9/Ags/2021
PEMBAHASAN
1
A. Aspek Hukum Malpraktik Kedokteran
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
Dalam Perundang-Undangan di Indonesia
17071101174
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 5Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Jakarta, Sinar
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Grafika, 2015, hlm.1-2
103
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
Aspek hukum malpraktik kedokteran disini Malpraktek medik terdiri dari 2 (dua) jenis,
akan dijelaskan dari tiga aspek hukum, yaitu: (1) yaitu malpraktek etik dan malpraktek yuridis.
Aspek Hukum Perdata Malpraktik Kedokteran, Malpraktek etik ini merupakan dampak negatif
(2) Aspek Hukum Pidana Malpraktik dari kemajuan teknologi kedokteran. Kemajuan
Kedokteran, dan (3) Aspek Hukum Administrasi teknologi ini sebenarnya bertujuan untuk
Malpraktik Kedokteran. Ketiga aspek hukum memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
tersebut bertujuan untuk memberikan pasien, serta membantu dokter mempermudah
perlindungan hukum kepada dokter yang menentukan diagnosa dengan lebih cepat,
diduga melakukan malpraktek medik serta tepat, akurat sehingga rehabilitasi pasien tidak
pasien yang menjadi korban malpraktik medik. memberikan dampak negatif yang merugikan.
Suatu tindakan dokter dapat digolongkan Efek samping tersebut meliputi: komunikasi
sebagai tindakan malpraktek medik, jika antara dokter dengan pasien semakin
memenuhi berbagai elemen yuridis. Elemen berkurang, etika kedokteran terkontaminasi
yuridis tersebut meliputi:6 kepentingan bisnis, harga pelayanan medis
1. Adanya tindakan pengabaian; sangat tinggi, serta berbagai perusahaan yang
2. Tindakan tersebut dilakukan oleh dokter menawarkan obat kepada dokter dengan janji
atau orang di bawah pengawasannya; kemudahan yang akan diperoleh dokter jika
3. Tindakan tersebut berupa tindakan mau menggunakan obat tersebut sehingga
medis, yaitu tindakan diagnosis, mempengaruhi pertimbangan dokter dalam
terapeutik, manajemen kesehatan; memberikan terapi kepada pasien.8
4. Tindakan tersebut dilakukan terhadap Malpraktek yuridis dapat dibedakan menjadi
pasiennya; 3 (tiga). Hal tersebut meliputi malpraktek
5. Tindakan tersebut dilakukan secara: a. perdata, malpraktek pidana, dan malpraktek
Melanggar hukum, dan atau; b. administrasi.
Melanggar kepatutan, dan atau; c. 1. Aspek Hukum Perdata Malpraktik
Melanggar kesusilaan, dan atau; d. Kedokteran
Prinsip-prinsip profesional. Aspek hukum perdata disini menyangkut
6. Dilakukan dengan kesengajaan atau hubungan dokter dan pasien. Malpraktik
ketidakhati-hatian (kelalaian, perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang
kecerobohan); menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian
7. Tindakan tersebut mengakibatkan pasien (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh
dalam perawatannya: a. Salah tindak, tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan
dan atau; b. Rasa sakit, dan atau; c. Luka, melanggar hukum (onrechtmatige daad),
dan atau; d. Cacat, dan atau; e. sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.
Kematian, dan atau; f. Kerusakan pada Dalam malpraktik perdata yang dijadikan
tubuh dan atau jiwa, dan atau; g. ukuran dalam malpraktik yang disebabkan oleh
Kerugian lainnya terhadap pasien. kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan
8. Menyebabkan dokter harus (culpa levis). Karena apabila yang terjadi adalah
bertanggungjawab secara administrasi, kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya
perdata, dan pidana. perbuatan tersebut termasuk dalam malpraktik
Dalam hal terjadi malpraktek medik, dokter pidana. Contoh dari malpraktik perdata,
seringkali dituduh melakukan kelalaian yang misalnya seorang dokter yang melakukan
pada umumnya dianggap sebagai malpraktek operasi ternyata meninggalkan sisa perban
medik. Malpraktek medik terdiri dari 2 (dua) didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui
jenis, yaitu malpraktek etik dan malpraktek bahwa ada perban yang tertinggal kemudian
yuridis. 7 Dalam hal terjadi malpraktek medik, dilakukan operasi kedua untuk mengambil
dokter seringkali dituduh melakukan kelalaian perban yang tertinggal tersebut. Dalam hal ini
yang pada umumnya dianggap sebagai kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat
malpraktek medik.
