KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X
Oleh :
RAFIKA NUR AFRIANI
NIM 201907012
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI 2022 HUBUNGAN WAKTU PEMBERIAN MPASI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X
PROPOSAL SKRIPSI
Dianjukan sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana Kebidanan
Oleh :
RAFIKA NUR AFRIANI
NIM 201907012
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI 2022 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu tantangan dan masalah gizi secara global yang sedang dihadapi oleh masyarakat di dunia.1 Stunting kondisi dimana tubuh anak mengalami kegagalan tumbuh akibatnya dapat terjadi kekurangan gizi kronis hingga anak terlalu pendek pada usianya. Prevalensi stunting pada balita menurut World Health Organization (WHO), negara dengan prevalensi tertinggi ketiga regional Asia Tenggara/ South-East Asia Regional (SEAR).2 Ambitious World Health Assembly menargetkan penurunan 40% angka Stunting di seluruh dunia pada tahun 2025. Global Nutritional Report 2018 melaporkan bahwa terdapat sekitar 150,8 juta (22,2%) balita Stunting yang menjadi salah satu faktor terhambatnya pengembangan manusia di dunia. World Health Organization (WHO) menetapkan lima daerah subregio prevalensi stunting, termasuk Indonesia yang berada di regional Asia Tenggara (36,4).1 Di Asia, balita stunting yang paling banyak dari beberapa di Asia Selatan (58,7%), dan sangat sedikit di Asia Tengah (0,9%) . Indonesia sendiri termasuk negara yang memiliki prevalensi tinggi dibanding negara dengan pendapatan yang sama dengan Indonesia. Tahun 2017 stunting di Indonesia sebanyak 29,6%, tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 30,8 % dan 2019 menurun menjadi 27,7 % atau bisa dikatakan dengan 28 dari 100 balita menderita stunting dengan target pemerintah 28%, prevalensi ini tergolong masih tinggi. Dari data tersebut angka stunting di Indonesia masih dinamis. Disertai angka stunting di Indonesia belum memenuhi standar WHO, WHO memiliki batas maksimal toleransi stunting yaitu 20% dengan arti bahwa satuper lima dari keseluruhan jumlah anak balita yang mengalami proses tumbuh.3 Penelitian yang dilakukan oleh Riska Wandini pada tahun 2020 tentang hubungan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Tahun 2020 penelitian ini diperoleh jumlah balita 100 responden pemberian MP-ASI yang tidak sesuai yaitu 56 responden (56.0%). Sedangkan responden yang sesuai dalam Pemberian MP-ASI yaitu 44 responden (44.0%). Berdasarkan uji chi square didapatkan P-Value = 0.000 dan Odd Ratio 0.083 yang artinya responden dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) tidak sesuai mempunyai risiko 0.083 untuk menjadikan balita mengalami stunting, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting.2 Penelitian yang dilakukan oleh Sastria, A., Hasnah, H., & Fadli, F., (2019) dengan judul “Faktor Kejadian Stunting Pada Anak dan Balita” penelitian ini diperoleh jumlah balita dan anak yang diberikan MP-ASI pada usia 6 bulan sebanyak 29 (55,8%) orang dan mengalami kejadian stunting sebanyak 3,8%. Sedangkan balita dan anak yang tidak diberikan MP-ASI sebanyak 23 (44,2%) orang dan mengalami stunting sebanyak 26,9%. Berdasarkan uji chi square pada continuity correction diperoleh hasil p=0,001 (OR=26,91) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara faktor pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak dan balita.2 Prevalensi stunting tahun 2018 di Jawa Timur nyaris 32, 81%. Prevalensi tersebut lebih besar dari angka stunting nasional ialah sebesar 30, 8%. Sementara sumber Pelaporan dan Pendaftaran Gizi Warga Elektronik (EPPGBM), per 20 Juli 2019 prevalensi stunting bayi di Jawa Timur sebesar 26, 9%. 3 Di wilayah Kabupaten Kediri, prevalensi stunting Kota Kediri 13.7%, di tahun 2022 menurun menjadi 13.2%, angka ini jauh dibawah angka nasional 24.4% pada tahun 2021 dan juga yang angka yang dijadikan target penurunan pada tahun 2024 yaitu 14%.4 Stunting disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor yang langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat badan lahir dan penyakit. Sedangkan faktor tidak langsung seperti faktor ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan, fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor sosial ekonomi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakit infeksi pada anak-anak yang mengalami stunting disebabkan kurangnya asupan makanan dan penyakit yang berulang terutama penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan sehingga berdampak terjadi ketidaknormalan dalam bentuk pendek meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal.5 Lebih lanjut terjadinya stunting akan berdampak dan dikaitkan dengan proses kembang otak yang terganggu, dimana dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan kognitif. Jangka panjang mengurangi kapasitas untuk berpendidikan lebih baik dan hilangnya kesempatan untuk peluang kerja dengan pendapatan lebih baik. 6 Pemberian makanan (MP-ASI) pada bayi hendaknya disesuaikan dengan perkembangan bayi. Misalnya bayi belajar mengunyah pada usia enam atau tujuh bulan, pada saat itu ia siap untuk mengkonsumsi makanan padat. Apabila makanan padat tidak diberikan pada saat itu atau pemberian MP-ASI terlalu lambat mengakibatkan bayi mengalami kesulitan belajar mengunyah, tidak menyukai makanan padat, dan bayi kekurangan gizi. Bayi akan mengalami kekurangan gizi karena ASI/susu formula saja sudah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi pada saat itu. Sebaliknya pemberian MP-ASI terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah dan sulit buang air besar. Selain resiko terjadinya penyakit juga terjadi pengaruh pada perilaku makan bayi, juga mempengaruhi sekresi ASI. 7 Kekeliruan dalam pemberian jenis pemberian MP-ASI pada bayi akan berdampak pada berat badan yang tidak normal dari usia bayi atau stunting.8 Pola perilaku atau kebiasaan (behaviour) ibu terutama dimasa 1000 HPK (hari pertama Kehidupan) anak, sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap pencegahan stunting pada anak. Perilaku atau kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi makanan, perilaku hidup bersih dan sehat dan perilaku menstimulasi dan mengasuh anak ini juga sangat untuk diperhatikan. Bahkan perilaku ibu juga dapat mempengaruhi perilaku anak secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam hal ini intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberi model atau menciptakan lingkungan yang kondusif untuk ibu agar terkondisikan terbiasa berperilaku sehat, memilih makanan yang sehat dan bergizi, cuci tangan sebelum makan, dan perilaku sehat lainnya.9 Pola hidup sehat, terutama kualitas gizi dalam makanan perlu diperhatikan kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita, dengan sumber protein yang berasal dari protein nabati dan hewani. Praktik pemberian MP-ASI sangat berpengaruh pada status gizi bayi pada masa mendatang. Semakin baik praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) maka status gizi pada tumbuh kembang bayi juga akan semakin baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tetarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Riwayat Pemberian MPASI dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 di Wilayah Kerja Puskesmas X. I.2 Rumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah “Apakah ada hubungan riwayat remberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 di Wilayah Kerja Puskesmas X ”. I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Diketahui ada hubungan waktu pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 di Wilayah Kerja Puskesmas X. I.3.2 Tujuan Khusus 1.3.1.1 Mengidentifikasi waktu pemberian MP-ASI pada balita usia 24- 59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas X. 1.3.1.2 Mengidentifikasi kejadian stunting pada balita usia 24-59 di Wilayah Kerja Puskesmas X. 1.3.1.3 Menganalisa hubungan waktu pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada Balita usia 24-59 di Wilayah Kerja Puskesmas X. I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Teoritis Menambah ilmu pengetahuan terutama faktor penyebab stunting serta menguji secara empiris riwayat pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting. I.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
bidan pelaksana di puskesmas dalam upaya promotif dan preventif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
1.4.2.2 Bagi Kader Posyandu
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi kader
dalam upaya promotif pada masyarakat khususnya mengenai pemberian MP-ASI yang tepat.
1.4.2.3 Bagi Ibu Balita
Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahuan dan
menambah wawasan tentang faktor penyebab stunting pada balita, sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stunting.
1.4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi tambahan dalam
memperkuat hasil-hasil studi berkaitan dengan kejadian stunting pada balita. DAFTAR PUSTAKA 1. Rita Kirana, Aprianti NWH. Pengaruh Media Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Stunting Di Masa Pandemi Covid-19 (Pada Anak Sekolah Tk Kuncup Harapan Banjarbaru). J Inov Penelit. 2022;2(9):2899-2906. 2. Wandini R, Rilyani, Resti E. Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP- ASI) Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. J Kebidanan Malahayati. 2021;7(2):274-278. 3. Rahayu YD, Yunariyah B, Jannah R. Gambaran Faktor Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Tuban. J Kesehat Masy. 2022;10(2):156-162. doi:10.14710/jkm.v10i2.32271 4. Dinas Kesehatan Kediri Kota. Menuju Kota Kediri Bebas Stunting STBM. Published online 2022. 5. Nadimin N. Pola Makan, Keadaan Kesehatan Dan Suapan Zat Gizi Anak Balita Stunting Di Moncong Loe Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Media Kesehat Politek Kesehat Makassar. 2018;13(1):48. doi:10.32382/medkes.v13i1.94 6. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. ISSN 2088 - 270 X. (Kementerian Kesehatan RI PD dan I, ed.).; 2018. 7. Angkat AH. Penyakit Infeksi dan Praktek Pemberian MP-ASI Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam. J Dunia Gizi. 2018;1(1):52. doi:10.33085/jdg.v1i1.2919 8. Agustin A. Analisis Pemberian Mp-Asi Dini Terhadap Status Gizi Bayi. J Kebidanan Malahayati. 2021;7(3):365-370. doi:10.33024/jkm.v7i3.4408 9. Syahida AA, Daliman. Literatur Review : Telaah Pendekatan Teori Kognitif Sosial Albert Bandura Terhadap Stunting. Semin Nas Psikol. 2022;1(1).