Anda di halaman 1dari 4

MALPRAKTIK DALAM PELAYANAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU:

ERDIANSYAH, SH.,MH

DISUSUN OLEH:

SARAH THERESIA HUTAJULU

1709113711
BAB 1

PENDAHULUAN

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu


indikator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya
adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus malpraktek dikalangan
kedokteran, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali
membekas bahkan mencekam para tenaga kedokteran yang pada gilirannya akan
mempengaruhi proses pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang. Masalahnya
tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak
terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada
pasien bahwa telah terjadi malpraktek.

Kasus malpraktek yang sering dipahami sebagai kelalayan dokter juga harus
dianalisis lebih dalam terkait alat-alat kedokteran yang menjadi penunjang
keberhasilan pada proses pelayanan kesehatan. Terkait kasus-kasus yang muncul
mengenai malpraktek. Mengingat semakin maraknya kemunculan kasus-kasus
malpraktek yang terjadi akhir-akhir ini bersamaan dengan semakin meningkatnya
kemajuan dalam pelayanan medis, maka kasus malpraktek ini harus dikaji sebagai
sebuah kasus kriminalitas yang terjadi akibat suatu kelalayan dan propesionalitas
tenaga kedokteran.

Malpraktek medik mempunyai arti yang lebih komprehensif dibandingkan


kelalaian. Istilah malpraktek medik memang tidak diketahui secara sempurna dalam
suatu aturan Hukum Positif Indonesia. Dalam malpraktek medik pun terdapat suatu
pelayanan tindakan yang dilakukan dengan sengaja da oleh sebab itu berimplikasi
terjadinya suatu aturan ketentuan Undang-Undang yang terlanggar, sedangkan arti
kelalaian lebih menitikberatkan kepada ketidaksengajaan (culpa), kurang hati-hati,
kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono, tak peduli terhadap kepentingan orang lain,
namun akibat yang timbul memang bukanlah tujuannya.1 Malpraktik medik tercipta
untuk menurunkan sistem pembangunan kesehatan medis pada bagian Standar
Operasional Prosedur (SOP), Standar Profesi Kedokteran (SPK) 2.
Pada hakekatnya kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan dalam
melaksanakan suatu profesi medis, merupkan bentuk interprestasi yang amat penting
untuk diulas secara bersama-sama, hal ini dipengaruhi karena timbulnya kesalahan
dan kelalaian yang mengindikasikan dampak merugikan selain tercela dan
mengurangi bentuk amanah masyarakat terhadap petugas kesehatan, juga
menimbulkan suatu kerugian terhadap pasien. Dalam menginterprestasikan suatu
eksistensi pelaksanaan profesi harus diletakkan terlebih dahulu, kesalahan dan
kelalaian pengimplementasikan profesi dengan berhadapan pada kewajiban profesi.
Oleh karena itu sebagusnya juga memperhatikan indikator-indikator seperti aspek
hukum yang melandasi terjadinya suatu hubungan hukum antara dokter dan pasien
yang bersumber pada perjanjian terapeutik atau transaksi teraupetik.3
Adapun malpraktik yuridis terdiri dari malpraktek perdata, malpraktek pidana
dan malpraktek administratif :
a. Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal –hal yang
menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) di
dalam transaksi teraupetik oleh dokter atau tenaga kesehatan
lain, atau terijadinya perubahan melanggar hukum sehingga
menimbulkan kerugian pada pasien.
b. Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
cacat akibat dokter atau tenaga kesehatan lainnya kurang hati-
hati atau kurang cermat dalam upaya penyembuhan trhadap
pasien yang meninggal dunia atau cacat.

1
Sutarno, Hukum kesehatan Eutanasia dan Hukum Positif di Indonesia, Malang, SETARA Press,hlm
39 - 40
2
Alexandra Indriyanti Dewi , 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, pustaka, hlm 266 - 267
3
Bahder Johan Nasution, 2013, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta,Rineka Cipta,
hlm 5
c. Malpraktek administratif terjadi apabila dokter dan/ atau tenaga
kesehatan lain melakukan pelanggaran terhadap hukum
administrasi negara yang berlaku, misalnya menjalankan
praktik dokter tanpa lisensi atau izinnya, menjalankan praktik
denga izin yang sudah kadaluwarsa dan menjalankan praktik
tanpa membuat cacat medik.

Malpraktik pidana terjadi apabila seoarang dokter yang tidak melakukan


pekerjaannya sesuai dengan standar operasional kedokteran dan standar prosedur
tindakan medik berarti telah melakukan kesalahan dan kelalaian, yang dapat dituntut
secara hukum pidana. Penuntutan pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan
jika pasien menderita cacat permanen atau meninggal dunia.4

4
Muhammad Sadi Is, 2015, Etika Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta,
Kencana, hlm 67-68

Anda mungkin juga menyukai