Anda di halaman 1dari 6

Laporan kasus berbasis bukti

Peran M-pasi dalam perubahan status gizi pada anak dalam


proses tumbuh kembang
Baiq Dwi Praptini Eva Fitri
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta

Latar Belakang : Pada anak umur 6-12 bulan biasanya mengalami peralihan asupan dari ASI
ekslusif menuju Makanan Pendamping Asi akan merubah status gizi anak dan mempengaruhi
tumbuh kembang anak karna meningkatnya asupan nutrisi pada anak dan status gizi anak.
Tujuan : Untuk mengevaluasi perkembagan status gizi anak pada tahap M-pasi
Hasil : Pada bebarapa literarur mengatakan bahwa Makanan Pendamping Asi tidak
memberikan hasil yang bermakna pada perubahan status gizi anak, namun pada penelitian
yang menggunakan quasi eksperimental dengan desain one group pretest posttest
menunjukan berubahan pada antropometri pada anak yang mengalami gizi buruk.
Kesimpulan : Makanan Pendaming Asi tidak memberikan

Pendahuluan
Kasus kekurangan gizi pada anak masih menjadi kasus yang sering ditemui di Indonesia yang
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berikatan satu sama lain. Dalam proses
tubuuh kembang sang anak status gizi anak dapat berubah yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak sehingga hal ini harus mendapatkan perhatian ekstra.

Pemberian Asi Eksklusif sangat berperan penting dalam kehidupan dan perkembangan bayi
usia 0-6 bulan adalah masa masa kritis dalam terhadap kondisi dan status gizi bayi. Asi
sendiri adalah asupan penting yang sudah mencakup kebutuhn bayi baik secara nilai gizi,
spiritual yang mencakup hubungan bayi dan ibu saat pemberian Asi secara langsung, serta
membantu pembentukan psikososiologi sang bayi. Pada saat usia bayi memasuki 6 bulan bayi
akan dikenalkan dengan Makanan Pendamping Asi, M-pasi merupakan makanan peralihan
dari Asi yang berbentuk cair menuju makanan keluarga yang bentuk dan porsisinya
disesuikan kembali dengan umur bayi. Pemberian M-pasi juga faktor dalam kasus gizi buruk
pemberian yang tidak tepat dan sesuai dengan umur bayi hanya akan memperburuk kondisi
bayi karna ketidak siapan pencernaan bayi sehingga pemberian M-pasi ini diharapkan dapat
diberikan saat bayi berusia ≥6 bulan, karna berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Lestari,
Lubis and Pertiwi, (2014) menyatakan bahwa bayi bayi yang diberi M-pasi saat usia ≥6 bulan
mempunyai status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan anak anak yang dikenalkan M-pasi saat
usia dini, faktor kesiapan pencernaan menjadi faktor mengapa hal ini terjadi saat system pencernaan
anak lebih matang dan siap akan lebih baik untuk mencerna makan keluarga. Pada penelitian lainnya
didapati masih banyak orang tua yang memperkenalkan makanan keluarga pada bayi saat usianya
yang kurang dari 6 bulan sebanyak 88,2% (Pelealu, I.Punuh and H. Kapantow, 2017).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bayi menyusui secara eksklusif
untuk 6 bulan pertama kehidupan, diikuti dengan pengenalan makanan pelengkap yang
memadahi (Qasem et al,2015). Apabila hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi perlambatan
pertumbuhan dan meningkatkan risiko dari malnutrisi dan kekurangan mikronutrien (Saldiva
et al, 2007). Secara umum dipahami bahwa gizi yang paling baik untuk bayi adalah Air Susu
Ibu (ASI), sehingga memperkenalkan bayi pada makanan keluarga sebaiknya dihindari
berfokus pada pemberian ASI eksklusif dan didampingi dengan vitamin. Studi yang
dilakukan pemberian Makanan pendamping Asi menunjukan bahwa anak akan meningkatkan
proses pertumbuhan atau penerimaan makanan (Raoet al, 2011), sedangkan pemberian Asi
eksklusif dapat mengurangi angka kematian bayi (Prasetyono, 2009).

Ilustrasi Kasus
Seorang anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan masuk Rumah Sakit dengan keluhan demam
sejak ± 7 hari, demam yang dialami tidak menentu, biasanya meninggi pada malam hari.
Anak juga mengalami batuk yang sudah lama disertai lendir berwarna putih dan kadang
terlihat sesak, mual dan muntah juga dialami setiap masuk makanan. Terlihat bengkak pada
kedua punggung tangan dan kaki, dan perut membesar yang dialami sejak 4 hari yang lalu.
Anak malas makan nasi dan bubur hanya biskuit dan makanan ringan yang lebih disukai.
Nafsu makan anak jadi menurun dibandingkan dengan sebelum sakit dan berat badan anak
sulit bertambah walaupun makannya banyak. Nafsu minum kuat susu formula dan air putih.
BAB hari ini belum dan BAK lancar.

Riwayat penyakit dahulu :

1. Diare
2. Morbili
3. Kejang Demam

Riwayat penyakit keluaga:

tidak ada

Riwayat persalinan :

Anak perempuan lahir secara spontan pervaginam dan persalinan ditolong oleh bidan,
cukup bulan dan anak lahir segera menangis, berat badan lahir 3.000 gram. Panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir tantenya mengaku lupa.

Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, berat badan lahir normal.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan Perkembangan
Berat badan lahir : 3 kg Berbalik : lupa
Berat badan sekarang : 5 kg Gigi pertama : lupa
Lila sekarang : 7,5 cm Duduk : lupa
Lingkar Kepala sekarang : 43 cm Berdiri : lupa
Lingkar dada sekarang : 41 cm Jalan sendiri : 1 tahun
Lingkar perut sekarang : 35 cm Bicara : lupa
Kesan : Status gizi buruk serta pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Metode Penelusuran Literatur

Metode yang dilakukan dengan pencarian literature untuk menjawab masalah diatas
dengan menelusuri daftar pustaka.

Hasil Penelusuran Literatur

Dari beberapa literature menunjukan Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi
tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan
atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut
gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa,
2002). Sebuah penelitian dilakukan disuatu daerah di dapati hasil sebagai berikut

Hubungan Pola Pemberian MPASI dengan Status Gizi di Wilayah Kerja


Puskesmas Taraweang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep

Variabel Pola Gizi baik Gizi kurang Total p-value


Pemberian n % n % n %
MPASI
Usia pemberian
Sesuai 32 74,4 11 25,6 43 100,0 0,348
Tidak sesuai 10 58,8 7 41,2 17 100.0
Bentuk/Tekstur
Sesuai 16 94,1 1 5,9 17 100,0 0,012*
Tidak sesuai 26 60,5 17 39,5 43 100,0

Tabel. 1 menunjukan bahwa status gizi baik, dominan pada anak yang diberikan MPASI tepat
waktu, dan tekstur makanan. Adapun untuk gizi kurang, pola pemberian MPASI dominan
tidak sesuai anjuran yaitu dari usia pemberian MPASI dan Teksturnya. Hasil uji statistik
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tekstur MPASI dengan Status Gizi
(ρ=0.012), sementara untuk variable usia pemberian MPASI menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna dengan status gizi.

PEMBAHASAN
Hubungan Usia Pemberian MPASI dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian MPASI tepat waktu lebih banyak berstatus gizi baik dibandingkan dengan MPASI
dini (<6 bulan), begitupula dengan MPASI diberikan tidak tepat waktu, lebih banyak bertatus
gizi kurang dibandingkan dengan MPASI tepat waktu. Hasil analisis menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara usia pemberian MPASI dengan tatus gizi. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakti et al.,(2013) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur pemberian makanan pendamping ASI pertama kali
dengan status gizi anak usia 6-24 bulan berdasarkan kategori BB/U. Hasil penelitian ini
bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda Septiani yang menyatakan
bahwa di Kelurahan Bagan Barat terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan
status gizi bayi dimana bayi yang diberi MPASI < 6 bulan mempunyai peluang status gizi
tidak normal 6,545 kali dibandingkan dengan bayi yang diberikan MP-ASI ≥ 6 bulan setelah
dikontrol oleh pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan (Septiani, 2014). Perbedaan hasil
penelitian tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakcukupan kualitas dan kuantitias
MPASI yang diberikan. Meskipun ibu memberikan MPASI pertama kali dengan tepat,
namun setelahnya anak tidak mendapatkan MPASI yang baik dari segi kualitas (tekstur,
keberagaman, kecukupan gizi) dan kuantitias (frekuensi pemberian, porsi). Selain
ketidakcukupan asupan, factor penyakit infeksi juga berperan penting yang dapat
menyebabkan hilangnya naafsu makan pada anak. Meskipun analisis menunjukkan tidak
terdapat hubungan, namun secara deskriptif, status gizi kurang lebih banyak pada anak yang
mendapatkan MPASI kurang dari 6 bulan. Peningkatan kejadian malnutrisi terjaji jika
MPASI diberikan terlalu dini dan keterlambatan pemberian MPASI. Hal ini dikarenakan AS
eksklusif tidak mencukupi kebutuhan energi dan protein setelah usia enam bulan; kekurangan
zat besi, seng, dan anemia karena terlambatnya pengenalan makanan seperti daging maupun
makanan dengan kandungan sumber mineral; serta gangguan makan pada bayi, seperti
penolakan makanan padat, muntah, maupun tersedak (Romero-Velarde et al., 2016)

Hubungan Bentuk/Tekstur MPASI dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan


pemberian MPASI dengan tekstur sesuai umur secara deskriptif status gizi baik dibandingkan
dengan yang tidak sesuai tesktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tekstur MPASI dengan status Gizi (ρ value =0.012<α=0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa bentuk MPASI dapat mempegaruhi status gizi Baduta. Tekstur MP-ASI yang
diberikan kepada Baduta sesuai dengan usia Baduta dapat mempengaruhi status gizi anak di
karenakan Tekstur MP-ASI dapat mempegaruhi pencernaan anak.

Hasil ini sejalan dengan Studi Crosssectional yang dilakukan di Posyandu kabupaten
karanganyar menunjukkan ada hubungan bentuk MP-ASI terhadap berat badan (OR= 18.75;
p=0.02) (Anggraeni and Setyatama, 2016). Tekstur/konsisten pemberian MP-ASI yang sesuai
diberikan kepada bayi/anak setiap hari menurut usia adalah baduta 6-8 bulan bentuk makanan
lumat (buburlumat, sayuran, daging, dan buah yang dilumatkan, makanan yg dilumatkan),
Usia 9-11 bulan makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak, Usia 12-24 bulan :
MP-ASI, makanan keluarga, makanan yang dicincang atau dihaluskan jika diperlukan.

Pemberian MPASI dengan tekstur yang berbeda perlu disesuaikan dengan usia anak dan
diberikan secara bertahap. Anak akan membutuhkan lebih banyak waktu dalam mengunyah
ketika tekstur yang diberikan tidak sesuai dengan usia anak, Hal ini menyebabkan asupan
anak akan berkurang. Selanjutnya pada usia >12 bulan, anak sudah diperkenankan makan-
makanan keluarga. Pemberian tekstur (padat dan keras) yang tidak sesuai dengan usia,akan
meningkatkan kinerja system pencernaan anak dimana ginjal dan system pencernaan belum
terbentuk sempurna. Risiko kesulitan makan akan menignkat jika menunda pemberian
makanan padat pada umur >10 bulan, akan meningkatkan (WHO, 2006)

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan usia
pemberian MPASI baduta dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan nilai ρ=0.348. Terdapat
hubungan Tekstur MPASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan (ρ=0.012). Disarankan
perlunya peningkatan penyuluhan oleh tenaga Kesehatan pada Ibu tentang praktik pemberian
MPASI yang tepat dan benar sesuai dengan usia anak sehingga dapat memenuhi asupan yang
adekuat dan status gizi yang optimal

Daftar Pustaka
Maria Theodora Apriani Iza Kopa1 , Diana Mirza Togubu2 , Akmal Novrian Syahruddin3 *),
Hubungan Pola Pemberian MPASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di
Kabupaten Pangkep, Al Gizzai: Public Health Nutrition Journal Vol. 1, No. 2, Juli 2021
Page: 103-110

Arman Ali Siswoyo Wiwin Kuswinardi, SISTEM PAKAR DETEKSI STATUS GIZI DAN
PSIKOLOGI ANAK MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER.

Prita Swandari, Oktia Woro Kasmini Handayani, Siti Baitul Mukarromah Karakteristik Ibu Dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini Terhadap Status Gizi Balita Usia 6-
24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta Tahun 2017 Public
Health Perspective Journal 2 (3) (2017) 191 – 201

Anda mungkin juga menyukai