(PROPOSAL SKRIPSI)
Disusun Oleh:
ERNAWATI
NPM. 22340094P
PENDAHULUAN
Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan anak dimana pada masa ini
intelektual, dan yang paling terpenting pada masa ini adalah pertumbuhan otak
yang sangat cepat, sehingga masa balita disebut juga sebagai masa
gizi sangat penting sekali untuk diperhatikan. Kecukupan gizi pada masa ini
Masalah gizi pada balita yang berkaitan dengan asupan gizi yang kurang
sangat penting karena memiliki dampak besar terhadap kualitas sumber daya
sebagai akibat tidak tercukupinya asupan zat gizi. World Health Organization
defisit dalam panjang badan berdasarkan umur yaitu z-skore < -2 SD atau
rujukan baku perttumbuhan. Saat ini masalah stunting masih menjadi problem
(Helmyati, 2019).
World Health Organization (WHO) tahun 2022 melaporkan bahwa secara
global, terdapat sekitar 40% atau sebanyak 149,2 juta anak di bawah usia 5
tinggal Asia dan Afrika (Asrian, Salma, & Jafriati, 2022). Sedangkan di
Indonesia, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Badan
tahun 2021, diketahui bahwa proporsi stunting masih tinggi yaitu mencapai
balita dengan status gizi sangat pendek (stunting) mencapai 18,5%, angka ini
Provinsi Lampung yaitu mencapai sebesar 22,7%, angka ini juga belum
Tingginya prevalensi stunting ini dapat buruk berdampak bagi balita. Balita
maksimal, menjadi lebih rentan terkena penyakit, dan dimasa depan tentunya
dapat menurunkan tingkat produktivitas sumber daya manusia. Akhirnya
Rochani, 2018).
mengetahui faktor yang menjadi penyebab sehingga dapat hal tersebut dapat
pola asuh orang tua, pola makan/ asupan makanan tidak adekuat, pemberian
ASI eksklusif, sosial ekonomi, berat badan lahir rendah (BBLR), penyakit
pada anak harus disiasati dengan pola makan dan pola asuh yang tepat. Anak
usia 1-3 tahun adalah anak yang belum dapat memilih makanannyadan hanya
Selain itu pemberian makan pada anak juga tidak boleh dipaksakan karena
makan. Kemudian pemberian ASI eksklusif pada bayi juga dapat menurunkan
risiko stunting. Adanya faktor protektif dan zat gizi yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi dapat optimal sehingga dapat menurunkan kesakitan
pada anak. Pentingnya pemberian ASI eksklusif pada awal masa kehidupan
berkaitan dengan status beberapa zat gizi penting antara lain zat besi, asam
folat, yodium, zink, dan asam lemak tidak jenuh yang berguna bagi proses
Selain itu, riwayat infeksi juga dapat menyebabkan stunting. Infeksi dapat
menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
Penelitian yang dilakukan oleh Adyas, Dika & Karbito (2019), tentang faktor
utama kejadian stunting di Provinsi Lampung: warning untuk Ibu Bekerja dan
stunting antara lain riwayat penyakit infeksi sebanyak 38,4% dengan ρ-value =
memiliki pola asuh kurang baik dengan ρ-value = 0,000 dan OR = 9,905.
mencapai 126 (16,2%) Balita sasaran, pada tahun 2019 prevalensi stunting
turun menjadi 112 (15,7%) Balita sasaran, pada tahun 2020 prevalensi
stunting meningkat menjadi 142 (18,2%) balita sasaran, pada tahun 2021
prevalensi stunting meningkat menjadi 200 (26,8%) balita sasaran, pada tahun
2022 menjadi 145 (27,1%) balita sasaran. Angka tersebut masih jauh dari
sebanyak 8 orang (80%) tidak memberikan ASI secara eksklusif sampai usia 6
bulan. Selain itu, sebanyak 7 orang (70%) mengatakan anaknya sering sakit
adalah “Apakah hubungan pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat
Tahun 2023?”
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2023.
2023.
2023.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Aplikatif
balita.
sectional. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki balita. Objek penelitian
ini adalah hubungan pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat peyakit
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang sistematis
perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel orang-orang /enduduk yang telah
pola asuh, pemberian ASI eksklusif, dan riwayat infeksi dengan kejadian
2023.
3.3 Rancangan Penelitian
mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor
lain. Pendekatan waktu dalam penelitian ini secara cross sectional. yaitu
variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek
riwayat penyakit infeksi serta kejadian stunting pada penelitian ini diambil
3.4.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
3.4.2 Sampel
(Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang
s = Jumlah sampel
2
λ = Chi Kuadrat yang harganya tergantung derajad kebebasan dan
3,841)
N = Jumlah populasi
(P=27,1% = 0,27)
405
s=
1,335+0,757
405
s=
2,1
setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh, pemberian ASI, riwayat
Independen
2. Pola Asuh Pola perilaku Kuesioner Mengisi 0.Baik, jika pola Ordinal
yang diterapkan Kuesioner asuh
responden demokratis
kepada balita (jika D ≥
sehari-hari yang median dan R
berhubungan ≥ median)
dengan pola 1.Kurang baik,
pemberian jika pola asuh
makan balita. otoriter,
permisif dan
diabaikan (jika
D < median
atau R <
median)
(Hutabarat,
2021)
3. Pemberian Pemberian ASI Kuesioner Mengisi 0. ASI eksklusif, Ordinal
ASI saja hingga usia Kuesioner jika ibu
bayi 6 bulan memberikan
tanpa tambahan ASI saja
cairan lain sampai usia 6
seperti susu bulan.
formula, jeruk, 1. Tidak ASI
madu, air teh, eksklusif, jika
air putih dan ibu
tanpa tambahan memberikan
makanan padat minuman/
seperti pisang, makanan
papaya, bubur tambahan
susu, biscuit dan sebelum bayi
nasi tim. berusia 6
bulan.
(Helmyati, 2019)
4. Penyakit Riwayat anak Kuisioner Mengisi 0. Tidak Ordinal
infeksi memiliki kuesioner memiliki
penyakit infeksi penyakit
oleh bakteri, infeksi, jika
virus dan tidak pernah
cacing mengalami
(misalnya: penyakit
diare, infeksi dengan
kecacingan, frekuensi > 3
TBC, batuk hari per
rejan, infeksi episode sakit
pencernaan, dan frekuensi
infeksi > 6 kali
pernafasan, pertahun.
malaria, dll). 1. Memiliki
penyakit
infeksi, jika
pernah
mengalami
penyakit
infeksi dengan
frekuensi > 3
hari per
episode sakit
dan frekuensi
> 6 kali
pertahun.
(Setiawan, 2018).
3.7.1 Instrumen
pemeriksaan dibantu oleh tim gizi dari Puskesmas Kebun Tebu. Sedangkan
pada variabel pola asuh, pemberian ASI dan riwayat penyakit infeksi
peneliti melakukan membagikan kuesioner kepada ibu balita. Kuesioner
Hutabarat (2021), dengan jumlah soal 15 soal yang telah diuji validitas dan
dan nilai Chonbach Alfa sebesar 0,722 > 0,6, sehingga kuesioner tesebut
dinyatakan valid dan realibel. Kemudian pada variabel pemberian ASI dan
soal.
3.7.2 Teknik
Lampung Barat.
Lampung Barat.
c. Melakukan penelitian di Puskesmas Kebun Tebu Lampung Barat dan
a. Editing
b. Coding
pengkodean atau coding, yakni mengubah data dalam bentuk kalimat atau
lain, pada variabel kejadian stunting diberi kode “0” untuk hasil ukur
“Normal” dan “1” untuk hasil ukur “Stunting”, sedangkan pada variabel
pola asuh diberi kode “0” untuk hasil ukur “Baik” dan “1” untuk hasil
ukur “Kurang baik”, pada variabel pemberian ASI diberi kode “0” untuk
hasil ukur “ASI eksklusif” dan “1” untuk hasil ukur “Tidak ASI
eksklusif”, dan pada variabel riwayat penyakit infeksi diberi kode “0”
untuk hasil ukur “Tidak memiliki penyakit infeksi” dan “1” untuk hasil
c. Processing
softwere komputer.
d. Cleaning
Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,
3.10Analisis Data
atau proporsi akan menjadi distribusi frekuensi relative jika data yang
sebagai berikut:
x
P¿ n x 100
Keterangan :
P = Presentase
hasil uji statistik ini disimpulkan adanya hubungan dua variabel tersebut
(Notoatmodjo, 2014).
Keterangan:
a. Bila nilai p-value lebih kecil dari pada α (p≤0,05), berarti hubungan
b. Bila nilai p-value lebih besar dari pada α (p>0,05), berarti tidak ada
computer.
DAFTAR PUSTAKA
Adyas, A., Dika , & Karbito. (2019). Faktor Utama Kejadian Stunting Di Provinsi
Lampung: Warning Untuk Ibu Bekerja Dan Penerapan Pola Asuh. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 4, 2019, 325-335.
Anggraeni, R. (2017). Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Usia 4-6 Tahun.
Jakarta: Mapan.
Asrian, R., Salma, W. O., & Jafriati. (2022). Analisis Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Anak Baduta (6-24 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas
Mowila. Jurnal Nursing Update, VOL. 13 NO. 3 (2022) , 115-122.
Djamarah, S. B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Anak Dalam
Keluarga. Jakarta: PT. Reneka Cipta.
Haryono , R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Nasional Penilaian Status Gizi. Jakarta.
Marimbi, H. (2014). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Jakarta: Nuha Medika.
Ramayulis, R., Kresnawan, T., Iwaningsih, S., & Rochani, N. S. (2018). Stop
Stunting Dengan Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus.
Santoso, S., & Ranti, A. L. (2013). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sevriani, S. (2022). Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makan Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Jamberejo Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Publikasi Skripsi Prodi Kebidanan
Fakultas Fokasi ITSK Insan Cendekia Medika, September 2022, 1-111.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru.