Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya


manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini
sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah
asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh
faktor oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.
Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktorpenghambat dalam
pembangunan nasional . Secara perlahan kekurangan giziakan berdampak pada tingginya
angka kematian ibu, bayi, dan balita, sertarendahnya umur harapan hidup. Selain itu,
dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya
pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi (Bapenas, 2007 ). Nutrisi merupakan
salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. Kekurangan nutrisi yang diperlukan
tubuh akan mengakibatkan efek yang sangat serius, seperti kegagalan pertumbuhan fisik,
menurunnya IQ menurunnya produktivitas, menurunnya daya tahan terhadap infeksi dan
penyakit, serta meningkatkan resiko terjangkit penyakit dan kematian( Liaumalia, 2006).
Sampai saat ini masih terdapat empat masalah gizi utama, salah
satunya adalah masalah Kurang Energi Protein (KEP) yang banyak diderita oleh
kelompok anak umur dibawah lima tahun (balita). Menurut berat ringannya KEP dibagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu : ringan, sedang dan buruk. Atau sering juga disebut gizi
buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Sihadi, 1999).Gizi buruk merupakan salah satu
masalah gizi yang perlu mendapat perhatian yang serius, menurut hasil survey kesehatan
nasional(susenas) pada tahun 1989 prevalensi gizi buruk anak balita adalah6,3%.
Prevalensi ini meningkat menjadi 11,56% pada tahun 1995 dan menurun menjadi 8,0%
pada tahun 2002 (PERSAGI, 2004).

Kurang gizi atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab tewasnya 3,5 ini terhitung lebih dari
sepertiga kasus kematian anak di seluruh dunia (Malik, 2008).Berbagai penelitian
membuktikan lebih dari separuh kematian bayi danbalita disebabkan oleh keadaan gizi yang
jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak
yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari
oleh keadaan gizi anak yang jelek (Irwandy, 2007).
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4% ; dan Gizi
Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik targetRencana
Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian programperbaikan gizi (20%),
maupun target Millenium Development Goals pada2015 (18,5%) telah tercapai pada
2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional (Depkes RI, 2008).
Gizi kurang pada anak dapat terjadi karena tidak cukupnya makanan
tambahan dan adanya penyakit infeksi. Penurunan kejadian kurang gizi dapat dicapai dengan
peningkatan status gizi, yaitu dengan mencukupi kebutuhan bayi dan anak melalui
pemberian Air Susu Ibu dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang adekuat ( Krisnatuti,
2000).
Air Susu Ibu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat gizi untuk pertumbuhan dan
kesehatan sampai bayi berumur enam bulan. Sesudah itu Air Susu Ibu tidak dapat lagi
memenuhi seluruh kebutuhan, karena itu bayi memerlukan pula makanan tambahan.
Dengan demikian makanan untuk bayi yang berumur enam bulan lebih terdiri dari dua
unsur pokok yaitu Air Susu Ibu ( atau buat sejumlah ibu yang tidak dapat meneteki
anaknya mempergunakan susu formula ) dan makanan tambahan. Komposisi dan
konsistensi makanan tambahan bayi harus disesuaikan dengan perkembangan fisiologis dan
psikomotor atau dengan kata lain disesuaikan dengan umurnya ( Suhardjo, 2009 ). Perlu
diketahui
weaning period ( periode penyapihan ) yang dimula pada usia enam bulan merupakan
masa rawan. Karena pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang tidak sesuai
baik jenis maupun jumlahnya akan memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang
bayi. Padahal pada
periode ini bayi sedang dalam masa tumbuh kembang. Periode ini juga merupakan dasar ini
bagi kemampuan anak untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan pada periode
selanjutnya. Praktek pemberian makanan pada masa ini berkaitan erat dan harus disesuaikan
dengan perkembangan ketrampilan makan anak. Ketidaksesuaian dalam pemberian
makan pada anak dapat menimbulkan masalah kesulitan makan pada anak terutama di
usia balita ( Dini Kasdu, 2004 ). Menurut SDKI 2007 pencapaian pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu usia 6-12 bulan di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
75%,sedangkan p mberian Air Susu Ibu pada bayi usia 0 – 6 bulan baru mencapai 32,4 %.
Di Propinsi Jawa Tengah pencapaian pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
sudah mencapai 83,98%. Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen telah melakukan Penilaian
Status Gizi (PSG) pada balita tahun 2009 yang dilakukan secara acak pada 26
Puskesmas di Kabupaten Sragen. Dari hasil PSG (BB/U) tahun 2009 berdasarkan
Puskesmas didapatkan hasil prosentasi gizi buruk 3,9 %, gizi kurang 5,0 % dan gizi baik 91,1
%. Dari hasil tersebut Puskesmas Karangmalang merupakan wilayah dengan kasus gizi
buruk dan gizi kurang tertinggi di Kabupaten Sragen . Berdasarkan survey yang dilakukan
peneliti di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen dan menurut penyampaian ibu-
ibu kader dan petugas gizi dari Puskesmas Karangmalang masih banyak ibu-ibu yang
belum mengetahui tentang praktek car a memberikan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu pada anaknya yang meliputi jenis makanan, waktu dan porsi pemberiannya. Untuk
itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu dan
praktek pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan status gizi pada bayi
usia 6-12 bulan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen.

