com
Telusuri situs ini
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh para ahli
yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun artikel obat tradisional.
Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah sediaan obat baik
berupa obat tradisional , fitofarmaka dan farmasetika, dapat berupa simplisia ( bahan segar
atau yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni berasal dari alam,
yang dimaksut dengan obat alami adalah obat asal tanaman.
Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari tanaman
herbal sampai mineral tersimpat dalam bumi pertiwi. Dijaman yang berkembang banyak
Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai universitas berlomba-lomba untuk
mengembangkan tanaman obat. Dari sekian banyak tanaman obat ada salah satu tanaman
yang berkasiat obat yaitu Impatien balsamina atau yang biasa disebut bunga pacar air ini
telah diteliti bahawa kandungan fitokimia yang terkandung didalamnya dapat berkhasiat
sebagai obat. Penelitian terhadap tanaman ini kebanyakan tertuju pada uji fitokimia dan uji
aktivasi, tetapi untuk literatur mengenai deskripsi, morfologi dan uji mutu simplisia
tanaman pacar air masih minim bahkan dalam buku Materia Medika Indonesia pacar air
belum diklarifikasi secara detail. Hanya beberapa artikel dan e-book saja yang membahas
tanaman ini.
Maka dari itu perlu perhatian yang cukup mengenai tanaman ini untuk lebih
dikembangkan, karena selain menambah jenis tanaman obat kita dapat memberikan data
mengenai bentuk makroskopik dan mikroskopik tanaman pacar air.
Dari uraian diatas maka dari itu diharapkan praktikan untuk mencari data tentang
simplisia yang akan diteliti terlebih dahulu untuk dapat membandingkan mutu dari suatu
simplisia berdasarkan ketentuan yang ada. Terlebih dahulu perlu pemahaman mengenai
obat alam , simplisia dan hubungan antara obat alam dengan simplisia.
Obat Alam atau yang biasa disebut obat herbal adalah sediaan obat baik berupa oabat
tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dapat berupa simplisia ( bahan segar atau yang
dikeringkan ) ekstrak , kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam, yang
dimaksut dengan obat alami adalah obat asal tanaman.
b. Mengetahui mutu simplisia daun pacar air yang baik.
c. Mengetahui makroskopik dan mikroskopik pada simplisia Impatien Folium.
1. Bagaimanakah proses pembuatan simplisia yang baik pada daun pacar air ?
BAB II
SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia
pelikan atau mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan dari
tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata minimal
tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh , antara lain adalah :
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut
haus memenuhi persyaratan minimalyang ditetapkan.
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat
dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah
tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman
yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman
budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia.
Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani
secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga.
Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan
untuk menanam tumbuhan obat.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen,
logam berat dan lain-lain.
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada :
tukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua
batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun
kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I
dalam pucuk tanaman pada saat tanai an berbunga dan kadar alkaloid menurun
pada saat tanaman berbualz dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh
lain, tanaman Menthapiperita muda mengandung mentol banyak dalanl
daunnya. Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini
dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada Cinnamornunz camphors,
kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian
tanaman yang dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan
penelitian. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang mengandung
minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas
kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah
mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar,
yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak
(Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan
sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal
labu merah (Cucurbita n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam
(Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah, misalnya
mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
hingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun
pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang
diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut
terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal
sembung (Blumea balsamifera).
C. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat
yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam
waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-
sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika
dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya
42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia
dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan
bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umuln
terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus,
Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau
buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah
mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak
memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.
D. PERAJANGAN
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang
diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring,
jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis
untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan
diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam
pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
E. PENGERINGAN
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji
dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia
merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara
membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan
aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung
kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang
udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan
atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan
sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F'IDC (Food Technology
Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering
dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung
pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini
kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya
di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun
hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah
dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan
simplisia.
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar
dan dalam, antara lain :
b. Pengujian Makroskopik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia
yang diuji.
1. MIKROSKOPIK 1
2. MIKROSKOPIK 2
Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan
larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga
pengamatan dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga
minyak, parenkim, hablur, sistolit dll.
3. MIKROSKOPIK 3
4. MIKROSKOPIK 4
Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan
untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak
mengandung silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.
4. Parameter Non-Spesifik
Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional
akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah
terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat
mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas
kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu
uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia.
Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan
anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang
bereaksi dengan ion hydrogen. Kelemahan metode ini adalah stoikiometri
reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor
seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan
untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu.
Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif
dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim,
1995 ).
Zat yang akan diperiksa dimasukkan kedalam labu melalui pipa pengalir
nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan
dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau
dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering
1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih
kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian sehingga arus utama yang
cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan
mikroammeter. Setiap kali penambahan pereaksi Karl Fishcer, penunjuk
mikroammeter akan menyimpang tetapi segera kembali ke kedudukan
semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang
lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan,
umumnya dilakukan titrasi tidak langsung.
Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan
berulang ulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik
untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan
tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban ( Anonim, 1995 ).
Kadar air (V/B) = Vol. Air yang terukur / bobot awal simplisia x 100%.
Susut pengeringan = (bobot awal – bobot akhir) / bobot awal x 100% Untuk
simplisia yang tidak mengandung minyak atsiridan sisa pelarut organik
menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan
air karena simplisia berada di atmoster dan ligkungan terbuka sehingga
dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.
Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak
menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu
total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari
pengotoran lain misalnya pasir atau tanah.
Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau
tanah silikat.
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji
kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa
tertentu dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis
tipis (KLT). Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian
senyawa kimia aktif dari simplisia yang masih kasar.
Simplisia yang diuji adalah simplisia tunggal yang berupa rajangan serbuk,
ekstrak atau dalam bentuk sediaan. Mula-mula serbuk simplisia disari dengan
larutan penyari yang berbeda-beda polaritasnya berturut-turut pelarut non
polar, pelarut kurang polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan
memisahkan kelompok kandungan kimia tersebut. Pelarut yang bersifat non
polar seperti eter minyak tanah (petroleum eter) atau heksan. Pelarut kurang
polar seperti eter, clhoroform dll. Pelarut yang polar seperti etanol, air atau
campuran keduanya dengan berbagai perbandingan, umumnya dipakai etanol
air 70%.
Sari ini mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak misalnya minyak
atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid, dan triterpenoid, kerotenoid.
Selain kelompok tersebut diatas, kemungkinan terkandung pada klorofil dan
resin yang disebut senyawa pengotor.
a. Alkaloid
b. Senyawa fenolik : * fenol-fenol
* flavonoid
* antrakuinon
b. Antosianin
c. Glikosida
d. Saponin
e. Tanin
f. Karbohidrat
di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat,
bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna,
dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal
daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm.
Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung
terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku,
yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari
dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala
sarinya bersatu membentuk tudung putih. Bunga terkumpul 1-3.
Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas.
Memiliki 5 kepala putik.
Sebaran dunia: Tanaman ini berasal dari Asia Selatan (India)
dan Asia Tenggara. Diperkenalkan di Amerika sekitar abad 19. Di
Indonesia, tanaman ini tersebar merata dan dipakai sebagai
tanaman hias.
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan
tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari segi biogenetik,
kerangka benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari asam-asam sinamat, melalui
orto-hidroksilasi. Asam orto-kumarat yang dihasilkan setelah menjalani
isomerisasi cis-trans, menjalani kondensasi.
Senyawa murni hasil isolasi (1,4-naftoquinon yang tersubstitusi gugus metoksi)
memperlihatkan aktivitas antibakteri 0,5-0,6 kali tetrasiklin terhadap bakteri
uji Staphylococcusaureus dan Bacillus cereus (Adfa, 2007).
Telah dilakukan pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol tanaman pacar
air (Impatiens balsamina L.) dengan menggunakan metode induksi edema oleh
karagenan pada kaki tikus putih jantan. Ekstrak etanol pacar air diberikan per oral
dengan dosis 250, 500, dan 1000mg/Kg BB. Indometasin 10 mg/Kg BB digunakan
sebagai kontrol positif. Hasil pengujianmenunjukkan bahwa ketiga dosis ekstrak
memiliki aktivitas antiinflamasi yang berbeda nyatadibandingkan dengan kontrol.
Persentase inhibisi radang rata-rata dibandingkan terhadap kontrol negatif sebesar
49,05, 26,8, dan 40,90% masing-masing untuk ekstrak dosis 250, 500, dan 1000
mg/Kg, dan 69,33%untuk indometasin 10 mg/Kg (Sumiwi, 2007).
4. Analisis
a. Ekstraksi dan Isolasi
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia yang spesifik adalah, serbuk
sari berbentuk oval, rambut penutup multiseluler, kalsium oksalat rapida, dan
papilla. Hasil karakteristik serbuk simplisia bunga pacar air merah diperoleh
kadar air 9,31%, Kadar sari yang larut dalam air 19,62%, kadar sari yang larut
dalam etanol 12,80%, Kadar abu total 1,14%, dan kadar abu yang tidak larut
dalam asam 0,25% (Anonim, 2007).
Pacar air berkasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah
dan disembuhkan oleh tumbuhan pacar air adalah: tumor usus, kanker saluran pencernaan, usus buntu,
menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, rematik, pembengkakan, sakit pinggang, kaku pinggang,
leher kaku, tarsuga (terkena duri ikan ditenggorokan), sigurdongon (peradangan dipinggir kuku),
merangsang pertumbuhan rambut, pewarnaan kuku seperti kuteks, dan lain-lain.
BAB III
PENGERINGAN
SORTASI KERING
PERAJANGAN
SORTASI BASAH
PENGHALUSAN SIMPLISIA
UJI MAKROSKOPIK
UJI MIKROSKOPIK
2. Sortasi Basah
a. Cara
6. Pengeringan
pengeringan :
Dijemur dibawah
sinar matahari tidak
langsung.
b. Lama pengeringan : 7 hari
c. Berat kering : 56,4 gram
d. Kadar air : 45,26 %
a. Bentuk : Serbuk halus
7. Pemeriksaan
b. Warna : Hijau tua
Organoleptik
c. Bau : Khas Aromatik
d. Rasa : Pahit
BAB IV
IV.1 PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum pembuatan simplisia daun impatiens balsamina didapat serbuk
kering simplisia daun pacar air sebanyak 56,4 gram dengan kadar air kurng lebih 45,26%.
Dalam uji standarisasi mikroskopik daun pacar air terdapat rambut penutup multiseluler,
kalsium oksalat rapida, dan papilla. Uji mikroskopik menunjukkan bahwa simplisia yang
dibuat telah memenuhi standart yang telah ditetapkan, tetapi standart yang digunakan blum
diklarifikasi secara resmi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia karena dalam
beberapa literatur menyatakan standart yang berbeda beda. Akan tetapi dalam literatur
dapat ditemukan kesamaan kandungan mikroskopik, jadi literatur yang saya gunakan
adalah acuan yang memiliki kesamaan dalam pemeriksaan mikroskopik. Oleh karena itu uji
mikroskopik simplisia daun pacar air masih belum bisa dinyatakan secara resmi memenuhi
standart atau tidak. Utuk pemeriksaan uji parameter non-spesifik dan spesifik masih belum
bisa dilaksanakan karena masih diperlukan beberapa literatur yang lebih akurat, dan
karena penyimpanan yang kurang baik simplisia yang digunakan menjadi bulukan. Untuk
melanjutkan uji pemeriksaan lainnya diperlukan beberapa waktu lagi untuk proses
pemanenan tanaman.
IV.2 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembuatan simplisia daun
pacar air didapat hasil akhir hablur berwarna hijau dengan berat 56,4 gram dan kadar air
45,26%. Serta hasil uji mikroskopik didapat rambut penutup multiseluler, kalsium oksalat
rapida, dan papilla.
IV.3 SARAN
Dalam penentuan standart yang baik perlu dilkukan percobaan yang berulang agar
parameter pembanding bisa lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Anonim, !995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
4. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun cara modern menganalisa
tumbuhan, Bandung ITB.
5. Mukherjee, P.K., 2002, Quality Control of Herbal Drugs, an approach to evaluation
ouf botanicals. New Delhi, Business Horizons.
6. Anonim, 2007, Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Senyawa Antosianin dari Bunga
TanamanPacar Air (Impatiens balsamina Linn.), (online),
(http://gradienfmipaunib.files.wordpress.com/2008/07/morina2.pdf, diakses 20 Mei
2010).
Komentar