DI PENGADILAN PIDANA
DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN
Intisari
Peraturan perundang-undangan Hukum Kesehatan merupakan hukum Lex Spesialis
yang mengandung norma eksepsional untuk perlindungan hukum bagi providers
dan receivers dari pelayanan kesehatan. Dalam kenyataannya, perundang-undangan
Hukum Kesehatan seperti UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak digunakan secara konsisten
untuk menyelesaikan kasus malpraktik medis di Pengadilan Pidana, sehingga
menyebabkan ketidakadilan dan ketidakpastian hukum. Tujuan dari penelitian ini
adalah menjelaskan teori dan analisis hukum terkait penanganan kasus malpraktik
medis di Pengadilan Pidana dalam perspektif Hukum Kesehatan. Penelitian ini
menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian ini adalah terdapatnya
penerapan hukum yang salah dan jangka waktu yang lama dalam penyelesaian kasus
dugaan malpraktik medis di Pengadilan Pidana yang merugikan para pihak yang
bersengketa, sehingga diperlukan reformasi dalam penanganan kasus malpraktik
medis.
Kata Kunci: Hukum Kesehatan; malpraktik medis; Pengadilan Pidana
81
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
yang ditetapkan dalam konsideran dari Konflik antara pasien dan dokter
kedua undang-undang tersebut adalah sewaktu menjalankan praktik kedokteran
kesehatan sebagai hak asasi manusia yang mengakibatkan pihak pasie n
dan merupakan salah satu unsur dari merasa dirugikan selama ini selalu
kesejahteraan umum. Kesehatan harus diang gap oleh masyarakat umum
diwujudkan dalam bentuk pemberian sebagai malpraktik medis (medical
berbagai upaya kesehatan kepada seluruh malpractice) padahal sebenarnya tidak
masyarakat melalui penyelenggaraan selalu merupakan malpraktik medis.
pembangunan kesehatan yang berkualitas Istilah maupun pengertian malpraktik
dan terjangkau biayanya oleh masyarakat. ini semakin merebak terdengar dan
Berdasarkan konsideran tersebut, muncul kepermukaan setelah masyarakat
dokter haruslah menjalankan dan menjadi semakin kritis dan sadar akan
menjunjung tinggi penyelenggaraan hak-hak yang dimilikinya.
pembangunan kesehatan yang berkualitas Malpraktik atau malapraktik dalam
dan terjangkau biayanya oleh masyarakat, Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
tetapi kenyataan yang terjadi adalah praktik kedokteran yang dilakukan salah
sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh atau menyalahi undang-undang atau
perkembangan ilmu pengobatan pada kode etik. Asal kata malpraktik tidak
abad ke delapan belas sampai dengan ke hanya ditujukan pada profesi kesehatan
sembilan belas (bahkan sampai sekarang) saja, tetapi juga profesi-profesi lain pada
yang mendapat pengaruh perubahan umumnya, namun setelah secara umum
sosial (urbanisasi; industrialisasi) mulai digunakan di luar negeri maka
dan pertumbuhan ilmu ekonomi istilah ini sekarang diasosiasikan atau
(permintaan-penawaran) sehingga ditujukan pada profesi kesehatan.3
menimbulkan pola ko mersialisme Pemahaman malpraktik medis
dan kon su meris me dalam bidang sampai sekarang masih belum seragam
pengobatan. 1 Pola komersialisme dan dan dari sisi kepastian hukumnya pun
konsumerisme ini yang mengakibatkan belum ada, hal ini terlihat dengan belum
aneka persoalan sosial di bidang diaturnya malpraktik medis secara
pengobatan yang tumbuh menjadi tegas dalam peraturan perundang-
konflik kepentingan antara pasien dan undangan kesehatan yang ada sekarang.
dokter yang memasuki norma etika Permasalahan ini ditambah dengan
dan atau norma hukum beserta sanksi- belum dilakukannya kodifikasi standar
sanksinya baik yang lunak maupun yang pelayanan profesi kesehatan. Hal ini
keras.2 disebabkan karena pelayanan kesehatan
1
Leo G. Reeder, “ The Patient-Client as a amat kompleks 4 , mulai dari dampak
Consumer: Some Observations on the Changing
3
Professional-Client Relationship”, Health and Afandi, et al., “Mediasi: Alternatif Penyelesaian
Social Behavior, Vol. 13, No. 4, Desember 1972, Sengketa Medis”, Majalah Kedokteran Indonesia,
hlm. 407-408. Vol. 59, No. 5, Mei 2009, hlm. 189-190.
2 4
Bambang Poernomo, Tanpa Tahun, Hukum Thomas G. Kannampallil, et al., “Considering
Kesehatan, Aditya Media, Yogyakarta, hlm. 2. complexity in healthcare systems”, Biomedical
82
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
83
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
84
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
9
Nadi a N. Sawi c ki , “ Choo si ng Medi cal
10
Malpractice”, Washington Law Review, Vol. 93, Bambang Poernomo, Op.cit., hlm. 5.
2018, hlm. 896-897. 11
Ibid., hlm. 11.
85
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
86
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
87
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
88
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
89
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
Bentuk-bentuk Unlawfull dalam UUK, UUPK, dan KUHP yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.
Perbandingan Bentuk-Bentuk Unlawfull dalam UUK, UUPK, dan KUHP
Deskripsi UUK UUPK KUHP
Rumusan • sengaja tidak memberikan • dokter yang sengaja • membuat surat palsu /
Tindak pertolongan pertama terhadap melakukan praktik memalsukan surat (Ps. 263)
pasien yang dalam keadaan kedokteran tanpa memiliki
Pidana • dokter yang sengaja
gawat darurat (Ps. 190) surat tanda registrasi
memberikan surat
• tanpa izin melakukan (Ps. 75) keterangan palsu dan setiap
praktik pelayanan kesehatan • dokter yang sengaja orang yang memakai surat
tradisional yang menggunakan melakukan praktik keterangan palsu tersebut
alat dan teknologi (Ps. 191) kedokteran tanpa memiliki (Ps. 267)
surat izin praktik (Ps. 76)
• sengaja memperjualbelikan • sengaja membuka rahasia
organ atau jaringan tubuh (Ps. • sengaja menggunakan kedokteran (Ps. 322)
192) identitas gelar atau bentuk
• euthanasia aktif (Ps. 344)
lain yang menimbulkan
• sengaja melakukan bedah
kesan dokter yang memiliki • abortus provokatus
plastik dan rekonstruksi (Ps.
surat tanda registrasi dan kriminalis (Ps. 346-349)
193)
surat izin praktik (Ps. 77) • menyebabkan kematian
• sengaja melakukan aborsi (Ps.
• sengaja menggunakan karena kealpaan (Ps. 359)*
194)
alat, metode pelayanan • menyebabkan luka berat
• sengaja memperjual belikan kesehatan yang karena kealpaan (Ps. 360)*
darah (Ps. 195) menimbulkan kesan dokter
yang memiliki surat tanda • kejahatan pada Ps. 359
• sengaja memproduksi atau
registrasi dan surat izin & 360 dilakukan dalam
mengedarkan sediaan farmasi
praktik (Ps. 78) menjalankan suatu jabatan
dan/atau alat kesehatan yang
atau pekerjaan (Ps. 361)*
tidak memenuhi standar (Ps. • dokter yang sengaja
196) tidak memasang papan • penipuan (Ps. 378)
• sengaja memproduksi atau nama, tidak membuat
mengedarkan sediaan farmasi rekam medis, dan tidak
dan/atau alat kesehatan yang memenuhi kewajiban (Ps.
tidak memiliki izin edar (Ps. 79)
197) • Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan / korporasi
• melakukan praktik kefarmasian
yang dengan sengaja
tanpa keahlian dan
mempekerjakan dokter
kewenangan (Ps. 198)
tanpa surat izin praktik
• sengaja memproduksi atau (Ps. 80)
memasukkan rokok ke dalam
wilayah NKRI dengan tidak
mencantumkan peringatan
kesehatan (Ps. 199)
• sengaja menghalangi program
pemberian air susu ibu
eksklusif (Ps. 200)
• Tindak pidana bidang
kesehatan yang dilakukan oleh
korporasi (Ps. 201)
90
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
Jenis • penjara & denda untuk • penjara & denda untuk penjara, kurungan, &
Pidana perorangan perorangan denda untuk perorangan
• denda & tambahan untuk • denda & tambahan untuk
korporasi korporasi
Catatan:
• UUK di-Judicial Review dalam Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 12/PUU-
VIII/2010, Nomor 34/PUU-VIII/2010, Nomor 34/PUU-VIII/2010, dan Nomor
57/PUU-IX/2011.
