Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak

usia di bawah lima tahun (balita). Kondisi gagal tumbuh yang

terjadi pada balita diakibatkan oleh kekurangan asupan gizi dalam

kurun waktu tertentu, serta terjadinya infeksi berulang terutama

pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dimulai

sejak terbentuknya janin sampai dengan anak berusia 24 bulan.

Anak tergolong stunting jika panjang atau tinggi badannya berada

di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak

seumurnya (Setwapres, 2019)

Bukan hanya tinggi badan yang pendek, stunting juga akan

akan menimbulkan dampak jangka pendek dan juga dampak jangka

panjang. Dampak jangka pendek yang dapat terjadi seperti

terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme turun. Sedangkan

untuk dampak jangka panjang yang diakibatkan oleh stunting yaitu

kemampuan kognitif dan prestasi belajar yang menurun, mudah

sakit diakibatkan kekebalan tubuh yang lemah, dan resiko tinggi


untuk munculnya berbagai penyakit seperti diabetes, kegemukan,

penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan

disabilitas pada usia tua (Departemen Kesehatan, 2018).

Faktor lain yang mengakibatkan tingginya angka stunting

antara lain, tingkat asupan energi, durasi sakit, berat badan lahir,

tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, tingkat

pendapatan keluarga, tingkat asupan protein dan pemberian air

susu ibu (ASI) eksklusif (Setiawan et al., 2018).

Pengetahuan tentang gizi balita menjadi dasar dari

kemampuan orang tua dalam menyiapkan makanan yang

dibutuhkan anaknya. Kurangnya pengetahuan orang tua balita,

menyebabkan tidak berkualitasnya asupan gizi anak yang akan

berdampak stunting.

Faktor yang bisa mempengaruhi asupan makan yaitu

pengetahuan tentang gizi yang akan berakibat terhadap status gizi

seseorang. Pengetahuan ibu yang rendah tentang gizi bisa menjadi

salah satu penentu status gizi balita karena perilaku dan sikap ibu

dalam menetukan makanan yang akan dikonsumsi oleh

balita. Pengetahuan seorang ibu akan gizi buruk sangat perlu,

karena bisa memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balita

(Nindyna Puspasari 2018).

Pola pemberian makan kepada balita merupakan suati


upaya dan cara ibu atau keluarga memberikan makan pada balita

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makanan baik kualitas

maupun kuantitasnya (Lina Anggraeni, 2019). Pola makan pada

balita sangat berpran penting dalam proses pertumbuhan pada

balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi

menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan, jika pola

makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan

balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa menjadi

gizi buruk pada balita ( Erni Purwani, 2019).

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (2021),

mengatakan angka kejadian stunting di dunia mencapai 22 % atau

sebanyak 149,2 juta pada tahun 2020. Data dari Bank

Pembangunan Asia (Asian Depelopment Bank / ADB) melaporkan

prevelensi anak penderita stunting usia di bawah lima tahun (balita)

Indonesia merupakan yang tertinngi ke dua di Asia Tenggara

dengan prevelensinya mencapai 31,8% pada 2020. Sedangkan

menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Tahun 2018, prevalensi

anak Indonesia di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting

(pendek) yaitu 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita (Kemenkes RI,

2018).

Hasil Study Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian

Kesehatan menunjukkan terdapat 24,5% bayi usia di bawah 5 tahun

(Balita) di Jawa Barat mengalami stunting pada 2021. Artinya,


hampir seperempat Balita di Tanah Pasundan tinggi badannya di

bawah standar seusianya. Prevalensi stunting pada balita di

Provinsi Jawa Barat pada tahun 2022 sebesar 20,2 %. Untuk

Kabupaten Garut prevalensi stunting diperkirakan sebesar 23,6 %

dan menduduki urutan ke 8 di Jawa Barat. Dari hasil tersebut

prevalensi balita stunting di Kabupaten Garut memiliki angka

stunting yang cukup tinggi.

Oleh karena itu usaha untuk mencegah akan sangat

berdampak positif bagi kemunculan kasus stunting. Upaya untuk

mencegahnya dengan memberikan edukasi tentang pemberian

makan yang baik kepada ibu dengan meninjau dari pengetahuan

ibu tentang pemberian makan dan gizi pada balita. Pemberian

makanan yang sesuai dan bernilai zat gizi yang baik untuk

kecukupan balita sehingga dengan demikian pencegah stunting

dapat tercapai.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 20 Maret 2023 oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Bl.

Limbangan pada wawancara yang dilakukan kepada 7 orang ibu

yang memiliki balita dengan stunting masih belum mengerti

dengan baik tentang gizi dan pola pemberian makan kepada balita,

perilaku ibu dalam pemberian makan masih terpengaruhi oleh

keinginan anak. Jika balita tidak ingin makan maka keluarga lebih

memilih cemilan dan menganggap itu hal yang biasa dan


menggangap dengan memakan cemilan berarti anak telah makan.

Peneliti pun melakukan kunjungan ke posyandu lingkungan

Kelurahan Galihpakuwon melihat dari 15 anak diantaranya masih

terdapat balita yang tampak pendek dan kurang gizi sebanyak 10

anak. Begitu pula dengan orang tua khususnya ibu, masih belum

mengerti apa itu stunting, dampak maupun penyebabnya.

Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan uraian masalah di

atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Pola Pemberian

Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Bl. Limbangan”. Dengan harapan

agar kualitas pemberian makan semakin baik sehingga dapat

mengurangi kasus terjadinya stunting pada balita.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan

Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian

Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bl. Limbangan”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

Gizi dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada

Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bl.

Limbangan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu tentang Gizi.

b. Mengidentifikasi Pola Pemberian Makan Ibu Terhadap

Balita.

c. Mengidentifikasi status stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Bl. Limbangan.

d. Menganalisis Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan

Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada

Balita Usia 23-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bl.

Limbangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumber bacaan dan referensi bagi pembaca.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang keperawatan anak khususnya mengenai


pengetahuan ibu tentang gizi dan pola pemberian makan

pada balita dengan stunting.

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian lebih lanjut, sehingga dapat memberikan

gambaran nyata bagi peneliti dan menambah pengetahuan

peneliti khususnya dalam bidang keperawatan anak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk

referensi

dalam memberikan informasi kepada masyarakat terkait

pentingnya gizi dan polaapemberian makan yang baik pada

balita stunting, sehingga dapat mencegah terjadinya risiko

pertumbuhan yang lambat pada balita.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya tentang gambaran hubungan pengetahuan ibu

tentang gizi dan pola pemberian makan terhadap kejadian

stunting pada balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya kesalahan interpretasi

terhadap judul dan masalah pokok yang akan diungkap dalam

penelitian ini, penulis memberi batasan bahwa ruang lingkup


penelitian ini adalah hubungan tingkat pengetahuan ibu dan praktik

pemberian makanan pendamping asi (mp-asi) terhadap kejadian

stuntig di Kecamatan Bl. Limbangan Kabupaten Garut dengan

fokus utama pada kejadian stunting yang terjadi. Populasi dalam

penelitian ini adalah balita berusia 24-49 bulan, serta penelitian ini

akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan April 2023.

Anda mungkin juga menyukai