TAHUN 2019
OLEH :
1820054
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditanggulangi. Balita merupakan kelompok usia yang rawan karena pada usia
2018).
kebiasaan makan yang baik, mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total
pada anak dengan jumlah yang diberikan dari ASI sehingga dapat mencegah
(WHA) nomor 55.25 tahun 2002 tentang Global Strategy of Infant and Young
Child Feeding melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait
dengan praktik pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
Pemberian makan yang tidak tepat dan terlalu dini mengakibatkan banyak anak
2018).
Afrika dan Asia menjadi dua benua dengan angka kejadian bayi stunting
sendiri masuk dalam 10 besar Negara dengan kasus balita stunting tertinggi di
Asia bersama dengan Asia lainnya yaitu Bangladesh, Tiongkok, India, Pakistan,
dan Filipina. Situasi gizi balita di Indonesia, belum bisa terlepas dari gangguan
dan panjang badan BB/PB , berdasarkan hasil penentuan status gizi tahun 2016
didapatkan sebanyak 17,8% Bailta yang menderita gizi kurang , dan terdapat
12,1% balita pendek. Masalah gizi kurang dan pendek lebih lebih banyak ditemui
pada kelompok balita yaitu 0 - 59 bulan akan tetapi masalah kurus lebih tinggi
gizi kurang, 21,2 Balita pendek 9,5 % , Balita kurus dan 6,2 %, balita gemuk yang
memiliki kategori akut dan kronis masih menjadi salah satu faktor masalah
Prevalensi Balita Gizi Buruk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015,
balita menurut BB/U (Gizi Buruk 4 orang), (Gizi Kurang 9 orang), (Gizi Baik 464
orang), (Gizi Lebih 20 orang). Menurut TB/U (Sangat Pendek 9 orang), (Pendek
6 orang), (Normal 452 orang). Dan menurut BB/TB (Normal 412 orang), (Gemuk
55 orang).
Gambaran pola pemberian makanan pada anak umur 6-24 bulan di wilayah
umumnya diberi makan 3 kali sehari ditambah makanan selinagan, umur mulai
pemberian makanan pada bayi umur 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea Makassar adalah umur 6 bulan, jenis makanan pendamping ASI yang
Makanan yang diberikan pada bayi hendaknya tepat baik dari jenis, jumlah
hingga kandungan gizinya. Asupan gizi pada bayi hampir sama dengan orang
rasional seorang ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentu akan berfikir lebih
dalam bertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akan diterima bila dia
digunakan untuk tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai
imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Menurut peneliti fenomena ini terjadi
karena bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu
bayi dan balita. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi masalah gizi
2. Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan status gizi baduta usia 6-24
3. Apakah pekerjaan ibu berhubungan dengan status gizi baduta usia 6-24
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Makassar.
2. Tujuan Khusus
Tamalanrea Makassar.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
Makassar.
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
bulan.
TINJAUAN PUSTAKA
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan
Status gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya
Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi
1) Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
mulai usia 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu
lengkap keluarga.
4) Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan
bayi menghendaki.
(BB/TB), (IMT/U) klasifikasi status gizi berat badan per umur (BB/U)
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
a) Parameter Antropometri
antara lain:
1) Umur
2) Berat Badan
3) Tinggi Badan
(Supariasa, 2002).
b) Indeks Antropometri
(Sudariyati, 2005).
1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2008).
dibawa.
Kekurangan indeks TB/U:
melakukannya.
4) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Rumus IMT:
Keterangan :
a. Pengertian MP-ASI
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi
sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan
Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi
bayi yang lebih rewel dari biasanya, jangka waktu menyusui menjadi lebih
sering, terlihat antusias ketika melihat orang di sekitar sedang makan. Ciri
ASI dan mendapat MP-ASI berupa cairan termasuk vitamin, mineral dan
mendapat ASI dan mendapat MP-ASI berupa makanan padat, semi padat
(cairan atau makanan lain selain air susu ibu) setelahnya. Pada tahun 2001,
setelah review dan ahli konsultasi sistematis, saran ini berubah, dan ASI
eksklusif selama 6 bulan dengan ASI eksklusif selama 4 bulan, dan hasil
bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan umur bayi < 6 bulan.
makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
c. Jenis-jenis MP-ASI
pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan. Kebutuhan energi dari
makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300
kkal per hari untuk bayi usia 9- 11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak
yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan
alpukat matang dan yang harus diingat adalah jangan berikan buah atau
sayuran mentah. Setelah bayi dapat menerima beras atau sereal, sayur dan
buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe, daging ayam, hati
ayam dan daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah bubur dibuat
Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit (Depkes RI, 2000).
