persamaannya. Di antara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut :
A unique, definite, and essential Service. Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau
pekerjaan yang unik (khas), dalam arti berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun yang
lainnya. Di samping itu, profesi juga bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan
bidang garapannya (meskipun mungkin sampai batas dan derajat tertentu ada kontigensinya dengan
bidang lainnya);
An emphasis upon intellectual technique in performing its service. Pelayanan itu amat menuntut
kemampuan kinerja intelektual, yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan manual semata-
mata. Benar, pelayanan profesi juga terkadang mempergunakan peralatan manual dalam praktek
pelayanannya, seperti seorang dokter bedah misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses
penggunannya cSbknbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual;

A long period of specialized training. Untuk memperoleh penguasaan dan kemampuan intelektual
(wawasan atau visi dan kemampuan atau kompetensi seria kemahiran atau skills) serta sikap
profesional tersebut di atas, seseorang akan memerlukan waktu yang cukup lama, untuk mencapai
kualifikasi keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang dari lima tahun temanya; ditambah dengan
pengalaman praktek terbimbing hingga, tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam
menjalankan profesinya;
A broad range of autonomy for both tee individual practitioners and the occupational group as a
whole. Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (asosiasi) profesi
yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk
melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan bagaimana
menjalankannya, stepa yang seyoganya memberikan izin dan lisensi untuk melaksanakan kinerja itu;
An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgments made ami acts
performed within the scope of professional autonomy. Konsekuensi dari otonomi yang dlimpahkan
kepada seorang tenaga praktisi profesional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab
pribadinya harus secara penuh.

An emphasis upon tee service to be rendered, rather than the economic gain to the practitioners, as the basis for the
organization and performance of tee social service delegated to the occupational group. Mengingat
pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial (dipandang dari pihak masyarakat yang
memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan
pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan perotehan 'imbalan ekonomis yang akan
cSterimanya;
A comprehensive seJf-gouveming organization of practitioners. Mengingat pelayanan itu sangat
teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan
penanganannya oleh mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat awam di luar yang kompeten
yang bersangkutan, maka kelompok (asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang
seyogianya menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, ialah
mengadakan pengendalian atas anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan sanksinya
bilamana dperiukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kodeefikanya;
A code of ethics which has been darified anti interpreted at amblguous and doubdut points by
concrete cases. Otonom yang dnkmati dan dmilia oleh organisasi profesi dengan para anggotanya
seyogianya disertai kesadaran dan i’tikad yang tulus baik pada organisasi maupun pada indwidual
anggotanya untuk memonitor prilakunya sendnri. Mengingat organisasi dan sekaligus juga
anggotanya harus menjad polisi atas cirinya sendu maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan
kewajiban dan tuntunan moralnya baik terhadap klien maupun masyarakatnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Agustiar Syah Nur (1995:3), bahwa suatu
profesi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pendidikan / Keahlian Khusus (Spesialized Education).

Seseorang yang di sebut profesional melaksanakan tugasnya di dasarkan pada prinsip-


prinsip ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang di perolehnya memulai proses pendidikan
formal, intensif , dan biasanya memakan waktu yang relatif lama. Dalam menggeluti ilmu
pengetahuan khusus ini,ia pun di lengkapi dengan ilmu-ilmu lainnya yang mendukung ilmu
bidang keahliannya. Dengan demikian, setiap keputusan yang di buatnya atau setiap tindakan
yang di lakukannya di dasarkan atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Seorang dokter,
misalnya baru akan melakukan suatu pembedahan setelah melakukan analisis yang mendalam
mengenai berbagai aspek tentang diri pasein.
Dalam hal ini , beberapa orang dokter dengan keahlian yang berbeda-beda harus di
libatkan.Ini menunjukan kepada kita bahwa pekerjaan seorang yang profesinal di bidang
tertentu tidak boleh dan tidak dapat di lakukan atau di gantikan oleh orang lain, kecuali oleh
penyandang keahlian yang sama . Dengan kata lain, pekerjaan seseorang profesional pada
dasarnya tidak di lakukan dengan cara” trial and error”, walaupun pada saat-saat tertentu
situasi ini harus di lalaikan juga (Plunket dan Attner, 1983).
2. Keterampilan (Skill)

