PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kurang gizi atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab tewasnya 3,5 ini terhitung lebih dari
sepertiga kasus kematian anak di seluruh dunia (Malik, 2008).Berbagai penelitian
membuktikan lebih dari separuh kematian bayi danbalita disebabkan oleh keadaan gizi yang
jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak
yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari
oleh keadaan gizi anak yang jelek (Irwandy, 2007).
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4% ; dan Gizi
Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik targetRencana
Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian programperbaikan gizi (20%),
maupun target Millenium Development Goals pada2015 (18,5%) telah tercapai pada
2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional (Depkes RI, 2008).
Gizi kurang pada anak dapat terjadi karena tidak cukupnya makanan
tambahan dan adanya penyakit infeksi. Penurunan kejadian kurang gizi dapat dicapai dengan
peningkatan status gizi, yaitu dengan mencukupi kebutuhan bayi dan anak melalui
pemberian Air Susu Ibu dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang adekuat ( Krisnatuti,
2000).
Air Susu Ibu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat gizi untuk pertumbuhan dan
kesehatan sampai bayi berumur enam bulan. Sesudah itu Air Susu Ibu tidak dapat lagi
memenuhi seluruh kebutuhan, karena itu bayi memerlukan pula makanan tambahan.
Dengan demikian makanan untuk bayi yang berumur enam bulan lebih terdiri dari dua
unsur pokok yaitu Air Susu Ibu ( atau buat sejumlah ibu yang tidak dapat meneteki
anaknya mempergunakan susu formula ) dan makanan tambahan. Komposisi dan
konsistensi makanan tambahan bayi harus disesuaikan dengan perkembangan fisiologis dan
psikomotor atau dengan kata lain disesuaikan dengan umurnya ( Suhardjo, 2009 ). Perlu
diketahui
weaning period ( periode penyapihan ) yang dimula pada usia enam bulan merupakan
masa rawan. Karena pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang tidak sesuai
baik jenis maupun jumlahnya akan memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang
bayi. Padahal pada
periode ini bayi sedang dalam masa tumbuh kembang. Periode ini juga merupakan dasar ini
bagi kemampuan anak untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan pada periode
selanjutnya. Praktek pemberian makanan pada masa ini berkaitan erat dan harus disesuaikan
dengan perkembangan ketrampilan makan anak. Ketidaksesuaian dalam pemberian
makan pada anak dapat menimbulkan masalah kesulitan makan pada anak terutama di
usia balita ( Dini Kasdu, 2004 ). Menurut SDKI 2007 pencapaian pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu usia 6-12 bulan di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
75%,sedangkan p mberian Air Susu Ibu pada bayi usia 0 – 6 bulan baru mencapai 32,4 %.
Di Propinsi Jawa Tengah pencapaian pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
sudah mencapai 83,98%. Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen telah melakukan Penilaian
Status Gizi (PSG) pada balita tahun 2009 yang dilakukan secara acak pada 26
Puskesmas di Kabupaten Sragen. Dari hasil PSG (BB/U) tahun 2009 berdasarkan
Puskesmas didapatkan hasil prosentasi gizi buruk 3,9 %, gizi kurang 5,0 % dan gizi baik 91,1
%. Dari hasil tersebut Puskesmas Karangmalang merupakan wilayah dengan kasus gizi
buruk dan gizi kurang tertinggi di Kabupaten Sragen . Berdasarkan survey yang dilakukan
peneliti di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen dan menurut penyampaian ibu-
ibu kader dan petugas gizi dari Puskesmas Karangmalang masih banyak ibu-ibu yang
belum mengetahui tentang praktek car a memberikan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu pada anaknya yang meliputi jenis makanan, waktu dan porsi pemberiannya. Untuk
itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu dan
praktek pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan status gizi pada bayi
usia 6-12 bulan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen.
ini
ini
Pemerintah Indonesia sebenarnya sangat mendukung pemberian ASI ekslusif oleh
ibu kepada bayinya. Hal ini dapat terlihat dengan adanya Undang-Undang Kesehatan No.
36 tahun 2009 Pasal 128, yang menekankan pada hak bayi untuk mendapatkan ASI
ekslusif kecuali atas indikasi medis, dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak
mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan (UU RI, 2009). Namun
masih banyak pihak yang melanggar peraturan tersebut, salah satunya adalah karena
faktor ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan mengenai ASI ekslusif itu sendiri. Oleh
karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penetian
mengenai ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur
2. Rumusan Masalah
penelitian yaitu menegenai bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif pada bayi mur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake Kota
Samarinda.
3. Tujuan Penelitian
pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning
3.2.2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada
4. Manfaat Penelitian
a) Bagi Puskesmas
sehingga upaya penigkatan jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif pada bayi baru
lahir dapat meningkat dari tahun ke tahun dan semakin banyak pula ibu yang
memahami pentingnya ASI ekslusif yang pada akhirnya akan berdampak pada
peningkatan kesehatan bayi dan anak khususnya disekitar wilayah kerja Puskesmas
b) Bagi Masyarakat
pemberian ASI ekslusif, khususnya pada bayi 0-6 bulan, sehingga masyarakat dapat
semakin mendukung program ini yang pada akhirnya akan berdampak terhadap
c) Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan penulis tentang tingkat pengetahuan ibu
tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di
Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake Kota Samarinda serta sebagai sarana untuk
yang telah diperoleh selama menjalani pendidikan kedokteran dan selama menjalani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
indera manusia, yakni indra penglihatan, penderaan, penciuman, rasa dan raba.
Namun sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
tingkat pengetahuan ibu pada ASI Ekslusif adalah faktor sosial, ekonomi,
lingkungan dan biologi. Selain itu faktor dari ibusendiri juga sangat menunjang
misalnya faktor fisik, psikis, pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor lain ikut
serta masyarakat khususnya dalam hal pemberian ASI dapat ditunjang dengan
memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak ( FKM-UI Depkes RI dan WHO,
1998 ).
dilakukan oleh ibu terhadap bayinya untuk mendapatkan yang terbaik (Notoatmodjo
1. Umur
bagi seorang ibu untuk melahirkan termasuk resiko tinggi dan erat kaitannya
dengan anemia gizi dapat mengurangi produksi ASI yang dihasilkan. Penelitian
2. Paritas
Para ibu dengan paritas 1-2 anak sering menemui masalah dalam
memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang sering muncul yaitu puting susu
yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki dan atau belum siap
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
banyak ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah
banyaknya ibu yang bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu
2. ASI Eksklusif
2.1. Definisi
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
unitantara ibu dan anak. Pemberian ASI saja dianjurkan diberikan pada bayi paling
ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI)
saja kepada bayi sampai umur 4 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan
ASI Ekslusif adalah sumber makanan terbaik untuk seorang bayi, dianjurkan
bayi usia 0 – 6 bulan minum ASI Ekslusif, artinya tanpa bahan susu formula
(Lilla,2008).
Tingkat pengetahuan mengenai ASI adalah ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, Satu-satunya makanan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
perkembangan kemampuan bahasa, daya kognitif, dan daya ingat akan lebih
baik.
b. ASI mudah dicerna, selalu aman dan bersih, tidak akan basi, mempunyai suhu
Kesehatan, 1997).
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary
pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar
(Winarno, 1990).
air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan
aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang
besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat di gambarkan
dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam
susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara
perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari
areda ( bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya
sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengndung imunoglobulin A ( Iga ),
laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk
mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan lebih banyak
Council Washington tahun 1980 di peroleh perkiraan Komposisi Kolostrum ASI dan
susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Energi ( k Cal ) 58 70 65
(mg)
Vitamin 151 75 41
- Vit A ( mg ) 1,9 14 43
- Vit BI ( mg ) 30 40 145
- Vit B2 ( mg ) 75 160 82
- Vit B6 ( mg )
- Asam pantotenik
- Biotin
Mineral - 1,5 6
- Kalsium ( mg )
- Klorin ( mg )
- Tembaga ( mg ) 39 35 130
- Magnessium ( mg ) 70 100 70
- Fosfor ( mg ) 4 4 12
- Potassium ( mg ) 14 15 120
- Sodium ( mg ) 74 57 145
- Sulfur ( mg ) 48 15 58
22 14 30
Berdasarkan stadium laktasi maka komposisi ASI dibagi menjadi tiga bagian
sampai ketiga atau keempat masa laktasi. Kelebihan dari kolostrum adalah
2. ASI masa transisi merupakan peralihan dan colostrum menjadi ASI matture
mulai keluar pada hari keempat sampai kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini
dengan diisap bayi atau diperoleh sehingga ada ejeksi dari air susu. Hormon yang
paling penting dalam proses laktasi adalah hormon prolaktin. Begitu juga
dikeluarkannya hormon prolaktin dan oksitosin. Oksitosin diperlukan untuk ejeksi air
susu.
bayi yang dapat yang mendapat ASI, kuman ini dalam usus mengubah laktosa
3. Antibodi terhadap penyakit batuk rejan, difteri, radang, paru otak gondongan,
4. Komplemen zat ini berguna untuk merusak bakteri, sehingga kuman dapat
mudah dimakan oleh sel darah putih dan sebagai penawar alergi.
5. Lisozim zat ini berkhasiat memecah dinding sel bakteri dan diperkiraan 300
kali lebih baik khasiatnya daripada susu sapi juga tahan terhadap keasaman
lambung.
6. Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama dengan zat lain akan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21 September 2014.
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
Samarinda.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang
September 2014.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
accidental sampling.
1. Kriteria Inklusi
a) Ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang terdaftar di Posyandu Kemuning
2. Kriteria Ekslusi
b) Informan tidak hadir pada saat pemberian kuisioner pertama atau kedua.
Data diperoleh berdasarkan data primer yang didapat dari kuisioner yang telah diisi
F. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner penelitian.
G. Definisi Operasional
Pengetahuan tentang ASI ekslusif : Hasil tahu yang didapatkan setelah seseorang
dalam kuisioner.
Kategori pengetahuan bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik, sedang dan kurang.
Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah
dijadikan persen.
Baik > 12
Sedang 10 – 12
Kurang <9
H. Prosedur Kerja
Data yang sudah terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, serta
Puskesmas Lempake. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Agustus dan 21 September 2014
< 18 tahun 0 0%
Dari data tersebut didapatkan bahwa dari 19 responden, 52.63%% (10 orang)
merupakan kelompok umur 26-30 tahun, sedangkan yang lainnya berumur antara lain 18-25
tahun 3 orang (15.78%%) dan 6 orang (31.57%) lainnya berumur >30 tahun.
2. Karakteristik Pendidikan
SD 3 15.78%
SLTP 4 21.05%
SLTA 10 52.63%
Jumlah 19 100%
Dari data pada table diatas dapat diketahui bahawa dari 19 responden sebagian besar
merupakan tamatan SLTA yaitu terdapat 10 orang (52.63%), sedangkan yang lainnya
merupakan tamatan SD 3 orang (15.78%), SLTP 4 orang (21.05%), dan Perguruan Tinggi 2
orang (10.52%).
3. Karakteristik Pekerjaan
Wiraswasta 0 0%
Swasta 1 5.26%
Buruh 0 0%
PNS/TNI/Polri 0 0%
Jumlah 19 100%
Dari data pada table diatas didapatkan bahwa dari 19 responden, 94.73% (18 orang)
1-2 16 84.21%
3-4 3 15.78%
>4 0 0%
Jumlah 19 100%
Dari data yang pada table hasil penelitian tersebut didapatkan sebagian besar ibu-ibu
tersebut memiliki anak 1-2 orang, yaitu sebanyak 16 orang (84.21%) sedangkan 3 orang
berikut:
Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Responden di Posyandu Kemuning
Baik 6 31.57%
Cukup 12 63.15%
Kurang 1 5.26%
Jumlah 19 100%
terlihat bahwa hanya 31.57% (6 orang) dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan
ASI eksklusif yang baik, dan masih ada yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang,
yaitu sebesar 5.26% (1 orang). Sedangkan 63.15% (12 orang) responden memiliki tingkat
4.4. Intervensi
Dari hasil penelitian yang didapat, maka dirasa tingkat pengetahuan ibu-ibu di
Posyandu Kemuning tersebut perlu ditingkatkan. Intervensi yang kemudian dilakukan berupa
penyuluhan tentang Pemberian ASI Eksklusif. Penyuluhan tersebut dilaksanakan pada hari
dijelaskan definisi ASI Eksklusif itu sendiri, manfaat ASI eksklusif bagi bayi mapun bagi ibu,
apa saja kandungan ASI, apa kelebihan ASI disbanding susu formula, serta cara yang dapat
dilakukan untuk memperbanyak ASI. Selain penyuluhan tersebut, dilakukan pula pembagian
ibu-ibu di Posyandu Kemuning diminta kembali untuk mengisi kuisioner pada bulan
berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya peningkatan tingkat pengetahuan
ibu-ibu tersebut setelah penyuluhan dan pembagian leaflet tersebut. Dari hasil kuisioner
Intervensi
Baik 19 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Jumlah 19 100%
Dari tabel data diatas didapatkan bahwa seluruh ibu-ibu (19 orang, 100%) yang sudah
mengikuti penyuluhan Pemberian ASI Eksklusif memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
BAB V
6.1. Kesimpulan
Ibu yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21 September 2014 yang
dilakukanlan suatu intervensi berupa penyuluhan dan pemberian leaflet yang berisi informasi
6.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan lagi.
eksklusif dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat melalui
LAMPIRAN
A. Kuisioner I (pre-penyuluhan)
12. Bila jawaban ASI, a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik a. 2 10.52%
apakah kelebihan b. ASI praktis dan tidak
b. 0 0%
ASI daripada PASI? memerlukan biaya
c. 0 0%
c. ASI dapat mempererat tali kasih
saying ibu dan anak d. 17 89.47%
d. Semua jawaban benar
B. Kuisioner II (post-penyuluhan)