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi
dan mengunyah serta penerimaan terhadap rasa dan bau. Untuk itu,
Misalnya untuk melatih indera pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa
folat), bersih dan aman, tidak terlalu pedas dan asin, mudah dimakan dan
b. Manfaat MP-ASI
penyedia energi (4 kal/g) dan sumber energi utama bagi otak dan
transpor dalam tubuh. Dan zat gizi lemak diperlukan tubuh sebagai
mengatur tekanan darah, dan masih banyak fungsi lainnya. Selain itu
juga ada zat gizi lain seperti omega 3 yang merupakan kompenen
jenisnya masing-masing.
2) Penyesuaian saluran cerna terhadap makanan tambahan Enzim tripsin
bayi sudah bekerja optimal sejak lahir, enzim amilase bayi secara
bertahap akan mencapai titik optimal pada usia 12 bulan, enzim lipase
kadarnya akan sama dengan enzim lipase pada orang dewasa pada usia
24 bulan.
gigi tiap-tiap bayi. Umumnya terjadi pada usia 7 bulan, dimana gigi
yang pertama kali tumbuh adalah gigi seri atas. Pada usia 1 tahun bayi
gigi susu.
rasa Hal ini dikarenakan organ perasa bayi mulai berkembang pada
8. Memiliki rasa ingin tahu dan melihat dengan seksama saat orang lain
sedang makan.
d. Pemberian MP-ASI
a) Padat energi, protein, dan zat gizi mikro (zat besi, zinc, kalsium,
puding, biskuit.
sikap positif maka akan berlangsung lama atau langgeng, begitu juga
1) Tahu ( know)
Contoh dari hal ini yaitu, dapat menyebutkan ciri-ciri hewan kelinci.
2) Memahami (comprehension)
Pada tingkatan ini, seseorang tidak lagi hanya sekedar tahu atau
3) Aplikasi (Application)
4) Analisis (Analysis)
satu sama lain dan masih di dalam organisasi yang sama. Penggunaan
dalam menganalisis.
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
pengetahuan seseorang terhadap materi atau hal yang kita ingin ketahui
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivtas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu.
Akan tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah.
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini dilihat dari daya beli
keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah, sebaliknya
semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan
bekerja yang telah diatur pemerintah bagi pekerja atau buruh dalam
dalam satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu (jika waktu
efektif bekerja enam hari dalam seminggu) atau delapan jam dalam
satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu (jika waktu efektif
diantaranya yaitu :
a) Kebutuhan Ekonomi
c) Kepribadian
Penelitian Masalah
Subjek Instrumen Metode Temuan
/Tahun Utama
Istiarty P. Pemberian MP- 93 bayi Kuesioner Cross Pemberian MP-ASI yang tepat : 11,8% tidak tepat : 88,2%,
Palealu, ASI dan status berusia Sectional Frekuensi pemberian MP-ASI yang tepat : 92,5% tidak tepat :
2016 gizi bayi usia 6- 6-12 7,5%. Jumlah Pemberian MP-ASI yang tepat : 71,0%, tidak
12 bulan bulan tepat : 29,0%. Tekstur Pemberian MP-ASI yang tepat : 87,1%,
tidak tepat : 12,9% . Variasi Pemberian MP-ASI yang tepat :
1,1% bayi, tidak tepat : 98,9%. Terdapat 2,2% bayi berstatus
gizi buruk, 10,8% bayi berstatus gizi kurang, dan 87,1% bayi
berstatus gizi baik berdasarkan BB/U. Status gizi berdasarkan
PB/U sebanyak 2,2% bayi berstatus sangat pendek, sebanyak
9,7% bayi berstatus pendek dan sebanyak 88,2% bayi berstatus
gizi normal. Status gizi berdasarkan BB/PB sebanyak 8,6%
bayi berstatus sangat kurus, sebanyak 7,5% bayi berstatus
kurus dan 83,9% bayi berstatus gizi normal.
Yuliati Pola pemberian 5 Wawancara Kualitatif Bentuk MP-ASI yang diberikan untuk usia 6-8 bulan dan 12-24
Amperanin MP-ASI pada informan mendalam bulan telah sesuai namun untuk usia 9-11 bulan belum sesuai.
gsih, 2018 balita usia 6-24 utama, 2 Jumlah yang diberikan masih kurang dari kebutuhan dengan
bulan informan frekuensi pemberian 23 kali sehari ditambah 2 kali selingan.
triagulasi Jenis MP-ASI adalah MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan.
Cara penyajian dalam bentuk encer dan berkuah yang disuapi
oleh ibu. Bahan makanan mentah disimpan secara terpisah
dengan makanan matang. Makanan pantangan dan anjuran
berasal dari ibu sendiri.
Nur Faktor yang 39 ibu Kuesioner Cross p value 0,006 jadi p>0,05 menunjukkan ada hubungan antara
Sholichah, berhubungan yang Sectional pengetahuan dengan pemberian MP-ASI dini. Hasil p value
2018 dengan memiliki 0,010 jadi p>0,05 menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan
pemberian MP- bayi usia dengan pemberian MP-ASI dini. Hasil p value 0,925 jadi
ASI dini ≤6 bulan p>0,05 berarti ada hubungan antara ekonomi dengan pemberian
MP-ASI dini.
Giovanny Faktor yang 137 anak Kuesioner Cross Terdapat hubungan antara pengetahuan (p-value=0,030)
V. Wereh, berhubungan usia 6-24 Sectional dengan usia pertama kali pemberian MP-ASI dan tidak terdapat
2017 dengan usia bulan hubungan antara pendidikan (p-value=0,502), pekerjaan (p-
pertama kali value=0,284), usia (pvalue=0,590), dukungan keluarga (p-
pemberian MP- value=0,703) dan status ekonomi (p-value=0,749) dengan usia
ASI pada anak pertama kali pemberian MP-ASI.
usia 6-24 bulan
Hizkia Hubungan 110 anak Kuesioner Cross Status Gizi berdasarkan (BB/U) gizi buruk 5 anak, gizi kurang
Kandowang antara usia 12- Sectional 16 anak, gizi baik 87 anak dan gizi lebih 2 anak. Status gizi
ko, 2018 pemberian MP- 24 bulan berdasarkan (PB/U) sangat pendek 23 anak, pendek 22 anak,
ASI dengan normal 63 anak dan tinggi 2 anak. Status gizi berdasarkan
status gizi anak (BB/TB) sangat kurus 1 anak, kurus 7 anak, normal 95 anak
usia 12-24 dan gemuk 7 anak. Pemberian MP ASI tepat 70% dan tidak
bulan tepat 30% pada anak usia 12-24 bulan.
C. Kerangka Teori
Penyakit Infeksi
Pengetahuan Pekerjaan Ibu
Ibu
Pemberian
Sikap Ibu Makanan Asupan Zat
Tambahan Status Gizi
Gizi
Perilaku Ibu
Ketahanan Pangan
Pelayanan
Kesehatan
Sumber : Iin Enggarwati (2012), Adaptasi dari The State of the World’s Children
1998, UNICEF
BAB III
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Pekerjaan Ibu
Keterangan:
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
5 Pekerjaan Ibu Menurut Santrock (2007) Kuesioner Bekerja : Apabila seorang Nominal
dalam Imaniah (2013), ibu ibu yang melakukan
bekerja adalah seorang ibu aktifitas bukan di rumah
yang melakukan aktifitas dalam rangka mendapatkan
bukan di rumah dalam rangka tambahan nafkah serta agar
mendapatkan tambahan nafkah dapat mengaplikasikan ilmu
serta agar dapat yang dimiliki dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang membangun hubungan
dimiliki dan dapat membangun sosial di lingkungan
hubungan sosial di lingkungan bekerjanya.
bekerjanya. Tidak bekerja : Apabila
seorang ibu tidak
melakukan aktifitas diluar
rumah dalam rangka
mendapatkan tambahan
nafkah serta agar dapat
mengaplikasikan ilmu yang
dimiliki dan dapat
membangun hubungan
sosial di lingkungan
bekerjanya.
C. Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi pada baduta di
b. Tidak ada hubungan antara asupan makan MP-ASI dengan status gizi pada
c. Tidak ada hubungan antara pekrjaan ibu dengan status gizi pada baduta di
b. Ada hubungan antara asupan makan MP-ASI dengan status gizi pada
c. Ada hubungan antara pekrjaan ibu dengan status gizi pada baduta di
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
terletak di Jl. Kesejahteraan Timur 1 BTP Blok B No. 311, Kec. Tamalanrea,
yang berada ± 12 km dari Kota Makassar, dengan luas wilayah kerjanya 425,6
Ha. Yang terdiri dari 23 RW dan 142 RT, wilayah kerja yang dimaksud
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi usia 6-24 bulan yang ada
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ada. Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu yang membawa bayinya yang kebetulan bertemu di posyandu
a. Besar sampel
Sampel penelitian ini adalah bayi usia 6-24 bulan yang berada di
sebagai berikut :
𝑍 2 . 𝑃. (1 − 𝑝)𝑁
𝑛= 2
𝑑 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 . 𝑝(1 − 𝑝)
Sumber : Lemeshow
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
3,84.0.09.(0,91)872
n = 0,0025(871)+3,84.0,09(0,091)
274,24
n= 2,48
n = 110,58
n = 111
b. Jumlah sampel
(111) responden.
a. Kriteria sampel
D. Pengumpulan Data
1. Data primer
2. Data sekunder
responden.
1. Pengolahan data
a. Editing
berupa kuesioner.
b. Coding
c. Entry data
disusun dan ditata untuk disajikan serta dianalisis dalam bentuk tabel
maupun grafik.
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
independen.
b. Analisis Bivariat
rumus:
Tabel 4.1
TabelKontigensi 2x2
I A B a+b
II C D c+d
(𝑂−𝐸)2
𝑋2 = ∑ 𝐸
Keterangan:
𝑋2 = nilai hitung
<α = 0,05
>α = 0,05
3. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan uraian dan penjelasan
Alfie Ardiana Sari, Ratih Kumorojati, 2019. Hubungan Pemberian Asupan Makanan
Yogyakarta
Asny Fathul Jannah, Juni Sofiana, 2019. Penerapan Edukasi dengan Media Audio
Pemberian Mp-Asi Dan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Bayi Usia 6-23
Edward R Koba, Sefti S Rompas, Vandri D Kalalo, 2019. Hubungan Jenis Pekerjaan
Manado
Husnul Amalia, 2016. Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Batita Di
Iin Purnama Sari, 2014. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Status Gizi
Lampung. Lampung
Kasmawati dan Rahmi, 2017. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Mp-
Kiki Chairani Saputri, 2015. Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping Asi (Mp-
Asi) Dini Dengan Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja
Selatan
Lita Ofindajuliatin, 2016. Analisa Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan
Randudongkal. Purwokerto
Nurul Khairani, Suryani, Ani Dewi Roha, 2019. Hubungan Pendidikan Dan
Pancarani, Lantip Meliana and Pramono, Dodik And Nugraheni, Arwinda, 2017.
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pada Informasi Mp-Asi Di Buku Kia
Wahda Syafa Adelia, 2017. Hubungan Status Pekerjaan dan Pengetahuan tentang
Yuliati Amperaningsih, Siska Aulia Sari, Agung Aji Perdana, 2018. Pola Pemberian