Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN
GANGGUAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT

Oleh : Benny Maria Lumbantoruan


A. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH

 Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75%


berat cairan. Di usia satu bulan, nilai ini menurun menjadi
65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam tubuh
manusia bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar
50%.
Distribusi cairan Laki laki dewasa Perempuan Bayi
dewasa
Total air tubuh % 60 50 75
Intraseluser 40 30 40
Ektraseluler 20 20 35
Plasma 5 5 5
interstitial 15 15 30
Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara,
ditentukan berdasarkan umur dan berat badan.
Jika berdasarkan umur ditentukan dari
 umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB,

 1-3 tahun memerlukan air sekitar 100 ml/kg BB,

 3-6 tahun memerlukan air sekitar 90 ml/kg BB,

 7 tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB,

Sedangkan berdasarkan berat badan ditentukan mulai dari


 0-10 kg kebutuhan cairannya 100 ml/kg BB,

 10-20 kg kebutuhan cairannya 1000 ml ditambah dengan 50


ml/kg BB (jika diatas 10 kg),
 dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar 1500ml
ditambah 20 ml/kg BB (jika diatas 20 kg)
Pengeluaran cairan
 Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat proses yaitu
urin, IWL (Insensible Water Loss), keringat, dan feses.
 Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
 IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui mekanisme
difusi
 IWL akan meningkat jika ada proses peningkatan suhu tubuh
dan proses respirasi meningkat.
 Pengeluaran cairan dari proses berkeringat terjadi sebagai
respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypothalamus, lalu impulsnya akan
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang
oleh susunan saraf simpatis pada kulit
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke
dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular
a. Cairan intraselular. Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari
cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular. Sebaliknya pada
bayi hanya 1/2 dari berat badannya merupakan cairan
intraselular.
b. Cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan ekstraselular
menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai
sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.
Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan
intravaskular.
a. Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan
termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura,
sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
b. cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung
dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
 Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau
elektrolit dalam tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan hipokalsemia.
 Kehilangan cairan lewat evaporasi adalah penting karena
ia memainkan peranan sebagai thermoragulasi, dimana ia
mengkontrol sekitar 20-25% kehilangan haba tubuh.
Perubahan pada kesimbangan cairan dan volume sel bisa
menyebabkan dampak yang serius seperti kehilangan
fungsi pada sel, terutama ada otak.
 Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah
kelebihan (overhidrasi) atau kekurangan cairan (dehidrasi)
1. OVERHIRASI
 terjadi jika asupan cairan lebih besar dari pada
pengeluaran cairan.
 Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi
air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang
berlebihan pada terapi cairan, dan korban tenggelam
 Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema,
peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan
gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi
dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila
fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal
menurun), dan flebotomi pada kondisi yang darurat.
 Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi
natrium dalam aliran darah menjadi sangat rendah
2. DEHIDRASI
 merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan.
 Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
1. isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut,
overdosis diuretik, luka bakar),
2. hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang
lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular
berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular),
3. hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar
natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke
kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskular minimal)
Derajat % kehilangan Gejala

Ringan 2-4 % dari BB Rasa haus, mukosa kulit


kering, mata cekung
Sedang 4-8 % dari BB SDA, disertai : delirium,
oligo uri, suhu meningkat
Berat 8-14 % dari BB SDA, disertai koma,
hipernatremia, viskositas
plasma meningkat

Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipernatremia dan


peningkatan hematokrit.
Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan
tubuh, dilakukan penilaian klinis non invasive dan invansif.
Untuk penilaian non invasive dilakukan pencatatan tanda dan
gejala klinis sebelum dilakukan terapi cairan, selama terapi
dan sampai terapi dinyatakan berhasil.
Parameter yang dinilai adalah :
1. perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS
secara berkala)
2. perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.
3. Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium
4. Perubahan perfusi perfusi perifer
5. Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5
ml/kg BB/jam.

Untuk penilaian invasive dilakukan pemasangan kateter vena


sentral melalui vena di lengan atas, vena subklavia, atau
vena jugularis.
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan
tubuh, yaitu elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan
menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
 Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+ ),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah
potasium (K+ ).
 Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3- ),
 sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion
fosfat (PO43- ).
 Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang
lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler .
Komposisi elektrolit ekstraseluler
Kation mEq/L anion mEq/L
Na + 142 HCO3- 24
K+ 5 Cl - 105
Ca ++ 5 HPO4 = 2
Mg ++ 1 SO4= 1
Asam Org 6
Protein 16
154 Total 154

Komposisi elektrolit intraseluler

Kation mEq/L anion mEq/L


Na + 15 HCO3- 10
K+ 150 Cl - 1
Ca ++ 2 HPO4 = 100
Mg ++ 27 SO4= 20
Protein 63
194 Total 194
b. Non elektrolit Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit
adalah glukosa, urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak
terdisosiasi dalam cairan.

B. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering


ditemukan pada kasuskasus di rumah sakit hanyalah
beberapa sahaja.
Contohnya:
• Hiponatremia dan hypernatremia
• Hipokalemia dan hyperkalemia
• Hipokalsemia
1. Hiponatremia
Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari
peningkatan mutlak dalam jumlah berat badan (total body weight,
TBW) atau hilangnya natrium dalam relatif lebih hilangnya air.
Kapasitas normal ginjal untuk menghasilkan urin encer dengan
osmolalitas serendah 40 mOsm / kg (berat jenis 1,001)
memungkinkan mereka untuk mengeluarkan lebih dari 10 L air
gratis per hari jika diperlukan.
 Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah
130mEq/L.
 Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi,
gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti
pernafasan,
 jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma.
Antara penyebab terjadinya Hiponatremia adalah euvolemia
(SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli
ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika),
hipervolemia (sirosis, nefrosis).
 Dosis NaCl yang harus diberikan, dihitung melalui rumus
berikut:
NaCl = 0,6( N-n) x BB
N = Kadar Na yang diinginkan
n = Kadar Na sekarang
BB = berat badan dalam kg
Gradasi Gejala Tanda

Ringan ( Na 105-118) Haus Mukosa kering


Sedang (Na 90-104) Sakit kepala, mual, vertigo Takikardi, hipotensi
Berat (Na <90) Apatis, koma Hipotermi
2. Hipernatremia
 Hiperosmolalitas terjadi setiap kali total kandungan tubuh
terlarut meningkatkan relatif terhadap TBW, tapi tidak selalu,
berhubungan dengan hipernatremia ([Na +]> 145 mEq / L).
 Untuk setiap 100 mg peningkatan / dL pada konsentrasi
glukosa plasma, natrium plasma menurun sekitar 1,6 mEq / L.
 ketika kemampuan berkonsentrasi ginjal terganggu, haus
biasanya sangat efektif dalam mencegah hipernatremia.
 Hipernatremia karena itu paling sering terlihat pada pasien
lemah yang tidak dapat minum, sangat tua, yang sangat
muda, dan pasien dengan gangguan kesadaran.
 Pasien dengan hipernatremia mungkin memiliki konten
natrium tubuh total yang rendah, normal, atau tinggi
 Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala
berupa perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah
 Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat berkembang menjadi
kejang, koma, dan akhirnya kematian.
 Cepatnya penurunan volume otak akan menyebabkan
pembuluh darah otak pecah dan mengakibatkan fokus
perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Kejang dan
kerusakan saraf serius yang umum, terutama pada anak-
anak dengan hipernatremia akut ketika plasma [Na +]
melebihi 158 mEq / L.
 Hipernatremia kronis biasanya ditoleransi lebih baik
berbanding dengan bentuk akut
 Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
(yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis, diabetes
insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan
natrium berlebihan
Defisit air umumnya harus diperbaiki dalam 48 jam dengan
larutan hipotonik seperti 5% dextrose dalam air
 Namun, koreksi yang cepat dari hipernatremia dapat
mengakibatkan kejang, edema otak, kerusakan saraf
permanen, dan bahkan kematian.
 Secara umum, penurunan konsentrasi natrium plasma tidak
harus melanjutkan pada tingkat yang lebih cepat dari 0,5
mEq / L / jam.
3. Hipokalemia

 Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L.


 Disebut hipokalemia apabila kadar kalium <3.5 mEq/L).
 Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,
perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi,
hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa.
 Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi
(alkalosis, hipomagnesemia, obatobatan), infuse potasium
klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia >2
mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam
dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia
berat;kelemahan otot yang berat)
4. Hiperkalemia
 Kalium (K+) memainkan peran utama dalam elektrofisiologi
dari membran sel serta karbohidrat dan protein sintesis.
 Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L

 Konsentrasi kalium intraseluler diperkirakan 140 mEq / L,


sedangkan konsentrasi kalium ekstraseluler biasanya sekitar 4
mEq / L.
 Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat
yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,
siklosporin, diuretik).
 TG terutama melibatkan SSP (parestesia, kelemahan otot)
dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).
 Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot rangka
dan jantung. Kelemahan otot rangka pada umumnya tidak
terlihat sampai plasma [K +] lebih besar dari 8 mEq / L, dan
karena depolarisasi berkelanjutan spontan dan inaktivasi kanal
Na + membran otot, akhirnya mengakibatkan kelumpuhan.
5. Hipokalsemia
Ion kalsium terlibat dalam fungsi biologis hampir semua
penting, termasuk kontraksi otot, pelepasan neurotransmitter
dan hormon, pembekuan darah, dan metabolisme tulang, dan
kelainan pada keseimbangan kalsium dapat mengakibatkan
derangements fisiologis yang mendalam.
Penyerapan kalsium terjadi di usus terutama di usus kecil
proksimal. Kalsium juga disekresi ke dalam saluran usus.
Hingga 80% dari asupan kalsium harian biasanya hilang dalam
feses. Ginjal juga bertanggung jawab untuk sebagian besar
ekskresi kalsium.
hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena
menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan
20-30 ml preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10% dapat
diulang 30-60 menit kemudian sampai tercapai kadar kalsium
plasma yang optimal. Pada kasus kronik, dapat dilanjutkan
dengan terapi per oral.
Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan
tubuh, dilakukan penilaian klinis non invasive dan invansif.
Untuk penilaian non invasive dilakukan pencatatan tanda dan
gejala klinis sebelum dilakukan terapi cairan, selama terapi
dan sampai terapi dinyatakan berhasil.
Parameter yang dinilai adalah :
1. perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS
secara berkala)
2. perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.
3. Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium
4. Perubahan perfusi perfusi perifer
5. Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5
ml/kg BB/jam.

Untuk penilaian invasive dilakukan pemasangan kateter vena


sentral melalui vena di lengan atas, vena subklavia, atau
vena jugularis.
 Elektrolit yang utama yang sering
menyebabkan gangguan pada
hemodinamik tubuh adalah natrium,
kalium, dan kalsium
 Pasien yuang mengalami gangguan
cairan dan elektrolit sebaiknya segera
ditangani karena sebagian besar dalam
tubuh manusia terdiri dari cairan dan
elektrolit dan apabila tidak segera
ditangani akan menyebabkan kematian
TERAPI CAIRAN PADA NEONATUS DAN BAYI/ANAK
 Komponen Cairan infus
 Aquadest

 Sumber energi : Dextrose 5%, 10%, 20%, 40%

 Elektrolit esensial : Na, K, Cl

 Krektor basa : -Bicarbonat, -Laktat, -Acetat

Jenis Cairan Infus


Larutan Infus karbohidrat :
Larutan Elektrolit :
a. Dx 5%, Dx 10%
b. Maltos-10 %
Larutan Elektrolit :
a. NaCl 0,9% (NS)
b. Ringer Laktatc. Ringer setat
Jenis Cairan Infus lanjutan
Untuk Rumatan :
 Kaen 1B ( Dx5% : NS = 3 : 1 )
 Kaen 3A ( Dx + NS + K 10 mq/L + Laktat 20 mEq/L )
 Kaen 3B (Dx + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L )
 Kaen Mg3 ( Dx10% + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L )
 Kaen 4A ( Dx 5% : NS ( 4 : 1) + Laktat 10 mEq/L )
 Kaen 4B (Dx 5% : NS ( 4 : 1) + K 8 mEq/L + Laktat 10 mEq/L )

Jenis Cairan Infus lanjutan


Larutan karbohidrat dan elektrolit :
D5-NS ( dx5%, NaCl 0,9% )
D5-1/2NS
D2,5-1/2NS
D5-1/4NS
RD 5 (5% Dx dlm Ringer inj. )
RL-D5 (5% Dx dlm RL inj. )
Asering-5 (Asering , Dx5% )
Terapi Cairan

Resusitasi Koreksi Rumatan


Hipo/hiper Na
Hipo / hiper K

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi

Kaen 1B
RL Dextran Kaen 2 B Aminofusin
Ras Hemacel Kaen 3 A Kaen Mg3/
Ns Gelofusin Kaen 4 A Tridex 100
Kaen 3 B
Menggantikan kehilangan akut Memelihara keseimbangan
Cairan tubuh Cairan tubuh dan nutrisi
  Kebutuhan Cairan Neonatus Aterm
 Hari 1: 60 – 80 cc/kgbb/hari ;
jenis cairan Dx 5% / 10%
 Hari 2 – 7 : 80 – 120 cc/kgbb/hari ;

jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg dibuat (Dx : NS = : 1 )


Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20 cc/kgbb/hari

 Kebutuhan Cairan Neonatus Preterm


Hari 1 – 3 :
 BB < 800 gr :80-100 cc/kgbb/har

 BB > 800 gr : 100-160cc/kgbb/hari

 jenis cairan Dx 5% / 10%

Hari 3 – 7 :Sda dg mulai menambahkan elektrolit ( Kcl : 10 meq/kkolf;


Ca gluconas 2 – 4 meq/kgbb/hari
Jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg dibuat
Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10 – 20 cc/kgbb/hari
 Contoh Contoh : Neonatus aterm dg BB = 3 kg
 Kebutuhannya hari 1 adalah : 3 x 60 cc = 180 cc/hari

 Konversi ke dalam tetesan mikro :

180 x 15 x 4 = 180 = 8 tts/i


24x60 24
Catatan : 1 cc (ml) = 15 tetes makro
1 tetes makro = 4 tetes mikro
Kebutuhan Cairan Bayi dan Anak
Kebutuhan Rumatan:
 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari

 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari

 Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari

Contoh
anak dg BB 25 kg,
kebutuhan cairannya adalah :
10 x 100 cc = 1000 cc
10 x 50 cc = cc
5 x 20 cc = cc
Jumlah = 1600 cc
Konversi ke dalam tetesan makro :
1600 x 15 = 18 tts/i
24 x 60
Kebutuhan Cairan Pada Dehidrasi Sedang (iv)
 Jumlah kehilangan cairan Previous Water Loss (PWL):

6 – 10 % BB atau rata 8% BB
 Kebutuhan cairan : Rumatan + PWL konversi ke tetesan
 Contoh : anak dg BB 10 kg

Rumatan : 10 x 100 cc = 1000 cc


PWL : 8% x 10 kg = 0,8 kg cairan = 0,8x1000= 800 cc
Jumlah kebutuhan cairan : = 1800 cc
Konversi ke tetesan makro :
1800x15/24x60
1800 / 96 = 18,75 atau dibulatkan ke 19 tetes/ menit
Observasi, bila telah rehidrasi, kembali ke tetesan rumatan
Alternatif lain ( Buku Pelayanan Kesehatan Anak di RS , WHO )

Berikan cairan sebanyak : 70 ml/kgbb


Untuk bayi ( <12 bln ) : habiskan dalam 5 jam
Untuk anak ( >12 bln) : habiskan dalam 2,5 jam
Contoh, bayi 8bln, 10 kg :
Kebutuhan cairan = 70 x 10 ml = 700 ml
Tetesan : 700 x 15 = 35 (36 tt/i)
6 x 60
Selanjutnya berikan tetesan rumatan
 Kebutuhan Cairan Dehidrasi Berat
Jenis cairan : Kristaloid ( RL, RA NS )
Jumlah Cairan :
 Bayi : 1 jam pertama : 30 ml/kgbb

5 jam berikut : 70 ml/kgbb


 Anak : 30 menit pertama : 30 ml/kgbb

2,5 jam berikut : 70 ml/kgbb

Koreksi:
 HipoNa

 Hiper Na

 Hipo K

 Hiper K
Koreksi Hiponatremia
Batasan : Na darah < 139 mEq/L
Kadar < 120 mEq/L -> edem serebri
Batas aman bila Na = 125 mEq/L
Rumus koreksi :Na = ( 125-Na darah) x 0,6 x BB (kg)
Cairan yang dipakai : NaCl 3% (513 mEq/L)

Contoh :
Bayi 10 bl, 8 kg, dg diare dan hipoNa (118 mEq/L)
Na = (125-118 ) x 0,6 x 8 = 33,6 ( 34 )
NaCl 3% = (34/513)x1000 ml = 66,276 (66) ml
Tetesan = (66 x 15)/(4 x 60) = 4 tpm = 16 tpm mikro
Koreksi hipernatremia
Batasan : bila kadar Na darah > 150 mEq/L
Etilologi :Masukan cairan yg tidak adekuat
Salah konsumsi cairan rehidrasi oral dg Na tinggi
Bila kadarnya > 160 mEq/L  kelainan pd SSP
Koreksi :
Atasi kead shock dg NS / RL / RA
Pemberian cairan dg NaCl rendah (Kaen 1B) bila telah ada
diuresis + KCl 20 mEq/L
Defisit cairan dikoreksi dalam 2 x 24 jam
Hari I : 50% defisit + Rumatan
Hari II : 50% defisit + Rumatan
Koreksi Hipokalemia
Batasan : kadar K < 3,5 mEq/L
Etilogi :
Masukan cairan yg kurang dlm jangka lama
Gangguan sal cerna ( muntah >> )
Koreksi :
 Bila K < 2,5  tambahkan KCl 7,46% ( 1ml = 1 mEq/L) dalam
infus dg dosis 3-5 mEq/kgbb, max 40 mEq/L atau 20 mEq/kolf
 Bila K 2,5 – 3,5 tambahkan KCl 10 mEq per kolf  periksa
ulang sesudah 24 jam
 Rumus untuk menghitung defisit kalium:

K = K1 - (K0 x 0,25 x BB)


K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
Koreksi Hiperkalemia
Batasan : kadar K > 5,5 mEq/L
Koreksi :
 K < 6 mEq/L  Kayeksalat 1g/kgbb per oral, dilaurutkan dg
2ml/kgbb lar. sorbitol 70%, atau
 Kayeksalat 1g/kgbb per enema, dilarutkan dg 10
ml/kgbb lar sorbitol 70%, diberikan melaui kateter folley, diklem
selama menit
 K 6–7 mEq/ NaHCO3 7,5%, dosis 3 mEq/kgBB IV atau 1 unit
insulin/5 g glukosa
 K > 7 mEq/L  Ca glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 ml/kgbb iv dg
kecepatan 2 ml/menitKadar
 K > 9 mEq/L  fibrilasi atau asistole
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

1. Pengkajian
 Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit meliputi pengkajian riwayat kesehatan
(keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda
vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan
cairan dan elektrolit.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan
dan cairan, haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau
kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
3. Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat
adalah
a. Pengukuran BB
 BB harian, dengan standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun
dan sesudah penimbangan dan dilakukan pada waktu yang sama
o Setiap penurunan BB satu kilogram menunjukkan tubuh

kekurangan cairan sebanyak satu liter.


o Apabila kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari

total berat badan, ini mengindikasikan terjadinya


kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat.
Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan
rumus berikut.
o Kehilangan air= BB normal – BB sekarang

o Jika BB turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah

terjadi kehilangan cairan dari tubuh.


o Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini

menunjukkan retensi cairan.


b. Tanda vital
Perubahan TTV mungkin mengindikasikan adanya ketidak
seimbangan cairan, elektrolit, dan asma basa, atau sebagai
upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh.
Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi
dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda pertama
yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan
cairan.
Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan
cairan dan melemah pada kekurangan cairan.
Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin
menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa.
Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan
dan menurun pada kekurangan cairan.
c. Asupan dan haluaran
 Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam
24 jam.
 Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral,
makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena,
serta irigasi kateter atau selang.
 Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine,
feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus),
drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat dan
dalam.
 Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam.

 Jika volume urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh


mengalami kelebihan cairan.
 Sebaliknya, jika volume urine kurang dari 30ml/jam,
kemungkinan terjadi dehidrasi
d. Pemeriksaan fisik
difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena
tangan, dan sistem neurologis. (kering, lembab, dingin, dll)
e. Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit.
Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen
atau paha bagian tengah
f. Iritabilitas neuromuscular
 untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium.

 meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau.

 tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar


2cm di depan liang telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks
meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek
positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia).
 test trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa
dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul
spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya hipokalsemia
dan hipomagnesemia.
g. Pemeriksaan laboratorium
1) Elektrolit serum

Pemeriksaan yg biasanya adalah Na,K,Cl, dan ion bikarbonat


2) Hitung darah
 Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel
darah merah (pengukuran volume sel dalam plasma).
 nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia
cenderung meningkat,
 nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat trn.

3) Ph urine
 u/ menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan
untuk menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa.
4) Berat jenis urine
 sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
walaupun hasilnya kurang reliabel.
 dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan
dan menurun saat tubuh kelebihan cairan.

Anda mungkin juga menyukai