ini
ini
Pemerintah Indonesia sebenarnya sangat mendukung pemberian ASI ekslusif oleh

ibu kepada bayinya. Hal ini dapat terlihat dengan adanya Undang-Undang Kesehatan No.

36 tahun 2009 Pasal 128, yang menekankan pada hak bayi untuk mendapatkan ASI

ekslusif kecuali atas indikasi medis, dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak

mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan (UU RI, 2009). Namun

masih banyak pihak yang melanggar peraturan tersebut, salah satunya adalah karena

faktor ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan mengenai ASI ekslusif itu sendiri. Oleh

karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penetian

mengenai ”Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur

0-6 bulan di Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake Kota Samarinda”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan suatu permasalahan

penelitian yaitu menegenai bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif pada bayi mur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake Kota

Samarinda.

3. Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning

Puskesmas Lempake Kota Samarinda.

3.2. Tujuan Khusus


3.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada

bayi umur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning sebelum dilakukan penyuluhan

tentang ASI eksklusif.

3.2.2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada

bayi umur 0-6 bulan di Posyandu Kemuning sesudah dilakukan penyuluhan

tentang ASI eksklusif.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

a) Bagi Puskesmas

Sebagai masukan bagi Puskesmas dalam memberikan kegiatan pendidikan kesehatan

atau penyuluhan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya mengenai ASI ekslusif

sehingga upaya penigkatan jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif pada bayi baru

lahir dapat meningkat dari tahun ke tahun dan semakin banyak pula ibu yang

memahami pentingnya ASI ekslusif yang pada akhirnya akan berdampak pada

peningkatan kesehatan bayi dan anak khususnya disekitar wilayah kerja Puskesmas

Lempake Kota Samarinda.

b) Bagi Masyarakat

Dari penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memahami menegenai pentingnya

pemberian ASI ekslusif, khususnya pada bayi 0-6 bulan, sehingga masyarakat dapat

semakin mendukung program ini yang pada akhirnya akan berdampak terhadap

peningkatan mutu kesehatan masyarakat secara luas.

c) Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan penulis tentang tingkat pengetahuan ibu

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di
Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake Kota Samarinda serta sebagai sarana untuk

mengaplikasikan ilmu dan melatih teknik edukasi kesehatan terhadap masyarakat,

yang telah diperoleh selama menjalani pendidikan kedokteran dan selama menjalani

program Internship Dokter Indonesia di Puskesmas Lempake Kota Samarinda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaanterhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indra penglihatan, penderaan, penciuman, rasa dan raba.

Namun sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

ini akan berpengaruh pada prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dokumen yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa


prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Margareth dan Hofvander (1983), faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan ibu pada ASI Ekslusif adalah faktor sosial, ekonomi,

lingkungan dan biologi. Selain itu faktor dari ibusendiri juga sangat menunjang

misalnya faktor fisik, psikis, pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor lain ikut

berperan adalah pelayanan kesehatan dan partisipasi masyarakat. Pemantapan peran

serta masyarakat khususnya dalam hal pemberian ASI dapat ditunjang dengan

memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak ( FKM-UI Depkes RI dan WHO,

1998 ).

