Anda di halaman 1dari 6

UNDANG UNDANG KESEHATAN NO 17 TAHUN 2023

OLEH :

NURUL HUDAYAH K052231004

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023-2024
I. RESUME
Undang-undang No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan adalah undang-undang
baru yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2023.
Secara umum, Undang Undang ini memuat materi pokok mencakup Ketentuan
umum, Hak dan kewajiban, Tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Penyelenggaraan Kesehatan, Upaya Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Sumber
Daya Manusia Kesehatan, Perbekalan Kesehatan, Ketahanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, KLB dan Wabah, Pendanaan Kesehatan, Koordinasi dan sinkronisasi
penguatan system Kesehatan, partisipasi masyarakat, pembinaan dan pengawasan,
penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Undang-undang ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia dengan memperkuat system kesehatan nasional. Adapun ruang lingkup UU
No 17 Tahun 2023 sebagai berikut:
a) Negara menjamin hak setiap warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang
baik, sehat, serta sejahtera lahir dan batin demi tercapainya tujuan nasional dalam
kesehatan
b) Mengubah fokus dari pengobatan menjadi pencegahan

c) Memudahkan akses layanan kesehatan

d) Mempersiapkan sistem kesehatan yang tangguh menghadapi tantangan

e) Menyediakan ekosistem untuk pengembangan inovasi kesehatan dan


memperkuat peran kesehatan
f) Menyediakan ketentuan untuk obat-obatan alami
Beberapa hal penting yang terdapat dalam UU ini antara lain :
1. Sistem informasi kesehatan yang kuat : Undang-undang ini menekankan
pentingnya penggunaan teknologi informasi dalam meningkatkan efektivitas dan
efisiensi system kesehatan nasional. Hal ini tercermin dalam ketentuan-ketentuan
mengenai pengelolaan dan kesehatan dan integrasi sistem informasi kesehatan.
2. Penguatan sumber daya manusia : Undang-undang ini juga menekankan
pentingnya peningkatan jumlah dan mutu sumber daya manusia di bidang
kesehatan. Hal ini tercermin dalam ketentuan mengenai Pendidikan tenaga medis
dan tenaga kesehatan serta peningkatan transparansi dalam proses registrasi dan
lisensi.
3. Peningkatan akses layanan kesehatan : Undang-undang ini menekankan
pentingnya pemerataan akses layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Hal ini tercermin dalam ketentuan-ketentuan mengenai pengembangan fasilitas
pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
II. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN UU KESEHATAN YANG BARU

Terdapat sejumlah aspek yang diperbaiki dalam Undang-undang Kesehatan, antara lain:
– Mengubah fokus dari pengobatan menjadi pencegahan.
– Memudahkan akses layanan kesehatan.
– Mendorong industri kesehatan untuk mandiri di dalam negeri.
– Mempersiapkan sistem kesehatan yang tangguh menghadapi bencana.
– Meningkatkan efisiensi dan transparansi pembiayaan kesehatan.
– Memperbaiki kekurangan tenaga kesehatan.
– Menyederhanakan proses perizinan.
– Melindungi tenaga kesehatan secara khusus.
– Mengintegrasikan sistem informasi kesehatan.
– Mendorong penggunaan teknologi kesehatan yang mutakhir.

Pengesahan UU Kesehatan 2023 memiliki dampak penting, antara lain:


Penyederhanaan perizinan: Proses perizinan menjadi lebih mudah dengan STR berlaku
seumur hidup, mempercepat izin praktik tenaga kesehatan.
Peningkatan alokasi anggaran: Alokasi anggaran kesehatan meningkat dari 5% menjadi
10%, memberikan dana lebih untuk infrastruktur, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan.
Penguatan rantai pasok kefarmasian dan alat kesehatan: Prioritas penggunaan bahan
baku dan produk dalam negeri, mendorong perkembangan industri kesehatan di dalam
negeri.
Peningkatan jumlah dan pemerataan tenaga kesehatan: Peningkatan produksi dokter
spesialis dan pemerataan di daerah yang kurang tenaga medis.
Perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan: Memberikan perlindungan hukum khusus
terhadap kekerasan, pelecehan, dan perundungan terhadap tenaga medis.
Pemanfaatan teknologi kesehatan: Mendorong penggunaan teknologi biomedis dan
pelayanan kedokteran presisi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
kesehatan.

Beberapa kelemahan dalam Undang-Undang Kesehatan:


1. Keterbatasan Sumber Daya: Terkadang undang-undang kesehatan mungkin
menguraikan target dan sasaran yang ambisius tanpa menyediakan sumber daya
yang cukup untuk mencapainya. Ini dapat mengakibatkan kesenjangan dalam
implementasi.
2. Ketidaksetaraan Akses ke Layanan Kesehatan: Kekurangan undangundang bisa
terlihat dalam ketidaksetaraan akses ke layanan kesehatan. Misalnya, beberapa
kelompok masyarakat mungin kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan
yang berkualitas.
3. Tidak Memadainya Perlindungan terhadap Hak Pasien: Perlindungan terhadap
hak pasien, seperti privasi medis dan hak untuk mendapatkan informasi yang
memadai tentang perawatan kesehatan mereka, adalah aspek penting dalam
undang-undang kesehatan.
4. Pengawasan dan Penegakan Hukum yang Lemah: Undang-undang harus
didukung oleh mekanisme pengawasan dan penegakan hukum yang efektif
untuk memastikan kepatuhan dan akuntabilitas.
5. Keterlibatan Masyarakat yang Terbatas: Melibatkan masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan dapat menjadi kunci
keberhasilan, dan undang-undang mungkin kurang memadai dalam hal ini
6. Ketidakjelasan atau Ambiguitas: Undang-undang dapat menjadi ambigu atau
tidak jelas dalam beberapa aspek, yang dapat menyebabkan konfusi dalam
pelaksanaan dan penegakan hukum.
Kriminalisasi Tenaga Kesehatan dan Tenaga Medis Terdapat beberapa substansi dari
UU Kesehatan yang dianggap akan merugikan pekerja di sektor kesehatan. Salah satu
pasal kontroversial dalam UU Kesehatan Salah satu pasal kontroversial dalam UU
Kesehatan yaitu Pasal 440:
1. Ayat (1) UU Kesehatan yang menyatakan bahwa, setiap tenaga medis atau
tenaga kesehatan yang melakukan kealpaan yang mengakibatkan pasien luka
berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau pidanadenda
paling banyak Rp250 juta. Namun, jika kealpaan yang dilakukan mengakibatkan
kematian, maka setiap tenaga medis atau tenaga kesehatan sesuai dengan apa
yang diatur pada Pasal 440.
2. Ayat (2) UU Kesehatan akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau pidana denda paling banyak Rp500 juta. Alhasil, setelah ditekennya
UU Kesehatan ini, tenaga medis bisa diadukan sebagai pelaku tindak pidana
akibat kelalaian berat dalam menjalankan tugas. Organisasi Profesi dan beberapa
pihak lainnya menyatakan bahwa dengan adanya Pasal 440 tersebut, maka akan
berpotensi memicu kriminalisasi kepada dokter, tenaga kesehatan, dan tenaga
medis lainnya.
Dampak lain dari lahirnya UU Kesehatan ialah melemahkan peran Organisasi Profesi,
khususnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sebab, UU Kesehatan telah menghilangkan
rekomendasi IDI sebagai salah satu syarat pengurusan Surat Izin Praktik (SIP). UU
Kesehatan tidak lagi mengakomodir Organisasi Profesi sebagai bagian dari hal yang
harus diatur oleh UU Kesehatan. Kemudian, IDI tidak lagi menjadi satu-satunya
organisasi dokter di Indonesia. Dokter berpeluang mendeklarasikan Organisasi Profesi
dokter selain IDI. IDI beranggapan bahwa UU Kesehatan dapat mempermudah praktik
dokter asing di Indonesia. Selain itu, IDI juga menilai bahwa UU Kesehatan berpihak
kepada investor dengan mengabaikan hak masyarakat, tenaga medis, dan tenaga
kesehatan terkait dengan perlindungan hukum dan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai