Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
(PROFESIONALISME)

Di Susun
Oleh:
KELOMPOK II
Ketua : Jumrana

Anggota : Madinah Marliana

Mar’atuttahirah Husain

Kartina Idlia Fitriani

Lisa Darnisa Ikhlas

Megawati Mirnawati Abdul Muis

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu

persyaratan pembelajaran dalam mata kuliah profesi kependidikan dengan judul

“profesionalisme ” .

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan makalah

ini masih banyak kekurangan yang terjadi sehingga makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik yang

membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini diwaktu – waktu

yang akan datang.

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga banyak menghadapi kendala/

hambatan. Namun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak kami dapat

menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Pangkep, 25 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan masalah............................................................................... 2

C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian profesionalisme................................................................. 3

B. Ciri – ciri profesionalisme................................................................... 7

C. Karakteristik profesionalisme.............................................................. 8

D. Kode etik profesionalisme.................................................................... 9

E. Syarat profesionalisme.......................................................................... 10

F. Kompetisi dalam profesionalisme........................................................ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 17

B. Saran..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berawal dari mata kuliah profesi kependidikan yang merupakan

salah satu mata kuliah di semester VII. Kami mahasiswa diberi tugas atau

tanggungjawab dimana kami harus membuat suatu makalah mengenai

prefesionalisme. Profesi kependidikan merupakan suatu mata kuliah

dimana didalamnya membahas mengenai apa itu profesi, profesional,

profesionalisme, maupun kependidikan. Mata kuliah ini mengarahkan

mahasiswa untuk mengetahui apa yang akan kedepannya mereka akan

jalani.

Seperti suatu profesi yang nantinya akan menciptakan sikap

profesionalisme. Dari keingintahuan kami pula kami merasa ingin

mengetahui lebih dalam tentang mata kuliah ini sehingga kami membuat

makalah yang berjudul profesionalisme.

Setiap kali seseorang mengharapkan sesuatu pekerjaan dilakukan

dengan baik, apakah itu di rumah sakit, di pasar, di penjara, atau di panti

pijat, kita berbicara tentang perlunya perilaku yang profesional. Di dalam

arti kata itu terkandung makna bahwa perilaku itu didasarkan atas

pengertian yang benar mengenai hal yang harus dilaksanakan, dan

pengertian itu dilengkapi dengan kemahiran yang tinggi. Tindakan yang

lahir dari gabungan kedua sifat itu, mencerminkan kurang lebih tingkat

profesionalisme yang dimiliki setiap orang. Kalau pengertian ini kita


terapkan di dalam kehidupan secara luas, maka di semua segi kehidupan

diperlukan profesionalisme.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya

adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme ?

2. Bagaimana ciri – ciri profesionalisme itu?

3. Apa saja karakteristik dari profesionalisme?

4. Bagaimmana kode etik profesionalisme itu ?

5. Apa saja syarat profesionalisme itu ?

6. Bagaimana kompetisi dalam profesionalisme?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin

dicapai dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui maksud dari profesiionalisme.

2. Untuk mengetahui bagaimana ciri – ciri profesionalime itu.

3. Untuk mengetahui contoh profesionalisme.

4. Untuk mengetahui kode etik profesionalisme.

5. Unttuk mengetahui syarat profesionalisme.

6. Untuk mengetahui bagaimana kompetisi dalam profesionalisme.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESIONALIME

Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna

yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya. Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan

atau suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu

“profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu

profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah

profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan

“pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang

berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian

“pekerjaan” saja.

Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus

melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu

“panggilan”.Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur.

Pertama unsur keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga seorang

“profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang

diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik.

Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”.


Kedua-duanya harus menyatu. Berikut penngertian profesionalisme dari

beberapa pakar :

1. Pengertian menurut Universitas Gunadarma

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan

dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat,

berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan

serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat

pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang

tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan

2. Pengertian menurut Krispratomo

Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap

profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya

sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan

kemampuan profesional, dst.

3. Pengertian menurut KBBI

Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan,

kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang

sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.

Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan

dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku,

kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).


