Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN POLA ASUH, PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF, DAN RIWAYAT INFEKSI


DENGAN KEJADIAN STUNTING
DI PUSKESMAS KEBUN TEBU
LAMPUNG BARAT
TAHUN 2023

(PROPOSAL SKRIPSI)

Disusun Oleh:
ERNAWATI
NPM. 22340094P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FALKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan anak dimana pada masa ini

akan terbentuk kemampuan penginderaan, berfikir, pertumbuhan mental serta

intelektual, dan yang paling terpenting pada masa ini adalah pertumbuhan otak

yang sangat cepat, sehingga masa balita disebut juga sebagai masa

pertumbuhan vital. Adanya masa pertumbuhan vital ini maka pemeliharaan

gizi sangat penting sekali untuk diperhatikan. Kecukupan gizi pada masa ini

diperlukan karena seluruh tumbuh kembang serta kesehatan anak balita

berkaitan erat dengan asupan makanan yang diperolehnya (Maryunani, 2014).

Masalah gizi pada balita yang berkaitan dengan asupan gizi yang kurang

diantaranya adalah stunting. Stunting merupakan masalah kesehatan yang

sangat penting karena memiliki dampak besar terhadap kualitas sumber daya

manusia pada satu generasi kedepan. Stunting menggambarkan terjadinya

akumulasi kegagalan pertumbuhan dari sebelum ataupun sesudah kelahiran

sebagai akibat tidak tercukupinya asupan zat gizi. World Health Organization

(WHO) menetapkan stunting sebagai kegagalan pertumbuhan linier dengan

defisit dalam panjang badan berdasarkan umur yaitu z-skore < -2 SD atau

rujukan baku perttumbuhan. Saat ini masalah stunting masih menjadi problem

gizi yang tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia

(Helmyati, 2019).
World Health Organization (WHO) tahun 2022 melaporkan bahwa secara

global, terdapat sekitar 40% atau sebanyak 149,2 juta anak di bawah usia 5

tahun mengalami stunting dengan tiga perempat dari anak-anak tersebut

tinggal Asia dan Afrika (Asrian, Salma, & Jafriati, 2022). Sedangkan di

Indonesia, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Badan

Kebijakan Pembangunan Kesehatan  (BKPK) Kemenkes Republik Indonesia

tahun 2021, diketahui bahwa proporsi stunting masih tinggi yaitu mencapai

24,4% (Kemenkes RI, 2022).

Data di Provinsi Lampung berdasarkan SSGI tahun 2021 menyebutkan bahwa

balita dengan status gizi sangat pendek (stunting) mencapai 18,5%, angka ini

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 26,26%. Meskipun

mengalami penurunan, jumlah tersebut belum dapat dikatakan memuaskan

karena belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2020-2024 dimana menurunkan prevalensi stunting

menjadi 14%, serta target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 

(RPJMD) Provinsi Lampung yaitu menurunkan prevalensi stunting menjadi

16,78%. Sedangkan di Kabupaten Lampung Barat, prevalensi stunting masih

cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata prevalensi di Kabupaten/ Kota di

Provinsi Lampung yaitu mencapai sebesar 22,7%, angka ini juga belum

mencapai target RPJMD (Dinkes Provinsi Lampung, 2022).

Tingginya prevalensi stunting ini dapat buruk berdampak bagi balita. Balita

yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak

maksimal, menjadi lebih rentan terkena penyakit, dan dimasa depan tentunya
dapat menurunkan tingkat produktivitas sumber daya manusia. Akhirnya

secara luas, stunting akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan makin

meningkatkan angka kemiskinan (Ramayulis, Kresnawan, Iwaningsih, &

Rochani, 2018).

Untuk menurunkan kejadian stunting pada balita, maka penting sekali

mengetahui faktor yang menjadi penyebab sehingga dapat hal tersebut dapat

dicegah dan diintervensi. Menurut UNICEF berdasarkan konteks dan

penyebabnya diantaranya adalah pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua,

pola asuh orang tua, pola makan/ asupan makanan tidak adekuat, pemberian

ASI eksklusif, sosial ekonomi, berat badan lahir rendah (BBLR), penyakit

infeksi, status sosiodemografi, dan faktor lingkungan (Helmyati, 2019).

Pola asuh dapat berpengaruh terhadap terjadinya stunting. Pemberian makan

pada anak harus disiasati dengan pola makan dan pola asuh yang tepat. Anak

usia 1-3 tahun adalah anak yang belum dapat memilih makanannyadan hanya

pasif mendapatkan makanan yang disediakan oleh orangtua ataupun pengasuh.

Selain itu pemberian makan pada anak juga tidak boleh dipaksakan karena

justru akan mengganggu perkembangan oersepsi mereka terhadap proses

makan. Kemudian pemberian ASI eksklusif pada bayi juga dapat menurunkan

risiko stunting. Adanya faktor protektif dan zat gizi yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi dapat optimal sehingga dapat menurunkan kesakitan

pada anak. Pentingnya pemberian ASI eksklusif pada awal masa kehidupan

berkaitan dengan status beberapa zat gizi penting antara lain zat besi, asam
folat, yodium, zink, dan asam lemak tidak jenuh yang berguna bagi proses

pertumbuhan (Helmyati, 2019).

Selain itu, riwayat infeksi juga dapat menyebabkan stunting. Infeksi dapat

menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga

menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk

pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,

infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria

kronis, cacingan (Marimbi, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Adyas, Dika & Karbito (2019), tentang faktor

utama kejadian stunting di Provinsi Lampung: warning untuk Ibu Bekerja dan

penerapan pola asuh, hasil penelitian diperoleh bahwa persentase kejadian

stunting sebesar 33,3% dimana faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting antara lain riwayat penyakit infeksi sebanyak 38,4% dengan ρ-value =

0,003 dan OR = 4,103, kemudian sebesar 41,4% tidak memberikan ASI

eksklusif dengan ρ-value = 0,012 dan OR =3,297, dan sebanyak 44,4%

memiliki pola asuh kurang baik dengan ρ-value = 0,000 dan OR = 9,905.

Puskesmas Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat merupakan puskesmas

yang berada di Kabupaten Lampung Barat yang mempunyai prevalensi

stunting tinggi. Berdasarkan data di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat

prevalensi stunting berfluktuatif, pada tahun 2018 prevalensi stunting

mencapai 126 (16,2%) Balita sasaran, pada tahun 2019 prevalensi stunting

turun menjadi 112 (15,7%) Balita sasaran, pada tahun 2020 prevalensi
stunting meningkat menjadi 142 (18,2%) balita sasaran, pada tahun 2021

prevalensi stunting meningkat menjadi 200 (26,8%) balita sasaran, pada tahun

2022 menjadi 145 (27,1%) balita sasaran. Angka tersebut masih jauh dari

target RPJMD yaitu dibawah 16,78%.

Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu yang memiliki balita stunting,

diperoleh bahwa sebanyak 8 orang (80%) mengatakan anaknya susah makan

hingga sering kali memaksakan memberi makanan pada anak, kemudian

sebanyak 8 orang (80%) tidak memberikan ASI secara eksklusif sampai usia 6

bulan. Selain itu, sebanyak 7 orang (70%) mengatakan anaknya sering sakit

seperti diare, ISPA, kecacingan.

Untuk itu, berdasarkan teori, penelitian terkait serta fenomena dilapangan

maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “hubungan pola asuh,

pemberian ASI eksklusif, dan riwayat infeksi dengan kejadian stunting di

Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Apakah hubungan pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat

infeksi dengan kejadian stunting di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat

Tahun 2023?”
1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan

riwayat infeksi dengan kejadian stunting di Puskesmas Kebun Tebu

Lampung Barat Tahun 2023.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di

Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pola asuh orangtua balita di di

Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023.

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi riwayat infeksi pada balita di

Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023.

5. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun

2023.

6. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun

2023.

7. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun

2023.
1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan kedalam

penelitian ilmiah di masyarakat.

2. Sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang

faktor - faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita

diantaranya pola asuh, pemberian ASI eksklusif dan ruiwayat infeksi.

b. Manfaat Aplikatif

a. Meningkatkan pengetahuan para ibu tentang pemenuhan nutrisi pada

balita.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan

intervensi dalam meningkatkan status gizi balita melalui penyuluhan

tentang pemenuhan nutrisi pada balita.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas kesehatan berkenaan dengan

penurunan angka kejadian stunting melalui program-program terkait,

misalnya promosi kesehatan tentang pola asuh balita, pemberian ASI

eksklusif, pencegahan infeksi, program pemberian makanan tambahan

bagi masyarakat kurang mampu dan lain sebagainya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu, menggunakan jenis penelitian analitik

dengan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan secara cross

sectional. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki balita. Objek penelitian
ini adalah hubungan pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat peyakit

infeksi dengan kejadian stunting. Tempat penelitian ini adalah di Puskesmas

Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat, dan waktu penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2023.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang sistematis

terhadap bagian atau fenomena serta hubungan antara variabel. Penelitian

kuantitatif merupakan definisi dari pengukuran data statistik objektif melalui

perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel orang-orang /enduduk yang telah

menjawab sejumlah survei dengan menggunakan pertanyaan untuk

menentukan persentase atau distribusi frekuensi dari tanggapan tersebut

(Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui hubungan

pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat infeksi dengan kejadian

stunting di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun 2023.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2023.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat Tahun

2023.
3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah survey analitik yang bertujuan untuk 

mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor

lain. Pendekatan waktu dalam penelitian ini secara cross sectional. yaitu

variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang

bersamaan) (Notoatmodjo, 2014). Variabel pola asuh, pemberian ASI,

riwayat penyakit infeksi serta kejadian stunting pada penelitian ini diambil

pada waktu yang bersamaan.

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat

Tahun 2023 sebanyak 535 balita.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang

memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat.

Perhitungan minimal sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus :


2
λ . N .P.Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ . P .Q
Keterangan:

s = Jumlah sampel
2
λ = Chi Kuadrat yang harganya tergantung derajad kebebasan dan

tingkat kesalahan (untuk df=1 dan α =0,05, harga chi kuadrat=

3,841)

N = Jumlah populasi

P = Proporsi balita stunting terhadap jumlah seluruh balita

(P=27,1% = 0,27)

Q = 1-P (1-0,27 = 0,73)

d = Perbedaan antara sampel yang diharapkan dengan yang terjadi

(5%= 0,05) (Sugiyono, 2017).

3,841 x 535 x 0,27 x 0,73


s= 2
0,05 ( 535−1 ) +3,841 x 0,27 x 0,73

405
s=
1,335+0,757

405
s=
2,1

s = 192,8 dibulatkan menjadi 193 orang sampel.

3.4.3 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling,

dimana wilayah kerja Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat meliputi 10

Pekon, sehingga pembagian jumlah sampelnya berdasarkan proporsi dari

jumlah balita pada masing-masing Pekon. Setelah diperoleh jumlah balita

berdasarkan proporsi pada masing-masing Pekon, maka selanjutnya


pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana. Hasil perhitungan

jumlah balita yang diambil sebagai sampel berdasarkan proporsi jumlah

balita pada masing-masing Pekon adalah sebagai berikut:

No. Pekon Populasi Sampel


1. Tribudisyukur 60 60 x 193 = 23
535
2. Tribudi Makmur 51 51 x 193 = 18
535
3. Pura Jaya 51 51 x 193 = 18
535
4. Cipta Mulya 54 54 x 193 = 19
535
5. Purawiwitan 56 56 x 193 = 20
535
6. Tugu Mulya 48 48 x 193 = 18
535
7. Muara Jaya 1 56 56 x 193 = 20
535
8. Sinar Luas 50 50 x 193 = 18
535
9. Muara Jaya 2 56 56 x 193 = 20
535
10. Muara Baru 53 53 x 193 = 19
535
Total 535 193

Tabel 3.1 Proportional Random Sampling


Proportional random sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk

memperoleh sampel yang representatif, dengan cara mengambil subjek dari

setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan

banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah (Notoatmodjo,

2014). Pengambilan data dalam penelitian ini dibantu enumerator dengan

klasifikasi sudah mengikuti pelatihan tentang antopometri.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas ( Independent Variable )

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh, pemberian ASI, riwayat

dan penyakit infeksi.


3.5.2 Variabel Terikat ( Dependent Variable )

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian stunting.

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur Ukur
Dependen
1. Kejadian Suatu keadaan Lembar Mengukur 0. Normal, jika z- Ordinal
stunting kondisi gagal observasi tinggi/ skor ≥ -2.0 SD
tumbuh pada panjang 1. Stunting, jika
bayi dan baduta badan z-skor < -2.0
akibat dari baduta SD
kekurangan gizi dengan alat
kronis. antopometri (Helmyati, 2019).

Independen
2. Pola Asuh Pola perilaku Kuesioner Mengisi 0.Baik, jika pola Ordinal
yang diterapkan Kuesioner asuh
responden demokratis
kepada balita (jika D ≥
sehari-hari yang median dan R
berhubungan ≥ median)
dengan pola 1.Kurang baik,
pemberian jika pola asuh
makan balita. otoriter,
permisif dan
diabaikan (jika
D < median
atau R <
median)

(Hutabarat,
2021)
3. Pemberian Pemberian ASI Kuesioner Mengisi 0. ASI eksklusif, Ordinal
ASI saja hingga usia Kuesioner jika ibu
bayi 6 bulan memberikan
tanpa tambahan ASI saja
cairan lain sampai usia 6
seperti susu bulan.
formula, jeruk, 1. Tidak ASI
madu, air teh, eksklusif, jika
air putih dan ibu
tanpa tambahan memberikan
makanan padat minuman/
seperti pisang, makanan
papaya, bubur tambahan
susu, biscuit dan sebelum bayi
nasi tim. berusia 6
bulan.
(Helmyati, 2019)
4. Penyakit Riwayat anak Kuisioner Mengisi 0. Tidak Ordinal
infeksi memiliki kuesioner memiliki
penyakit infeksi penyakit
oleh bakteri, infeksi, jika
virus dan tidak pernah
cacing mengalami
(misalnya: penyakit
diare, infeksi dengan
kecacingan, frekuensi > 3
TBC, batuk hari per
rejan, infeksi episode sakit
pencernaan, dan frekuensi
infeksi > 6 kali
pernafasan, pertahun.
malaria, dll). 1. Memiliki
penyakit
infeksi, jika
pernah
mengalami
penyakit
infeksi dengan
frekuensi > 3
hari per
episode sakit
dan frekuensi
> 6 kali
pertahun.

(Setiawan, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

3.7 Alat Ukur

3.7.1 Instrumen

Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer

dengan cara observasi dan penyebaran kuesioner secara langsung kepada

responden, dimana pada saat penyebaran kuisioner dibantu oleh enumerator

yaitu petugas puskesmas dan beberapa kader kesehatan. Instrumen

pengukuran variabel kejadian stunting, peneliti akan melakukan observasi

terhadap indeks antopometri pada balita secara langsung dimana

pemeriksaan dibantu oleh tim gizi dari Puskesmas Kebun Tebu. Sedangkan

pada variabel pola asuh, pemberian ASI dan riwayat penyakit infeksi
peneliti melakukan membagikan kuesioner kepada ibu balita. Kuesioner

pada variabel pola asuh mengadopsi kuesioner penelitian sebelumnya yaitu

Hutabarat (2021), dengan jumlah soal 15 soal yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dimana diperoleh r-hitung (0,433-0,771) > r-tabel (0,413),

dan nilai Chonbach Alfa sebesar 0,722 > 0,6, sehingga kuesioner tesebut

dinyatakan valid dan realibel. Kemudian pada variabel pemberian ASI dan

riwayat penyakit infeksi diukur menggunakan kuesioner masing-masing 1

soal.

3.7.2 Teknik

Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil secara langsung

kepada responden dengan membagikan kuesioner dan mengukur indeks

antropometri balita berdasarkan TB/U, kemudian untuk selanjutnya

dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data.

3.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Peneliti telah mengajukan surat izin permohonan di Universits Malahayati

Bandar Lampung, dan juga kepada pihak Puskesmas Kebun Tebu

Lampung Barat dengan memberikan surat izin dari Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati ke unit tata usaha di Puskesmas Kebun Tebu

Lampung Barat.

b. Peneliti mengambil surat izin penelitian di Puskesmas Kebun Tebu

Lampung Barat.
c. Melakukan penelitian di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat dan

melakukan pengambilan data pada responden yang sebelumnya telah

dijelaskan maksud dan tujuan penelitian dan telah menandatangani

informed concent atau surat persetujuan menjadi responden.

d. Memeriksa kelengkapan data.

e. Data yang diproleh kemudian diolah dan dianalisis.

3.9 Pengolahan Data

Pengolah data dengan melalui 4 tahap (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

a. Editing

Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan

perlu dilakukan pengambilan data ulang, tetapi apabila tidak

memungkinkan maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut

tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data dalam bentuk kalimat atau

hurufmenjadi data angka atau bilangan. Coding padapenelitian ini antara

lain, pada variabel kejadian stunting diberi kode “0” untuk hasil ukur

“Normal” dan “1” untuk hasil ukur “Stunting”, sedangkan pada variabel

pola asuh diberi kode “0” untuk hasil ukur “Baik” dan “1” untuk hasil

ukur “Kurang baik”, pada variabel pemberian ASI diberi kode “0” untuk

hasil ukur “ASI eksklusif” dan “1” untuk hasil ukur “Tidak ASI
eksklusif”, dan pada variabel riwayat penyakit infeksi diberi kode “0”

untuk hasil ukur “Tidak memiliki penyakit infeksi” dan “1” untuk hasil

ukur “Memiliki penyakit infeksi”

c. Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

(angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau softwere komputer.

Peneliti selanjutnya memasukan hasil koding tadi kedalam program atau

softwere komputer.

d. Cleaning

Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetuan atau koreksi.

3.10Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Teknik analisa data yang digunakan dipenelitian ini menggunakan

perhitungan statistik sederhana yaitu presentasi atau proporsi. Presentasi

atau proporsi akan menjadi distribusi frekuensi relative jika data yang

digunakan adalah kuantitatif, karena data yang digunakan dipenelitian ini

adalah data kuantitatif maka digunakan analisa data menggunakan

distribusi frekuensi relative (Notoatmodjo, 2014). Penyajian dalam bentuk

tabel distribusi yang disertakan bentuk presentase didasarkan pada rumus

sebagai berikut:
x
P¿ n x 100

Keterangan :

P = Presentase

x = Jumlah data yang didapat

n = Jumlah populasi (Sugiyono, 2017).

3.10.2 Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis

bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis bivariat ini dilakukan

beberapa tahap antara lain:

a. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi

silang atara dua variabel yang bersangkutan.

b. Analisis dari hasil uji statistik menggunakan chi-square. Berdasarkan

hasil uji statistik ini disimpulkan adanya hubungan dua variabel tersebut

bermakna atau tidak bermakna.

c. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan

melihat nilai Odds Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan

besar nya keeratan hubungan antara dua variabel yang diuji

(Notoatmodjo, 2014).

Rumus chi-square adalah sebagai berikut:


( 0−E ) 2
x =¿∑
2
E

Keterangan:

X : Nilai pada distribusi chi square

O : Nilai observasi (frekuensi yang terjadi)

E : Nilai espektasi (frekuensi harapan)

a. Bila nilai p-value lebih kecil dari pada α (p≤0,05), berarti hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Bila nilai p-value lebih besar dari pada α (p>0,05), berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen (Sugiyono, 2017). Analisa data di bantu dengan program

computer.
DAFTAR PUSTAKA

Adyas, A., Dika , & Karbito. (2019). Faktor Utama Kejadian Stunting Di Provinsi
Lampung: Warning Untuk Ibu Bekerja Dan Penerapan Pola Asuh. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 4, 2019, 325-335.

Anggraeni, R. (2017). Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Usia 4-6 Tahun.
Jakarta: Mapan.

Asrian, R., Salma, W. O., & Jafriati. (2022). Analisis Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Anak Baduta (6-24 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas
Mowila. Jurnal Nursing Update, VOL. 13 NO. 3 (2022) , 115-122.

Dinkes Provinsi Lampung. (2022). Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun


2021. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

Djamarah, S. B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Anak Dalam
Keluarga. Jakarta: PT. Reneka Cipta.

Haryono , R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Helmyati, S. (2019). Stunting, Permasalahan dan Penanganannya. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Hidayat, D. R. (2013). Ilmu Perilaku Manusia; Pengantar Psikologi Untuk


Tenaga Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Hutabarat, G. A. (2021). Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Dan Pola Asuh


Pemberian Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59
Bulan di Puskesmas Sigompul. Publikasi Skripsi Prodi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Jambi, Juni 2021, 1-116.

Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Nasional Penilaian Status Gizi. Jakarta.

Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta:


Kemenkes RI.

Marimbi, H. (2014). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Jakarta: Nuha Medika.

Maryunani, A. (2014). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

Maryunani, A. (2015). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: Trans Info Media.
Nirwana, A. B. (2014). ASI dan Susu Formula, Kandungan dan Manfaat ASI dan
Susu Formula. Yoyakarta: Nuha Medika.

Ramayulis, R., Kresnawan, T., Iwaningsih, S., & Rochani, N. S. (2018). Stop
Stunting Dengan Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus.

Santoso, S., & Ranti, A. L. (2013). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiawan, E. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting


pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Andalas, Vol: 7, No. 2, Juni 2018, 275-284.

Sevriani, S. (2022). Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makan Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Jamberejo Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Publikasi Skripsi Prodi Kebidanan
Fakultas Fokasi ITSK Insan Cendekia Medika, September 2022, 1-111.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Sulistiyaningsih, S. H., & Niamah, S. (2020). Analisis Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Pati. Community of Publishing In Nursing (COPING), Vol. 8,
No. 4, Desember 2020., 382-393.

Syafrudin. (2014). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Anda mungkin juga menyukai