Adapun perilaku menyusui sendiri adalah perbuatan atau tindakan yang

dilakukan oleh ibu terhadap bayinya untuk mendapatkan yang terbaik (Notoatmodjo

dkk, 1985). Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan

ibu pada ASI Ekslusif adalah :

1. Umur

Menurut Husain (1989), menyatakan bahwa umur 30 tahun atau lebih

bagi seorang ibu untuk melahirkan termasuk resiko tinggi dan erat kaitannya

dengan anemia gizi dapat mengurangi produksi ASI yang dihasilkan. Penelitian

Utomodkk (1993), menyatakan bahwa wanita lebih mudah cenderung

memberikan makanan pendamping ASI lebih awal kepada bayinya, yaitu

dimulai ketika bayi berusia < 1 bulan.

2. Paritas
Para ibu dengan paritas 1-2 anak sering menemui masalah dalam

memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang sering muncul yaitu puting susu

yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki dan atau belum siap

menyusui bayi secara Psikologis ( Neil, W. R, 1982 ).

3. Pendidikan

Menurut Sukanto(1982), mengatakan bahwa pendidikan akan

memberikan kesempatan kepada orang untuk membuka jalan pikiran dalam

menerima ide-ide atau nilai-nilai baru.Tingkat pendidikan ibu merupakan salah

satu aspek yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga

sebagai faktor ekonomi. Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan

tingkah laku manusia dalam memberikan ASI Ekslusif.

4. Pekerjaan

Menurut Soetijiningsih(1989), bahwa ada kecenderungan makin

banyak ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah

banyaknya ibu yang bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu

antara mengasuh anaknya dengan memberikan ASI. Membantu ekonomi

keluarga mencari nafkah dengan bekerja di luarmaupun di dalam lingkungan

rumah. Sering membuat seorangibu menghadapi kesulitan mengatasinya.

2. ASI Eksklusif

2.1. Definisi

Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayi ( Theresia, Puapita, 1995 ).


ASI adalah makanan ideal yang tidak ada bandingannya untuk pertumbuhan

danperkembangan bayi normal, dan merupakan pengaruh biologis dan emosional

unitantara ibu dan anak. Pemberian ASI saja dianjurkan diberikan pada bayi paling

kurang 4 bulan, sebab ASI mengandung semua giziyangdibutuhkan untuk

membangun dan menyediakan energi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara

optimal (Latief, 1995). Disamping itu menurut Manuaba(1999), ASI juga

mengandung bebeerapa zat antibodi terhadap penyakit-penyakit yang keberadaanya

sangat berguna bagi kesehatan bayi.

ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI)

saja kepada bayi sampai umur 4 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan

(Depkes RI, 1992).

ASI Ekslusif adalah sumber makanan terbaik untuk seorang bayi, dianjurkan

bayi usia 0 – 6 bulan minum ASI Ekslusif, artinya tanpa bahan susu formula

(Lilla,2008).

Tingkat pengetahuan mengenai ASI adalah ASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi, Satu-satunya makanan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6

bulan pertama kehidupannya.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan

alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal.

2.2. Manfaat ASI Ekslusif


2.2.1. Manfaat bagi bayi

a. Pelukan dan dekapan ibu waktu menyusui menimbulkan kehangatan dan

rasa aman yang merupakan dasar perkembangan emosi dan kepribadian

anak. Perkembangan psikomotor akan berlangsung lebih cepat serta

perkembangan kemampuan bahasa, daya kognitif, dan daya ingat akan lebih

baik.

b. ASI mudah dicerna, selalu aman dan bersih, tidak akan basi, mempunyai suhu

yang tepat, dapat langsung diminum, mengandung zat kekebalan, sehingga

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.

c. Kalori ASI mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan.Menyusui secara ekslusif bagian dari memberikan kolostrum

pada bayi barulahir (Sjahmien, Moehji, 1992).

2.2.2. Manfaat bagi ibu

a. Menyusui secara ekslusif dapat menunda kehamilan,mempercepat

penurunan berat badan setelah melahirkan, mencegah terjadinya

anemia,karena merangsang kontraksi uterus, mempercepat kembali uterus

semula, mencegah kanker payudara dan memperkuat hubungan ikatan batin

ibu serta bayi.

b. Salah satu metode penjarangan kehamilan yang cukup efektif.

c. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan sehingga mencegah anemia.

d. Secara psikologis menimbulkan puas, bangga dan bahagia.


e. Mudah cara pemberian dan hemat (Biro pusat statistik dan Departemen

Kesehatan, 1997).

f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan

datang(Theresia, Puspita, 1995).