4. Pengertian menurut Shovoong

Profesionalisme adalah suatu jiwa yang lebih memprioritaskan

hasil kerja yang baik dengan proses kerja yang baik pula sesuai dengan

bidang pekerjaan yang dijalani demi tercapainya tujuan organisasi dengan

mengesampingkan kepentingan pribadi dalam pekerjaannya itu. Karena

seorang profesional mengetahui bahwa dengan mendahulukan cita-cita

kesuksesan organisasi, secara otomatis akan tercapai pula prestasi

pribadinya, baik itu dalam bentuk penghargaan maupun kenaikan gaji atau

kenaikan pangkat.

5. Pengertian menurut Universitas Muhammadiah Gersik

Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau

suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu

“profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan

suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.

Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering

kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam

kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak

hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja.

Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian

khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession”

terpaku juga suatu “panggilan”. Dengan begitu, maka arti “profession”

mengandung dua unsur. Pertama unsure keahlian dan kedua unsur

panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri


pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan

pekerjaannya, dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak

membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus

menyatu.Berkaitan dengan profesionalisme ini ada dua pokok yang

menarik perhatian dari keterangan Encyclopedia-nya Prof.Talcott Parsons

mengenai profesi dan profesionalisme itu.

Pertama ialah bahwa manusia-manusia profesional tidak dapat di

golongkan sebagai kelompok “kapitalis” atau kelompok “kaum buruh”.

Juga tidak dapat dimasukkan sebagai kelompok “administrator” atau

“birokrat”. Kedua ialah : bahwa manusia-manusia profesional merupakan

suatu kelompok tersendiri, yang bertugas memutarkan roda perusahaan,

dengan suatu leadership status. Jelasnya mereka merupakan lapisan

kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan itu. Kepemimpinan di

segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah sampai ke

bawah. Profesionalisme merupakan suatu proses yang tidak dapat di tahan-

tahan dalam perkembangan dunia perusahaan modern dewasa ini.

Parsons tidak tahu arah lanjut proses profesionalisasi itu nantinya,

tapi menurutnya, bahwa keseluruhan kompleks profesionalisme itu tidak

hanya tampil kedepan sebagai sesuatu yang terkemuka, melainkan juga

sudah mulai mendominasi situasi sekarang. Dalam perkembangannya

perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua unsur, yaitu unsur

keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan

etik, unsur akal dan unsur moral. Dan kedua-duanya itulah merupakan
kebulatan unsur kepemimpinan. Dengan demikian, jika berbicara tentang

profesionalisme tidak dapat kita lepaskan dari masalah kepemimpinan

dalam arti yang luas.

6. Pengertian menurut De George

Pengertian profesi menurut De George adalah pekerjaan yang

dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan

yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan profesional adalah orang

yang mempunyai pekerjaan atau purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu

dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi atau dapat dikatakan

bahwa seorang yang profesional adalah seseorang yang hidup dengan

mempraktekkan suatu keahlian tertentu dengan terlibat dengan terlibat

dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain

melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi untuk senang-senang atau

sekedar mengisi waktu luang.

B. CIRI-CIRI PROFESIONALISME

Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong

dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti

profesionalisme didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati

piawai ideal. Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu

berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan.

Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang yang dipandang


memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah

suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan

sebagai rujukan.

2. Meningkatkan dan memelihara kewibawaan. Profesionalisme yang

tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan

memelihara kewibawaan melalui perwujudan perilaku profesional.

Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya

penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan,

sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya

3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan

profesional yang dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti

pengetahuan dan keterampiannya.

4. Mengejar kualitas tertinggi dan cita-cita dalam

profesinya. Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga

akan profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar

seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.

C. KARAKTERISTIK PROFESIONALISME

Ada beberapa karakteristik yang harus terlembagakan dalam upaya

ini, meliputi:

1) Melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif, dan inovatif;

2) Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan program;

3) Komitmen terhadap pelayanan publik;

4) Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional;


5) Memiliki daya tanggap (responsiveness) dan akuntabilitas

(accountability);

6) Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam

membuat keputusan; dan

7) Memaksimalkan efisiensi dan kreativitas.

