OLEH : KELOMPOK V
SARDIYANTO F201901071
SULISTIAWATI F201901057
Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-
Nya penulis dapat menyusun makalah ini yang menurut penulis bisa
dimanfaatkan untuk hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam
UNDANG – UNDANG KESEHATAN
Makalah ini penulis susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang
penulis dapatkan dan penulis mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi
sebuah karya tulis ilmiah sederhana yang berbentuk makalah. Selama proses
pembuatan makalah ini, banyak hal yang penulis dapatkan, termasukPeraturan
undang-undang kesehatan yang mencakup tenaga kefarmasiian dan pelayanan
kefarmasian, uji hipotesis, surat tanda registrasi dan surat izin praktek.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………..
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN.
PEMBAHASAN
Salah satu aturan yang semakin mempertegas pentingnya memiliki STR bagi
tenaga kesehatan adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46 Tahun
2013 tentang registrasi Tenaga Kesehatan, Pasal 2 menyebutkan:
Dari pasal 2 ayat 1 dan 2 diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa STR
menjadi syarat mutlak bagi tenaga kesehatan untuk bisa menjalankan praktik
atau pekerjaan sesuai dengan profesinya.
Sementara pada ayat 4 juga disebutkan bahwa sebelum mendapatkan STR,
tenaga kesehatan harus mengantongi sertifikat kompetensi yang bisa
didapatkan melalui uji kompetensi.
Surat Izin Praktik (SIP) merupakan bukti tertulis yang secara sah diberikan
oleh pemerintah daerah kepada Tenaga Kesehatan (Nakes) sebagai tanda telah
diberi kewenangan untuk menjalankan praktik. Terdapat dua fungsi utama Surat
Izin Praktik, yakni:
Pertama, Surat Izin Praktik berfungsi sebagai penerbit. Dengan SIP, segala
bentuk kegiatan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kesehatan,
dapat dimonitor dengan baik. Selain itu, SIP dapat mencegah bentuk
kegiatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,
ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud.
Kedua, Surat Izin Praktik berfungsi sebagai pengatur. SIP berfungsi sebagai
salah satu instrumen hukum yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Mekanisme dari SIP sendiri bisa kita liat pada Surat Izin Praktek Apoteker
Kefarmasian pada Kemenkes Nomor 889 Tahun 2011 tentang REGISTRASI, IZIN
PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN Pasal 1 Ayat 11 menyatakan
bahwa Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian dan pada Pasal 8 Ayat 1juga
menyebutkan bahwa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas
kefarmasian saja.
Cara untuk memperoleh SIPA sendiri sudah tertera pada Kemenkes RI Nomor
889 Tahun 2011 tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA
KEFARMASIAN pasal 21 Ayat 1 sampai Ayat 4 yang menyatakan sebagai berikut:
Terdapat juga ha-hal yang dapat membuat SIPA dicabut, menurut Kemenkes RI
Nomor 889 Tahun 2011 pada Pasal 23 Ayat 1 menyatakan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA, SIKA atau SIKTTK karena:
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Pada pernyataan yang telah terpapar diatas dapat kita simpulkan bahwa:
Kemennkes RI, (2011) Peraturan Mrntri Kesehatan RI. Nomor 889 Tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik dan Kerja Tenaga Kefarnasian
KELOMPOK 5
DI SUSUN OLEH :
Sulistiawati (F201901057)
Kristina Dewi Sartika (F201901056)
Sardiyanto (F201901071)
1. Penanya :
NIM: F201901075
KELOMPOK: 1
Di kutip dari hasil pembahasan yang pemateri katakan perihal STR atau Surat tanda registrasi dan
Surat izin praktik apabila seseorang apoteker melakukan pelanggaran hukum maka hal tersebut
berhak di cabut, bisakah Paparkan pelanggaran-pelanggaran seperti apa itu dan selain
pencabutan berkas tersebut apakah ada hal lain yang akan di tanggung oleh apoteker tersebut
selain dari pencabutan berkas dan pemberian hukum melalui pengadilan?
Penjawab :
Nim. : F201901080
Jawaban :
Di mana jika seorang apoteker dengan sengaja atau tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi
kode etik opeteker maka dia wajib mengakui dan menerima sangsi dari pemerintah
ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya dan mempertanggung jawabkan kepada
Tuhan yang maha esa.
Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker di kenakan sangsi organisasi berupa
pembinaan, peringatan pencabutan ke anggotaan sementara dan pencabutan ke anggotaan tetap
sebagaimana di atur dalam Peraturan mentri kesehatan nomor 9 tahun 2014.
2. Penanya
Nim : F201901072
Kelompok : 1
Pada bagian kesimpulan yaitu tentang Tenaga kefarmasian merupakan bagian dari tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan sediaan farmasi atau
pekerjaan farmasi karena sesuai dengan keterampilan, kompetensi dan kewenangan yang
diberikan perundang-undangan.
jadi pertaanyaan sya yaitu tolong jelaskan sangsi apa yang akan di berikan jika seorang tenaga
kefarmasian tersebut lalai/salah dalam memberikan obat kepada pasien. serta bagaimana
perlindungan hukum bagi pasien bila terjadi kelalaian yang di lakukan oleh tenaga kefarmasian
atau apoteker tersebut!
Penjawab :
Nim. : F201901080
Kelompok : 5
Jawabnya:
Saksi yang di berikan apabila tenaga kefarmasian lalai dalam memberikan obat kepada Persien
yaitu :
Sesuai ketentuan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Ketentuan Pidana Pasal 84,
sanksi yang diberikan:
a) Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
sebgai pelaku usaha terikat pada ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan pada
tahap penanganan perkara diawali dengan mediasi dan pengajuan gugatan pada Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yang kemudian dapat diajukan keberatan pada pengadilan
umum.
2. Tanggungjawab dan sanksi yang di terapkan bagi tenaga kesehatan ataupun apoteker yang
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam memberikan obat sehingga mengakibatkan pasien
atau dalam hal ini konsumen menderita kerugian materi, fisik bahkan sampai meninggal dunia
maka sanksi yang dapat diberikan adalah sanksi administrasi berupa teguran sampai pembekuan
izin tenaga kesehatan kemudian sanksi keperdataan berupa ganti rugi dalam hal perbuatan
melawan hukum dan wanprestasi bahkan sanksi pidana berupa hukuman fisik yaitu pemenjaraan
dalam waktu tertentu.
Sehingga untuk pelindunga hukum kelalaian dan kesalahan dalam pemberian obat pada pasien
selaku konsumen maka dalam hal ini konsumen yang merasakan dampak dari kesalahan pemberi
jasa pengobatan yang lalai dalam menjalankan fungsi kesehatan yang sebagaimana mestinya
dapat mengajukan gugatan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagaimana
diatur dalam Pasal 52 huruf I Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) jo. Pasal 3 huruf I
SK Menteri perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, gugatan dijatuhkan
paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak gugatan diterima di Sekretaris
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), di mana hari kerja ini sudah termasuk 10
(sepuluh) hari kerja.
Sifat dari putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bersifat Final dan mengikat. Kata
”Final” di situ menurut Penjelasan Pasal 54 ayat (3) Undang-undang Perlindungan Konsumen
(UUPK) bahwa tidak ada upaya hukum banding atau kasasi atas putusan Majelis Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
3. PENANYA :
Nim : F201901086
Kelompok : 3
Ditujukan ke : kelompok 5
PERTANYAAN :
Jelaskan apa itu Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (APDFI) dengan LPUK nakes,
serta jelaskan mengapa uji kompetensi harus dilaksanakan dibawah koordinasi tersebut ?
Penjawab :
Nim : F201901076
Kelompok : 5
APDFI Merupakan asosiasi yang mewadahi sarana komunikasi, tempat berbagi pengalaman serta
kerjasama antar penyelenggara pendidikan Diploma bidang Farmasi serta mempunyai tujuan
untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan diploma farmasi dan diploma analisa farmasi dan
makanan di Indonesia.
LPUK-Nakes bertujuan untuk menjamin mutu lulusan pendidikan tinggi kesehatan melalui
pengembangan uji kompetensi. Sehingga inti kegiatan LPUK-Nakes adalah pengembangan
metode Uji Kompetensi, bukan penyelenggaraan uji kompetensi.
Pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 83 Tahun 2013 Pasal 1 ayat 4 (empat) “Uji Kompetensi dilakukan oleh perguruan tinggi
bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi”.
Berdasarkan peraturan tersebut, kewenangan penyelenggaraan uji kompetensi tidak
dilaksanakan di LPUK-Nakes, namun sesuai dalam kondisi tertentu seperti disebutkan dalam
Tugas dan Kewenangan LPUK-Nakes, LPUK-Nakes dapat melaksanakan dan/ atau mensupervisi
pelaksanaan uji kompetensi.
Pelaksanaan uji kompetensi di maksudkan sebagai sarana untuk mendapatkan bukti-bukti yang
valid, berlaku sekarang/terkini/serta otentik sebagai dasar apakah peserta uji sudah kompeten
atau belum kompeten terhadap unit kompetensi yang diujikan.
4. Penanya
Nama : Noprilianti
Nim : F201901081.
Pertanyaan : jelaskan maksud dari Surat Izin Praktik berfungsi sebagai pengatur. Pengatur yang
dimaksud disini seperti apa. dan jelaskan juga mengapa SIP dikatakan sebagai salah satu
instrumen hukum yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan ?
Penjawab :
Nim. : F201901080
Jawaban
Fungsi dari perzinaan praktik Perizinan berperan sebagai instrumen hukum sikap tindak
administrasi negara di mana fungsi hukum adalah sebagai berikut :
1. Direktif, sebagai pengarah untuk membentuk masyarakat yang dicita-citakan sesuai dengan
tujuan kehidupan bernegara.
3. Perspektif, sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak administrasi negara dan sikap
tindak warga negara jika terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
4. Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik administrasi negara dan warga negara jika
terjadi pertentangan hak dan kewajiban guna mendapatkan keadilan.
Alasan SIP dikatan sebagai salah satu instrumen hukum yang penting dalam pemerintah karna SIP
merupakan bukti tertulis yang di berikan oleh dinas kesehatan kepada tenaga medis dan tenaga
kesehatan sebagai ke wajibkan untuk menjalankan praktek sebagaimana diatur dalam undang-
undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dan Peraturan mentri kesehatan tentang
surat izin praktek setiap profesi.
Nim : F201901095
Penjawab
Nim : F201901056
Kelompok 5
STR bagi tenaga kesehatan adalah peraturan menteri kesehatan RI nomor 46 tahun 2013 tentang
registrasi tenaga kesehatan, pasal 2 menyebutkan setiap tenaga kesehatan yang akan
menjalankan praktik atau pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki izin dan pemerintah. Dimana
kegunaan STR yaitu dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan sesuai dengan bidangnya.
Disini saya akan jelaskan bahwa STR untuk Tenaga kesehatan itu ada beberapa kesehatan yang
menggunakan STR contohnya bidan, perawat dan Kefarmasian. Disini saya akan jelaskan Contoh
STR untuk Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yaitu untuk membantu apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana farmasi, Analis farmasi dan asisten apoteker.
6. Penanya :
NIM : F201901053
Kelompok 2
Terdapat ha-hal yang dapat membuat SIPA dicabut, menurut Kemenkes RI Nomor 889 Tahun
2011 pada Pasal 23 Ayat 1 menyatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut
SIPA, SIKA atau SIKTTK karena melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan
rekomendasi KFN. Jelaskan pelanggaran yang termaksud dalam pelanggaran disiplin tenaga
kefarmarmasian berdasarkan rekomendasi KFN tersebut!
Penjawab:
Nama : sardiyanto
Nim : f201901071
Kelompok :5
Peraturan mentri kesehatan republik indonesia no 9 tahun 2017 tentang apotek
Contoh:
2. Tugas dan Tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.