OLEH :
HERWIN TUMANGGOR
NIM. 2014005
Gemuk >2,0 SD
2.1.2 Penyebab Stunting
Secara lebih detail ada beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut (TNP2K, 2017)
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum
dan pada masa kehamilan, serat setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan
informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan air susuibu (ASI) secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24
bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-
ASI diberikan/ mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan.
Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI
juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan
Termasuk layanan Ante Natal Care-ANC (pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan, Post Natal Care- PNC dan pembelajaran dini yang
berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank
Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di posyandu semakin
menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat
akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu
hamil belum mengkomsumsi suplemen zat beis yang memadai serta msih
terbatasnya akeses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
Hal ini dikarenkan harga makanan bergizi di Indonesai masih tergolong
mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS, 2013), komoditas makanan
di Jakarta 94% lebih mahal dibandingkan di New Delhi, India. Harga buah
dan sayuran di Indonesia lebih mahal dibangdingan dengan Singapura.
Terbatasnya akses ke makanan bergizi di indonesia juga di catat telah
berkontribusi pada 1 dari 3 ibu yang mengalami anemia.
4. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
Data yang diperoleh di lapangn menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga
di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses ke air bersih
2.1.3 Manifestasi Klinik Stunting
Gejala stunting menurut kemenkes , 2017 adalah sebagai berikut
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil unutk
anak seusianya
3. Pertumbuhan terlambat
4. Berat badan rendah untuk anak seusianya
5. Pertumbuhan tulang tertunda
Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganngu perkembangan otaknya, yang
tentunya sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
produktivitas dan krativitas di usia-usia produktif
2.1.4 Dampak Stunting
Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses
tumbuh kembang menjadi terhambat, dam memiliki dampak negatif yang akan
berlangsung untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
balita pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan
pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben,
2018)
Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi
dampak jangka pendek dan jangka panjang
1. Dampak jangka pendek
a. Peningkatan kejadian kesakitan
b. Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal
c. Peningkatan biaya kesehatan
2. Dampak jangka panjang
a. Postur ubuh yang tidak optimal sat dewasa (lebih pendek bila
dibandingkan pada anak umumnya)
b. Meningkatna resiko obesitas dan penyakit lainna
c. Menurunnya kesehatan reproduksi
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
2.1.5 Penatalaksanaan
Menurut khoeroh & Indriyani (2017), beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu :
1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap
bulna
2. Pemberian makanan tambahan pada balita
3. Pemberian vitamin
4. Memberikan konselling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita pada
ibu dan keluarga
5. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar pada balita
6. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
dengan ditambah asupam MP-ASI
7. Pemberian suplemen menggunakan supleme gizi khusus peroral siap guna
yang dapat digunakan bersama makanan unutk memenuhi kekurangan gizi.
2.2 Pengertahuan
2.2.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagainya (Notoadmojo, 2017)
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui.
Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam
Nurroh 2017).
2.2.2 Tingkat Penegtahuan
Menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada
enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1. Tahu (Know)
Tingkat pengetahuan yang paling rendah ini hanya sebatas mengingat kembali
pelajaran yang telah didapatkan sebelumnya, seperti mendefinisikan,
menyatakan, menyebutkan, dan menguraikan
2. Memahami (Comprehension)
Pada tahap ini pengetahuan yang dimiliki sebagai keterampilan dalam
menjelaskan mengenai objek ataupun sesuatu dengan tepat. Seseorang mampu
menjelaskan, menyimpulkan dan menginterpretasi objek atau sesuatu yang
telah dipahami sebelumnya.
3. Aplikasi (Application)
Objek yang telah dipahami sebelumya dan sudah menjadi materi, selanjutnya
diaplikasikan atau diterapkan pada keadaan atau lingkungan yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Pengelompokan suatu objek ke dalam unsur yang memiliki keterikaitan satu
sama lain serta mampu menggambarkan dan membandingkan atau
membedakan.
5. Sintesis (Synthetsis)
Perencanaan dan penyusunan kembali komponen pengetahuan ke dalam suatu
pola baru yang komprehensif.
6. Evaluasi (Evaluation)
Penilaian terhadap suatu objek serta dideskripsikan sebagai sistem
perencanaan, perolehan dan penyediaan data guna menciptakan alternative
keputusan. (Nurmala,dkk, 2018)
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut
1. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima sebuah
informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan
tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
2. Media Massa/ Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee impact), sehingga
menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan
tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan
direspon sebagai pengetahuan.
4. Sosial budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman
orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
suatu pengetahuan.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Bertambahnya usia
akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.
2.2.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Pengetahuan Baik : 76%-100%
2. Pengetahuan Cukup : 56%-75%
3. Pengetahuan Kurang : <56%
2.2.5 Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjai dua yaitu :
a) Cara tradisional ayau cara non – Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi:
1. Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara yang palint tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata
lain “trial and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. Apabila kemungkinan
kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya
maka cara ini disebut metode trial (coba), and error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah / coba-coba.
2. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease
oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja
dengan ekstrak acetone dan karena terburu-buru ingin bermain tennis, maka
ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika
ingin meneruskan percobaannya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan di
dalam kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim
urease.
3. Cara kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan terjadi pada masyarakat modern, sumber pengetahuan tersebut
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal,ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata
lain pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
4. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa
lalu.semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan sumber kebenaran
pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman
pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.
Untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan
berfikir kritis dan logis.
5. Cara akral sehat
Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum
ilmu pendidikan ini berkembang para orang tua zaman dahulu agar anaknya
mau menuruti nasihat orangtuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cra
hukuman fisik bila anaknya berbuat salah.
6. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama atau suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan
melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oelh pengikut-
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak.
7. Kebenaran secara intutif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui
proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
8. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan
kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahun manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
b) Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau
lebih popular disebut metodologi penelitian (Notoadmojo,2017).
2.4 Pendidikan
1. Pengetahuan
2. Sumber Kejadian
informasi stunting
3. pendidikan
2.6 Hipotesa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Balita Umur 25-59 Bulan Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022.
Ho : Tidak Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Umur 25-59 Tahun Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022
2. Ha : Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Balita Umur 25-59 Tahun Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022 berdasarkan
Sumber Informasi
Ho : Tidak Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Umur 25-59 Bulan Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022 berdasarkan
Sumber Informasi.
3. Ha : Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Balita Umur 25-59 Tahun Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022 berdasarkan
Pendidikan.
Ho : Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Balita Umur 25-59 Tahun Di Puskesmas Saitnihuta Kecamata
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022 berdasarkan
Pendidikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik desain crossectional
yang dilakukan dalam survey dengan cara membagikan kuesioner pada responden
dan kemudian melakukan analisa data dengan menggunakan tabel distributif
frekuensi yaitu pengukuran pada saat bersamaan untuk mengetahui faktor-faktoe
penyebab kejadian stunting pada balita usia 25-59 Bulan Di Desa Saitnihuta
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022.