BAB 1
PENDAHULUAN
empat hal penting yang harus dilakukan. Pertama, memberikan air susu
Ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Kedua, memberikan hanya ASI saja eksklusif sejak lahir sampai bayi
bulan atau lebih. Keempat, memberikan MPASI sejak bayi berusia 6 bulan
yang terlalu dini. Selain itu morbiditas juga menjadi salah satu dampak
malnutrisi pada bayi yang berdampak dari MP-ASI yang tidak baik dan
teratur atau terlalu dini. ISPA yang diakibatkan dari MP-ASI yang terlalu
dini menjadi salah satu faktor terjadinya angka kematian bayi di indonesia
(Nana, 2013).
2
bayi berusia ≥6 bulan dapat berisiko obesitas, serta asupan makanan dan
minuman kecuali ASI berakibat imunitas bayi menurun dan terjadi alergi
kurang dari 6 bulan (WHO, 2017). Hal ini berarti praktik pemberian
jumlah MPASI dini dan penurunan pemberian ASI eksklusif tidak hanya
cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari target yaitu
hanya 37,3%, mengalami penurunan dari 54,3% pada tahun 2013 dan
ASI dini masih tinggi. Kemenkes RI tahun 2015 dalam mencapai target
pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan hanya 38%.
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2015 sebesar
(72,89%), tetapi kembali meningkat pada tahun 2016 sebesar 75%. Data
2017 diketahui bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-1 bulan
sebanyak 49,3% dari 33 kelahiran bayi, usia 2-3 bulan 51%, dari 30
kelahiran dan usia 4-5 bulan sebesar 73% dari 23 kelahiran bayi
kepada bayi yang baru lahir yaitu susu formula 79,8% dari total jumlah
bayi usia 0-6 bulan hanya 58% bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
selama 6 bulan dan 42% bayi mendapatkan MPASI. Sebagian besar alasan
hingga 6 bulan hanya dilakukan ASI ekslusif saja. Oleh karena itu,
MPASI baru bisa diperkenalkan kepada bayi ketika bayi berusia 6 bulan
keatas. Tujuan dari pemberian MPASI adalah sebagai pelengkap zat gizi
pada ASI yang kurang dibandingkan dengan dengan usia anak yang
4
umur bayi 6 bulan). Oleh sebab itu, MPASI harus diberikan pada bayi di
atas umur 6 bulan. Pada waktu umur diatas 6 bulan, lambung bayi sudah
bagus dan sudah mampu mencerna makanan secara baik. MPASI dini bisa
memberi dampak buruk bagi bayi seperti keram perut, iritasi saluran
klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan
dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya (Depkes RI,
2007).
pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu,
dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ia akan
sikap ibu dalam memahami pemberian MPASI yang tepat sesuai usia.
dan keluarga yang dilakukan secara berkala, 2 kali sebulan selama 3 bulan,
dapat meningkatkan status gizi anak balita. Begitu juga penelitian yang
mendukung pemberian ASI eksklusif lebih baik dari pada yang tidak
diberikan konseling.
sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik (Supriasa,
Kecamatan Kedungjajang?
dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Tempursari
Kecamatan Kedungjajang.
1.3.2.1 Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian MPASI padabayi usia 0-6
1.3.2.2 Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian MPASI pada bayi usia 0-6
Kecamatan Kedungjajang.
1.4 Manfaat
terhadap perilaku ibu dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-6 bulan
pentingnya makan pendamping untuk bayi pada umur yang tepat dan
MPASI terhadap perilaku ibu dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
mengatakan apa yang dipikirkan dan apa yang harus dikerjakan. Hal ini
klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan
dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya (Depkes RI,
2007).
(ASCA) (dalam Ali M. 2007) adalah hubungan tatap muka yang bersifat
masalahnya.
konseling dan aliran dan teori yang dianutnya. Dalam bidang konseling
ranah afektif.
suatu yang mudah diterima, dan bisa memberikan inspirasi kepada ibu
biasanya seorang ahli diet, bekerja secara individual untuk menilai asupan
dibutuhkan.
terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan
klien. Hubungan itu tidak hanya dari kedua belah pihak yang meliputi:
lain.
jalan keluarnya.
pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan aset- aset yang dipunyainya. Kalau
olehnya.
secara sosial.
2.1.3.3 Empati
dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain
dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan
harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang
kerangka system.
i. Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal- hal
yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku
yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku
yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih
memuaskan.
(FOA 1994). Hal ini diperlukan utuk membedakan antara dua saluran
komunikasi yaitu tatap muka (face to face) dan media masa (mass media).
yang dilakukan dalam tatap muka adalah secara lisan, sehingga suara
Media pendukung ini akan menjadi mengayaan bagi konselor dan bagi
klien.
15
balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (surjono et al, wijaya,
yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita
Juntika, 2005).
Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara
Nasehat Ibu (KNI) yang diberikan setelah ibu atau pengantar balita
konselor adalah:
peran konselor.
a. Penolakan,
b. Situasi fisik
e. Pendekatan kurang,
2.1.5.5 Psikodiagnostik
konseling.
d. sikap hangat,
f. menjamin kerahasiaan,
masalahnya.
2.1.7.1 Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak dengan
menanyakan cara menyusui anak berapa kali sehari, apakah pada malam
minuman lain. Apabila berat badan berdasarkan usia sangat rendah, dapat
2.1.7.2 Menganjurkan cara pemberian makanan pada ibu antara lain sebagai
20
berikut:
c. Usia 6-12 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan keinginan
d. Usia 12-24 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan keinginan
anak, berikan nasi lembek ditambah telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/
kali sehari seperti kacang hijau, pisang, biscuit, nagasari, dan lain-lain.
oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur,
memberikan ASI.
h. Apabila anak tidak diberikan makan secara aktif, maka nasehati ibu
agar duduk disamping anak dan membujuk supaya mau makan serta
i. Apabila anak tidak diberi makan dengan baik selama sakit, maka
nasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama serta
memberikan makan secara variasi dan berikan dalam porsi sedikit tapi
sering.
a. Persiapan konseling
1) Pengumpulan data
b. Perencanaan konseling
22
lain.
1) Klien datang
antropometri.
minuman selain ASI yang mengandung nutrisi yang diberikan kepada bayi
tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat
untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI ( Molika,
2014).
minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak usia 4-6
bayi berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh
kembang bayi, dimana ASI masih menjadi menu utama bagi bayi hingga
24 bulan.
merupkan langakah besar bagi bayi untuk mulai menapaki dunia rasa dan
2.2.2.1 Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang semakin
2.2.3.2 Memiliki nilai suplementasi yang baik serta megandung vitamin dan
2.2.3.5 Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
2.2.3.7 Kandungan serat kasar yang sukar dicerna dalam jumlah yang dikit.
2.2.4.2 Makanan lumak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
2.2.4.4 Makanan lunak adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus,
contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak tampak berair dan
benar sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar terhindar
2.2.5.1 Ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan
2.2.5.3 Ibu mencuci tangan dengan sabun setelah ke toilet dan setelah
2.2.5.4 Mencuci bahan bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dll) dengan
air mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan diberikan kepada
bayi.
2.2.5.5 Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan untuk
memasak.
2.2.5.6 Peralatan makan bayi seperti mangkuk, sendok dan cangkir harus dicuci
2.2.5.7 Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan bayi karena ludah
makanan cair dan lembut, kemudian setelah bayi bisa menggerakkan lidah
dan proses mengunyah, bayi sudah dapat diberikan makanan semi padat.
Sedangkan untuk makanan padat diberikan ketika bayi sudah tumbuh gigi
2015).
tersebut.
b. Hal ini disebabkan sistem imun bayi kurang dari 6 bulan belum
penyakit.
ekslusif.
makanan padat lebih sulit ditelan dan dicerna oleh bayi yang masih berusia
2018).
2.2.7.1 MP-ASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2-3 sendok pada saat
2.2.7.3 Tepung beras sangat baik digunakan sebagai bahan MP-ASI karena
beras yang baik berasal dari beras pecah kulit yang lebih banyak
kandungan gizinya.
karena rasa buah yang lebih manis dan lebih disukai bayi, sehingga jika
29
dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6-7 bulan, ginjalnya belum
2.2.7.6 Untuk menambah cita rasa MP-ASI bisa menggunakan kaldu ayam, sapi
atau ikan yang dibuat sendiri, serta bisa juga ditambahkan berbagai
2.2.7.7 Jangan terlalu banyak mencampur jenis makanan pada awal pemberian
MP-ASI. Berikan secara bertahap 2-4 hari untuk mengetahui reaksi bayi
2.2.7.8 Perhatikan bahan makanan yang sering menjadi pemicu alergi seperti
2.2.7.9 Telur bisa diberikan kepada bayi sejak usia 6 bulan, tetapi pemberiannya
bagian kuning terlebih dahulu karena bagian putih telur dapat memicu
alergi.
2.2.7.10 Madu sebaiknya diberikan pada usia lebih dari 1 tahun karena madu
pada saluran cerna bayi yang dikenal sebagai toksin botulinnum (infant
botulism).
cenderung memberikan susu botol lebih dini dan ibu yang mempunyai
melatih atau mencooba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah
pendekatan yang baik kepada ibu yang memiliki bayi usia kurang dari
6 bulan maka pada umumnya ibu mau patuh dan menuruti nasehat
kurang dari 6 bulan, diantaranya yang paling sering adalah si bayi masih
32
kelaparan meski sudah diberu susu dan terus rewel. padahal bisa jadi bayi
MP-ASI lebih awal dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit bagi bayi
(Rakyat, 2012).
produksi asi.
penyerapat zat besi dari asi sehingga menyebabkan defisiensi zat besi.
berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan
terpenuhi.
f. Bayi akan minum asi lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk
a. Obesitas
33
b. Hipertensi
hipertensi.
c. Arteriosleloris
tinggi energi dan kaya akan kolestrerol serta lemak jenuh, sebaliknya
d. Alergi makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini
2.3.1 Definisi
menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka
(2014), yaitu :
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat
2.3.3.1 Perilaku hidup sehat (healthy life style) : Merupakan perilaku yang
gaya hidup sehat yang meliputi makan menu seimbang, olahraga yang
teratur, tidak merokok, istirahat cukup, dan menjaga perilaku yang positif
bagi kesehatan.
2.3.3.3 Perilaku peran sakit ( the sick role behavior) : Merupakan perilaku
penyakitnya.
Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
masyarakat.
2.4.1 Definisi
tingkat tertentu.
kebutuhan akan gizi, ASI (Air Susu Ibu), imunisasi, pakaian, tempat
perhatian dari orang tua dan orang terdekatnya karena dengan itu akan
dari kedua orang tuanya, tapi bila lingkungannya kondusif untuk anak
38
a. Lingkungan Prenatal
selama hamil.
persepsi ibu dan keluarga tentang kesehatan seperti tidak boleh makan
makanan tertentu selama hamil dan tidak boleh dibantu oleh petugas
d. Nutrisi
tidak adekuat.
e. Iklim/ Cuaca
diare.
Posisi anak sebagai anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan
anak tunggal akan mendapatkan pola asuh yang berbeda dari orang
maksimal, karena tidak ada saudara yang lain, anak tengah akan
sebagainya.
2.4.3.3 Bahasa
sebagainya.
perkembangan yang seharusnya dicapai selama masa bayi usia 0-6 bulan
adalah :
a. Motorik Kasar
1) Saat menahan dalam posisi berdiri, lutut dan panggul cepat lemas
kepala
3) Bila telungkup dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi yang
lain
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
d. Sosialisasi/ Kognitif
a. Motorik Kasar
menunduk ke depan
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
d. Sosialisasi/ Kognitif
berbagai stimulus.
a. Motorik Kasar
menunduk ke depan
telungkup
b. Motorik Halus
c. Vokalisasi
1) Tertawa
d. Sosialisasi/ Kognitif
a. Motorik Kasar
b. Motorik Halus
b. Vokalisasi
1) Tertawa keras
c. Sosialisasi/ Kognitif
d. Motorik Kasar
2) Punggung tegak
ekstensi
e. Motorik Halus
f. Vokalisasi
1) Menjerit
g. Sosialisasi / Kognitif
a. Motorik Kasar
b. Motorik Halus
3) Memegang botol
c. Vokalisasi
3) Mengoceh menyerupai ungkapan satu suku kata (ma, mu, da, di,
hi)
d. Sosialisasi/ Kognitif
Konseling
Langkah-langkah Konseling
MPASI
a. Persiapan konseling
b. Perencanaan konseling
c. Implementasi konseling
d. Evaluasi konseling
a) Faktor predisposis
Perilaku ibu dalam pemberian
b) Faktor pendorong
MPASI
c) Faktor pendukung