Dosen Pengampu :
Dibuat oleh :
KELOMPOK IV
2023
PERANAN ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM PEMBAHARUAN HUKUM DI
INDONESIA
Latar Belakang :
Medikolegal adalah suatu ilmu terapan yang melibatkan dua aspek ilmu yaitu medico
yang berarti ilmu kedokteran dan -legal yang berarti ilmu hukum. Medikolegal berpusat pada
standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional dalam bidang kedokteran dan
hukum – hukum yang berlaku pada umumnya dan hukum – hukum yang bersifat khusus
seperti kedokteran dan kesehatan pada khususnya.memastikan bahwa hukum mencerminkan
perkembangan terkini dalam ilmu kedokteran, dan melindungi hak-hak individu serta
kepentingan masyarakat secara umum. Selain itu, pembaharuan hukum medikolegal juga
dapat membantu dalam menciptakan sistem hukum yang lebih adil dan efektif dalam
menghadapi isu-isu kesehatan dan cedera.
Mediko Legal adalah merupakan bidang interdisipliner antara kesehatan/kedokteran
dengan ilmu hukum. Pelayanan mediko legal adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran atas dasar
kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan peraturan
yang berlaku.
Aspek Mediko legal diantaranya hak dan kewajiban pasien , hak dan kewajiban
provider , jaminan bahwa pelayanan medik yang diberikan dengan cara dan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan, sistem dan prosedur menjamin hak dan kewajiban serta menjamin
tindakan yang dilaksanakan di rumah sakit dapat diadakan evaluasinya, dan hak dan
kewajiban pemilik dan pengelola.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimanakah pengaturan medicolegal dalam persepektif hukum di Indonesia?
2. Bagaimanakah implementasi dari penerapan aspek medicolegal sebagai salah satu
bentuk implementasi pembaharuan hukum Kesehatan di Indonesia?
Tujuan : Untuk mencapai keadilan, melindungi masyarakat, dan memastikan bahwa
perubahan hukum yang diperlukan untuk mengikuti perkembangan dalam ilmu kedokteran
dan teknologi medis dapat dilakukan dengan bijaksana dan memastikan bahwa hukum
selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan hak-hak individu dalam konteks kesehatan dan
cedera.
Pembahasan :
Berikut adalah beberapa poin yang dapat dibahas lebih lanjut:
A. Penegakan Hukum dan Kejahatan Medis
Aspek medikolegal sangat relevan dalam penegakan hukum, terutama dalam kasus-
kasus kejahatan medis, malpraktik, atau tindakan medis ilegal. Pembaharuan hukum
medikolegal dapat memperkuat kerangka kerja hukum untuk mengatasi masalah ini dan
memastikan bahwa pelanggaran hukum di bidang medis dapat ditindak dengan tegas. Dimana
Aspek medikolegal sesudah diterbitkannya dalam Undang-Undang Praktik kedokteran No. 29
Tahun 2004 (UU Praktek Kedokteran) norma disiplin menjadi hal baru yang perlu
diperhatikan dan dikaji, karena didalam Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) ada lembaga
yang disebut sebagai Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dengan
tujuan menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran hubungan dokter dengan pasien yaitu :
1. Hubungan Kebutuhan
2. Hubungan Kepercayaan
3. Hubungan Keprofesian
4. Hubungan Hukum
Pelanggaran terhadap KODEKI ada yang merupakan pelanggaran etik saja, ada pula
yang merupakan pelanggaran etik sekaligus pelanggaran hukum, salah satu contohnya:
Pelanggaran etik murni:
- Menarik imbalan yang tidak wajar
- Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya
- Memuji diri sendiri dihadapan pasien
- Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran yang berkesinambungan
- Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri
Pelanggaran etikolegal:
- Pelayanan dokter dibawah standar
- Menerbitkan surat keterangan palsu (Pasal 263 dan 267 KUHP)
- Memberikan atau menjual obat palsu (Pasal 286 KUHP)
- Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter (Pasal 322 KUHP)
- Abortus Provocatus Criminalis (Pasal 299, 348, 349 KUHP)
- Pelecehan seksual
Perjanjian terapeutik antara dokter dan pasien menimbulkan hak dan kewajiban
masing-masing pihak, dari aspek perdata berupa persetujuan antara dokter dengan pasien
merupakan akibat kelalaian di bidang perdata serta tuntutannya terhadap pelayanan
kesehatan, sedangkan dari sudut pidana yang ditimbulkan adanya hubungan hukum dalam
pelayanan kesehatan meliputi kebenaran dari isi surat keterangan kesehatan, wajib simpan
rahasia oleh dokter tentang kesehatan pasien, pengguguran kandungan dan lain sebagainya.
Tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter tidak dapat dijatuhi sanksi
pidana, apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Ada indikasi medis yang dilakukan untuk mencapai tujuan konkret tertentu.
2. Tindakan medis dilakukan menurut aturan dalam ilmu kedokteran.
3. Mendapatkan persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
Jika terjadi Kesalahan yang dilakukan oleh dokter, maka perbuatan tersebut tidak
menghilangkan sifat melawan hukum dalam hukum pidana. Kesalahan dokter tersebut tetap
bisa dimintai pertanggungjawaban, meskipun tindakan medis yang dilakukan oleh dokter
telah disetujui oleh pasien atau keluarga pasien. Aspek hukum administrasi dalam melakukan
tindakan medis berhubungan dengan kewenangan dokter secara yuridis yang didasarkan pada
syarat yang harus dipenuhi yaitu untuk memiliki izin praktek dokter yang sah. Perjanjian
terapeutik merupakan inspaningverbintenis, bahwa secara berhati-hati, teliti, dan trampil
sesuai dengan ilmu pengetahuannya serta pengalamannya untuk menyembuhkan pasien.
Hal yang terpenting dalam perjanjian terapeutik adanya informasi dari kedua belah
pihak yang merupakan hak dan kewajiban masing-masing sebagailandasan untuk
melaksanakan tindakan medis. Dasar hukum perjanjian terapeutik Pasal 1233 KUHPer Dasar
Hukum hubungan dokter dengan pasien dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Karena Kontrak (perjanjian terapeutik)
2. Karena undang-undang
D. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat (bahasa Inggris: public health) didefinisikan sebagai "ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kualitas hidup dengan
melakukan upaya-upaya terorganisasi dan memberi pilihan informasi kepada masyarakat,
organisasi (publik dan swasta), komunitas, dan individu.Perubahan hukum medikolegal juga
berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ini mencakup regulasi vaksinasi, penanganan wabah
penyakit, dan tindakan pencegahan yang melibatkan kesehatan masyarakat secara umum.
E. Penelitian Medis
Penelitian medis memerlukan aturan etika dan hukum yang ketat. Pembaharuan hukum
medikolegal dapat memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan mematuhi standar etika
dan hak-hak subjek penelitian.
Kesimpulan
Mengenai peranan aspek medikolegal dalam pembaharuan hukum di Indonesia adalah
bahwa perubahan hukum medikolegal sangat penting untuk menjawab perkembangan dalam
ilmu kedokteran, teknologi medis, dan isu-isu kesehatan yang semakin kompleks. Peranannya
mencakup perlindungan hak individu, penegakan hukum, peningkatan standar etika dalam
praktik medis, dan keadilan dalam kasus-kasus medis.
Melalui pembaharuan hukum medikolegal, Indonesia dapat memastikan bahwa hak-
hak pasien dan korban tindakan medis yang salah diakui dan dijaga, dan bahwa praktik medis
mematuhi standar etika yang tinggi. Selain itu, pembaharuan ini juga membantu dalam
melindungi masyarakat dari risiko-risiko kesehatan, mempromosikan penggunaan teknologi
medis yang aman dan efektif, serta menciptakan landasan hukum yang jelas untuk penelitian
medis yang berkualitas.
Dengan memperbarui hukum medikolegal, Indonesia dapat menjaga kesesuaian hukum
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan perkembangan terbaru dalam ilmu kedokteran, serta
memastikan bahwa hukum selaras dengan kebutuhan masyarakat dalam memenuhi hak
kesehatan dan keadilan.
Penutup
Aspek Medikolegal dalam pembaharuan hukum di Indonesia berpengaruh dalam berbagai
aspek dalam kehidupan masyarakat seperti Penegakan Hukum dan Kejahatan Medis,
Perlindungan Hak Pasien, Penggunaan Teknologi Medis, Kesehatan Masyarakat, Penelitian
Medis, Penggunaan Bukti Medis dalam Pengadilan, Peningkatan Standar Profesional,
Perlindungan Data Medis
Daftar Pustaka
Triana Y.A Ohoiwutun, 2008, Bunga Rampai Hukum Kedokteran (Tinjauan dari Berbagai Peraturan
Perundang-undangan dan UU Praktik Kedokteran), Bayumedia Publishing, Malang.
A. Aspek Medikolegal pada Pembaharuan Hukum Di Indonesia dalam bentuk
Persetujuan Tindakan Kedokteran (PTK)
Seorang pasien mempunyai hak menerima dan menolak pengobatan, dan hak untuk
menerima informasi dari dokternya sebelum memberikan persetujuan atas tindakan medis.
Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan (autorisasi) dari pasien tersebut,
setelah ia menerima dan memahami informasi yang diperlukan. secara moral maupun hukum,
tidak ada seorang pun, baik dokter maupun pasien, dapat berbuat sesuatu terhadap tubuh
seseorang tanpa persetujuan dari yang memiliki tubuh tersebut, karena hal itu merupakan
tindakan melanggar etika, hukum perdata maupun hukum pidana. Oleh sebab itu hanya
pasien sendiri yang berhak untuk menentukan apa yang terbaik terhadap dirinya sendiri.
Salah satu bentuk adanya aspek medicolegal pada pembaharuan hukum di Indonesia
yaitu dengan adanya sebuah Persetujuan Tindakan Kedokteran atau PTK yang resmi dipakai
setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran mendefinisikan bahwa
"Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan pasien otou keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan terhadap pasien sehingga hal tersebut berhubungan dengan adanya
aspek medicolegal yang berpusat pada standar pelayanan medis dan standar pelayanan
operasional dalam bidang kedokteran dan hukum – hukum yang berlaku pada umumnya dan
hukum – hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran dan kesehatan pada
khususnya.memastikan bahwa hukum mencerminkan perkembangan terkini dalam ilmu
kedokteran, dan melindungi hak-hak individu serta kepentingan masyarakat secara umum.
Dasar hukum persetujuan tindakan kedokteran adalah Pasal 45 Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Peraturan pelaksananya adalah Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/11/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran. PTK wajib dilaksanakan oleh dokter sesuai dengan Pasal 10 Kode Etik
Kedokteran Indonesia, yaitu:" Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak- pasien,
teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien".
Ada 2 tujuan utama dari persetujuan tindakan kedokteran yaitu:
1. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien, misalnya hendak dilakukan prosedur medik yang
sebenarnya tidak perlu dan tanpa ada dasar mediknya,
2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tak terduga
dan bersifat negatif. Perlindungan hukum yang dimaksud di sini adalah
perlindungan
Apabila sebuah tindakan medik dilakukan tanpa adanya persetujuan pasien maka akan
terdapat beberapa sanksi yang diberikan yaitu :
1. Sanksi etik
Mulai dari teguran lisan sampai dengan rekomendasi pencabutan surat ijin praktik.
2. Sanksi administrative
Dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan surat ijin
praktik.
3. Sanksi disiplin
Dapat berupa tegulisan lisan, tertulis, rekomendasi pencabutan surat ijin praktik dan
atau kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di institusi Pendidikan
kedokteran.
4. Sanksi Perdata
Suatu tindakan medik terhadap seorang pasien tanpa memperoleh persetujuan
dahulu dari pasien tersebut dapat dianggap sebagai penyerangan atas hak orang lain
atau perbuatan melanggar hukum (tort). Dalam hal ini dokter dapat menerima sanksi
sebagaimana diungkapkan dalam ketentuan pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata: "Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kesalahan itu, mengganti
kerugian tersebut
5. Sanksi Pidana
Suatu tindakan medik yang dilakukan oleh dokter dokter tanpa persetujuan
pasien dapat dianggap melanggar peraturan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
pasal 351 mengenai penganiayaan. Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap
pasien tanpa persetujuan dapat dikategorikan sebagai "penyerangan" (assault).
Dalam praktik kedokteran terdapat beberapa aspek yang terdiri dari aspek etik, aspek
medik, aspek hukum, dan aspek medikolegal yang menimbulkan tanggungjawab moral dan
hukum bagi dokter. Aspek medikolegal dari praktik kedokteran adalah kegiatan dalam praktik
kedokteran yang tidak bertujuan dalam upaya kesehatan, akan tetapi bertujuan dalam upaya
penegakan hukum atau membantu didalam proses pradilan pidana maupun perdata, yang
merupakan kewajiban hukum dalam kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan oleh pasien,
Apck medis mengartikan bahwa seorang dokter didalam menjalankan praktik
kedokteran wajib memberikan pelayanan kedokteran sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur oprasional (SPO). Sedangkan aspek hukum dalam praktek kedokteran
menimbulkan tanggungjawab hukum bagi dokter didalam menjalankan praktik kedokteran
yang diatur dalam hukum kedokteran (hukum kesehatan) Indonesia. Hal tersebut dikenal
dengan "Lex Spesialis" yang berarti peraturan perundang- undangan yang diberlakukan untuk
mengatur secara khusus pelayanan kedokteran atau kesehatan di Indonesia.
Aspek medikolegal dari praktik kedokteran adalah kegiatan dalam praktik kedokteran
yang tidak bertujuan dalam upaya kesehatan, akan tetapi bertujuan dalam upaya penegakan
hukum atau membantu didalam proses pradilan pidana maupun perdata yang dikenal dengan
istilah "Legal Medicine"
DAFTAR PUSTAKA
Rustyadi, Dudut. Aspek Medikolegal dari Penurunan Pendengaran. Ilmu Kedokteran
Forensik dan Studi Medikolegal Fk Unud/ RSUP Sanglah
(https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/23282/1/f421716a2f37cc5574c671f55a0049b8.pdf)
Afandi, Dedi. Aspek Medikolegal dan Tata Laksana Persetujuan Tindakan Kedokteran.
(https://www.researchgate.net/publication/
324960358_Aspek_medikolegal_dan_tata_laksana_persetujuan_tindakan_kedokteran)