6 Munir Fuady. 2005. Sumpah Hippocrates (Aspek Hukum 8 Dinarjati Eka Puspitasari, Aspek Hukum Penanganan
Malpraktek Dokter). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 2 Tindakan Malpraktek Medik Di Indonesia, Jurnal Hukum
7 Ibid. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2018, hlm.13.
104
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
105
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
106
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
sikap batin adalah syarat sengaja atau culpa tubuh merupakan unsur kejahatan pasal 359
dalam perlakuan medis. Syarat akibat adalah dan pasal 360 KUHP, maka bila kelalaian/culpa
syarat timbulnya kerugian bagi kesehatan atau perlakuan medis terjadi dan mengakibatkan
nyawa pasien. kematian atau luka seperti ditentukan dalam
1) Perlakuan Menyimpang Dalam Malpraktik pasal tersebut, maka perlakuan medis masuk
Kedokteran kategori malapraktik pidana.21
Perbuatan adalah wujud-wujud tingkah laku Dasar pemidanaan malpraktik medik
konkret yang merupakan bagian dari perlakuan Dalam konteks pemahaman diatas maka ada
atau pelayanan medis. Berdasarkan pengertian tiga undang-undang yang dapat menjadi dasar
tersebut, tercakup didalam aspek perlakuan dalam pemidanaan malpraktik medik: 1) Kitab
medis, yakni wujud dan prosedur serta alat Undang-Udang Hukum Pidana; 2) Undang-
yang digunakan dalam pemeriksaan untuk Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan;
memperoleh data-data medis dalam 3) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang
mendiagnosis, cara atau prosedur dan Praktik Kedokteran. Pasal 267 KUHP adalah
menggunakan alat terapi, bahkan termasuk pasal yang khusus dikenakan bagi dokter, yang
pula perbuatan-perbuatan dalam perlakuan menyebutkan bahwa:
pasca terapi. Syarat lain dalam aspek ini ialah 1. Seorang dokter yang dengan sengaja
kepada siapa perlakuan medis itu diberikan memberikan surat keterangan palsu
dokter. Semua perbuatan dalam pelayanan tentang ada atau tidaknya penyakit,
medis tersebut dapat mengalami kesalahan kelemahan atau cacat, diancam dengan
yang pada ujungnya menimbulkan malapraktik pidana penjara paling lama empat tahun.
kedokteran, apabila dilakukan secara 2. Jika keterangan diberikan dengan maksud
menyimpang dan menimbulkan akibat yang untuk memasukkan seseorang kedalam
merugikan kesehatan atau kematian pasien.19 rumah sakit jiwa atau untuk menahannya
2) Sikap batin dalam malapraktik kedokteran disitu, dijatuhkan pidana penjara paling
Sikap batin adalah sesuatu yang ada dalam lama delapan tahun enam bulan.
batin sebelum seseorang berbuat. Sesuatu yang 3. Diancam dengan pidana yang sama, barang
ada dalam batin ini, bisa berupa kehendak, siapa dengan sengaja memakai surat
pengetahuan, pikiran, perasaan dan apapun keterangan palsu itu seolah-olah isinya
namanya yang melukiskan keadaan batin sesuai dengan kebenaran.
seseorang sebelum berbuat. Dalam keadaan Agar rumusan dalam pasal 267 KUHP ini bisa
normal, setiap orang normal memiliki dikenakan pada dokter, unsur sengaja harus
kemampuan mengarahkan dan mewujudkan terpenuhi, karena bisa saja terjadi kesalahan
sikap batinnya kedalam perbuatan-perbuatan. dalam penerbitan surat keterangan itu. Untuk
Apabila kemampuan mengarahkan dan dapat dinyatakan bahwa perbuatan dokter
mewujudkan alam batin kedalam perbuatan- merupakan kesengajaan harus dibuktikan
perbuatan tertentu disadarinya dilarang, hal itu bahwa palsunya keterangan dalam surat
disebut dengan kesengajaan. Adapun apabila merupakan perbuatan yang dikehendaki,
kemampuan berpikir, kemampuan berperasaan didasari, dan dituju oleh dokter tersebut.
dan berkehendak itu tidak digunakan Dengan perkataan lain, dokter memang
sebagaimana mestinya dalam hal melakukan menghendaki perbuatan membuat palsu dan
suatu perbuatan yang pada kenyataannya atau memalsu surat dan mengetahui bahwa
dilarang, maka sikap batin yang demikian keterangan yang diberikan dalam surat itu
dinamakan kelalaian (culpa).20 adalah bertentangan dengan yang
3) Adanya akibat kerugian pasien sebenarnya.22
Dari sudut hukum pidana, akibat yang Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang No. 23
merugikan masuk dalam lapangan pidana, Tahun 1992 Tentang Kesehatan:
apabila macam/bentuk kerugian disebut dalam
rumusan kejahatan dan menjadi unsur tindak
pidana tertentu. Akibat kematian atau luka 21Ibid,
22 Ari Yunanto & Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik
19 Adami Cazawi, op.cit., hlm.68 Tinjauan dan Perspektif Medikolegal, ANDI Yogyakarta,
20 Ibid, hlm.71 Yogyakarta, 2010, hlm.51
107
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
Barang siapa dengan sengaja melakukan dan sebagainya. Selama dokter praktik dengan
tindakan medik tertentu terhadap ibu hamil melanggar hukum administrasi tidak membawa
yang tidak memenuhi ketentuan sebagai kerugian kesehatan atau nyawa pasien, dokter
mana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan hanya dapat dipidana berdasarkan Pasal 75-80
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara UU No. 29 Tahun 2004. Tindak pidana dalam
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana kedua pasal tersebut merupakan lex specialis
denda paling banyak Rp. 500.000.000,. (lima dari tindak pidana dalam Pasal 85 dan 86 UU
ratus juta rupiah). No. 36 Tahun 2014.23
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Pelanggaran administrasi dan malapraktik
Praktik Kedokteran tindak pidana praktik dokter kedokteran bisa dikatakan sama apabila
tanpa surat tanda registrasi (STR), dirumuskan pelanggaran administrasi mengakibatkan
dalam Pasal 75: kerugian bagi pasien. Sesuai dengan Pasal 36
1. Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan UU No. 29 Tahun 2004 yang menyebut “Setiap
sengaja melakukan praktik kedokteran dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
tanpa memiliki surat tanda registrasi kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 29 izin praktik”. Apabila dokter ada unsur
Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara kesengajaan melakukan praktik tanpa surat izin
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda maka dapat dikenakan pasal 76 UU No. 29
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus Tahun 2004.
juta rupiah).
2. Setiap dokter atau dokter gigi warga B. Teori pembuktian dan Pertanggung
negara asing yang dengan sengaja Jawaban Hukum Malpraktik Kedokteran
melakukan prakti kedokteran tnpa 1. Teori pembuktian malpraktik kedokteran
memiliki surat tanda registrasi sementara Pembuktian dapat dilakukan dengan dua
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 31 cara yaitu:24
Ayat 1 dipidana dengan pidana penjara 1) Cara langsung
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda Pembuktian suatu tindakan tenaga medis
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus dianggap lalai apabila telah memenuhi
juta rupiah). tolak ukur 4D, yaitu:
3. Setiap dokter atau dokter gigi warga a) Duty of Care (kewajiban): kewajiban
negara asing yang dengan sengaja profesi, dan kewajiban akibat kontrak
melakukan praktik kedokteran tanpa dengan pasien.
memiliki surat tanda registrasi bersyarat b) Dereliction of Duty (penyimpangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dari kewajiban) Berarti pelanggaran
Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara kewajiban tersebut, sehinga
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda mengakibatkan timbulnya kerugian
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus kepada pasien artinya tidak
juta rupiah). memenuhinya standard profesi
3. Aspek hukum administrasi malapraktik medik.
kedokteran c) Damage (kerugian) Berarti kerugian
Dari sudut hukum, praktik dokter dengan yang diderita pasien itu harus
melanggar semata-mata hukum administrasi berwujud dalam bentuk fisik,
kedokteran bukanlah malapraktrik. Akan tetapi, financial, emosional atau berbagai
pelanggaran hukum administrasi kedokteran kategori kerugian lainnya.
menjadi tempat atau letak sifat melawan d) Direct Causation (penyebab langsung)
hukumnya perbuatan malapraktik apabila Berarti bahwa harus ada kaitan kausal
menimbulkan akibat buruk pada pasien. Akibat antara tindakan yang dilakukan dan
kerugian pasien merupakan unsur esensial yang kerugian yang diderita.
tidak dapat dihilangkan sebagai unsur
penentunya. Pelanggaran kewajiban 23Adami Cazawi, op.cit., hlm.114
administrasi tidak selamanya bersanksi 24Syarifah Hidayah Fatriah & Budi Sampurna, Pembuktian
administrasi, seperti pencabutan izin praktik Malpraktik, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Riau,
Pekanbaru, 2017
108
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
109
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
110
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
menyelamatkan jiwa bayi atau jiwa ibunya, 2. ada kesalahan atau kelalaian pada dokter
maka menyelamatkan jiwa yang lebih 3. ada hubungan kausal antara kerugian dan
utama (abortus provocatus medicalis) hal kesalahan
tersebut dikecualikan dari tuntutan pidana. 4. perbuatan itu harus melawan hukum
Tetapi larangan baru dikenakan pada Pertanggungjawaban atas dasar kesalahan
tindakan abortus criminalis yaitu tersebut (fault liability), didasarkan atas tiga
penghilangan jiwa tanpa alasan medis prinsip pertanggungjawaban sebagaimana
Sebagaimana Surat Edaran Mahkamah diatur dalam pasal 1365, 1366 dan KUH perdata
Agung maka sebelum hakim meyakini dokter yang pada hakikatnya menentukan :31
telah lalai, khilaf, atau bahkan telah sengaja 1. setiap perbuatan melawan hukum yang
melakukan perbuatan yang mengakibatkan merugikan orang lain, mewajibkan orang
korban jiwa atau kerugian terhadap badan atau yang bersalah menimbulkan kerugian itu
bagian badan pasien (medical malpractice), memberikan ganti rugi.
maka harus mendengarkan terlebih dahulu 2. Setiap orang bertanggung jawab terhadap
pendapat dari Majelis Kehormatan Disiplin kerugian yang ditimbulkan karena
Kedokteran Indonesia (MKDKI). Walaupun perbuatan itu karena kelalaian atau
pendapat ahli ini dalam sistem hukum kekurang hati-hatiannya.
pembuktian tidak mengikat para hakim. Pembuktian terhadap kesalahan diatas
Bersalah tidaknya dokter diukur dari apakah menggunakan alat bukti yang diatur dalam
tindakan medik itu telah memenuhi standar pasal 1866 KUH perdata. Dasar dan bentuk
pelayanan medik, standar operation procedure pertanggungjawaban sebagaimana ditentukan
(SOP) dan adanya contribution negligence dari dalam KUH perdata tersebut membawa
pasien. Selain dari pada itu apakah kemampuan konsekuensi bahwa penderita kerugian
dokter tersebut telah memenuhi kemampuan tersebut, yaitu pasien harus membuktikan
kedokteran pada umumnya (kemampuan rata- kesalahan dokter dalam memberikan pelayanan
rata), juga apakah tindakan dokter tersebut medis.32
tidak melanggar kode etik kedokteran.
Berikut akan dijelaskan pertanggungjawaban PENUTUP
kedalam tiga bagian tanggung jawab yaitu: A. Kesimpulan
1. Tanggung jawab perdata malapraktik 1. Malpraktik dibagi menjadi tiga aspek
kedokteran hukum yaitu:
Pada Pasal 1243 KUH Perdata mengatur 1) Aspek hukum perdata terjadi apabila
tentang wanprestasi, dalam hal ini dikondisikan terdapat hal-hal yang menyebabkan
bahwa dokter telah tidak memenuhi tidak terpenuhinya isi perjanjin
kewajibannya yang timbul dari suatu perjanjian (wanprestasi), didalam transaksi
(tanggung jawab kontraktual), sedangkan Pasal terapeutik oleh tenaga kesehatan,
1365 adalah Pasal tentang perbuatan melawan atau terjadinya perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatigedaad). Dalam hal ini hukum, atau terjadinya perbuatan
dokter dianggap berbuat melawan hukum melanggar hukum sehingga
karena tindakannya bertentangan dengan asas menimbulkan kerugian kepada
kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang pasien.
sewajarnya (tanggung jawab berdasarkan 2) Aspek hukum pidana, malpraktik
undang-undang).29 kedokteran bisa, masuk lapangan
Untuk menggugat berdasarkan perbuatan hukum pidana jika memenuhi tiga
melawan hukum harus dipenuhi empat syarat syarat antara lain: syarat dalam
seperti yang ditentukan dalam pasal 1365 dan perlakuan medis, syarat dalam sikap
1401 KUH perdata yaitu:30 batin dokter, syarat mengenai hal
1. pasien harus mengalami kerugian akibat.
3) Aspek hukum administrasi,
29 Rio Christiawan, Aspek Hukum Kesehatan dalam upaya
malpraktek administratif ini terjadi
medis transplantasi organ tubuh, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta, 2003, hlm.50 31 Ibid.
30 Ibid. 32 Ibid,
111
Lex Privatum Vol. IX/No. 9/Ags/2021
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran,
Jakarta, Sinar Grafika, 2015.
_______, Pelajaran Hukum Pidana, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014.
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
2005.
Ari Yunanto & Helmi, Hukum Pidana Malpraktik
Medik Tinjauan dan Perspektif
112