2.3. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan

mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary

Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan

pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down

Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk

menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabut otot halus di

dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar

(Winarno, 1990).

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung

air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan

aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang

menjadi ranting semakin mengecil.

Susu di produksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang

besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat di gambarkan

sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yanng mengsekresi

dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam

dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan

susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara
perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari

areda ( bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan

dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.

2.4. Komposisi ASI

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum

mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya

sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengndung imunoglobulin A ( Iga ),

laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk

pertahanan tubuh bayi, terhadap sarangan penyakit ( Infeksi ) lebih sedikit

mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan lebih banyak

mengandung mineral-mineral natrium(Na) dan seng (Zn).

Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National Research

Council Washington tahun 1980 di peroleh perkiraan Komposisi Kolostrum ASI dan

susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml

Zat-zat gizi Kolostrum ASI Susu sapi

Energi ( k Cal ) 58 70 65

Protein ( g ) 2,3 0,9 3,4

 Kasein/whey - 1 : 1,5 1 : 1,2

 Kasein ( mg ) 140 187 -

 Laktamil bumil 218 161 -

(mg)

 Laktoferin ( mg) 330 167 -


 Ig A ( mg ) 364 142 -

Laktosa ( g ) 5,3 7,3 4,8

Lemak ( g ) 2,9 4,2 3,9

Vitamin 151 75 41

- Vit A ( mg ) 1,9 14 43

- Vit BI ( mg ) 30 40 145

- Vit B2 ( mg ) 75 160 82

- Asam Nikotinmik - 12-15 64

- Vit B6 ( mg )

- Asam pantotenik

- Biotin

- Asam folat 183 246 340

- Vit B12 0,06 0,6 2,8

- Vit C 0,05 0,1 13

- Vit D ( mg ) 0,05 0,1 0,6

- Vit Z 5,9 5 1,1

- Vit K ( mg ) - 0,04 0,02

1,5 0,25 0,07

Mineral - 1,5 6

- Kalsium ( mg )

- Klorin ( mg )

- Tembaga ( mg ) 39 35 130

- Zat besi ( ferrun ) 85 40 108


- ( mg ) 40 40 14

- Magnessium ( mg ) 70 100 70

- Fosfor ( mg ) 4 4 12

- Potassium ( mg ) 14 15 120

- Sodium ( mg ) 74 57 145

- Sulfur ( mg ) 48 15 58

22 14 30

2.5. ASI dan Stadium Laktasi

Berdasarkan stadium laktasi maka komposisi ASI dibagi menjadi tiga bagian

(Suharyono, dkk, 1992).

1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae, lebih banyak mengandung antibodi, ditemukan pada hari pertama

sampai ketiga atau keempat masa laktasi. Kelebihan dari kolostrum adalah

lebih banyak mengandung antibodi dibanding ASI Mature dan dapat

memberikan perlindungan pada bayi sampai 6 bulan pertama. Adapun volume

kolostrum berkisar antara 150-300 ml/24 jam.

2. ASI masa transisi merupakan peralihan dan colostrum menjadi ASI matture

mulai keluar pada hari keempat sampai kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini

volume ASI akan makin meningkat.

3. ASI masa mature, disekresi mulai hari kesepuluh dan seterusnya,

komposisinya relatif konstan. ASI mature adalah makanan yang mudah di


dapat, selalu tersedia, siap minum dengan temperature yang sesuai untuk bayi.

ASI mature juga mengandung anti microbial factor.

Untuk mempertahankan laktasi kelenjar-kelenjar susu juga harus distimulasi

dengan diisap bayi atau diperoleh sehingga ada ejeksi dari air susu. Hormon yang

paling penting dalam proses laktasi adalah hormon prolaktin. Begitu juga

pengisapan rangsangan bayi memegang peranan sangat penting untuk dapat

dikeluarkannya hormon prolaktin dan oksitosin. Oksitosin diperlukan untuk ejeksi air

susu.

2.6. Faktor kekebalan yang terdapat pada ASI

1. Laktobacillus tumbuh cepat dan berkembang baik pada saluran pencernaan

bayi yang dapat yang mendapat ASI, kuman ini dalam usus mengubah laktosa

menjadi asam, menghemat pertumbuhan E. coli penyebab diare bayi.

2. Faktor antistaphylokokus, zat ini merupakan semacam linoleat yang

merupakan asam lemak tidak jenuh.

3. Antibodi terhadap penyakit batuk rejan, difteri, radang, paru otak gondongan,

influenza dan lancar.

4. Komplemen zat ini berguna untuk merusak bakteri, sehingga kuman dapat

mudah dimakan oleh sel darah putih dan sebagai penawar alergi.

5. Lisozim zat ini berkhasiat memecah dinding sel bakteri dan diperkiraan 300

kali lebih baik khasiatnya daripada susu sapi juga tahan terhadap keasaman

lambung.
6. Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama dengan zat lain akan

berdaya membunuh strepkokus (Sunoto, 1992).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Kemuning wilayah kerja Puskesmas

Lempake kota Samarinda.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21 September 2014.

C. Populasi, Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan

yang terdaftar di Posyandu Kemuning wilayah kerja Puskesmas Lempake kota

Samarinda.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang

terdaftar di Posyandu Kemuning wilayah kerja Puskesmas Lempake kota

Samarinda, yang berkunjung ke Posyandu pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21

September 2014.

3. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

accidental sampling.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi

a) Ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang terdaftar di Posyandu Kemuning

wilayah kerja Puskesmas Lempake kota Samarinda, yang berkunjung ke

Posyandu pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21 September 2014.

b) Ibu yang bisa membaca dan menulis

2. Kriteria Ekslusi

a) Informan tidak bersedia menjadi subjek peneltian.

b) Informan tidak hadir pada saat pemberian kuisioner pertama atau kedua.

E. Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh berdasarkan data primer yang didapat dari kuisioner yang telah diisi

oleh sampel penelitian pada saat pre dan post penyuluhan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner penelitian.
G. Definisi Operasional

Pengetahuan tentang ASI ekslusif : Hasil tahu yang didapatkan setelah seseorang

melakukan penginderaan tentang ASI ekslusif berdasarkan jawaban yang dipilih

dalam kuisioner.

Kategori pengetahuan bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu baik, sedang dan kurang.

Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah

dijadikan persen.

Kategori Pengetahuan Jawaban Kuisioner Yang Benar

Baik > 12

Sedang 10 – 12

Kurang <9

H. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini :

Rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Lempake

Membuat instrumen penelitian (kuisioner) yang telah tervalidasi

Menentukan sampel penelitian dengan cara accidental sampling di


Posyandu Kemuning

Memberikan kuisinoer pertama (pre-penyuluhan) kepada sampel


penelitian

Melakukan penyuluhan mengenai ASI ekslusif kepada sampel


penelitian
Memberikan kuisinoer
Mengumpulkan
Kesimpulan
kedua
Analisis
(post-penyuluhan)
danpenelitian
data
mengolah data
kepada sampel
penelitian, 1 bulan kemudian
I. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, serta

kemudian dianalisa. Setelah itu dibuat kesimpulan dari peneltian tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Posyandu Kemuning yang merupakan wilayah kerja

Puskesmas Lempake. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Agustus dan 21 September 2014

dengan jumlah sampel 19 responden.

4.2. Data Umum

1. Karakteristik Umur Responden

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur di Posyandu Kemuning

Umur Jumlah Persentase

< 18 tahun 0 0%

18-25 tahun 3 15.78%

26-30 tahun 10 52.63%

> 30 tahun 6 31.57%


Jumlah 19 100%

Dari data tersebut didapatkan bahwa dari 19 responden, 52.63%% (10 orang)

merupakan kelompok umur 26-30 tahun, sedangkan yang lainnya berumur antara lain 18-25

tahun 3 orang (15.78%%) dan 6 orang (31.57%) lainnya berumur >30 tahun.

2. Karakteristik Pendidikan

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Posyandu Kemuning

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 3 15.78%

SLTP 4 21.05%

SLTA 10 52.63%

Perguruan Tinggi 2 10.52%

Jumlah 19 100%

Dari data pada table diatas dapat diketahui bahawa dari 19 responden sebagian besar

merupakan tamatan SLTA yaitu terdapat 10 orang (52.63%), sedangkan yang lainnya

merupakan tamatan SD 3 orang (15.78%), SLTP 4 orang (21.05%), dan Perguruan Tinggi 2

orang (10.52%).