• UUPK di-Judicial Review dalam Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 4/
PUU-V/2007 & Nomor 40/PUU-X/2012.
• Rancangan KUHP baru masih dalam proses pembahasan di DPR.
• *Pasal-pasal ini digunakan oleh Jaksa dan Hakim dalam menyelesaikan kasus
dugaan malpraktik medis, namun seharusnya pasal-pasal ini tidak termasuk Usual
Unlawfull karena bentuk kesalahannya adalah kealpaan (culpa)/kelalaian.
91
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
(lihat gambar 1), karena bentuk kesalahan Hal ini tidak sesuai dengan maksud
Unlawfull hanya dilakukan dengan Pasal 28 Huruf G Ayat (1) UUD 1945
kesengajaan. Mengenai jenis pidananya, yang berbunyi “setiap orang berhak atas
UUK dan UUPK sudah mengatur perlindungan diri pribadi, keluarga,
mengenai pidana denda dan pidana kehormatan, martabat, dan harta benda
tambahan untuk korporasi sedangkan yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
KUHP belum mengatur mengenai atas rasa aman dan perlindungan dari
pidana untuk korporasi. ancaman ketakutan untuk berbuat atau
Selanjutnya, jumlah pidana denda tidak berbuat sesuatu yang merupakan
maksimum tertinggi dalam K U HP hak asasi”. Sebaliknya, masyarakat yang
adalah sebesar Rp 9.000,-, yang jika membutuhkan pelayanan kesehatan juga
disesuaikan dengan Pasal 3 Peraturan dirugikan karena pelayanan kesehatan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 merupakan hak asasi manusia, dan
tentang Penyelesaian Batasan Tindak diatur dalam Pasal 28 Huruf H Ayat (1)
Pidana Ringan dan Jumlah Denda UUD 1945 yang berbunyi “setiap orang
dalam KUHP menjadi Rp 9.000.000,- berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
(Rp 9.000,- dikalikan 1.000). Jumlah bertempat tinggal, dan mendapatkan
ini masih sangat kecil dibandingkan lingkungan hidup baik dan sehat
dengan pidana denda dalam UUK dan serta berhak memperoleh pelayanan
UUPK. Hal-hal tersebut menunjukkan kesehatan”.
bahwa KUHP sudah kurang memberikan Berdasarkan analisis sanksi pidana
perlindungan hukum bagi providers dan dalam UUK, UUPK, KUHP dan
receivers dari pelayanan kesehatan. penjabaran filsafat hukum pidana dalam
Perkembangan Hukum Kesehatan UUD 1945 yang digunakan MK di atas
di Indonesia memasuki tahap baru maka dapat disimpulkan bahwa setiap
dengan adanya Putusan Mahkamah orang (khususnya dokter) dikenakan
Konstitusi Nomor 4/PUU-V/2007 pada sanksi pidana jika melakukan kesalahan
tanggal 19 Juni 2007. Dalam putusannya, kriminal yang dilakukan dengan unsur
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan kesengajaan, dan dilakukan di luar
bahwa pidana penjara dan kurungan lingkup penyelenggaraan pelayanan
bagi dokter dan dokter gigi dalam Pasal kesehatan. Kesimpulan berikutnya
75, 76, dan 79 UUPK dihapuskan. MK adalah KUHP sebagai undang-undang
berpendapat bahwa sanksi kurungan umum seharusnya tidak digunakan
dan penjara dalam UUPK tersebut lagi untuk mengadili kasus dugaan
tidak sesuai dengan filsafat hukum malpraktik medis karena sudah ada UUK
pidana dan telah menimbulkan perasaan dan UUPK sebagai undang-undang
tidak aman dan ketakutan karena tidak khusus yang mengatur hal serupa dan
proporsionalnya pelanggaran yang lebih memberikan perlindungan dan
dilakukan dengan ancaman pidananya. kepastian hukum bagi providers dan
receivers dari pelayanan kesehatan.
