PRODI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan karunia -Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini yang berjudul “UU No. 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian”.
Dengan ini saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Lalu Mariawan Alfarizi.
M.H.Kes.,Ch.Cht selaku dosen pembimbing mata kuliah UU dan Etika Kesehatan.
Saya ucapkan terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini. Semoga tugas yang saya buat dapat bermanfaat bagi saya
pribadi maupun pihak yang membaca.
Saya menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusah Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tahap pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pemerintah melakukan upaya-
upaya pelayanan terhadap masyarakat sebagai wujud dan penyelenggaraan
kepentingan umum. Kesehatan menurut undang-undang kesehatan RI no 36
Tahun 2009 : Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,
maupun sosial yang memengkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
1
undangan agar memberikan kepastian hukum bagi pasien dan tenaga kefarmasian
(PP 51 Tahun 2009 pasal 4.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditulis, dirumuskan masalah
apakah isi yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tantang Pekerjaan Kefarmasian baik fungsi, posisi dan materi yang terkandung
dalam peraturan perundang-undangan, Definisi serta masalah yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang disetujui ?
C. Tujuan
Bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah apakah isi yang
terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tantang Pekerjaan
Kefarmasian baik fungsi, posisi dan materi yang terkandung dalam peraturan
perundang-undangan, Definisi serta masalah yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang disetujui.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PP No. 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Ada dua yang harus dilakukan untuk dibahas PP 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian sebagai peraturan perundang-undangan dan implementasi
di bidang kesehatan dan farmasi. Pertama, bahas dan pahami fungsi, posisi dan
materi yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan. Kedua, Resolusi
dan definisi berbagai masalah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang disetujui.
Pertama, Pemahaman yang membahas tentang maksud dan tujuan
lahirnya suatu peraturan-undangan adalah yang berkaitan dengan latar belakang
dan urgensi lahirnya peraturan-peraturan-undangan tersebut. Dari sini dapat
ditentukan berbagai peraturan dari Undang-Undang yang disetujui dan lembaga
mana yang memiliki izin untuk membuat berbagai peraturan pelaksanaanya.
Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan mengatur jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan
adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945
2. UU / PERPU
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan daerah.
3
Fungsi Peraturan Pemerintah adalah:
4
Dalam konteks PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
pengertian yang akan dibahas lebih lanjut adalah:
5
Amanat pada Pasal 63 ayat (2) inilah yang menjadi dasar hukum
pembentukan PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, proses penantian
hingga lahirnya membutuhkan waktu 17 tahun. Ironisnya, pada saat kompilasi PP
51 diundangkan 1 September 2009, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
juga sedang dalam proses pengesahan menjadi Undang-Undang. Dalam Undang-
Undang Kesehatan yang baru disahkan, istilah Kefarmasian tidak didefinisikan.
Istilah yang digunakan adalah “Praktik Kefarmasian” yang definisi tidak dijumpai
dalam Ketentuan Umum. Pasal 108 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Praktik
Kefarmasian yang memuat pembuatan persetujuan pengadaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pemberian obat
atas resep dokter, bantuan informasi obat pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Selanjutnya diamanatkan ketentuan tentang ketentuan pelaksanaan
kefarmasian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.Dengan mengacu pada
Pasal 203 UU Kesehatan tahun 2009 tentang Ketentuan Peralihan, pertanyaan
mendasar yang perlu dijawab berkenaan dengan PP 51 adalah apakah PP ini
membahas tentang Pekerjaan Kefarmasian atau Praktik Kefarmasian ?, atau apa
yang menggunakan aplikasi yuridis penggunaan “Praktik Kefarmasian ”Pada UU
Kesehatan 2009 terhadap Peraturan Pelaksanan dalam bentuk Peraturan
Pemerintah seperti diamanatkan Pasal 108 ayat (2) UU Kesehatan tahun 2009 ?.
PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga menggunakan
bergantian penggunaan Pekerjaan Kefarmasian dan Praktik Kefarmasian dengan
maksud menunjuk pada subjek dan objek hukum yang sama. Bedanya istilah
Pekerjaan didefinisikan dengan jelas pada Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (1),
sedangkan istilah Praktik Kefarmasian tidak didefinisikan. Kerancuan ini juga
terbaca pada Penjelasan PP 51 tahun 2009 yang menyatakan "perangkat hukum
yang disetujui penyelenggaraan kefarmasian yang diterima belum memenuhi ...."
dan selanjutnya dinyatakan, dalam Peraturan Pemerintah ini, menetapkan Asas
dan Tujuan Pekerjaan Kefarmasian.