3. Karakteristik Pekerjaan

Tabel 4. Distrubusi Responden Menurut Pekerjaan di Posyandu Kemuning


Pekerjaan Jumlah Persentase

Ibu Rumah Tangga 18 94.73%

Wiraswasta 0 0%

Swasta 1 5.26%

Buruh 0 0%

PNS/TNI/Polri 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari data pada table diatas didapatkan bahwa dari 19 responden, 94.73% (18 orang)

merupakan ibu rumah tangga dan 5.26% merupakan pegawai swasta.

4. Karakteristik Jumlah Anak

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak

Jumlah Anak Jumlah Persentase

1-2 16 84.21%

3-4 3 15.78%

>4 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari data yang pada table hasil penelitian tersebut didapatkan sebagian besar ibu-ibu

tersebut memiliki anak 1-2 orang, yaitu sebanyak 16 orang (84.21%) sedangkan 3 orang

memiliki anak 3-4 orang (15.78%).

4.3. Data Pengetahuan Sebelum

Berdasarkan hasil kuesioner para responden didapatkan tingkat pengetahuan sebagai

berikut:
Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Responden di Posyandu Kemuning

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 6 31.57%

Cukup 12 63.15%

Kurang 1 5.26%

Jumlah 19 100%

Berdasarkan tabel hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan responden, jelas

terlihat bahwa hanya 31.57% (6 orang) dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan

ASI eksklusif yang baik, dan masih ada yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang,

yaitu sebesar 5.26% (1 orang). Sedangkan 63.15% (12 orang) responden memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup.

4.4. Intervensi

Dari hasil penelitian yang didapat, maka dirasa tingkat pengetahuan ibu-ibu di

Posyandu Kemuning tersebut perlu ditingkatkan. Intervensi yang kemudian dilakukan berupa

penyuluhan tentang Pemberian ASI Eksklusif. Penyuluhan tersebut dilaksanakan pada hari

Selasa, 21 Agustus 2014 bertempat di Posyandu Kemuning. Dalam penyuluhan tersebut

dijelaskan definisi ASI Eksklusif itu sendiri, manfaat ASI eksklusif bagi bayi mapun bagi ibu,

apa saja kandungan ASI, apa kelebihan ASI disbanding susu formula, serta cara yang dapat

dilakukan untuk memperbanyak ASI. Selain penyuluhan tersebut, dilakukan pula pembagian

leaflet yang berisi informasi seputar pemberian ASI eksklusif.

4.5. Hasil Intervensi


Setelah dilakukan penyuluhan dan pembagian leaflet tentang Pemberian ASI Eksklusif,

ibu-ibu di Posyandu Kemuning diminta kembali untuk mengisi kuisioner pada bulan

berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya peningkatan tingkat pengetahuan

ibu-ibu tersebut setelah penyuluhan dan pembagian leaflet tersebut. Dari hasil kuisioner

kedua tersebut didapatkan:

Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Responden di Posyandu Kemuning Setelah

Intervensi

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 19 100%

Cukup 0 0%

Kurang 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari tabel data diatas didapatkan bahwa seluruh ibu-ibu (19 orang, 100%) yang sudah

mengikuti penyuluhan Pemberian ASI Eksklusif memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarakan hasil penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif

Ibu yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 dan 21 September 2014 yang

bertempat di Posyandu Kemuning Puskesmas Lempake masih perlu ditingkatkan, sehingga

dilakukanlan suatu intervensi berupa penyuluhan dan pemberian leaflet yang berisi informasi

seputar pemberian ASI eksklusif.

6.2. Saran

1. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu

yang mempunyai bayi dapat mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI

ekslusif dan dapat menerapkannya pada bayi-bayi mereka.

2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

dikembangkan lagi.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Dari data yang diperoleh di Posyandu Lavender, hendaknya tenaga

kesehatan dapat lebih sering memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI

eksklusif dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat melalui

leaflet, poster, dan stiker.

LAMPIRAN

A. Kuisioner I (pre-penyuluhan)

Jumlah sampel yang didapat yang memenuhi kriteria inklusi : 19 orang

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

1. Apakah ibu tahu apa a. Ya a. 19 100%


yang dimaksud b. Tidak
b. 0 0%
dengan ASI
eksklusif?