92
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
2 2008 K/Pid.Sus/2016 dr. Trifena Pasal 196 & 197 Menjatuhkan 2014 s/d
(Tingkat Kasasi); 116/ UUK pidana 2017 (3
Pid/2015/PT.Bdg tahun)
(Tingkat Banding); 1382/
Pid.B/2014/PN.Bdg
(Tingkat Pertama)
4 210 PK/Pid.Sus/2014 dr. Bambang S Pasal 76 & 79 Melepaskan dari 2011 s/d
(Peninjauan Kembali); Huruf c UUPK segala tuntutan 2015 (4
1110 K/Pid.Sus/2012 hukum tahun)
(Tingkat Kasasi);
79/Pid.Sus/2011/PN.Kd.
Mn
(Tingkat Pertama)
5 79 PK/Pid/2013 dr. Dewa Ayu; Pasal 263 ayat (1) Membebaskan dari 2011 s/d
(Peninjauan Kembali); dr. Hendry S; dr. & (2), 359, 361 segala dakwaan 2014 (3
365 K/Pid/2012 Hendy S KUHP; tahun)
(Tingkat Kasasi); Pasal 76 UUPK; jo
90/Pid.B/2011/PN.Mdo Pasal 55 ayat (1)
(Tingkat Pertama) Ke- 1 KUHP
6 590 K/Pid/2012 dr. Wida P Pasal 359 jo. Menjatuhkan 2010 s/d
(Tingkat Kasasi); Pasal 361 KUHP pidana 2012 (2
638/Pid/2011/PT.Sby tahun)
(Tingkat Banding);
1165/Pid.B/2010/PN.Sda
(Tingkat Pertama)
93
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
8 172 K/Pid.Sus./2008 dr. Basid Baki Pasal 80 ayat Menjatuhkan 2007 s/d
(Tingkat Kasasi); (1) UU 23/1992 pidana 2008 (1
267/Pid.B./2007/PN.Tpi (sekarang sudah tahun)
(Tingkat Pertama) diganti dg. UUK)
Catatan:
* Putusan dari tingkat proses pengadilan atau upaya hukum yang terakhir
** Jangka waktu penyelesaian = (tahun pembacaan putusan tingkat terakhir – tahun
registrasi putusan tingkat pertama)
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat Dalam bidang hukum pidana hal ini
bahwa dalam kasus nomor 3, 5, 6, dan merupakan penerapan dari asas lex
7 Jaksa membuat dakwaan dengan specialis derogat legi generali. Asas ini
menggunakan pasal-pasal dalam KUHP diatur dalam Pasal 63 ayat (2) KUHP,
Buku II tentang Kejahatan, yaitu Pasal yaitu sebagai berikut:
263 ayat (1) dan (2) (pemalsuan surat); “Bila suatu perbuatan, yang
Pasal 359 (menyebabkan kematian masuk dalam suatu aturan pidana
yang umum, diatur pula dalam
karena kealpaan); Pasal 360 ayat (1) dan
aturan pidana yang khusus, maka
(2) (menyebabkan luka berat karena hanya yang khusus itulah yang
kealpaan); Pasal 361 (Pasal 359 dan diterapkan”.
360 dilakukan dalam menjalankan
Artinya adalah jika terjadi suatu
suatu jabatan atau pekerjaan); Pasal 378
perbuatan yang melanggar dua ketentuan
(penipuan). Hakim juga menjatuhkan
hukum pidana atau lebih, yang salah
pidana dengan pasal-pasal K U H P
satunya adalah ketentuan pidana umum,
pada kasus nomor 6 dan 7. Pasal yang
dan yang lainnya adalah ketentuan
digunakan yaitu Pasal 359, 360 ayat (1)
pidana khusus, maka ketentuan pidana
dan (2), serta Pasal 361.
khusus itulah yang dikenakan kepada
Pasal-pasal ini sudah seharusnya pelakunya.21
tidak digunakan oleh Jaksa dan Hakim
Penerapan hukum yang keliru
dalam menangani kasus-kasus dugaan
tersebut d i se ba b k a n oleh adanya
malpraktik medis yang dilakukan dokter,
ketidaksamaan persepsi di antara penegak
karena sudah ada perundang-undangan
hukum tentang asas lex specialis derogat
khusus yang mengatur sanksi terhadap
legi generali, ketentuan hukum pidana
para dokter maupun tenaga medis.
21
Shinta Agustina, Op.cit, hlm. 505.
94
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
khusus, serta model surat dakwaan kasus malpraktik medis yang lambat
dalam menerapkan asas tersebut. 22 Fakta membuat pasien frustrasi, meniadakan
bahwa masih didakwakannya ketentuan pencegahan perilaku dokter yang buruk,
pidana umum dalam surat dakwaan dan juga meniadakan peningkatan hasil
di samping ketentuan pidana khusus pelayanan kesehatan pasien.26
dikarenakan adanya pandangan para Lebih lanjut, sengketa kesehatan yang
penegak hukum bahwa asas tersebut diselesaikan melalui proses pengadilan
baru diterapkan pada tahap persidangan, yang terbuka untuk publik akan memberi
tepatnya setelah pembuktian. 23 Dampak peluang character assasination yang
dari penerapan hukum yang keliru ini merugikan reputasi dokter maupun
adalah munculnya ketidakpastian hukum pemberi layanan kesehatan. 27 Mengenai
yang mengakibatkan ketidakpercayaan hal ini WMA juga memberikan pendapat
masyarakat pada penegakan hukum.24 sebagai berikut:
Hal lain yang diperhatikan oleh “A culture of litigation is growing
peneliti adalah jangka waktu penyelesaian around the world that is adversely
affecting the practice of medicine
kasus dugaan malpraktik medis. Dari
and eroding the availability
tabel 2 dapat dilihat bahwa jangka waktu and quality of health care
penyelesaian kasus yang terlama 4 tahun services. Some National Medical
dan yang tercepat adalah kurang dari 1 Associations report a medical
tahun. Menurut Ali Budiardjo, dalam liability crisis whereby the lawsuit
culture is increasing health care
banyak kasus di pengadilan negeri
costs, restraining access to health
rata-rata waktu penyelesaiannya adalah care services, and hindering
antara 4 hingga 6 bulan, di pengadilan efforts to improve patient safety
tinggi dapat mencapai 12 bulan dan di and quality”. 28
Mahkamah Agung mencapai 2 sampai Dengan adanya semua kelemahan dan
dengan 3 tahun.25 kekurangan dalam proses penyelesaian
Semakin lama proses penyelesaian kasus dugaan malpraktik medis di
kasus-kasus dugaan malpraktik medis pengadilan pidana ini, maka diperlukan
tersebut maka semakin besar pula waktu, adanya reformasi dalam penanganan
tenaga, dan biaya yang dikeluarkan kasus dugaan malpraktik medis yang
oleh para pihak yang bersengketa, dilakukan oleh dokter.
sehingga akan merugikan pihak pasien
maupun dokter. Proses penyelesaian
26
Jason A. Stamm, et al., Op.cit, hlm. 20.
22
Shinta Agustina, et al., 2010, Persepsi Aparat 27
Setiati Widihastuti, et al., “Mediasi dalam
Penegak Hukum Tentang Pelaksanaan Asas Lex Penyelesaian Sengketa Kesehatan di Jogja
Specialis Derogat Legi Generali Dalam Sistem Mediation Center”, Sosia, Vol. 14, No. 1, Mei
Peradilan Pidana, Laporan Penelitian, LPPM- 2017, hlm. 18.
Unand, Padang, hlm. 42. 28
WMA, Statement on Medical Liability Reform
23
Shinta Agustina, Op.cit, hlm. 509. Adopted, diadopsi oleh the56th WMA General
24
Ibid., hlm. 504. Assembly, Santiago, Chile, Oktober 2005 dan
25
Ali Budiardjo, et al.,1999, Reformasi Hukum di ditegaskan kembali oleh the200th WMA Council
Indonesia, Jakarta Cyberconsult, hlm. 116. Session, Oslo, Norway, April 2015.
95
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
96
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
premi yang rendah dan tidak bervariasi ACOs merupa k an sekelo mpo k
sesuai dengan spesialisasi dokter atau dokter, Rumah Sakit, dan penyedia
wilayah geografis praktik.34 l a ya na n k e s e h a t a n l ai nn y a yan g
Jepang memili ki wadah untuk bertanggungjawab secara bersama untuk
menanggung semua risiko dokter swasta memberikan pelayanan kesehatan yang
secara nasional, yaitu sistem asuransi berkualitas. Dokter yang berada dalam
ganti rugi Japan Medical Association ACOs akan memberikan data klinik
(JMA). Pada sistem asuransi ini dokter mereka untuk menilai pola praktek
dengan spesialisasi berisiko tinggi yang mereka sendiri, karena penghasilan
relatif sedikit jumlahnya akan disubsidi mereka terkait dengan insentif yang akan
oleh mayoritas dokter yang berpraktik diberikan berdasarkan kualitas hasil dan
dengan risiko rendah. Sebagian besar kepuasan pasien.39
dokter di Jepang adalah karyawan rumah Dengan adanya perubahan paradigma
sakit (bukan dokter swasta), dengan dan metode pembayaran yang baru
demikian pertanggungjawaban medis tersebut maka muncullah konsep baru
mereka pada dasarnya ditanggung oleh dalam penanganan malpraktik medis,
premi yang dibayarkan rumah sakit.35 yaitu konsep Collective Accountability
Konsep reformasi penanganan d an Ent e r p r i s e L i abi l i t y y a n g
m a l pra kt i k m e di s ya n g s e d a n g dikombinasikan dengan medical error
berkembang di US lebih komprehensif. 36 Communication dan Resolution Programs
Sejak tahun 2014, jumlah dokter di US (CRPs). Collective Accountability adalah
yang menjadi dokter Rumah Sakit mulai sebuah pengakuan bahwa kesalahan
meningkat secara signifikan.37 Kualitas dalam pelayanan kesehatan terjadi
dan hasil pelayanan kesehatan diukur karena masalah sistem, bukan hanya
secara rutin, dan penggantian biaya karena kelalaian dokter secara individu.
beralih ke “value-based purchasing”, Dengan demikian providers pelayanan
yaitu biaya p ela y an an ke se hata n kesehatan dan pasien harus bekerja sama
dengan pemberian insentif untuk dalam berbagi tanggung jawab untuk
kualitas pelayanan yang dihasilkan. transparansi dan pencegahan kesalahan.
Perubahan paradigma yang sekarang Konsep ini sangat erat berkaitan dengan
berpusat pada kualitas hasil pelayanan Enterprise Liability, yaitu suatu doktrin
kesehatan pasien menimbulkan metode hukum yang menyerahkan tanggung
pembayaran baru yaitu Accountable jawab kepada organisasi pelayanan
Care Organizations (ACOs) dan bundled kesehatan untuk kesalahan medis yang
payments.38 terjadi di fasilitasnya dan dokter secara
34
Ibid., hlm. 445. individu dibebaskan dari tanggung jawab
35
36
Ibid., hlm. 445-446. tersebut.40
Jason A. Stamm, et al., Op.cit, hlm. 20.
37
Merritt Hawkins. “Merritt Hawkins Physician
Data”. http://www.merritthawkins.com/
39
Candidates/BlogPostDetail.aspx?PostId.40004, Ibid., hlm. 22.
diakses 4 September 2019. 40
Ibid., hlm. 23.
38
Jason A. Stamm, et al., Op.cit, hlm. 22.
97
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
98
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
99
Volume 35, Nomor 1
Juni 2019
Artikel Koran
Soekanto, Soerjono, “Kelalaian dan
Tanggung Jawab Hukum Dokter”,
Harian Sinar Harapan, 27 Agustus
1985.
Internet
D ir e k t o r i Pu t u s a n M a h ka m a h
Ag un g R epu b li k In don esi a,
“ S e a r c h K e y w o r d s :
malpraktek+medis+medik”, https://
putusan.mahkamahagung.go.id/
main/pencarian/?q=malpraktek+me
dis+medik, diakses 15 Agustus 2019.
Hawkins, Merritt, “Merritt Hawkins
Physician Data”, http://www.
merritthawkins.com/Candidates/
BlogPostDetail.aspx?PostId.40004,
diakses 4 September 2019.
10
0