Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN DASAR

KEBUTUHAN CAIRAN

By :
Aris Dwi Cahyono, S.Kep.Ns., M.Kes.
Akademi Keperawatan Pamenang Pare
PENGERTIAN
Volume dan distribusi cairan tubuh
◦ Volume cairan tubuh
 Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita
 Bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB
 Usia 1 tahun 60 % dari BB
 Usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB
dan untuk wanita 52 % dari BB
 Usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 % dari
BB
 Usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 %
dari BB
◦ Distribusi cairan
 Dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan
ekstraseluler
 Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB
 Cairan ekstraseluler 20 % dari BB
 Cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5 %
 Cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe)
10-15 %
 Transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia,
cairan dalam peritonium, cairan dlm rongga mata, dll)
1-3 %
Fungsi cairan
◦ Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan
temperatur tubuh
◦ Transport nutrien ke sel
◦ Transport hasil sisa metabolisme
◦ Transport hormon
◦ Pelumas antar organ
◦ Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam
sistem kardiovaskuler
Keseimbangan cairan
◦ Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan
output
◦ Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500
ml/hari
◦ Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000
ml dari makanan
◦ Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal
dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses
100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800
ml
Faktor-faktor yangmempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit
◦ Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan
tubuh serta aktivitas organ
◦ Temperatur
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses
pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak
◦ Diet
Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah
cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya
◦ Stres
Peningkatan produksi ADH dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya
glikosis otot.
◦ Sakit
Banyak sel yang rusak, untuk memperbaiki sel
yang rusak dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup
Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui
tiga proses, yaitu :
◦ Difusi
 Partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
◦ Osmosis
 Dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik
◦ Transpor aktif
 Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung
Pengaturan keseimbangan cairan
◦ Rasa dahaga
Mekanisme :
 Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin,
yang pada akhirnya menimbulkan produksi
angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neural yang bertangguang
jawab terhadap sensasi haus.
 Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan
tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang
dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
◦ Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan
dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior.
Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan
ekstrasel.
Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air.
◦ Aldosteron
Disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja
pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absopsi
natrium
◦ Prostaglandin
◦ Glukokortikoid
Cara pengeluaran cairan
◦ Ginjal
 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada
orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron.
◦ Kulit
 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis
yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat,
dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL)
sekitar 15-20 ml/24 jam.
◦ Paru-paru
 Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.
Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
akibat pergerakan atau demam.
◦ Gastrointestinal
 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari
gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml.
Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL
pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
Pengaturan elektrolit
◦ Natrium (sodium)
 Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel.
 Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls saraf
dan kontraksi otot.
 Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran
urine.
 Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
◦ Kalium (potassium)
 Merupakan kation utama cairan intrasel.
 Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi
otot.
 Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein,
pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat
diubah menjadi ion hidrogen (H+).
 Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
◦ Kalsium
 Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi
jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang
dan gigi.
 Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar
paratiroid dan tiroid.
 Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
 Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+
tulang.
◦ Magnesium
 Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
 Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan
muscular excibility.
 Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
◦ Klorida
 Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
 Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
◦ Bikarbonat
 HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan
terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel.
 Biknat diatur oleh ginjal.
◦ Fosfat
 Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan
ekstrasel.
 Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan
asam basa.
 Pengaturan oleh hormon paratiroid.
Masalah keseimbangan cairan
◦ Hipovolemi
 Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemi.
 Mekanisme kompensasi pada hipovolemi adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon ADH dan aldosteron.
 Hipovolemi yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
◦ Hipervolemi
 Penambahan / kelebihan volume CES
dapat terjadi pada saat :
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan
natrium dan air.
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan
ekskresi natrium dan air
 Kelebihan pemberian cairan
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma
Ketidakseimbangan asam basa
◦ Asidosis respiratorik
 Disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan
dalam membuang CO2 dari cairan tubuh.
 Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di
atas 45 mmHg dengan penurunan PH < 7,35.
◦ Alkalosis respiratorik
 Disebabkan karena kehilangan CO2­dari paru-paru
pada kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya
dalam jaringan.
 Hal ini menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, PH > 7,
45.
◦ Asidosis metabolik
 Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid
atau kehilangan basa.
 PH arteri < 7,35, HCO3 menurun di bawah 22
mEq/lt.
◦ Alkalosis metabolik
 Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh.
 Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/lt dan
PH arteri > 7,45.
Nilai-nilai Normal
Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh
- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
2+
- Kalsium [Ca ] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
◦ Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan
(oral dan parenteral)
◦ Tanda umum masalah elektrolit
◦ Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
◦ Proses penyakit yang menyebabkan gangguan
homeostatis cairan dan elektrolit
◦ Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat
mengganggu status cairan
◦ Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
◦ Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang
mengganggu pengobatan
Pengukuran klinik
◦ Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat
badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan :
 +/- 2 % : ringan
 +/- 5 % : sedang
 +/- 10 % : berat
◦ Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari
pada waktu yang sama.
◦ Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti
suhu, tekanan darah, nadi dan pernapasan.
◦ Tingkat kesadaran.
◦ Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral
(NGT dan oral), cairan parenteral termasuk obat-
obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
◦ Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume,
kejernihan / kepekatan), feses (jumlah dan
konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
◦ Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat :
normalnya sekitar +/- 200 cc.
Pemeriksaan fisik
◦ Integumentum : keadaan turgor kulit, edema,
kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
◦ Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan
darah, hemoglobin, dan bunyi jantung
◦ Mata : cekung, air mata kering
◦ Neurologi : refleks, gangguan motorik dan
sensorik, tingkat kesadaran
◦ Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut
dan lidah, muntah-muntah dan bising usus
Pemeriksaan penunjang
◦ Pemeriksaan elektrolit
◦ Darah lengkap
◦ PH
◦ Berat jenis urine
◦ Analisis gas darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain:
◦ Deficit volume cairan b.d. kehilangan volume
cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan.
(Penurunan cairan intravaskuler, interstisial,
dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium)
◦ Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake
cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
(Retensi cairan isotomik meningkat)

◦ Risiko deficit volume cairan.


DAFTAR PUSTAKA
Towarto, Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar & Proses
Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep &


Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

ElisJ.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach.


Third Edition. Houghton Mefflin Company. Boston.

NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.

North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing


Diagnoses : Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai