BIOLOGI MOLEKULER
Prinsip Pengurutan DNA
OLEH
MUHAMMAD AHSAN
P2500215011
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang
peranan sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya
tersimpan informasi genetik. DNA atau DeoxyriboNucleic Acid merupakan
asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA
inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus
dari manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print) ciri khas
manusia yang dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga
dalam tubuh seorang anak komposisi DNA nya sama dengan tipe DNA
yang diturunkan dari orang tuanya.
Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena tersusun
dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida
mempunyai struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa
nitrogen atau basa nukleotida (basa N). Ada dua macam asam nukleat,
yaitu asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam
ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA). Dilihat dari strukturnya,
perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama terletak
pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah
ribosa, sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan
satu atom O pada posisi C nomor 2 sehingga dinamakan gula 2deoksiribosa Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA adalah
pada basa N-nya. Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA,
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Sekuensing DNA
Pada
mulanya,
sekuensing
DNA
dilakukan
dengan
kali
dipublikasikan.
Sekuens
DNA
yang
pertama
kali
reaksi hibridisasi
dengan
memperlihatkan
fragmen
pelacak
hasil positif
sangat
diduga
prinsipnya
melibatkan
produksi seperangkat
molekul/fragmen
elektroforesis
gel
poliakrilamid
atau
polyacrylamide
gel
ukurannya.
Selanjutnya,
basa dimodifikasi
menggunakan
lajur kedua
terdapat pita-pita
yang
dengan posisi migrasi pada lajur pertama, maka dapat dipastikan bahwa
pita-pita tersebut merupakan fragmen yang salah satu ujungnya adalah G.
Sisanya adalah pita-pita yang merupakan fragmen dengan basa A
pada salah satu ujungnya. Cara yang sama dapat kita gunakan untuk
memastikan pita-pita pada lajur ketiga, yaitu dengan membandingkannya
dengan pita-pita pada lajur keempat.
Seperti halnya pada elektroforesis gel agarosa, laju migrasi pita
menggambarkan ukuran fragmen. Makin kecil ukuran fragmen, makin
cepat migrasinya. Dengan demikian, ukuran fragmen pada contoh
tersebut di atas dapat diurutkan atas dasar laju/posisi migrasinya. Jadi,
kawan pada tahun 1977 juga. Chain termination method (Sanger et al.,
1977): urutan molekul DNA untai tunggal ditentukan dengan sintesis rantai
polinukleotida komplementer secara enzimatis.
Dewasa ini, hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan
menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick
Sanger dan rekan-rekannya. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau
penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens
tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.
Pada metode terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau
ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan
menggunakan
oligonukleotida
pendek
yang
disebut
primer
yang
rendah
(biasanya
di-deoksinukleotida).
Penggabungan
gelas berjari-jari kecil (pipa kapiler) yang diisi dengan polimer kental.
Metode Sanger pada dasarnya memanfaatkan dua sifat salah
satu subunit enzim DNA polimerase yang disebut fragmen klenow.
Kedua
sifat
membedakan
pemikiran
dideoksi dilakukan
itu
pada
sekuensing
empat
DNA
reaksi
menggunakan
yang
terpisah.
sejumlah
fragmen
DNA
yang
diperoleh
fragmen-fragmen
DNA
dengan
berbagai
ukuran
yang
tiga
dan
tujuh
basa;
tabung ddCTP
menghasilkan
tiga
fragmen dengan ukuran satu, dua, dan empat basa; tabung ddGTP
menghasilkan dua fragmen dengan ukuran lima dan sembilan basa;
tabung ddTTP menghasilkan dua fragmen dengan ukuran enam dan
delapan basa. Di depan (arah 5) tiap fragmen ini sebenarnya terdapat
primer, yang berfungsi sebagai prekursor reaksi polimerisasi sekaligus
untuk kontrol hasil sekuensing karena urutan basa primer telah
diketahui.
Untuk melihat ukuran fragmen-fragmen hasil sekuensing tersebut
dilakukan elektroforesis menggunakan gel poliakrilamid sehingga akan
terjadi perbedaan migrasi sesuai dengan ukurannya masing-masing.
Setelah ukurannya diketahui, dilakukan pengurutan fragmen mulai dari
yang
yang
paling
Langkah Kerja
cetakan.
Penempelan (annealing) primer pada DNA cetakan.
Reaksi perpanjangan rantai dengan bantuan enzim DNA polimerase.
Inkorporasi dNTP dan ddNTP pada rantai yang diperpanjang.
Elektroforesis pita DNA yang baru disintesis menggunakan gel
poliakrilamid. Setelah elektroforesis urutan DNA dapat dibaca langsung
dari posisi pita pada gel . Pita yang bergerak paling jauh merupakan
pita DNA terkecil.
33
P atau
35
S karena
Gambar
5. Hasil
Automatic chain termination
II.6 SSCP
Metoda untuk mendeteksi mutasi 1 basa pada suatu untai DNA
tunggal dari suatu gen.
Prinsip Kerja
Terjadinya perubahan konformasi untai DNA tunggal akibat adanya
mutasi yang terdeteksi dari posisi pita DNA dalam gel poliakrilamid.
Langkah Kerja
Aplifikasi gen yang akan diamati dengan PCR. Denaturasi DNA untai
ganda menjadi untai tunggal. Elektroforesis DNA untai tunggal dalam gel
poliakrilamide selama 4 jam. Visualisasi pita-pita DNA dengan
pewarnaan perak nitrat.
untuk
sekuensing
genom
ukuran
besar,
namun
proses
ribu
pasang
basa
sekaligus.
Biasanya
proyek-proyek
bertahun-tahun
oleh
telah
para ilmuwan
di
banyak
seluruh
sekuens
dunia,
DNA
dan
yang
saat
ini
dahulu
untuk
keperluan
pangkalan
data
publik sebelum
informasi tentang
dengan
kecepatan
yang
kian
baru
terus
itu,
beberapa
perusahaan
RNA
mempunyai
dan
protein.
pangkalan data
sekuens
mengetahui
beberapa
yang
telah terlebih
dahulu
perangkat
lunak,
misalnya
paket
GCG
Universitas
sejumlah
organisasi
telah
fag telah
yang diluncurkan
pada
tahun
1990
dan
sebenarnya
lokus-lokus
gen
pada
tiap
kromosom.
Selanjutnya,
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
fragmen-fragmen
tersebut
kita
dapat
menarik
kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sawant SV, Singh PK, Gupta SK, Madnala R and Tuli R. 1999.
Conserved nucleotide sequences in highly expressed genes in plants.
Journal of Genetics. Vol. 78 (2). 123-13.
2. Campbell, Reece dan Mitchel. 2002. Biologi Terjemahan edisi kelima
jilid 1. Jakarta. Erlangga
3. Yuwono T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta. Erlangga