2. Bila jawaban ya, apa a. Makanan alamiah bagi bayi a. 1 5.26%


pengertian ASI sampai usia 2 tahun
b. 2 10.52%
eksklusif menurut b. Pemberian ASI ditambah susu
c. 16 84.21%
ibu? formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa d. 0 0%
tambahan cairan lain/makanan
padat sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu
formula dan makanan padat
sampai usia 2 tahun
3. Menurut ibu a. Segera setelah bayi lahir atau a. 15 78.94%
kapankah seorang maksimal 1 jam setelah lahir
b. 4 21.05%
bayi harus segera b. Menunggu ibu untuk benar-benar
c. 0 0%
diberikan ASI siap memberiakan ASI 6 bulan
pertamanya? c. Setelah bayi diberikan susu d. 0 0%
formula untuk latihan menghisap,
barulah diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus
karena kelaparan

4. Menurut ibu, apakah a. Ya a. 19 100%


pemberian ASI b. Tidak
b. 0 0%
penting bagi bayi?

5. Bila jawaban ya, a. Memberi nutrisi a. 0 0%


manfaat apa saja b. Untuk pertumbuhan dan
b. 1 5.26%
yang didapat dari perkembangan anak
c. 0 0%
pemberian ASI? c. Meningkatkan daya tahan tubuh
bayi d. 18 94.73%
d. Semua jawaban benar

6. Menurut ibu apa saja a. Kolostrum a. 3 15.79%


kandungan yang b. Antibody
b. 0 0%
terdapat dalam ASI? c. Protein,taurin,karbohidrat,lemak
c. 0 0%
d. Semua benar
d. 16 84.21%

7. Menurut ibu apa a. ASI eksklusif bikin anak cerdas a. 1 5.26%


keunggulan bayi dan mandiri
b. 2 10.52%
yang diberikan ASI b. ASI eksklusif menekan angka
c. 16 84.21%
Eksklusif kematian dan angka kesakitan
dibandingkan bayi
dengan bayi yang c. A dan B benar d. 0 0%
tidak mendapat ASI d. Semua salah
Eksklusif?

8. Apakah memberikan a. Ya a. 19 100%


ASI eksklusif selama b. Tidak
b. 0 0%
6 bulan memberikan
manfaat bagi ibu?

9. Bila jawaban ya, a. Menambah panjang kembalinya a. 0 0%


manfaat apa yang kesuburan pasca melahirkan
b. 0 0%
didapatkan oleh ibu? b. Menunda kehamilan berikutnya
c. 0 0%
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar d. 19 100%

10. Menurut ibu apakah a. Ya a. 8 42.10%


ASI dapat diganti b. Tidak 57.89%
b. 11
dengan makanan lain
pengganti ASI
(PASI)?

11. Menurut ibu mana a. ASI a. 19 100%


yang lebih baik ASI b. PASI
b. 0 0%
atau PASI?

12. Bila jawaban ASI, a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik a. 2 10.52%
apakah kelebihan b. ASI praktis dan tidak
b. 0 0%
ASI daripada PASI? memerlukan biaya
c. 0 0%
c. ASI dapat mempererat tali kasih
saying ibu dan anak d. 17 89.47%
d. Semua jawaban benar

13. Menurut ibu berapa a. 1 bulan a. 0 0%


usia bayi yang tepat b. 3 bulan b. 0
untuk diberikan c. 5 bulan
c. 0 0%
makanan pengganti d. 6 bulan
d. 19 0%
ASI?
100%

14. Menurut ibu a. 1 kali a. 0 0%


frekuensi yang tepat b. Sesering mungkin
b. 16 84.21%
dalam menyusui c. 3-5 kali
c. 3 15.78%
berapa kali? d. Setiap kali bayi menangis
d. 0 0%

15. Menurut ibu setelah a. ASI dihentikan setelah pemberian a. 4 21.05%


bayi diberikan ASI ASI eksklusif
b. 0 0%
eksklusif, sampai b. 8 bulan
c. 1 5.26%
usia berapa bayi c. 1 tahun
dilanjutkan diberikan d. 2 tahun d. 14 73.68%
ASI?

B. Kuisioner II (post-penyuluhan)

Pertanyaan Jawaban Frekuensi Persentase

1. Apakah ibu tahu apa a. Ya c. 19 100%


yang dimaksud b. Tidak
d. 0 0%
dengan ASI
eksklusif?

2. Bila jawaban ya, apa a. Makanan alamiah bagi bayi a. 0 0%


pengertian ASI sampai usia 2 tahun
b. 0 0%
eksklusif menurut b. Pemberian ASI ditambah susu
c. 19 100%
ibu? formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa d. 0 0%
tambahan cairan lain/makanan
padat sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu
formula dan makanan padat
sampai usia 2 tahun
3. Menurut ibu a. Segera setelah bayi lahir atau a. 18 94.73%%
kapankah seorang maksimal 1 jam setelah lahir
b. 1 5.26%
bayi harus segera b. Menunggu ibu untuk benar-benar
c. 0 0%
diberikan ASI siap memberikan ASI 6 bulan
pertamanya? c. Setelah bayi diberikan susu d. 0 0%
formula untuk latihan menghisap,
barulah diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus
karena kelaparan

4. Menurut ibu, apakah a. Ya a. 19 100%


pemberian ASI b. Tidak
b. 0 0%
penting bagi bayi?

5. Bila jawaban ya, a. Memberi nutrisi a. 0 0%


manfaat apa saja b. Untuk pertumbuhan dan
b. 0 0%
yang didapat dari perkembangan anak
c. 0 0%
pemberian ASI? c. Meningkatkan daya tahan tubuh
bayi d. 19 100%
d. Semua jawaban benar

6. Menurut ibu apa saja a. Kolostrum a. 0 0%


kandungan yang b. Antibody
b. 0 0%
terdapat dalam ASI? c. Protein,taurin,karbohidrat,lemak
c. 0 0%
d. Semua benar
d. 19 100%

7. Menurut ibu apa a. ASI eksklusif bikin anak cerdas a. 0 0%


keunggulan bayi dan mandiri
yang diberikan ASI b. ASI eksklusif menekan angka b. 0 0%
Eksklusif kematian dan angka kesakitan
c. 19 100%
dibandingkan bayi
d. 0 0%
dengan bayi yang c. A dan B benar
tidak mendapat ASI d. Semua salah
Eksklusif?

8. Apakah memberikan a. Ya a. 19 100%


ASI eksklusif selama b. Tidak
b. 0 0%
6 bulan memberikan
manfaat bagi ibu?

9. Bila jawaban ya, a. Menambah panjang kembalinya a. 0 0%


manfaat apa yang kesuburan pasca melahirkan
b. 0 0%
didapatkan oleh ibu? b. Menunda kehamilan berikutnya
c. 0 0%
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar d. 19 100%

10. Menurut ibu apakah a. Ya a. 1 5.26%


ASI dapat diganti b. Tidak 94.73%
b. 18
dengan makanan lain
pengganti ASI
(PASI)?

11. Menurut ibu mana a. ASI a. 19 100%


yang lebih baik ASI b. PASI
b. 0 0%
atau PASI?

12. Bila jawaban ASI, a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik a. 0 0%


apakah kelebihan b. ASI praktis dan tidak
b. 0 0%
ASI daripada PASI? memerlukan biaya
c. 0 0%
c. ASI dapat mempererat tali kasih
saying ibu dan anak
d. Semua jawaban benar d. 19 100%

13. Menurut ibu berapa a. 1 bulan a. 0 0%


usia bayi yang tepat b. 3 bulan
b. 0 0%
untuk diberikan c. 5 bulan
c. 0 0%
makanan pengganti d. 6 bulan
ASI? d. 19 100%

14. Menurut ibu a. 1 kali a. 0 0%


frekuensi yang tepat b. Sesering mungkin
b. 19 100%
dalam menyusui c. 3-5 kali
c. 0 0%
berapa kali? d. Setiap kali bayi menangis
d. 0 0%

15. Menurut ibu setelah a. ASI dihentikan setelah pemberian a. 2 10.52%


bayi diberikan ASI ASI eksklusif
b. 0 0%
eksklusif, sampai b. 8 bulan
c. 0 0%
usia berapa bayi c. 1 tahun
dilanjutkan diberikan d. 2 tahun d. 17 89.47%
ASI?
C. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai