Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 – 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan
basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme
yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion
H+ (atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat
(H2CO3) dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal
dan paru. N : 1 – 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat
bediffasi kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan
bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
Dalam keadaan normal :
pH darah : 7,35 – 7,45
p CO2 : 40 mm Hg
HCO3- : 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan
metabolisme (metabolic asidosis) :
a. Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b. Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .
ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a. Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b. Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
2.2 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit.
Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus
dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
Kulit. Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses
ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara
sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan
kondisi suhu tubuh yang panas.
Paru. Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih
400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.
Gastrointestinal. Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system hormonal
contohnya:
ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam
tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses
pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin
rennin.
Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal,
asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh
Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak.
Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air,
elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi,
bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang
besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
Osmosis. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi dari
larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat
pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol. Natrium dalam
NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena
larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh
dua factor, yaitu:
Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui
membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat
molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan
sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat
menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian
cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic
karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan
cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya
kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding
tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih
besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane
semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang
tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Membran semipermeable. Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi
besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari
tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75%
dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan
dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria
karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air
berdasarkan umur dan berat badan:
Umur Jumlah air dalam 24 jam Fungsi
ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
Hipervolume atau Overhidrasi. Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara jaringan. Pitting edema
merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah
yang bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda
kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan
pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan
ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat
besar menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru dan
dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan
adanya suara napas ronnchi basah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien yang
mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada anak/bayi dan orang
tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu
menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya
mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung, sirosis hati
dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak
mata membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat dan
nilai hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.
Masalah Kebutuhan Elektrolit
Hiponatremia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang
cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan
tubuh secara berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.
Hipernatremia. Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai dengan
adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145
mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sementara
asupan garam sedikit.
Hipokalemia. Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia dapat terjadi
dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan, juga
ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah,
perut krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturannya denyut jantung (aritmia), penurunan bising
usus dan turunnya kadar kalim plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.
Hiperkalemia. Merupakan suatu keadaan diamna kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien
luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena yang
ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine
dan diare, adanya kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
Hipokalsemia. Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok
serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
Hiperkalsemia. Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada pasien
yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma
mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.
Hipomagnesia. Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar
magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
Hipermagnesia. Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya
koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan NaCl 0,9% dan tranfusi set dengan cara
menusukkan; isi cairan NaCl 0,9% ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan
pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan
penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui
jarim infuse/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi; buka tetesan; lakukan
desinfeksi dengan betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada
plester; setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan; sebelum
dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kedaluwarsa;
lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian infuse; lalu cuci tangan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya
keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam batas normal, berat badan sesuai
dengan tinggi badan atau tidak ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ
yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2
dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
3.2 Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga dari makanan dan
minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi
air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan
Karbondioksida (CO2)
Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara,
yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara
secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara
yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak
langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita
melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi
pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami
proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap
mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni
mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-
paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru
dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi
keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion
hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin
akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan
lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida
pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan
karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan
selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses
metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan
jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir
menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah.
Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama
hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.
Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam
karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat
(HCO- Persamaan reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru,
akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap
berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan
penyangga.\ Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH
(derajat keasaman) darah.
Berikut kami akan membahas beberapa cairan infus yang biasa di gunakan,
yaitu ;
Ranger laktat (RL).
Ranger laktat adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler (cairan diluar sel).
Larutan RL juga bisa di gunakan untuk menormalisasi tekanan darah pada pasien combustio, 18 sampai 24 jam
setelah terjadi cedera luka bakar.
Larutan RL juga termasuk salah satu cairan kristaloid yang bisa digunakan untuk terapi sindroma syok,
kombustio, serta hipovolemia dengan asidosis metabolik.
RL.
Cairan RL berisi Natrium Laktat, C3H5NaO3, Natrium klorida, NaCL, Kalium klorida, KCl, CaCI2.2H2O,
serta air untuk injeksi.
Tempat metabolisme cairan RL terutama pada hati serta sebagian kecil pada ginjal.
Kelebihan dalam memberikan cairan ini dapat mengalami edema pada seluruh badan pasien sehingga
pemakaian larutan RL yang berlebih itu perlu di cegah.
NaCL.
Larutan NaCL Juga termasuk cairan kristaloid. Di anjurkan pada penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremik, alkalosis metabolik atau hipokhloremia.
left;">
Keuntungan menggunakan cairan ini adalah harga lebih murah, mudah di dapat, sedikit efek samping, tidak
menyebabkan raksi alergi, serta mudah di pakai.
Cairan NaCL.
Cairan NaCL berisi sodium chloride beserta air untuk injeksi. Pada kasus Gadar, biasanya cairan ini di gunakan
untuk membantu proses penanganan serta perawatan pada luka.
Dektrose.
Larutan dextrose juga bisa di gunakan sementara untuk mengganti kehilangan cairan dengan cara melarutkan
NaCl 0,45 % dalam larutan dextrose 5 %. Larutan Dektrose juga dapat diberikan untuk penanganan awal pada
pasien hipoglikemia (gula darah rendah).
Cairan Dextrose.
Larutan dextrose berisi glukosa, C6H12O6, H2O, serta air untuk injeksi.
Jadi secara sederhana bisa kita simpulkan , tujuan dari pemberian terapi cairan di bagi atas manajemen untuk
mengganti kebutuhan harian, juga untuk mengganti kehilangan cairan akut.
Infus menjadi salan satu perawatan medis yang serong dilakukan. Perawatan medis ini dilakukan
dengan mengaliri tubuh lewat pembuluh darah melalui selang infus. Selang infus ini di dalamnya
terdapat cairan infus yang akan masuk ke tubuh. Seperti apakah jenis cairan infus yang seringkali
diberikan. Berikut ini diantaranya :
1. Asering
Cairan dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut :
Na 130 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
K 4 mEq
Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini dapat diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan
asidosis), demam berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik.
Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan
asetatnya pada saat pasien dibedah
Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan Kristaloid
a.) Normal Saline
Komposisi : Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Kegunaan :
Manfaat cairan Ringer Laktat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan otak,
mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya menentukan
tekanan osmotik pada pasien.
c.) Deaktrosa
Cairan terdiri dari beberapa komposisi yakni :
Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan diperlukan
untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada cairan
Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus pada
membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan
intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma lebih terjaga dan mengalami
peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a.) Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia (misalnya
5 %).
Adapun manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika pasien
mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal yang akut dan luka
bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi pengaruh diuresis yang
berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat badan.
Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada pasien post
trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu menambah jumlah
volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c.) Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc mesenteroides melalui media
sukrosa)
Manfaat dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok sepsis,
iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran memberi efek anti
trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi platelet.
d.) Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine
Manfaat : Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma pada pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu membantu
tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi peningkatan diuresis pada
proses pengobatan gagal ginjal (oliguria), membuateksresi senyawa toksik menjadi meningkat.
Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner ketika pasien sedang menjalani operasi prostat
atau transuretral.
5. KA-EN 1B
Komposisinya dalam tiap 1000 ml yaitu :
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena tidak
mendapat asupan oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan kepada
bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
KA-EN 3A
Sodium klorida 2,34 g
Potassium klorida 0,75 g
Sodium laktat 2,24 g
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B
Sodium klorida 1,75 g
Ptasium klorida 1,5 g
Sodium laktat 2,24
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya
(pada KA-EN 3A mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung kalium 20 mEq/L) yang
cukup walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi :
Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien mendapat asupan
oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen NPC yang
dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Memiliki komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
Na 30 mEq/L
Cl 20 mEq/L
K 0 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak,
menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan cairan
kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya yaitu :
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Cl 28 mEq/L
sponsored links
Manfaat cairan infus KA-EN 4B :
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi mereka,
mengurangi resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan elektrolit
pasien ketika dehidrasi hipertonik.
10. Otsu-NS
Komposisinya terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
Na+=154
Cl- +154
Manfaat cairan Otsu-NS yakni mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti kehilangan
natrium pada pasien saat asidosis diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka bakar. Selain itu,
mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
11. Otsu-RL
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
Na+ =130
K+ = 4
Cl- =108.7
Laktat = 28
Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik dan sebagai
resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada pasien
diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita tumor,infeksi
berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu:
L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g), L-
threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-tyrosine 0,5g,
L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine 3g,aminoacetic acid 5,9g,L-aspartic
acid 30 w/w%,total nitrogen 15,7g,sodium kurang lebih 2 mEq,acetate kira-kira 1220 mEq dan
kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka bakar,
kwasiokor dan sebagaikebutuhan nutrisi secara parental.
Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami luka bakar,
trauma pasca operasi serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu, cairan
diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat
sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan kembali air
dan cairan elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intarselular, juga
memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung karbohidratsecara parsial.