Anda di halaman 1dari 26

PEMBUATAN SIMPLISIA

DAUN PEPAYA (Carica Folium)

LAPORAN

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


dalam menempuh Mata Kuliah Praktikum Farmakognosi
yang dibina oleh Tim Mata Kuliah Farmakognosi

OLEH :

RIZKY FATMA SOFYANI NIM: AKF 14164

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
MEI 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah
digunakan rakyatnya secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu. Keuntungan
penggunaan obat tradisional adalah selain karena bahan bakunya mudah diperoleh, faktor
ekonomi turut memengaruhi.Sebagian besar rakyat Indonesia hidup di pedesaan yang
menyebabkan sulitnya jangkauan obat modern, komunikasi dan transportasi, juga daya beli yang
relative rendah.
Salah satu tanaman di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat tradisional adalah papaya
(Carica papaya). Pada tanaman papaya, tidak hanya buahnya saja yang dapat dimanfaatkan,
melainkan daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang sudah dipercaya
berkhasiat pada masyarakat terdahulu.
Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama memanfaatkan daun
pepaya sebagai salah satu tanaman obat mendorong kami untuk mengolah daun pepaya tersebut
menjadi simplisia yang berkhasiat serta mengidentifikasi kandungan zat apa yang terdapat
dalam simplisia daun beluntas tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat
dikemudian hari.
1.2 Tujuan
1. Memahami cara pembuatan simplisia yang baik dan benar
2. Mengetahui kandungan dan khasiat didalam daun pepaya (Carica papaya Folium)
3. Mengetahui makroskopik dan mikroskopik pada simplisia daun pepaya
1.3 Manfaat
1) Dapat mengetahui standardisaasi simplisia dengan benar
2) Dapat mengetahui kandungan dan khasiat didalam daun pepaya (Carica Papaya Folium)
3) Dapat mengetahui mikroskopik dan makroskopik pada simplisia daun papaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan.
1. Bahan Alamiah:
a. Bahan nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. Eksudat adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanaman.
b. Bahan hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Bahan mineral
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.

2. Sumber Simplisia
a. Tumbuhan Liar
- Kerugian:
1. umur dan bagian tanaman
2. jenis (species)
3. lingkungan tempat tumbuh

- Keuntungan :
1. Ekonomis
2. Banyak dan mudah ditemukan dilingkungan sekitar

b. Tanaman Budidaya (tumpangsari, TOGA, perkebunan)


- Kerugian:
1. Tanaman manja
2. Residu pestisida
- Keuntungan:
1. Bibit unggul
2. Pengolahan pascapanen
3. Tempat tumbuh
2.2 Zat Aktif Tumbuhan
Berdasarkan penelitian para ahli, daun pepaya diketahui mengandung 35 mg/100 mg
Tocophenol. Sementara itu, daun pepaya muda juga diketahui banyak mengandung zat
bernama alkaloid juga enzim papain. Enzim ini identik dengan getah berwarna putih
kental. Fungsi dari enzim ini sendiri adalah untuk memecah protein sebab ia bersifat
proteolitik. Sementara itu, pada daun pepaya yang sudah tua, senyawa yang dominan
justru Fenolik. Senyawa fenolik sebagai senyawa biologik aktif memberikan peranan
yang besar terhadap kepentingan manusia. Senyawa fenolik digunakan sebagai
antioksidan, anti mikroba, anti kanker dan lain-lain contohnya obat anti kanker, anti
malaria, dan obat demam. Selain itu senyawa ini digunakan sebagai insektisida dan
fungisida, juga untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman. Manfaat asam fenolik yang
paling penting yaitu anti penuaan yang berhubungan dengan antioksidan yang
mengurangi aktifitas yamg mencegah pertumbuhan sel abnormal. Seorang ahli bernama
Suhartono, secara umum menyimpulkan bahwa, daun pepaya mengandung 3 varian
enzim yakni papain sebanyak 10%, Khimoprotein sebanyak 45% dan juga Lisozim
sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein sendiri berfungsi sebagai katalisator dalam
reaksi hidrolisis antara protein dengan poplipetida. Sementara itu enzim lisozim berperan
sebagai anti-bakteri dan bekerja dengan cara memecah dinding sel pada bakteri.
Mencermati kandungan daun pepaya yang kompleks ini, tidak mengherankan jika
kemudian banyak testimoni kesehatan yang menyatakan keampuhan daun pepaya dalam
menyembuhkan beberapa penyakit.Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh
kandungan senyawa alkaloid karpainnya (C14H25NO2). Zat ini sangat ampuh digunakan
sebagai penurun deman, mereduksi tekanan darah dan membunuh mikroba seperti
amoeba. Daun pepaya juga ampuh untuk mengobati penyakit semacam disentri, sifilis,
beri-beri, asma, bisul dan penghilang noda.Sementara itu, kandungan enzim papain pada
daun pepaya khususnya yang masih muda bisa melembutkan daging dan ampuh
digunakan sebagai pemulih jaringan kulit yang luka karena jerawat ataupun luka bakar.

2.3 Khasiat Daun Pepaya


Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain,
glikosida, karposid, dan saponin. Daun pepaya berguna untuk obat panas yang memiliki
khasiat penurun panas dan salah satu senyawanya yang dapat menurunkan panas adalah
alkaloidnya, selain itu daun pepaya juga dapat berkhasiat sebagai obat malaria,
menambah nafsu makan, meluruhkan haid dan menghilangkan sakit. Daun pepaya juga
dapat dijadikan sebagai obat cacing kremi, desentri amoba, kaki gajah ( elephantois ),
kejengkolan, perut mulas, kanker, dan masuk angin.

2.4 Cara buatan simplisia


1. Pengumpulan bahan baku.
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman
obat. Waktu cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode
yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, waktu
cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu
kualitas dan kuantitas.

2. Penanganan pasca panen


Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya
atau hasil dari penambangan alam berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak
mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk proses
selanjutnya

3. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan
asing lainya dari bahan simplisia.
4. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang ada pada bahan
simplisia.
5. Perajangan atau pengubahan bentuk
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
simplisia.
6. Proses pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Cara pengeringan yang kami
lakukan adalah dengan pengeringan alamiah dengan diangin-anginkan dan tidak
dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Karena daun merupakan bagian tanaman
yang bersifat lunak dan mengandung senyawa aktif yang mudah menguap.
7. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan setelah simplisia sudah kering, dan dilakukan penyortiran
ulang untuk memisahkan dari benda asing atau kotoran.
8. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah disortasi maka dilakukan pengepakan dan penyimpanan simplisia.

2.5 Uji Standarisasi Simplisia


Standarisasi adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis
kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi
berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi). Standarisasi dapat diartikan sebagai
penetapan mutu farmasetik yang dapat direproduksi dengan cara membandingkan suatu
produk terhadap baku pembanding dan dengan menentukan jumlah minimum satu atau
lebih senyawa atau kelompok senyawa. Dalam pembuatan bahan alam diperlukan
standarisasi baik simplisia maupun ekstrak.
Dalam standarisasi simplisia dilakukan pengujian atau analisis simplisia yang meliputi
analisis kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia
adalah sebagai berikut :
a. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku resmi
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope Indonesia,
Ekstra Farmsakope Indonesia dan Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum
maka harus memenuhi persyaratan seperti yang disebut pada paparannya
(monografinya).
b. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat yang meliputi:
1) Kurang kering atau mengandung air,
2) Termakan serangga atau hewan lain,
3) Ada-tidaknya pertumbuhan kapang, dan
4) Perubahan warna atau perubahan bau. (Gunawan, 2004: 9)
c. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang meliputi,
1. Analisis Kualitatif
a. Organoleptis, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia.
Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai
bentuk dan rasa yang dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal
simplisia nabati sebagai syarat baku.Reaksi warna dilakukan terhadap hasil
penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil mikrosblimasi atau langsung terhadap
irisan atau serbuk simplisia ( Depkes RI, 1979: xiii)
b. Makroskopis bertujuan untuk mengetahui kekhususan morfologi, ukuran dan
warna simplisia.
c. Mikroskopis bertujuan untuk mengetahui kekhasan anatomi. Pengujian dapat
dilakukan pada bahan segar, simplisia rajangan maupun serbuk. Pada bahan
segar dan simplisia rajngan dapat berupa sayatan melintang, radial,
paradermal maupun membujur. Dalam bentuk serbuk untuk mengetahui
fragmen penanda.
d. Tetapan fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi
optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
e. Kimiawi, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan
kompleks.
f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman,
pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2.5.1 Definisi masing-masing uji
Dalam praktikum ini, saya melakukan empat uji yaitu uji kadar air, susut
pengeringan, kadar abu, dan uji histokimia. Adapun pemaparannya adalah sebagai
berikut:
1. Uji kadar air
Uji kadar air adalah mengetahui batas maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air didalam bahan. Penghilangan kadar air hingga jumlah
tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan.
2. Uji Susut Pengeringan
Uji susut Pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperature 1050C selama 30 menit dan dilakukan berulang-ulang atau sampai
berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika
bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik
menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada
di atmosfer/lingkungan udara terbuka.
3. Uji Kadar Abu
Uji kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Penentuan kadar total dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu
parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Sedangkan, untuk herba papaya
kadar abu Penetapan kadar abu pada daun pepaya yaitu tidak lebih dari 12 %
(FHI, hal 117)
4. Uji Histokimia
Uji histokimia dilakukan untuk mengetahui macam zat kandungan yang
terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan menggunakan pereaksi yang
spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik
pula sehingga akan mudah terdeteksi.
Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit
sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat
bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu.
2.5.2 Tujuan dilakukan uji
1. Tujuan uji kadar air
Tujuan dilakukan uji kadar air adalah untuk memberikan batasan minimal
atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI,
2000).
2. Tujuan uji susut pengeringan
Tujuan dilakukan uji susut pengeringan adalah untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan.
3. Tujuan uji kadar abu
Tujuan dilakukan uji kadar abu yaitu penetapan kadar abu bertujuan
memberi gambaran kandungan mineral internal dan eksternal dalam
simplisia, mulai dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
4. Tujuan uji histokimia
Tujuan dilakukan uji histokimia adalah untuk mengetahui berbagai macam
zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
spesifik,zat – zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang
spesifik pula sehingga mudah dideteksi.
2.5.3 Syarat dan rumus uji
1. Syarat dan rumus uji kadar air
Kadar air = bobot awal – bobot akhir x 100%
bobot awal

Dalam uji penentuan kadar air, hasil yang memenuhi syarat adalah tidak boleh
lebih dari 5%.

2. Syarat dan rumus uji susut pengeringan


( Bobot awal−Bobot Ak h ir )
Susut pengeringan= x 100
Bobot awal

Susut pengeringan tidak lebih dari 10%.


3. Syarat dan rumus uji kadar abu
Penentuan kadar abu total tidak lebih dari 9,0%
Berat abu total = berat total penimbangan – berat cawan kosong
Kadar abu total = berat abu total x 100%
berat sampel
BAB III
METODOLOGI

3.1 Determinasi
Determinasi dapat dilakukan terhadap tumbuhan yang belum mempunyai nama atau
pada tumbuhan yang telah memiliki nama namun tidak diketahui secara pasti. Untuk itu
dalam melakukan determinasi pada tumbuhan yang akan dijadikan sebagai bahan
simplisia perlu adanya dilakukan determinasi pada tumbuhan agar data yang diperoleh
lebih tepat dan benar walaupun sudah diketahui nama tumubuhan di berbagai literatur
namun tidak salahnya jika dilakukan determinasi ulang secara langsung pada daun
pepaya
Hal yang perlu disiapkan untuk mendeterminasi daun pepaya adalah sebagai berikut:
1. Buku kunci determinasi ( Buku Flora )
2. Perlengkapan alat tulis ( buku tulis, bolpoint,dll )
3. Daun Pepaya

A. Cara Mendeterminasi Tumbuhan


Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat morfologi
tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga,
buah dan lain-lainnya). Langkah berikut adalah membandingkan atau mempersamakan
ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan
menggunakan salah satu cara di bawah ini:
1. Ingatan
Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita
mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang
sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah
mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.
2. Bantuan orang
Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika
yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa
memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan
pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia
akan menggunakan kedua cara berikutnya.
3. Spesimen acuan
Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara
langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen
tersebut bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan
tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.
4. Pustaka
Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau
mencocokkan ciri-ciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan
serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat
dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk
monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.
5. Komputer
Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika
modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali
keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian
pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapatn dilakukan dengan bantuan
komputer.
B. Langkah-langkah determinasi tanaman pepaya
Adapun langkah-langkah dalam melakukan determinasi tumbuhan pepaya sebagai
berikut:
1. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.
2. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada
daun pepaya yang diamati.
3. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri daun pepaya yang diamati, harus
beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. Misalnya,
pernyataan 1a tidak sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.
4. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki
organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor
yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.
5. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan daun pepaya yang
diamati, alternatif lainnya akan gugur.
6. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau
filum dari daun pepaya yang diamati. Pada umumnya, buku penuntun identifikasi
makhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi dan hanya berlaku setempat
(lokal).
3.2 Pembuatan Simplisia
Tahapan pembuatan simplisia dari bahan baku daun papaya:
1) Pengumpulan Bahan Baku
Daun papaya yang digunakan adalah daun papaya yang tua. Pengambilan yang baik
dilakukan pada siang hari saat terik matahari karena pada saat itu daun sedang melakukan
proses fotosintesis.
2) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan dengan tujuan memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia.
3) Penimbangan
Penimbangan awal saat daun masih segar bertujuan untuk perhitungan kadar air dari
simplisia tersebut setelah proses penjemuran.
4) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat
padasimplisia.
5) Perajangan
Tujuan perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan, dan penggilingan. Perajangan pada daun tidak boleh terlalu besar dan terlalu
kecil, ukurannya sekitar 3 mm.
6) Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Cara pengeringan yang kami lakukan adalah dengan pengeringan alamiah
dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Karena
daun merupakan bagian tanaman yang bersifat lunak dan mengandung senyawa aktif
yang mudah menguap.
7) Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia.Tujuan sortasi ini adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagiantanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering.
8) Pembuatan Serbuk dan Pengepakkan Simplisia
Simplisia dibuat serbuk dengan menggunakan blender dan disimpan dalam botol kaca
berwarna gelap.

3.3 Uji Kualitatif dan Kuantitatif


3.3.1 Uji Kualitatif
N Proses Alat Bahan
o
1 Uji Organoleptis - Daun Pepaya
- Rasa
- Bau
- Warna
2 Uji Makroskopis Stuktur Daun pepaya
3 Uji Mikroskopis Mikroskopis - Simplisia Daun
Gelas objek pepaya
- Chlor Hidrat
Kaca priparat
( kloral hidrat )

4 Uji Histokimia Tabung Reaksi - Simplisia daun


Pipet tetes pepaya
- NaCl
Spiritus + kaki tiga + kawat
- P Mayer
kasa
Beaker Gelas
Keterangan :

1. Uji Organoleptis
Diambil serbuk simplisia dan diamtai bau, bentuk, warna dan bau yang ada pada
serbuk simplisia daun pepaya.

2. Prosedur Kerja Uji Makroskopik


1. Amatai bentuk, bau, dan warna pada simplisia tersebut
2. Catat hasil mengamatan setelah itu di gambar bentuk simplisia
3. Prosedur Kerja Uji Mikroskopik
a. Untuk pengamatan penampang meliputi :
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bagian daun diiris melintang
3. Diamati penampang melintang daun dengan mikroskop
4. Catat dan gambar hasil pengamatan
b. Untuk pengamatan fragmen
1. Mengambil sedikit simplisia Carica papaya dan meletakannya pada objek glass
2. Menetesi sedikit larutan kloral hidrat 70% kemudian segera menutup dengan cover
glass
3. Mengamati dibawah mikroskop.
4. Mencatat dan menggambar hasil pengamatan.
4. Uji Histokimia
1. Didihkan simplisia Carica papaya dalam larutan natrium klorida P atau larutan
natrium sulfat LP sampai simplisia cukup keras untuk disayat.
2. Sayat simplisia Carica papaya yang telah didihkan kemudian letakkan sayatan pada
kaca objek atau kaca aloji
3. Tetesi dengan pereaksi asam klorida P
4. Diamati warna yang terlihat dalam simplisia Carica papaya.
5. Sayat kembali simplisia dan letakkan pada kaca obyek kemudian ditetesin dengan
larutan P Mayer
6. Diamati warna yang terlihat pada simplisia.
7. Lakukan yang sama untuk beberapa larutan yang lain sampai selesai.Catan hasilnya
dan bandingkan dengan literature yang ada untuk mengetahui kandungan apa saja yang
ada dalam jaringan daun pepaya

3.3.2 Analisa kuantitatif

No Proses Alat Bahan


1 Uji kadar air - timbangan - simplisia
Carica
papaya
2 Susut pengeringan - Botol timbang - simplisia
- Timbangan
Carica
analitik
papaya
- Wadah
pengeringan
3 Uji kadar abu - Kurs platina - simplisia
- Bunsen
Carica
- Kaki tiga
- Kasa asbes papaya
- Pinset
- Timbangan
analitik

Keterangan :
1. Uji Kadar Air

Simplisia Mengambil botol timbang Keringkan dengan suhu


beserta tutup 105◦ C selama 30 menit

Timbang 1 gram Dinginkan dalam


Oven simplisia daun papaya desikator lalu ditimbang
(carica papaya L)

Oven selama 30menit


pada suhu 1050 C dengan
tutup terbuka. Dinginkan
dalam desikator dan
ditimbang kembali.
Hasil

2. Uji Kadar Abu

Ditimbang 2 gram Masukkan ke dalam krus porselen


simplisia daun papaya yang telah dipijarkan dan ditara
(carica papaya L)

Didinginkan selama Pijarkan simplisia yang


15 menit dan ada pada krus porselen
ditimbang hingga arang habis

Hasil

3. Uji Susut Pengeringan


Ditara dan
Simplisia daun Ditimbang 1 gram dipanaskan krus
papaya (carica simplisia daun porselen pada
papaya L) pepaya suhu 1050 C
selama 30 menit

Oven pada suhu Diratakan simplisia pada Dimasukkan


1050 C selama 30 krus porselen dengan cara simplisia pada krus
menit digoyang-goyangkan porselen kemudian
hingga rata ditimbang.

Didinginkan selama Ulangi hingga


15 menit kemudian mendapatkan
ditimbang. bobot konstan
Hasil

4. Tabel Uji Histokimia

No Golongan senyawa Pereaksi Warna

1 Lignin Larutan floroglusin LP & Merah


asam klorida P
2 Suberin Larutan sudan III P Merah
Kutin
Minyak atsiri
Minyak lemak
Getah
Resin
3 Zat samak (tannin) Larutan besi (III) Hijau biru atau
ammonium dulfatLP hitam
4 1,8-dioksiantarakinon Kalium hidroksida etanol Merah
bebas (90%)P
5 Pati Larutan yodium 0,1 N Pati warna biru
aleuron Aleuran berwarna
kuning coklat
sampai coklat
6 lendir Larutan merah ruthenium Merah intensif
pectin LP
7 Alkaloid Larutan bouchardat LP Endapan coklat
8 Flavon Larutan natrium hidroksida Kuning
(5%) LP
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Determinasi


Dari langkah-langkah yang telah dipaparkan diatas maka, hasil determinasi tanaman
pepaya diperoleh sebagai berikut :
Kunci determinasi: 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120a-
121b-124b-125a-126.…………………………………..85. Caricaceae.
4.2 Hasil Pembuatan Simplisia
Hasil pembuatan simplisia daun pepaya sebagai berikut:
1. Pada saat pengambilan daun pepaya harus dipilih daun yang masih segar berwarna
hijau tua, tidak layu atau berwarna kuning. Proses pengambilan ini dilakukan pada
saat siang hari, karena pada saat siang hari daun melakukan proses fotosintesis.
Kemudian ambillah daun pepaya menggunakan pisau tajam.
2. Dibersihkan daun pepaya yang sudah dipetik dengan cara sortasi kering. Cara ini
bertujuan untuk membersihkan daun dari semut, kotoran seperti sarang-sarang
serangga. Disamping itu juga bertujuan untuk membuang tulang daun yang berukuran
besar dan daun-daun layu atau berwarna kuning yang masih menempel pada daun
pepaya yang sudah dipilih. Kemudian ditimbang. Pada kelompok kami hasil
penimbangan daun pepaya diperoleh 4 kg.
3. Lakukan pencucian menggunakan air bersih mengalir, kemudian daun pepaya
direndam pada bak yang berisi air bersih. Pencucian dilakukan 2 kali, hal ini
dilakukan agar daun pepaya yang akan digunakan benar-benar bersih.
4. Daun yang sudah dicuci kemudian diangkat dan ditaruh pada bak lain untuk
dikeringkan. Pengeringan ini dilakukan dengan cara dipanaskan dengan sinar
matahari secara langsung diatas genting pada saat siang hari menjelang sore hari.
Pada sore hari daun pepaya diangkat dan dikeringkan kembali pada keesokkan
harinya hingga daun yang dihasilkan benar-benar layu atau kering.
5. Setelah pengeringan, daun yang diperoleh sebanyak 250 gram. Daun diblender dan
diayak. Daun yang tidak lolos saringan, diblender kembali dan diayak. Sebelum
praktikum dilakukan, diblender kembali agar simplisia yang dihasilkan benar-benar
halus dengan dilakukan pengayakan 40 mesh. Hasil simplisia inilah yang digunakan
pada uji standarisasi.

4.3 Hasil Uji Standarisasi Simplisia


4.3.1 Hasil uji kualitatif
4.3.1.1 Uji makroskopis
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis yang dilakukan pada simplisia daun pepaya bertujuan untuk
mengetahui bentuk, warna, bau, rasa. Hasil organoleptis sebagai berikut:
Bentu : padat (helaian daun)
Warna : hijau tua
Bau : khas aromatik
Rasa ; sangat pahit

4.3.1.2 Uji mikroskopik

4.3.2 Hasil uji kuantitatif


4.3.2.1 Uji histokimia
Berikut adalah hasil uji histokimia:

No Golongan senyawa Pereaksi Warna

1 Lignin Larutan floroglusin LP &


asam klorida P -

2 Suberin Larutan sudan III P


Kutin
Minyak atsiri
Minyak lemak +
Getah
Resin
3 Zat samak (tannin) Larutan besi (III)
ammonium dulfatLP +
4 1,8-dioksiantarakinon Kalium hidroksida etanol
bebas (90%)P -
5 Pati Larutan yodium 0,1 N
aleuron -

6 lendir Larutan merah ruthenium


pectin LP -
7 Alkaloid Larutan bouchardat LP -
8 Flavon Larutan natrium hidroksida
(5%) LP +
4.3.2.2 Uji kadar air
Kadar air = bobot awal – bobot akhir x 100%
bobot awal
keterangan:
b. Bobot awal = 13,4769 g
c. Bobot akhir = 13,4737 g

Kadar air = bobot awal – bobot akhir x 100%


bobot awal
Kadar air = 13,4769 g – 13,4737 g x 100%
13,4769
Kadar air = 0,0032 g x 100%
13,4769
= 0,023 %
Kesimpulan:
Diperoleh kadar air pada daun pepaya adalah 0,023%. Pada uji syarat kadar air daun
pepaya tidak boleh lebih dari 5%. Sedangkan daun pepaya yang kami amati telah memenuhi
syarat standart kadar air.

4.3.2.3 Uji kadar abu


Kadar abu = berat abu total x 100%
berat sampel
keterangan:
Berat abu total=berat total penimbangan–berat cawan kosong
= 33,7102 g – 33,4454 g
= 0,2648 g
Kadar abu = berat abu total x 100%
berat sampel
= 0,2648 g x 100%
3,0072 g
= 8,8055 %
Diperoleh persentase uji kadar abu pada daun pepaya adalah 8,8055%. Pada uji syarat
kadar abu daun pepaya tidak boleh lebih dari 9,0%. Sedangkan daun pepaya yang kami
amati telah memenuhi syarat standart kadar abu.

4.3.2.4 Uji susut pengeringan


Kadar air = bobot awal – bobot akhir x 100%
bobot awal
keterangan:
bobot awal = 34,1298 g
bobot akhir = 33,7606 g

Kadar air = bobot awal – bobot akhir x 100%


bobot awal
Kadar air = 34,1298 g – 33,7606 g x 100%
34,1298 g
Kadar air = 0,3692 g x 100%
34,1298 g
= 1,0817 %
Kesimpulan:
Diperoleh persentase susut pengeingan pada daun pepaya adalah 1,0817%. Pada uji
syarat susut pengeringan daun pepaya tidak boleh lebih dari 10%. Sedangkan daun pepaya
yang kami amati telah memenuhi syarat standart susut pengeringan.
BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber bahan obat tradisional yang
telah digunakan rakyatnya secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Salah satu tanaman di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat tradisional adalah papaya
(Carica papaya). Pada tanaman papaya, tidak hanya buahnya saja yang dapat
dimanfaatkan, melainkan daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang
sudah dipercaya berkhasiat pada masyarakat terdahulu.
Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama memanfaatkan
daun pepaya sebagai salah satu tanaman obat mendorong kami untuk mengolah daun
pepaya tersebut menjadi simplisia yang berkhasiat serta mengidentifikasi kandungan zat
apa yang terdapat dalam simplisia daun beluntas tersebut sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat dikemudian hari.
Dari praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada uji histokimia simplisia daun pepaya yang diamati menunjukkan bahwa
terdapat kandungan tannin, flavonoid,
2. Hasil dari uji standarisasi baik uji kadar air, kadar abu, dan susut pengeringan
telah diperoleh data yang menunjukkan bahwa simplisia daun pepaya yang kami
gunakan telah memenuhi syarat standarisasi.
5.2 Saran
Saran bagi peneliti sebagai berikut:
1. Peneliti perlu menambahkan sumber-sumber yang terpercaya yaitu dari buku-
buku.
2. Peneliti perlu melakukan ujia histokimia kembali untuk mentukan senyawa
alkaloid. Karena pada semua tumbuhan terkandung senyawa alkaloid, sedangkan
uji histokimia pada penelitian kami tidak diperoleh senyawa alkaloid.

Lampiran 1. Pembersihan daun pepaya sebelum dicuci

Lampiran 2 penjemuran daun pepaya


Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai