Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Simplisia Tumbuhan (Nabati)

Dosen Pengampu : Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Irmayani :2108060043

Hatija :2108060052

Rika Rahmayanti U.P. :2108060074

Sri Andlina Rahmawati :2108060064

L. Azwar Efendi :2108060057

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

NUSA TENGGARA BARAT

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Simplisia
Tumbuhan”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah “Simplisia
Tumbuhan” ini untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan
proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih

Mataram, 13 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Makalah .....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................4
A. Simplisia Tumbuhan...............................................................................4
B. Jenis-jenis Simplisia Tumbuhan .............................................................4
C. Pembuatan Simplisia Tumbuhan ............................................................6
1. Pengumpulan bahan baku ...........................................................6
2. Sortasi basah ...............................................................................6
3. Pencucian ...................................................................................7
4. Perajangan ..................................................................................7
5. Pengeringan ................................................................................8
6. Sortasi kering ..............................................................................10
7. Penyimpanan dan pengepakan ....................................................10
8. Pemeriksaan mutu simplisia ........................................................11
D. Contoh Simplisia Tumbuhan ..................................................................12
1. Simplisia Daun Bandotan (Agratum conyzoides L.) .....................12
2. Simplisia Daun Katuk (Sauropus androgynous) ..........................15
3. Simplisia Rimpang Kunyit (Curcuma domestica rhizoma) ..........16
E. Contoh Pembuatan Simplisia .................................................................18
BAB III PENUTUP ..........................................................................................22
A. Kesimpulan ............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi bahwa simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhsn atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah
isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
Simplisia nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi
sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit
batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Di samping itu, terdapat eksudat
seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin, dan sebagainya
Materia Medika Indonesia merupakan pedoman bagi simplisia yang akan
dipergunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang
dipergunakan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama. Namun,
simplisia yang dijelaskan disini adalah simplisia nabati yang secara umum
merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca
panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian
yang siap dipakai atau siap diproses selanjutnya, yaitu:
1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum
(jamu)
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infus)
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang
umumnya melalui proses ekstraksi, separasi dan pemurnian

1
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar
(wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg
(konstan) karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi
(umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Walaupun
ada juga pendapat bahwa variabel tersebut tidak besar akibatnya pada mutu
ekstrak nantinya dan dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan
setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi
lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produknya. Usaha untuk
mengajegkan variabel tersebut dapat dianggap sebagai usaha untuk menjaga
keajegan mutu simplisia.
Dalam perkembangan selanjutnya, tahapan usaha menjamin keajegan
kandungan kimia diserahkan pada tahapan teknologi fitofarmasi. Produk
tumbuhan obat dari tahap pertanian, yaitu simplisia berubah posisi menjadi bahan
dasar awal serta ekstrak sebagai bahan baku obat dan produk sediaan.
Variasi senyawa kandungan dalam produk hasil panen tumbuhan obat (in
vivo) disebabkan oleh aspek sebagai berikut:
1. Genetik (bibit) stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia sebagai produk
olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur dan diajegkan. Hal
ini karena penerapan iptek pertanian pasca panen yang terstandar
2. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
3. Rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh)
4. Panen (waktu dan pasca panen)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan simplisia ?
2. Apa yang dimaksud dengan simplisia tumbuhan ?
3. Apa saja jenis simplisia tumbuhan ?
4. Bagaimana cara membuat simplisia tumbuhan ?
5. Apa contoh simplisia tumbuhan ?

2
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan simplisia
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud simplisia tumbuhan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis simplisia tumbuhan
4. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat simplisia tumbuhan
5. Untuk mengetahui apa contoh simplisia tumbuhan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Simplisia Tumbuhan
Simplisia nabati atau simplisia tumbuhan adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan dari ketiganya.
Eksudat tanaman adalah isi yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dikeluarkan dari tanamannya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-
bahan nabati lainnya yang dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya (Prasetyo &
Entang, 2013).
Simplisia tumbuhan adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian
tumbuhan, eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya, atau senyawa nabat lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni. (Saifudin, dkk 2011).
B. Jenis-jenis Simplisia Tumbuhan
Jenis-jenis simplisia nabati yang telah banyak diteliti, baik untuk dijadikan
bahan baku obat modern dalam bentuk kapsul atau tablet dan untuk obat-obatan
tradisional seperti jamu, dalam pemanfaatannya menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dibedakan menjadi lima katagori, yaitu :
1. Simplisia rimpang atau empon-empon
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah akar rimpang atau umbinya.
Sebagai contoh adalah dari jenis jahe-jahean seperti : jahe, kencur, lengkuas,
kunyit, lempuyang, temulawak, temu putih dan lain-lain.
2. Simplisia akar
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah akarnya. Sebagai contoh
akar alangalang, akar wangi, gandapura.

4
3. Simplisia biji
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah bijinya. Sebagai contoh
adalah biji kapulaga, jintan, mrica, kedawung, kecipir (botor), senggani dan
lain-lain.
4. Simplisia daun
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Sebagai contoh
adalah daun kumis kucing, daun tabat barito, daun kemuning, daun keji beling,
daun alpokat dan lain-lain.
5. Simplisia batang
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah batangnya. Sebagai contoh
adalah cendana, pule, pasak bumi dan lainlain.
Bagian-bagian tumbuhan tersebut diambil pada saat yang tepat, agar
kandungan zat berkhasiat dalam bahan tersebut terdapat dalam jumlah yang
maksimal, misalnya herba atau daun dipanen dari tumbuhan yang banyak
mendapat sinar matahari, pada saat tumbuhan tersebut berbunga dan di saat-saat
asimilasi maksimal, yakni kurang lebih jam 09-00.
Akar atau rimpang pada saat akhir musim kemarau, pada saat pertumbuhan
terhambat atau terhenti. Kulit batang dikumpulkan pada musim penghujan, yakni
pada saat tumbuhan bertunas. Bunga dipanen pada saat menjelang atau tepat
terjadinya penyerbukan, sedangkan buah atau biji pada saat buah telah masak.
Berdasarkan kandungan zat berkhasiatnya, bagian-bagian tumbuhan tadi
dapat bermanfaat sebagai obat penambah nafsu makan, obat untuk memperbaiki
pencernaan, obat untuk tonika, menghilangkan nyeri, obat untuk memperlancar air
seni atau diuretik, obat kencing manis atau diabetes mellitus, obat tekanan darah
tinggi atau hipertensi, obat pelindung lever atau yang sering disebut
“hepatoprotector”, obat kencing batu, obat diare dan sebagainya. Bahkan bagian
tumbuhan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh atau yang bersifat sebagai
imunostimulator diperkirakan dapat mengobati penyakit infeksi maupun kanker.

5
Belakangan ada pula upaya untuk menemukan tumbuhan yang dapat menjadi
sumber obat HIV-AIDS.
Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai simplisia nabati
dapat berasal dari dua sumber, yaitu:
1. Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis tumbuhan
obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat terbuka
lainnya.
2. Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan oleh
petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan.
C. Pembuatan Simplisia Tumbuhan
1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian
tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika
penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang
dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik
apabila dikonsumsi.
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau
tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan
umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia
dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat bahan-bahan asing seperti kerikil, rumput, batang,

6
daun, akar yang telah rusak, serta kotoran lain harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal.
3. Pencucian bahan
Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih
yang mengalir misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air mengair, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah
dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah
pseudomonas, proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus, escherichia. Pada
simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya
untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangya zat berkhasiat yang
mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang

7
diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring,
jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis
untuk mencegah berkurangnya minyak atsiri.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang jasad renik lainnya. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air
dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan sudah
dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat
mencapai kurang dari 10%. Terdapat beberapa metode pengeringan yaitu:
a. Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak
sensitif terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari
sangat umum untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian tanaman
yang mengandung flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta
beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh cahaya, umumnya tidak
boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung. Kadangkala suatu
simplisia dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi sebagian besar kadar
air, baru kemudian dikeringkan dengan panas atau digantung di dalam
ruangan. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung
memiliki keuntungan yaitu ekonomis. Namun lama pengeringan sangat
bergantung pada kondisi cuaca.

8
b. Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun tidak
lembab
Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap
cahaya matahari. Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan
sirkulasi udara dari ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang proses
pengeringan yang optimal. Pengeringan dengan cara ini memiliki
keuntungan yaitu ekonomis, serta untuk bahan yang tidak tahan panas atau
cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun demikian, pengeringan
dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak
dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan tumbuhnya kapang.
c. Pengeringan dengan menggunakan oven
Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan suhu
antara 30°-90°C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada
sumber panas. Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki
keuntungan berupa: waktu yang diperlukan relatif cepat, panas yang
diberikan relatif konstan. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya yang
cukup mahal.
d. Pengeringan dengan menggunakan oven vakum.
Pengeringan dengan menggunakan oven vakum merupakan cara
pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu yang tinggi
sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dapat bertahan. Namun
cara ini merupakan cara paling mahal dibandingkan dengan cara
pengeringan yang lain.
e. Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini
bagus untuk mempertahankan bentuk bunga atau daun serta menjaga warna
simplisia. Pengeringan dengan cara ini dilakukan dengan mengapit bahan
simplisia dengan menggunakan kertas atau kanvas. Pengeringan ini relatif

9
ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus, namun untuk kapasitas
produksi skala besar tidak ekonomis.
Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang dilakukan, proses
pengeringan juga harus memperhatikan ketebalan dari simplisia yang
dikeringkan. Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sisa air yang
ada pada simplisia.
6. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Laksana, 2010).
Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian
disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan
dengan atau secara niekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jumlah akar
yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang masih
tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus atau dikemas.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.
Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak
beracun atau tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan
dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan
pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak
rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun
dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar
dari sinar matahari langsung.
Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun
karung goni. Bahan cair menggunakan botol kaca, atau guci porselen. Bahan
beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah.

10
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan
simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara
lain:
 Cahaya matahari
 Oksigen atau udara
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga
 Kapang
Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan penyimpanan adalah
suhu dan kelembapan udara. Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah
suhu kamar (15° - 30°C). Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat
disimpan pada suhu (5 - 15°C) atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu
dingin (0° - 5°C).
8. Pemeriksaan mutu simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima
harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia
seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope
Indonesia ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.
Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Secara organoleptik
Adalah cara pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa pada lidah dan
tangan, kedang-kadang pengamatan dengan pendengaran, dalam hal ini
diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan-
retakan atau gambaran-gambaran dan susunan bahannya. Pemeriksaan
secara organoleptis harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan

11
pemeriksaan dengan cara lain, karena pada umumnya pemeriksaan baru
dilanjutkan bila penilaian organoleptic memberikan hasil yang baik. Pada
pemeriksaan bentuk serbuk, pemeriksaan secara mikroskopik dan
organoleptic dilakukan secara serentak.
b. Secara mikroskopik
Umumnya dilakukan pengamatan terhadap irisan melintang dan
terhadap serbuk
c. Secara fisika
Meliputi penetapan daya larut, bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, titik
beku, kadar air, sifat-sifat simplisia dibawah sinar ultra violet, pengamatan
mikroskopik dengan sinar polarisasi dan lain sebagainya.
d. Secara kimia
Yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa
reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan
terlebih dahulu diadakan isolasi terhadap zat yang dikehendaki, misalnya
isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan
secara kimia yang bersifat kualitatif disebut penetapan kadar.
D. Contoh Simplisia Tumbuhan
1. Simplisia Daun Bandotan
Tanaman bandotan yang memiliki nama ilmiah Ageratum conyzoides L
masuk ke dalam family Asteraceae dan salah satu dari genus Ageratum.
Tanaman ini bisa ditemukan didaerah tropis dan subtropik seperti Indonesia.
Keberadaan tanaman ini di Indonesia cukup mudah untuk ditemukan khususnya
di daerah Jawa dan Sumatera. Tanaman ini mempunyai beberapa sebutan di
berbagai daerah seperti bandotan sering digunakan di pulau Jawa dan Dus
Wedusan di pulau Madura.

12
a. Klasifikasi Daun Tandotan
Tanaman Bandotan memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.
Klasifikasi tanaman Bandotan:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.

b. Morfologi Daun Bandotan


Bandotan mempunyai jenis daun yang bertangkai tunggal, letaknya
bersilang dan berhadapan. Daun bandotan memiliki bentuk bulat telur yang
pada bagian panggkalnya membulat dengan ujung yang runcing. Tepian
daun bandotan bergerigi, umunya memiliki ukuran lebar 0,5-6 cm, dan
panjang 1-10 cm, bagian permukaan atas maupun bawah daun mempunyai
rambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun,
warnanya hijau.

13
c. Kandungan Kimia Daun Bandotan
Daun bandotan dengan esktrak etanol 96% teridentifikasi golongan
senyawa yaitu flavonoid, triterpenoid, minyak atsiri dan saponin (Solizhati,
2010). Hal tersebut juga dilaporkan oleh Amadi et al., (2012), yang
menyebutkan bahwa bandotan memiliki senyawa flavonoid.
Manfaat dari tumbuhan ini umumnya dimanfaatkan sebagai obat bisul,
luka luar yang berdarah, eksema, serta digunakan untuk mengobati beberapa
jenis penyakit infeksi dari bakteri. Selain itu bandotan umumnya juga
digunakan sebagai perawatan rambut, diuretik, dan penyegar badan (Depkes,
1979; Syamsuhidayat & Hutapea, 1991; Wijayakusuma, 1994). Dan juga
ekstrak daun etanol 96% bisa dimanfaatkan sebagai antimikroba (Gunawan
& Mulyani, 2004). Ektrak daun bandotan dengan etanol 96% juga
mempunyai manfaat sebagai antivirus (Solizhati, 2010). Contoh obat dari
bandotan yang beredar dipasaran adalah Veggie Herbal (Ageratum
Conyzoides)

14
2. Simplisia Daun Katuk
Daun katuk adalah spesies tumbuhan yang banyak terdapat di asia
tenggara termasuk kedalam genus sauropus dalam suku phuyllantacheae.
Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai mani cai (Tionghoa),
cekur manis (Melayu), dan rau ngot (Vietnam). Daun katuk merupakan sayuran
minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu (ASI).
a. Klasifikasi Daun Katuk
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynous

b. Morfologi Daun Katuk


Daun katuk merupakan tanaman herba dengan tinggi 50cm hingga
3,5m yang banyak ditemui di negara Asia Tenggara, tersebar di negara
beriklim tropis. Tanaman katuk memiliki susunan dengan cabang agak lunak
dengan daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong
sampai bundar dengan panjang 2,5cm dan lebar 1,25-3cm.
c. Kandungan Kimia Daun Katuk
Pada ibu menyusui yang mengonsumsi ekstrak daun katuk, sebanyak
70% dari ibu menyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga melebihi

15
kebutuhan bayinya. Sedangkan pada ibu yang tidak mengonsumsi ekstrak
daun katuk hanya 6,7% yang mengalami kenaikan produksi ASI hingga
melebihi kebutuhan bayinya.
Daun katuk merupakan alternatif pengobatan yang potensial karena
memiliki banyak vitamin dan nutrisi. Senyawa aktif yang efektif pada
kandungan daun katuk meliputi karbohidrat, protein, glikosida, saponin,
tannin, flavonoid, steroid, dan alkaloid yang berkhasiat sebagai antidiabetes,
antiobesitas, antioksidan, menginduksi laktasi, antiinflamasi dan anti
mikroba. Beberapa contoh manfaat daun katuk antara lain memperbanyak
ASI, mengobati demam, borok dan bisul. Contoh obat dari daun katuk yang
beredar dipasaran adalah Asifit

3. Simplisia Rimpang Kunyit


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(parenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar hutan atau bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1.300-1.600 mdpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal
dari India. Kata curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani
Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai
cyperus menyerupai jahe tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak
beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di
India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filifina.

16
a. Klasifikasi Rimpang Kunyit
Kingdom : Plantae
Kelas : Lillopsida
Divisi : Magnoliopsida
Genus : Curcuma
Famili : Zingiberaceae
Ordo : Zingiberales
Spesies : Curcuma Longa

b. Morfologi Rimpang Kunyit


Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna
hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun
tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40cm, lebar 8-
12,5cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga
majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-
15cm dengan mehkota sekitar 3cm dan lebar 1,5cm berwarna putih atau
kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecokelatan, daging buah merah jingga kekuning-
kuningan.
c. Kandungan Kimia Rimpang Kunyit
Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia yaitu zat warna kuning
atau yang disebut kurkuminoid, minyak atsiri, resin desmetoksilkurkumin,

17
oleoresin, dan bidesmetoksikurkumin. Kandungan kurkuminoid pada kunyit
dapat bersifat sebagai antioksidan, dimana dapat mencegah kerusakan sel-sel
yang diakibatkan radikal bebas. Selain itu kurkuminoid juga dapat menjadi
antiinflamasi. Contoh obat dari rimpang kunyit yang beredar dipasaran:

E. Contoh Pembuatan Simplisia


1) Pengumpulan bahan baku
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan menggunakan tangan
atau alat. Dalam pengumpulan pemetik harus memerhatikan specimen mana
yang akan di jadikan sebagai sampel serta perlu memerhatikan cara
pengambilan spesimennya. Waktu pengumpulan atau panen Kadar kandungan
zat aktif suatu simplisia di tentukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian
tanaman yang di gunakan dan tempa tumbuhnya, pada umumnya waktu
pengambilan bahan yaitu bagian daun bandotan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum buah menjadi masak,tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya
saat reaksi fotosintesis sempurna antara pukul 09.00-12.00.

18
2) Sortasi basah
Memisahkan atau membersikan daun yang rusak, kotoran dan benda
asing yang menempel pada daun bandotan

3) Pencucian
Pencucian dilakukan di air mengalir dan bersih, jangan terlalu lama
karena dapat menghilangkan kandunga zat aktifnya. Specimen tidak boleh di
cuci pada air yang tergenang karena dapa terkontaminasi dengan kotoran dan
mengurangi kandungan nya.

4) Perajangan
Daun yang sudah dicuci kemudian dipotong atau diiris dimana fungsinya
untuk mempercepat pengeringan dan mempermudah pada proses penggilingan.
Perlu diingat bahwa potongan atau irisan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu
tipis, karena akan mempengaruhi proses pengeringan dan juga kandungan air
pada simplisia.

19
5) Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan dengan beberapa yakni, diangin-anginkan,
paparan sinar matahari secara tidak langsung dan menggunakan oven
pengeringan. Proses pengeringan dilakukan sampai memperoleh kadar air <
10%.

6) Sortasi kering
Memisahkan kotoran dan benda asing dari specimen yang telah di
keringkan baik itu berupa daun, batu dan sebagainya.

20
7) Pengepakan dan penyimpanan
Specimen yang telah kering di simpan pada wadah yang steril dan bersih
agar tidak terjadinya reaksi yang dapat mengubah bau, warna dan rasa dari
simplisia.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia tumbuhan adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman atau gabungan dari ketiganya. Eksudat tanaman adalah
isi yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dikeluarkan dari
tanamannya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.
Contoh simplisia tumbuhan adalah Daun bandotan dengan contoh obat
Veggie Herbal (Ageratum Conyzoides), Daun katuk dengan contoh obat Asifit,
dan Rimpang kunyit dengan contoh obat Esemag.
Metode pembuatan simplisia adalah
1. Pemilihan bahan baku
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan dan penyimpanan

22
DAFTAR PUSTAKA
Endarini, L. H. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Hartanto S, Fitmawati, Sofiyanti N. 2014. Studi etnobotani famili Zingiberaceae
dalam kehidupan masyarakat lokal di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan
Singingi,Riau. Biosaintifika. 6(2): 98- 108.doi:10.15294/biosaintifika.v6i2.3105
Irwanta, E., Hikmat, A., & Zuhud, E. A. (2015). Keanekaragaman simplisia nabati
dan produk obat tradisional yang diperdagangkan di Kabupaten Pati, Jawa
Tengah. Media Konservasi, 20(3).
Laksana, Toga, dkk, 2010, Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia, UGM,
Yogyakarta.
Majid, T. S. (2018). Aktivitas Farmakologi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus
androgynous (L.) Merr). Farmaka, 16(2).
Prabowo, H., Cahya, I. A. P. D., Arisanti, C. I. S., & Samirana, P. O. (2019).
Standardisasi Spesifik dan Non-Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol 96%
Rimpang Kunyit (Curcuma domesstica val.) Jurnal Farmasi Udayana, 8(1), 29-
35.
Prasetyo & Entang. 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Simplisia). Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB : Bengkulu.
Shan, C. Y., & Iskandar, Y. (2018). Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit.
Susanti, N. M. P., Budiman, I. N. A., & Warditiani, N. K. (2014). Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol 90% Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr). Jurnal
Farmasi Udayana, 3(1), 279778
Swari E. 2015. Simplisia nabati dan produk obat tradisional yang diperdagangkan di
Kota Magelang, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Petanian Bogor
Utami, M., Widiawati, Y., & Hidayah, H. A. (2013). Keragaman dan pemanfaatan
simplisia nabati yang memanfaatkan di Purwokerto. Majalah Ilmiah Biologi
BIOSFERA: Jurnal Ilmiah, 30 (1), 15-24.

23

Anda mungkin juga menyukai