Seorang ilmuwan yang mendalami berbagai ilmu pengetahuan di bidang tertentu,


dan telah pula melengkapi dengan ilmu-ilmu lain yang relevan sebagai pendukung atau
pelengkap ilmu bidang keahliannya, yang semuanya atau sebagian besar baru bersifat atau
berkadar. Mungkin belum dapat di sebut “profesional”. Seorang profesional dituntut pula
untuk memiliki keterampilan-keterampilan (skill) yang mendukung atau sebagai
perwujudan nyata dari ilmu bidang keahliannya. Seorang guru bahasa Inggris , misalnya,
belumlah profesional apabila ia sudah bisa menerangkan bagaimana ucapan kata-kata yang
ejaannya mengandung huruf e dan a berdekatan, sementara ia sendiri tidak bisa
mengucapkan nya dengan benar (weak, meat,seat etc.); atau ia mampu menerangkan
bagaimana mengarang dalam bahasa inggris dengan gramatika yang benar (aceptaptable)
sementara ia sendiri tidak dapat menghasilkan suatu karangan atau tulisan yang baik benar.
Seorang ilmuwan akan di akui orang sebagai orang yang profesional apabila secara
teori ia memang ahli dan ia pun memiliki kemampuan teknis alias keterampilan (skill).
Kualitas seorang profesional barangkali ditentukan oleh kadar perimbangan komponen
ilmu pengetahuan teoritis dan ketrampilan yang di milikinya. Ini berarti bahwa kualitas
keahlian (expertnes) seorang profesional memang relatif. Sebagai kesimpulan dapat di
katakan bahwa keunggulan seseorang yang profesional dalam aspek “ teoritical concepts
or principle” harus di barengi dengan keunggulannya dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu
itu (applied). Kemampuan keterampilan (skill) ini tentulah di peroleh melalui pelatihan-
pelatihan atau praktikum-praktikum khusus (special training) yang intensif, formal, dan
cukup lama pula, yang akhirnya menyebabkan seorang prefesional tak mudah dapat di
gantikan oleh sembarang orang saja (Agustiar Syah Nur, 1992)
3. Legalitas
Seorang profesional melakukan pekerjannya setelah melalui mekanisme atau prosedur
tertentu. Seorang dokter , misalnya, walaupun telah menyelesaikan pendidikan kedokterannya
pada sebuah universitas, dan telah di lantik menjadi dokter, belum di benarkan melakukan
praktek oleh pemerintah sebelum ia bekerja di rumah sakit selama waktu tertentu. Hal ini
menunjukan kepada kita bahwa seorang dokter yang profesional secara hukum dapat pula di
pertanggung-jawabkan dalam segala tindak tanduk kedokterannya . Legalisasi bagi seorang
profesional merupakan proteksi bagi masyarakat pemakai jasanya , sehingga mekanisme ini
lebih menjamin Kualitas keahlian seorang profesional.
4. Standar Pekerjaan (Standar of Performance)
Untuk mengetahui dan mengatakan bahwa seorang yang profesional telah melakukan
tugasnya dengan baik haruslah di ukur dengan seperangkat kriteria pengukur yang obyektif.
Ini berarti bahwa seorang profesional yang memiliki diploma tertentu memperoleh pelatihan
„praktikum yang memadai dengan sertifikat formal , dan juga telah di izinkan secara syah
(legal) melksanakan kegiatannya. Untuk kerjanya secara periodik dan sistematik harus di
evaluasi dengan menggunakan kriteria yang ditentukan . Dalam hubungan ini, legalitas
seorang profesional dapat di injau kembali apabila untuk kerjanya tidak mendukung
keprofesionalannya.
5. Fasilitas dan Peralatan
Dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini, seorang
profesional tak dapat tidak harus bersikap mau menggunakan segala macam fasilitas dan
peralatan yang tepat demi tercapainya tingkat mutu pekerjaanya yang lebih tinggi . Sikap
“low profile” yang beranggapan cukuplah suatu kegiatan di laksanakan dengan fasilitas dan
peralatan yang sederhana dan seadanya, dan terkesan hemat atau efesien, barangkali tak dapat
di pertahankan lagi. Seorang profesional melengkapi diri dan lembaganya dengan berbagai
fasilitas serta peralatan yang memadai dengan segala konsekuensinya. Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia akan lebih profesional bila di lengkapi dengan persenjataan dan peralatan
mutakhir serta canggih sesuai dengan kemajuan Iptek saat ini.
6. Disiplin
Secara sederhana disiplin mengandung makna menaati norma-norma yang ada, baik
norma agama, norma-norma yag di tetapkan oleh negara, organisasi, adat, keluarga ataupun
yang di tetapkan oleh pribadi sendiri.seseorang yang di katakan profesional selalu mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah ada. Dengan demikian , berbagai kode etik yang telah
digariskan oleh organisasi profesinya selalu di usahakan untuk di ikuti. Apabila suatu
pekerjaan yang cukup besar sedang di pikirkan oleh seorang pimpinan, sesuai norma yang
berlaku, ia harus mengikuti unit-unit yang relevan dalam membuat perencanaannya. Seorang
pimpinan profesional tidak akan mau melanggar kaidah ini, karena baik seara pragmatik
maupun menurut ilmu manajemen , itu akan berakibat kegagalan dalam pengimplementasian
rencana (planning) yang di susun. Staf akan ikut bertanggung jawab atas terlaksananya suatu
rencana dengan baik apabila mereka merasa rencana itu juga milik mereka (when people
share, theyare). Disiplin merupakan ciri orang yang profesional.
7. Tanggung-jawab
Tanggung jawab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fungsi seorang
pimpinan, berapapun kecilnya dan apapun jenisnya organisasi yang di pimpinnya. Seorang
pimpinan yang profesional akan dapat di bedakan dari yang tidak atau kurang profesional
dengan memperhatikan kadar tanggung-jawab yang di milikinya. Hal ini akan mewarnai
bentuk kepemimpinannya (leadership style). Seorang administrator pendidikan akan selalu
berpikir ke arah perbaikan dan peningkatan organisasinya dalam segala aspeknya. Ini
mendorongnya untuk selalu mengambil inisiatif , sehingga keadaan sekarang bisa lebih baik
dari hari esoknya . selanjutnya, rasa tanggung jawab ini tidak hanya mencakup aspek fisik-
material saja, tetapi meliputi pula aspek moral-spritual. Tanggung –jawabnya tidak hanya
sebatas memberikan bukti pedukung atas suatu tindak –perbuatan tertentu (justification),
tetapi lebih dari itu , ia harus memberikan penjelasan kenapa suatu tindakan itu ia lakukan
(accountability)
8. Penelitian (Research)
Keinginana untuk selalu menguji kebenaran yang telah ada serta keinginan untuk
mencari yang baru merupakan ciri orang yang profesional. Hal ini menuntut seorang yang
berkualitas profesiol untuk selalu mengembangkan ilmu dan keterampilannya dengan
melakukan berbagai kajian ilmiah , seperti melakukan “research” dan seminar-seminar.
Dengan demikian, keprofesionalan atau “expertness‟-nya akan selalu terpelihara dan lebih
dapat di pertanggung-jawabkan.
9. Organisasi Profesi
Ciri lain seorang yang berkualitas profesional adalah penggabungan dirinya dalam
suatu organisasi profesi. Ini merupakan upaya untuk selalu berada dalam status tetap baru (up
to date) dalam biang keahliannya, karena ia akan selalu dapat saling bertukar pikiran dan
berkomunikasi dengan para profesional lainnya dalam bidang keahliannya yang sama atau
relevan .menyampaikan hasil penelitian atau temuan-temuannya, menerima hasil temuan ahli
lain,atau mendiskusikan masalah-masalah yang di hadapai akan lebih epektif di lakukan
melalu organisasi profesi.
10. Sumber Penghasilan Utama
Seorang profesional mengandalkan bidang keahliannya sebagai sumber penghasilan
utamaya. Oleh sebab itu adalah sangat wajar apabila seorang yang berkualitas profesonal
dibayar dan menuntut pembayaran yang relatif tinggi . Sebaiknya , seorang yang berkualitas
“amatiran” (non-profesinal)Tidak mengandalkan pekerjaannya itu sebagai sumber
penghasilan utamanya oleh karena pekerjaan yang dilakukannya hanyalah sebagai pekerjaan
tambahan atau sampingan (additional)
11.Sikap (Attitude)
Ciri utama yang di miliki oleh seseorang yang berkualitas profesional adalah sikap
yang profesional pula. Seberapa jauh ia mampu menghayati dan secara konsisten berusaha
menjadikan ciri 1 s.d. 10 diatas warna tingkah lakunya (behavior). Hal ini akan selalu
mengalami pengujian (test) oleh masyarakat secara luas dan akan menentukan kadar
penerimaan (acceptability) masyarakat itu tentang keprofesionalannya.
Kriteria Profesi Guru
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun
kriteriannya. Misalnya National Education As-sociation (NEA) (1948) yang
menyatakan bahwa kriteria profesi guru diantaranya :
a. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya
yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat
diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota proesi ini adalah
dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya.
b. Jabatan yang Menggeluti Batang Tubuh Ilmu yang Khusus
Terdapat berbgai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi persyaratan
kedua ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa
mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat
penting dalam mempersiapkan guru yang berwewenang. Sebaliknya, ada yang
berpendapat bahwa mengajar adalah suatu sains, sementara kelompok kedua
mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat.
c. Jabatan yang Memerlukan persiapan Latihan yang Lama Anggota kelompok
guru dan yang berwewenang di departemen pendidikan dan kebudayaan
berpendapat bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk
mendidik guru yang berwewenang. Konsep ini menjelaskan keharusan
memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum,
profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula
(S1 di LPTK).
d. Jabatan Yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan
profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan
profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Malahan pada saat sekarang bermacam –macam pendidikan proesional
tambahan diikuti guru-guru dalam menyertakan dirinya dengan kualifikasi
yang telah ditetapkan.
e. Jabatan yang Menjanjikan Karier Hidup dan keanggotaan yang permanen
Di luar negeri banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua
tahun saja pada profsi mengajar setelah itu mereka pindah bekerja kebidang
lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di
Indonesiakelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah ke bidang lain,
walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di indonesiamempunyai
pendapatan yang tinggi.
f. Jabatan yang Menentukan Bakunya Sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat banyak orang, maka baku jabatan guru
masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayan pendidikan swasta.
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang
seragam untuk menyakinkan kemampuan minimum yang diharuskan , tidak
demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun
terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat
bahwa skor nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru
jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor calon yang masuk ke bidang
lainnya.
g. Jabatan yang Mementingkan Layanan di Atas Keuntungan Pribadi
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang
anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan
disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru
memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni
mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah.
h. Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin
Rapat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profedional yang kuat
untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam
beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kretiria ini. Di indonesia telah ada
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh
guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjut atas.
Selanjutnya Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa kopetensi guru memiliki
tiga kriteria yang terdiri dari :
a. Knowledge criteria, Ykni kemampuan intelektual yang dimiliki seseorang
guru yang meliputi kekuasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang
kemasyarakatan dan pengetahuan umum.
b. Peformance criteria, adalah kemampuan guru yang berkaitan dengan berbagai
keterampilan dan prilaku, yang meliputi keterampilan mengajar, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dn berkomunikasi
dengan siswa dan keterampilan menyusus persiapan mengajar atau
perencanaan mengajar.
c. Product criteria, yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan
kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar.