D. KODE ETIKA PROFESIONALISME

Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata,

tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya

untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu

organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok

tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di

tempat kerja.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi

merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas

dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,

mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna

walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika

profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan
yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan

tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang

dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional. Adapun

fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip

profesionalitas yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang

bersangkutan.

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang

hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah

dibutuhkan dalam berbagai bidang.

D. SYARAT PROFESIONALISME

Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk

mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas

seseorang akan dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang

dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan

kepribadiannya. Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh

seseorang jika ingin jadi seorang professional.

1. Menguasai pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang

harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat

dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang


professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi

juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai

ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau

tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat

dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia

mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk

dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma

setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia

kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan

dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble

maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya

2. Mempunyai loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa

dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia

kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu

prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi

merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja

sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan

kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi

pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan

dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan
adanya loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu

selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak

terjadi

3. Mempunyai integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar

jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang

tingi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang

baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang

professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi

mental seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas

hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional,

tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa

kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati

nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya.

Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional

hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang

setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu

sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi

yang tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai

keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang


ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan

kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap

membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di

sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan

berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya

ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan

pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau

menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila

disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun

tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri

seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang

yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan

yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga

diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara

status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap

orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung,

memberikan pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini

bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan

kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang

jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan

memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap,

dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang

profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa

yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah

mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan

“macan ompong”, dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya

ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena

tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang

jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa

yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.Visi yang jelas juga memacunya

menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas

mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak

akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai

tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan

Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap

profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus

mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi

tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa

cinta terhadap profesinya.


Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi

terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya

rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang

profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa

memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap

menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan

begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-

nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap

memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan

konsistensi dalam mempertahankan nilai - nilai profesionalisme. Tanpa

adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya

sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-

perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi

Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus

bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu

memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang

maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi

motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya

sendiri, seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan

yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti,

kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk

dirinya sendiri. Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional

akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang

dihadapinya.

E. KOMPETISI DALAM PROFESIONALISME KERJA

Kompetensi meliputi :

1. Keterampilan melaksanakan tugas individu dengan efesien (Task skill).

2. Keterampilan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya

(Task management skill).

3. Keterampilan merespon dengan efektif hal-hal yang bukan merupakan

pekerjaan rutin dan kerusakan (Contigency management skill).

4. Keterampilan menghadapi tanggung jawab dan tuntutan lingkungan

termasuk bekerja dengan orang lain dan bekerja dalam kelompok (Job/role

environmet skill). Kompetensi lebih menitik beratkan pada apa yang

diharapkan dikerjakan oleh pekerja ditempat kerja, dengan perkataan lain

kompeten menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang

bukan latihan apa yang seharusnya diikuti. Kompetensi juga harus dapat

menggambarkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan

keterampilan pada situasi dan lingkungan yang baru. Karena itu uraian
kompetensi harus dapat menggambarkan cara melakukan sesuatu dengan

efektif bukan hanya mendata tugas.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai

makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian

khusus untuk menjalankannya.Profesionalisme merupakan suatu tingkah

laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau

melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula

pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau

sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah profesionalisme, ada

istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau

“job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang berasal dari

perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian

“pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan

keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti

“profession” terpaku juga suatu “panggilan”.

B. SARAN

Profesionalisasi berkaitan dengan apa yang kita percayai sebagai

tujuan yang semestinya kita capai. Dengan serangkaian tujuan yang jelas,

kita kemudian dapat meng- identifikasi berbagai indikator keberhasilan.


Dan dengan itu akan lebih mudah kita memahami wujud profesionalisme

yang dikehendaki. Tetapi profesionalisasi juga berkaitan dengan living

realisties yang berpengaruh terhadap keberhasilan kita mendidik tenaga-

tenaga profesional; sumber daya manusia, sarana, iklim politik, dan

berbagai unsur di da-lam ecosystem pendidikan yang harusnya

diperhitungkan di dalam mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai