MALPRAKTEK
Malpraktik atau malpractice berasal dari kata ”mal” yang berarti buruk dan
”practice” yang berarti suatu tindakan atau praktik, dengan demikian malpraktek
adalah suatu tindakan medis buruk yang dilakukan dokter/tenaga kesehatan dalam
hubungannya dengan pasien. Malparaktik adalah setiap kesalahan profesional
yang diperbuat oleh dokter/tenaga kesehatan pada waktu melakukan pekerjaan
profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai, tidak berbuat atau meninggalkan
hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau dilakukan oleh dokter pada
umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer & Vorsman,
1950).
Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang
diperbuat oleh dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran dibawah standar
yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap
dokter dalam situasi atau tempat yang sama, dan masih banyak lagi definisi
tentang malparaktik yang telah dipublikasikan. Kelalaian medik.
Investigasi
Seorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi dan
melakukan kesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang
2
JENIS-JENIS MALPRAKTEK
Berpijak pada hakekat malpraktek adalah praktik yang buruk atau tidak
sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan, maka ada bermacam-macam
malpraktek dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang dilanggar, walaupun
kadang kala sebutan malpraktek secara langsung bisa mencakup dua atau lebih
jenis malpraktek. Secara garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar
yaitu mal praktik medik (medical malpractice) yang biasanya juga meliputi
malpraktik etik (etichal malpractice) dan malpraktek yuridik (yuridical
malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga yaitu malpraktik
perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
BENTUK-BENTUK MALPRAKTEK
Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggung-jawab secara profesi bisa
digolongkan sebagai berikut:
1. Tidak Punya Keahlian (Jahil)
Yang dimaksudkan di sini adalah melakukan praktek pelayanan kesehatan
tanpa memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali dalam bidang
kedokteran, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak di luar keahliannya.
Orang yang tidak memiliki keahlian di bidang kedokteran kemudian nekat
membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
sabda beliau:
Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa
banyak orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa mutathabbib (pelakunya)
harus bertanggung-jawab, jika timbul masalah dan harus dihukum agar jera dan
menjadi pelajaran bagi orang lain.
anak, atau mengobati hewan piaraan, kemudian semua meninggal karena praktek
itu, jika orang tersebut telah melakukan apa yang seharusnya dan biasa dilakukan
untuk maslahat pasien menurut para pakar dalam profesi tersebut, maka ia tidak
bertanggung-jawab. Sebaliknya, jika ia tahu dan menyalahinya, maka ia
bertanggung-jawab. "Bahkan hal ini adalah kesepakatan seluruh Ulama,
sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah.
Hanya saja, hakim harus lebih jeli dalam menentukan apakah benar-benar
terjadi pelanggaran prinsip-prinsip ilmiah dalam kasus yang diangkat, karena ini
termasuk permasalahan yang pelik.
9
3. Ketidaksengajaan (Khatha')
Ketidaksengajaan adalah suatu kejadian (tindakan) yang orang tidak
memiliki maksud di dalamnya. Misalnya, tangan dokter bedah terpeleset sehingga
ada anggota tubuh pasien yang terluka. Bentuk malpraktek ini tidak membuat
pelakunya berdosa, tapi ia harus bertanggungjawab terhadap akibat yang
ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan Islam dalam bab jinayat, karena
ini termasuk jinayat khatha' (tidak sengaja).
PEMBUKTIAN MALPRAKTEK
Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian
pula, tuduhan malparaktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada
pertanggung jawaban dari pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan
kemuliaan ajaran Islam. Jika tuduhan langsung diterima tanpa bukti, dokter dan
paramedis terzhalimi, dan itu bisa membuat mereka meninggalkan profesi mereka,
sehingga akhirnya membahayakan kehidupan umat manusia. Sebaliknya, jika
tidak ada pertanggung jawaban atas tindakan malpraktek yang terbukti, pasien
terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak mereka.
Dalam dugaan malpraktek, seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang
diakui oleh syariat sebagai berikut:
Pengakuan Pelaku Malpraktek (Iqrâr).
Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri
sendiri, dan ia lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan
diri sendiri, biasanya pengakuan ini menunjukkan kejujuran.
Kesaksian (Syahâdah).
Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zîr, dibutuhkan kesaksian
dua pria yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab
materiil, seperti ganti rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua
wanita. Adapun kesaksian dalam hal-hal yang tidak bisa disaksikan selain
oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan persaksian empat wanita tanpa
pria. Di samping memperhatikan jumlah dan kelayakan saksi, hendaknya
hakim juga memperhatikan tidak memiliki tuhmah (kemungkinan
mengalihkan tuduhan malpraktek dari dirinya).
Catatan Medis.
Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut
dibuat agar bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia
bisa menjadi bukti yang sah.
10
Informed Consent
Definisi
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut. Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya
tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan
kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga
terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351.
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan
kedokteran dilaksanakan adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan
tersebut.
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
daripada tindakan kedokteran tersebut.
5. Konsekwensi bila tidak dilakukan tindakan tersebut
dan adakah alternatif cara pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan
kedokteran tersebut.
2.2.Tujuan
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang
cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk
menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil
12
keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan
dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral
dan etik yang kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual,
pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum
mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak
adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap
sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa
jawaban atas pertanyaan pasien.
Manfaat
Informed Consent bermanfaat untuk :
1) Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien. Misalnya tindakan medik yang tidak perlu atau tanpa
indikasi, penggunaan alat canggih dengan biaya tinggi dsbnya.
2) Memberikan perlindungan hukum bagi dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif. Misalnya terhadap resiko pengobatan yang
tidak dapat dihindari walaupun dokter telah bertindak seteliti mungkin.
Dengan adanya informed consent maka hak autonomy perorangan di
kembangkan, pasien dan subjek dilindungi, mencegah terjadinya penipuan atau
paksaan, merangsang profesi medis untuk mengadakan introspeksi, mengajukan
keputusan-keputusan yang rasional dan melibatkan masyarakat dalam memajukan
prinsip autonomy sebagai suatu nilai sosial serta mengadakan pengawasan dalam
penelitian biomedik.
Persetujuan
Bentuk persetujuan atau penolakan
Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent
sudah didapat. Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent
concealment”. Pasien yang akan menjalani operasi mendapat penjelasan dari
seorang dokter bedah namun dioperasi oleh dokter lain dapat saja menuntut
malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya informed consent
dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya.
Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam
persidangan bahwa persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan
semua elemen dari informed consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan
kompetensi.
Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk
persetujuan yang merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen,
biasanya dalam rekam medis pasien. Format tersebut bervariasi sesuai dengan
terapi dan tindakan yang akan diberikan. Saksi tidak dibutuhkan, namun saksi
merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed consent. Informed consent
sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh dokter yang
bersangkutan.
Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu harus mengetahui
terapi yang direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit
fisik atau kejiwaan dan tidak mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan
informed consent yang sah. Sebagai akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang
lain yang memiliki otoritas atas nama pasien. Ketika pengadilan telah
memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang ditunjuk pengadilan
harus mengambil otoritas terhadap pasien.
Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas
seseorang terhadap persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak
untuk menolak perawatan tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini
untuk kasus dengan alasan yang tidak rasional. Pada kasus tersebut, pihak dokter
atau rumah sakit dapat memperlakukan kasus sebagai keadaan gawat darurat dan
memohon pada pengadilan untuk melakukan perawatan yang diperlukan. Jika
tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter dapat berkonsultasi
dengan satu atau beberapa sejawatnya.
Jika keluarga dekat pasien tidak setuju dengan perawatan yang
direncanakan atau jika pasien, meskipun inkompeten, mengambil posisi
berlawanan dengan keinginan keluarga, maka dokter perlu berhati-hati. Terdapat
beberapa indikasi dimana pengadilan akan mempertimbangkan keinginan pasien,
meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan persetujuan yang sah. Pada
kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan
(1) jika keluarga dekat setuju,
(2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera,
(3) jika tidak ada dilarang undang-undang.
Cara terbaik untuk menghindari risiko hukum dari persetujuan pengganti
bagi pasien dewasa inkompeten adalah dengan membawa masalah ini ke
pengadilan.
2. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun diberikan oleh mereka menurut hak
sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Saudara-saudara kandung.
3. Bagi yang di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut: (l) Ayah/ibu adopsi, (2) Saudara-saudara kandung, (3)
Induk semang.
4. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Wali yang
sah, (3) Saudara-saudara kandung.
5. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle),
diberikan menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Wali, (2) Curator.
6. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut: a. Suami/istri, b. Ayah/ibu kandung,
c. Anak-anak kandung, d. Saudara-saudara kandung.
Wali: yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk
mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut hukum
menggantikan kedudukan orang tua. Induk semang : orang yang berkewajiban
untuk mengawasi serta ikut bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti
pimpinan asrama dari anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang
pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
2.4. Isi
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medik dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan
kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus
disampaikan.
Mengenai apa yang disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang dilakukan, tentunya prosedur tindakan
yang akan dijalani pasien baik diagnostic maupun terapi dan lain-lain sehingga
pasien atau keluarga dapat memahaminya. Ini mencangkup bentuk, tujuan, resiko,
manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternative terapi (Hanafiah,
1999).
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien yang harus diinformasikan sebelumnya, namun izin
yang harus diberikan oleh pasien dapat berbagai macam bentuknya, baik yang
dinyatakan ataupun tidak. Yang paling untuk diketahui adalah bagaimana izin
tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis, sehingga akan memudahkan
pembuktiannya kelak bila timbul perselisihan.
Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter
harus menjelaskan beberapa hal, yaitu:
1) Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan /
pengobatan yang akan diberikan / diterapkan.
2) Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.
3) Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.
4) Alternative metode perawatan / pengobatan.
5) Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan
persetujuan.
15
9. Jenis tindakan medis yang perlu informed consent disusun oleh komite
medik ditetapkan pimpinan RS.
10. Tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh
keluarga pasien.
11. Format isian informed consent persetujuan atau penolakan
Diketahui dan ditandatangani oleh kedua orang saksi, perawat bertindak
sebagai salah satu saksi
Materai tidak diperlukan
Formulir asli harus dismpan dalam berkas rekam medis pasien
Formulir harus ditandatangan 24 jam sebelum tindakan medis dilakukan
Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah diberikan
informasi
Bagi pasien/keluarga buta huruf membubuhkan cap jempol ibu jari tangan
kanannya
12. Jika pasien menolak tandatangan surat penolakan maka harus ada catatan
pada rekam medisnya.
1. Rekam Medis
Definisi
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang
segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan
tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan
harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan
(imaging), dan rekaman elektro diagnostik
Tujuan
Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar , maka tertib
administrasi tidak akan berhasil.
Manfaat
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
2. Aspek Medis
Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien
Contoh :
- Identitas pasien: name, age, sex, address, marriage status, etc.
- Anamnesis: “fever”, how long, every time, continuously, periodic???
- Physical diagnosis: head, neck, chest, etc.
- Laboratory examination, another supporting examination. Etc
3. Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti
untuk menegakkan keadilan
4. Aspek Keuangan
Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya
pembayaran pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan,
maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan
5. Aspek Penelitian
Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut
data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian.
6. Aspek Pendidikan
19
A. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan
tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan
jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
C. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
20
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan
tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat
dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
Jenis
Berdasarkan perkembangannya rekam medis memiliki dua jenis, yaitu
konvensional dan elektronik.
1) Jenis konvensional merupakan jenis yang masih banyak dipergunakan di
setiap rumah sakit seperti pencatatan secara langsung oleh tenaga kesehatan.
2) Jenis elektronik merupakan sistem pencatatan informasi dengan
menggunakan peralatan yang modern seperti komputer atau alat elektronik
lainnya.
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari:
a. Point a-g
b. Persetujuan tindakan bila diperlukan
c. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
d. Ringkasan pulang (discharge summary)
e. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
f. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu dan
g. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Rekam Medis
Pasal 46
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
22
Pasal 47
1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan
milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Fungsi MKDKI
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga
Negara yang berwenang untuk :
1. Menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter gigi
dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi
2. Menetapkan sanksi bagi dokter/dokter gigi yang dinyatakan bersalah.
3. Dasar pembentukan dan kewenangan MKDKI adalah Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Tugas MKDKI
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas :
1. Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan
2. Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin
dokter atau dokter gigi.
24
Daftar isi:
Agus M. Algozi. Rekam Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. FK UNAIR-RS. DR. Soetomo. Surabaya.
Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3.
Jakarta: EGC . 1998