6
C. Pelayana Kefarmasian
Dalam PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dikenalkan
istilah “Pelayanan Kefarmasian”, yang didefinisikan sebagai “suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien”. Dalam PP ini tidak dijelaskan apa yang dilakukan Apoteker
dan atau Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan Pelayanan Kefarmasian.
Sedikit penjelasan dapat dilihat dari pengertian Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
yaitu “sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian,
yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau
praktek bersama”.
Pertanyaan akan timbul: apakah Pelayanan Kefarmasian merupakan
bagian dari Pekerjaan Kefarmasian, atau Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu
bentuk aktifitas apoteker dan atau Tenaga Kefarmasian yang berdiri sendiri?. Hal
ini akan semakin rancu jika merujuk pada pengertian Apotek dalam PP 51 tahun
2009, yang menyatakan bahwa “Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan Praktek Kefarmasian oleh Apoteker”, yang pengertiannya lain
dari “mainstream” pengertian Apotek yang selama ini dipahami profesi apoteker,
yaitu “suatu tempat tertentu, tempat dilakukan Pekerjaan Kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat”, dan yang berhak melakukan
Pekerjaan Kefarmasian adalah Apoteker.
7
Pada saat keluarnya Permenkes ini, berbagai ketentuan tentang apotek dan
toko obat menjadi rancu dan saling bertabrakan. Tidak ada satupun aturan dan
ukuran yang menjadikan dasar yang membedakan apa itu “Apotek Rakyat” dan
“Apotek”, apakah Ketenagaan, Omset, Ketersediaan Obat, Lokasi atau lainnya.
Yang ada hanyalah perbedaan pelayanan kefarmasian (pekerjaan kefarmasian)
yang bisa dilakukan seluruhnya oleh apoteker dan atau tenaga kefarmasian di
Apotek, sedangkan di Apotek Rakyat tidak diperkenankan “melakukan
peracikan”.
Jika dilakukan penelusuran terhadap materi muatan peraturan perundang-
undangan yang secara vertikal berada di atas Permenkes tentang Apotek Rakyat,
maka tidak ada satu pasalpun yang mengamanatkan pembentukan Apotek Rakyat.
Jika dikaitkan dengan definisi Apotek Rakyat yang berarti “Sarana Kesehatan…
dst”, maka merujuk pada Pasal 1 huruf (4), juncto Pasal 56 ayat (1) UU No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan, maka yang disebut dengan “Sarana Kesehatan”
adalah: Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah sakit Umum,
Rumah Sakit Khusus, Praktik Dokter, Praktik Dokter Gigi, Praktik Dokter
Spesialis, Praktik Dokter Gigi Spesialis, Praktik Bidan, Toko Obat, Apotek, PBF,
Pabrik Obat dan Bahan Obat, Laboratorium, Sekolah dan Akademi Kesehatan,
Balai Pelatihan Kesehatan dan Sarana Kesehatan lainnya.
Jika mengacu pada Pasal 19 PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian yang menyatakan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa: a.
Apotek, b. Instalasi Farmasi Rumah Sakit, c. Puskesmas, d. Toko Obat; atau f.
Praktek Bersama, maka pada dasarnya keberadaan Apotek Rakyat tidak
diakomodir oleh PP 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
8
Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di 3
(tiga) apotek, atau Puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.
9
Dipihak lain, pada Pasal 24 huruf (b) Apoteker juga diberikan
kewenangan melakukan penggantian obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/ atau pasien. Penggantian obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada pasien yang kurang mampu secara finansial untuk tetap dapat membeli
obat dengan mutu yang baik.
10
dokter yang mau mendapatkan Surat Izin Praktik, dan melakukan pembinaan dan
pengawasan bagi dokter yang menjalankan praktik kedokteran.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada dua yang harus dilakukan untuk dibahas PP 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian sebagai peraturan perundangundangan dan implementasi
di bidang kesehatan dan farmasi. Pertama, bahas dan pahami fungsi, posisi dan
materi yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan. Kedua, Resolusi
dan Definisi berbagai masalah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang disetujui.
Pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1, Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengadaan Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
perawatan obat resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://slideplayer.info/slide/11865330/
https://www.academia.edu/40740764/PP_No.51_Tahun_2009_tentang._Pekerjaan
_Kefarmasian
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/51tahun2009pp.htm
https://archive.org/stream/PPNo.51Th2009TtgPekerjaanKefarmasian/PP+No.+51+T
h+2009+ttg+Pekerjaan+Kefarmasian_djvu.tx
13
Soal
14
Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien”.
15
rumah sakit. Sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan
praktik paling banyak di 3 (tiga) apotek, atau Puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit.
16