C. Syarat-syarat Profesi Guru


Guru adalah pendidik professional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian amanah pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Ini
berarti bahwa orang tua telah memberikan amanah atau sebagian tanggung jawabnya kepada
guru. Orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru yang tidak
professional.
Dalam undang-undang no.20 Tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun
2005 bab VI tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan memuat tentang persyaratan
menjadi guru seperti dimuat pada pasal 28, yaitu :
a. guru harus memliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agent
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasioanal.
b. kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang guru yang dibuktikan dengan ijazah
dan/ atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang undangan
yang berlaku.
c. kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a) kompetensi pedagogic
b) kompetensi kepribadian
c) kompetensi professional
d) kompetensi sosial
d. seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi guru setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan. Sehubungan dengan hal diatas maka persyaratan tersebut, harus
dibandingkan dengan persyaratan lainnya dalam pendidikan islam. Kalau perlu
disempurnakan.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, diantaranya
adalah menguasi bidang pelajaran yang diasuh, menjadi teladan dalam perkataan
dan perbuatan, mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan, berperan sebagai
pelanjut perjuangan para nabi, memiliki keluhuran akhlak dan tingkat pendidikan,
saling membantu dengan sesame pendidik, mengakui suatu kebenaran sebagai hal
yang utama, senantiasa berlaku jujur dalam bertutur, dan berhias diri dengan sifat
sabar dalam setiap hal.
Abudin Nata, secara garis besar menjelakan ada tiga syarat khusus untuk
profesi untuk seorang pendidik, yaitu :
1. seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan
diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang
diajarkannya. Selanjutnya karna bidang pengetahuan apapun juga mengalami
perkembangan, maka seorang guru juga harus terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan ilmu yang diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk itu
seorang guru harus terus menerus melakukan penelitian menggunakan berbagai macam
metode.
2. Seorang guru yang profesioanal harus memiliki kemampuan menyampaikan atau
mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya
secara efektif dan efisien. Untuk ini, seorang guru harus memiliki ilmu keguruan yang
dahulu terdiri dari 3 bidang keilmuan yaitu pedagogic, didaktik, dan metodik.
3. seorang guru yang professional harus berpegang teguh pada kode etik profesi. Kode
etik disini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada pelunya memiliki akhlak yang
mulia. Dengan akhlak mulia, seorang guru akan dijadikan panutan, contoh dan teladan.
Dengan demikian ilmu yang diajarkan atau nasihat yang diberikan kepada siswa akan
didengarkan dan dilaksanakan dengan baik.

Zakiah Daradjat, mengemukakan syarat menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya adalah:

1. takwa kepada Allah. Guru tidak mungkin mendidik anak agara bertakwa kepada
Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi murid-
muridnya sebagaimana rasullullah menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana
seorang guru mampu memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya sejauh itu
pula lah ia diperkirakan akan berhasil mendidik agar menjadi generasi penerus bangsa
yang baik dan mulia
2. Berilmu. Ijazah bukan semata mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang
diperlukannya untuk suatu jabatan. Dalam keadaan normal, ada patokan bahwa makin
tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi
pula derajat masyarakat.
3. Sehat jasmani. Kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat kerja,guru yang sakit
sakitan kerap sekali terpaksa absen dan tentunya akan merugikan anak-anak.
4. Berkelakuan baik. Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan karakter murid.
Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara
tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak yang baik pada anak, dan ini hanya
mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak
mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik.

D. Tingkat Profesi

E. Jenis profesi

A. PPG Pra Jabatan


Dari beberapa PPG prajabatan  yang pernah dilaksanakan antara lain:
1. PPG S1 PGSD Berasrama = Pendidikan yang diperuntukan bagi lulusan S1 PGSD atau D2
PGSD. Pendidikan ditempuh selama 1 tahun (18-20 SKS). PPG S1 PGSD Berasrama
dilaksanakan pada tahun 2009 sampai 2012 lalu.

2. PPG S1 Basic science berasrama, = Pendidikan yang diperuntukan bagi lulusan MIPA.
Pendidikan ditempuh selama 1 tahun (18-20 SKS) pernah dilaksanakan pada tahun 2009
sampai 2012 lalu.
3. PPG SM3T; Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T)
Pendidikan yang dikhususkan bagi calon pendidik yang akan ditempatkan pada kawasan 3T.
ini website resmi registrasi SM3T
Pola SM3T dulunya ditugaskan dulu ke kawasan 3T, setahun mengabdi barulah mengikuti
PPG. Saat ini SM3T sudah 6 angkatan.

4. PPG Sekolah Menengah kejuruan Kolaboratif = Pendidikan yang diperuntukan bagi calon
guru Sekolah Menengah kejuruan dilaksanakan semenjak tahun 2012.

5. PPG Terintegrasi = Kuliah kependidikan (bagi lulusan sma dari kawasan 3T), lulus pribadi
sudah sanggup akta pendidik (multi grade), masa pendidikan 9 Semester.

6. Sertifikasi Guru melalui Jalur Pendidikan (2007-2009)

7. PPG Prajabatan Bersubsidi. Yakni PPG yang dibuka Kemenristek Dikti yang biaya
pendidikannya dibantu oleh Kemenristek Dikti. Mulai dibuka tahun 2017 lalu, untuk tahun
2018 ini akan dibuka kembali di bulan Maret 2018 ini.

8. PPG Prajabatan Swadana, Kebalikan dari PPG Prajabatan bersubsidi, maka PPG Swadana
seluruh biaya  PPG menjadi tanggung jawab pribadi mahasiswa PPG. Hingga dikala ini
belum ada registrasi PPG Swadana, walaupun dalam Pedoman PPG telah disebutkan
mengenai persyaratan PPG Swadana tersebut.

B. PPG Dalam Jabatan

Ringkasnya Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPGJ) diperuntukkan bagi guru
yang sudah terdata di  Kemendikbud dan sudah mengajar. Secara umum Program PPGJ ini
bisa dikatakan merupakan pengganti program PLPG yang sudah tidak lagi dipakai menurut
peraturan Mendikbud. Program PPGJ yang pernah dilaksanakan tahun 2017 kemudian yaitu
PPGJ bersubsidi yang diperuntukkan bagi guru SMK.

Tahun 2018 ini akan dilaksanakan sergur PPGJ yang seleksinya telah dilaksanakan.
PPGJ direncanakan akan dilaksanakan sampai tahun 2022, yang mana jadwal PPG ini
ditujukan untuk mensertifikasi guru-guru yang telah mengabdi semenjak tahun 2006-hingga
2015 namun belum mempunyai akta pendidik.
KESIMPULAN
Guru adalah orang yang yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing peserta didik. Karakteristik profesi guru termaktub dalam UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1, yaitu : (1) Memiliki bakat, minat,
panggilan, dan idealism. (2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas. (3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas. (4) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi. (5) Bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan. (6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja. (7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan. (8)
Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan keprofesian.
Kriteria seorang profesional sebagaimana di ungkapkan di atas , tentulah tidak
merupakan hal-hal yang absolut dan tidak pula merupakan satu keutuhan lengkap dalam
diri seeorang. Ia merupakan kombinasi dengan kadar katarteristik yang relatif berbeda pada
diri masing-masing karakteristik yang secara relatif konsisten di tampilkan oleh
seseorang.akhirnya, bentuk kombinasi yang dominan dan konsisten itu akan di persepsikan
orang lain sebagai sosok yang profesioanal dengan kualitas yang juga tidak sama.
DAFTAR PUSTAKA

Ali mudofir. Pendidik professional : konsep, strategi dan aplikasinya dalam peningkatan mutu
pendidik di Indonesia. Jakarta : rajawali press. 2012 halaman

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Proesi Guru (Bandung : Alabeta, 2013), hlm. 56
Apandi, Idris. 2015. Guru Kalbu (Penguatan Soft Skill Untuk Mewujudkan Guru Professional
Dan Berkarakter. Bandung: Smile’s Publishing.

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-profesi.html

http://teruntukguru.blogspot.com/2017/12/jenis-jenis-ppg-pendidikan-profesi-guru.html

Anda mungkin juga menyukai