Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teori Pengaturan Suhu Tubuh


1. Definisi
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia
sebagai hasil keseimbangan pembakaran dalam tubuh manusia dengan
pengeluaran panas melalui keringat, hantaran (konduksi) dan infeksi
(Carpenito, Lynda Juall, 1998).
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh suhu inti yaitu suhu jaringan
dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri
pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa standar penilaian suhu, antara
lain : normal, hipertermi dan hipotermi.
a) Hipertermia
- Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari
jangkauan normal (Doengus Marilyn E.).
- Hipertermia adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh > 37,8oC (100oF) per oral
atau 38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor
ekternal (Carpenito, Lynda Juall, 2012).
- Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma
pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas.Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.

b) Hipotermia
- Keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh < 35,5 oC (96 oF) per rektal yang sifatnya

1
menetap karena peningkatan keterentanan terhadap factor eksternal
(Carpenito, Lynda Juall, 2012).

- Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami


atau beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di
bawah 35,500C per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap
faktor eksternal (Lynda Jual,26).
- Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.
Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5C-37C (suhu
axila) Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin
maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-
36C).disebut hipotermia berat bila suhu <32C
Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan
produksi panas tubuh, antara lain :
Jumlah makanan yang dimakan memenuhi syarat.
Bahan makanan mengandung banyak kalori.
Basal metabolisme rate (BMR).
BMR merupakan pemanfaatan energi di dalam tubuh guna
memelihara aktivitas pokok seperti bernafas. Besarnya BMR
bervariasi sesuai engan umur an jenis kelamin. Banyak faktor yang
mnyebabkan BMR meningkat diantaranya adalah cedera, demam dan
infeksi.Meningkatnya BMR ini menunjukan tingginya metabolisme
yang dialami klien. Peningkatan metabolisme akan menghasilkan
peningkatan poduksi panas alam tubuh, sehingga suhu tubuh
klienmenjadi naik.
Aktivitas otot.
Aktivitas otot, termasuk menggigil, dapat memproduksi panas tubuh
sebanyak lima kali (Guyton 1982 : 554).
Peningkatan produksi tiroksin.
Hipotalamus merespons terhadap dingin dengan mlepas faktor
releasing.Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk
merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.Efek tiroksin

2
meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan
memproduksi pans.
Termogenesis kimia.
Termogenesis kimia adalah perangsangan prosduksi panas melalui
sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf
simpatis.Hormon hormon ini segera meningkatkan nilai
metabolisme sel di jaringan tubuh.Secara langsung, norepineprin atau
epineprin mempengaruhi hati dan sel sel otot sehingga
meningkatkan aktivitas otot.Selain itu, produksi sejumlah panas juga
dapat diperoleh melalui rangsangan saraf simpatis terhadap lemak
coklat.
Demam meningkatkan metabolisme sel. Reaksi reaksi kimia
meningkat rata rata 120 % untuk peningkata suhu 10C. Hal tersebut
berarti setiap peningkatan 1C suhu tubuh menyebabkan 12 % reaksi
kimia akan terjadi.

Pengeluaran panas tubuh.


Pengeluaran panas berlangsung melalui proses:
1. Konduksi,yaitu perpindahan panas dari satu molekul ke molekul lain
dalam bentuk padat, cair, atau gas. Logam merupakan konduktor yang
baik sedangkan udara merupakan konduktor yang buruk.
2. Konveksi, yaitu perpindahan panas melalu benda cair atau gas yang
mengalir, makin cepat aliran makin besar proses konveksi seperti
halnya dengan proses konduksi, bergantung kepafa luas permukaan
dan beda suhu tubuh dengan lingkungannya
3. Radiasi, yaitu proses pererpindahan panas melalui gelombang
elektromagnetik( kecepatan cahaya = 3000 km/jam). Gelombang
tersebut akan berubah menjadi apabila menyentuh permukaan suatu
bend.
4. Evaporasi, yaitu proses perpindahan panas hilang melalui penguapan
yang biasanya merupakan proses penguapan keringat. Evaporasi 1 liter
keringat menyebabkan keluarnya panas sebsar 580 kalori. Disamping
penguapan keringat dalam proses evaporasi ini juga terdapat
pengeluaran panas melalui insensible (kehilangan) perspiration

3
(keringat). Factor yang paling penting dalam pembentukan besar
proses evaporasi ialah kelembapan udara.

Pengaruh suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh,


yang akan menaikkan proses kimia dalam tubuh. Peningkatan reaksi kimia
dalam tubuh ini akan meningkatkan pembentukan panas. Selanjutnya
pembentukan panas yang meningkat akan meningkatkan suhu tubuh.
Seterusnya ketiga proses tersebut akhirnya menyebabkan suhu tubuh yang
sangat tinggi yang dapat menyebabkan kematian (heat stroke).
Suhu lingkungan yang rendah merupakan perangsang yang kuat untuk
produksi panas. Pada suhu udara dibawah 20 derajat celcius tubuh tanpa
pakaian akan kehilangan panas dengan cepat. Dalam batas suhu 28 31
derajat celcius tubuh pria dengan mudah dapat mempertahankan
keseimbangan antara pengeluaran panas dan pembentukan panas
tubuh.Tidak ada pengeluaran keringat maupun proses mengigil, terasa
nyaman. Batas suhu ini disesbut confort zone.
Untuk wanita daerah nyaman tersebut sedikit lebih luas yaitu 27 33
derajat celcius, kenaikan suhu tubuh akan menaikan laju metabolism diatas
laju basal. Selama demam laju basal akan meningkat sebanyak 13 14 %
utuk setiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius kebalikan suhu tubuh
akan mempercepat reaksi kimia tubuh. Oleh karena itu harus diperhatikan
bahwa pada pemeriksaan metabolism suhu kamar (suhu lingkungan ), suhu
tubuh yang diperiksa harus dicatat.
Berbagai hormon yang mempengaruhi metabolism energy yang
terpenting adalah epinefrin, norepinefrin dan tiroksin. Pengeluaran
maksimal katekolamin dapat meningkatkan laju metabolisme 30 80
%.tiroksin mempengaruhi oksidasi seluler pada hipotiroid basal
metabolism rate ( BMR) 25 40 % lebih kecil dari normal, pada
hipertiroid 40 60 % diatas normal.
Pengeluaran panas bergantung pada:
1. Luas permukaan badan
2. Beda suhu tubuh dengan suhu lingkungan

4
3. Kelembapan udara.

Pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya


berlangsung melalui proses fisika oleh sebab itu pengeluaran panas sering
dinyatakan sebagai pengendalian suhu tubuh secara fisika.

2. Patofisologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit,
walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara
normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,50C dibawah normal pada pagi hari
dan 0,50C diatas normal pada malam hari. Suhu tubuh diatur oleh
hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan
aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi,
konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus
selalu diatur pada set point sekitar 370C, setelah informasi tentang suhu
diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Mekanisme tubuh
ketika suhu tubuh berubah.
a) Hipertermia
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh
berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Hipertermia timbul sebagai respon terhadap pembentukkan
interleukin-1, yang disebut pirogen endogen. Interleukin-1
dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang
mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas
dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang hipotalamus
dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
b) Hipotermia
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferent menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipotalamus. Saraf yang dari

5
hipotalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan
noradrenalin local trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam
lemak. Blood gliserol meningkat, tetapi asam lemak secara local
dikonsumsi untuk meghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi
panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui
aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan
dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga
tubuh tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif
memerlukan integritas dari sistem saraf sentral, kecukupan dari
brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan
fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem saraf pusat
antara lain depresi linier dari metabolism otak, amnemsia, apatis,
disatria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG
yang abnormal, depresi, kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan
autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, reflek okuli
yang hilang, dan penurunan yang progresif dari aktivitas EEG.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.
Suhu normal pada bayi neonates adalah 36,5-37,5 derajat Celsius
(suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering
dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang
dari 2,5 kg. gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36
derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.

a. Etiologi
Keseimbangan suhu didefinisikan sebagai keadaan yang dinamis,
ekuilibrium yang rapuh ketika kecepatan panas yang dihasilkan tubuh
ekuivalen dengan kecepatan kehilangan panas ke lingkungan.
Perubahan suhu tubuh merupakan penyebab dan akibat masalah
kehilangan panas atau produksi panas, sehingga penting untuk segera
mengidentifikasi faktor yang berhubungan. Seiring penuaan, perubahan
fisiologis cenderung memengaruhi produksi, distribusi, dan konservasi

6
panas. Perubahan fisik pada densitas tubuh, kandungan air, dan insulasi
lebih jauh dapat menimbulkan masalah pertukaran panas. Gabungan
faktor perilaku dan faktor lingkungan mengancam keseimbangan suhu
ketika individu lansia tidak dapat membebaskan diri dari atau
mengubah situasi ketika mereka terpajan denagn suhu ekstrem.
a) Hipertermia
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat
bahan toksis yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang
dapat menyebabkan efek perangsang terhadap pusat pengaturan suhu
sehingga menyebabkan demam yang disebut pyrogen. Zat pyrogen
ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksin/ pyrogen yang dihasilakan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Factor penyebabnya :
- Dehidrasi
- Penyakit atau trauma
- Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
- Pakaian yang tidak layak
- Ketepatan metabolisme meningkat
- Pengobatan/ anastesi
- Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
- Aktivitas yang berlebihan

b) Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :


- Jaringan lemak subkutan tipis
- Pertandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
- Cadangan glikogen dan brown fat sedikit
- Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan
- Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang
berisiko tinggi mengalami hipotermia
- Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir
- Berat lahir bayi dan kurang dan kehamilan premature
- Tempat melahirkan yang dingin
- Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom
dengan pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.

b. Proses Terjadi

7
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal
baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau
demam akan engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan
elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di
otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi),
maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang
padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior
membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

c. Manifestasi Klinis
Hipertermia Hipotermia
Suhu tinggi 37,8 C (100 F) per
o o
Menggigil hebat ( awalnya )
oral atau 38,8o C (101o F) Merasa dingin dan kedinginan
Takikardia Pucat, dingin, kulit seperti lilin
Hangat pada sentuhan Hipotensi
Menggigil Haluaran urine menurun
Dehidrasi Koordinasi otot berkurang
Kehilangan nafsu makan Disorientasi
Mengantuk yang mengarah ke
koma

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap :

8
1) WBC
2) Hb
3) Trombosit
4) Ht (hematokrit)
5) Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya resiko infeksi
6) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl 5)
7) Uji tourniquet
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan widal ; suatu reaksi algutinasi antara antigen dan antibody
untuk pasien thypoid

4. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis


Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh
yang nyaman ketika terpapar pada suhu ekstrem.Kemampuan individu
untuk mengontrol suhu tubuh tergantung pada derajat ekstrem suhu,
kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau
ketidaknyamanan, karena proses pikir dan emosi, dan mobilitas atas
kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan pakaian.
Kontrol akan sulit bila salah satu kemampuan ini hilang atau tidak ada.
Pertolongan yang bisa dilakukan:
Penatalaksanaan Hipertermia
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Beri penjelasan pada klien mengenai penyebab panas yang
dideritanya
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan
mau berpasrtisipasi dalam proses keperawatan
2. Observasi TTV setiap 3 jam sekali
Rasional : Memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan
selajutnya
3. Lakukan kompres hangat di daerah permukaan tubuh
Rasional : Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadipenguapan,
merangsang thermostart
4. Berikan minum yang banyak +/- 2 Liter
Rasional :Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat
penguapan

9
Penatalaksanaan Medis :
1. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit
2. Antipiretik 3 x 500 mg
Rasional : Mempercepat proses penurunan panas
Penatalaksanaan Hipotermia
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti
inkubaator dan Infant warm yang gunakan sesuai ketentuan. Adapun
prosedur pemakaian Inkubator adalah sebagai berikut.
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan
handuk dan pakaikan kain pakaian bayi.
2. Hidupkan pemanas inkubator bayi dan biarkan sekitar 3 menit
untuk memastikan bahwa suhu didalamnya sesuai.
3. Masukan bayi ke dalam inkubator.
4. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi
seperti nama, nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
5. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu bayi. Jika
peringatan ini muncul, maka perawat akan langsung menuju
inkubator dan memberi susu.
6. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC client lalu
perawat akan menghampiri inkubator kemudian memeriksanya
apakah lapar, BAB, mengompol, atau tidak nyaman.

B. Tinjauan Teori Askep Pengaturan Suhu Tubuh


1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi

10
tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan data yang dapat diperoleh data primer
melalui (wawancara dan observasi) atau data sekunder melalui (rekam
medis), dalam pengkajian ada beberapa tahap yaitu:
a. Data Subjektif dan Objektif Hipertemia

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengatakan - Suhu tubuh > 38oC
- Tubuh pasien teraba panas
badannya panas
- Pasien mengatakan
badannya lemas
- Pasien mengatakan sakit
pada persendiannya

b. Data Subjektif dan Objektif Hipotermia

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien merasa menggigil - Suhu tubuh 35oC
- Merasa lemah - Kulit teraba dingin
- Nadi : 100x/menit - Tampak menggigil
- Respirasi : 24x/menit - Gelisah
- Pasien merasa mengantuk - Mengantuk
terus
- Pasien sering menanyakan
kondisinya

1. Pola kebiasaan
Pola persepsi kesehatan-menejemen kesehatan
Kaji adanya riwayat penyakit pada pasien, penggunaan obat-
obatan tertentu.
Pola nutrisi metabolic
Kaji adanya kehilangan nafsu makan, kesulitan mencerna,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk atau kering, bersisik,
kehilangan otot atau lemak subkutan, demam.
Pola eliminasi cairan

11
Kaji adanya muntah berisi cairan, atau defekasi
Pola aktivitas latihan
Kaji adanya kelelahan umum dan kelemahan, dispnea saat
bekerja, kelemahan otot, sesak nafas, peningkatan frekuensi
pernafasan.
Pola istirahat tidur
Kaji adanya kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam
hari, menggigil, berkeringat, sesak nafas.
Persepsi kognitif
Kaji adanya faktor (stress) lama, perasaan tidak berdaya,
ketakutan, ansietas.
Pola persepsi konsep diri
Kaji penyangkalan terhadap penyakitnya, pandangan terhadap
tubuhnya, harapan akan kesembuhan, perubahan pola kebiasaan
dan tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan peran.
Pola hubungan sosial
Kaji bagaimana interaksi dengan masyarakat sekitar, penolakan
terhadap masyarakat sekitar, hubungan dengan keluarga dan
teman sebaya.
Pola hubungan seksual
Kaji bagaimana perasaan pasien terhadap pasangan.
Pola koping toleransi stress
Bercerita tentang penyakitnya, memerlukan bantuan dalam
perawatan.
Pola spiritual
Kepercayaan terhadap penyakit adalah suatu cobaan dari Tuhan,
kepercayaan yang dianut oleh pasien, pengobatan dan perawatan
yang berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh pasien.

2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 - 41
C, muka kemerahan, dan suhu tubuh menurun < 36 OC
Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem respirasi

12
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam
dengan gambaran seperti bronchitis.
2) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative,
hemoglobin rendah.
3) Sistem intergument
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat,
rambut agak kusam.
4) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor
(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut,
perut terasa tidak enak, peristaltic usus meningkat.
5) Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya
kelainan.
6) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada
perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Penilain klinis tentang respon individu, keluarga, ataupun
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan potensial
atau aktual. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung
gugat. Diagnosa yang sering muncul pada pasien yang mengalami
gangguan perubahan suhu adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan
Anesthesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan dengan panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak susai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma aktivitas berlebihan

13
Proses inflamasi
Ditandai dengan :
Konfulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat

2. Hipotermi berhubungan dengan


penuaan
konsumsi alcohol
kerusakan hipotalamus
penurunan kemampuan menggigil
penurunan laju metabolism
penguapan / atau evaporasi dari kulit dilingkungan yang dingin
pemajanan dilingkungan yang dingin
penyakit
tidak beraktivitas
pemakaian pakaian yang tidak adekuat
malnutrisi
medikasi
trauma
Ditandai dengan :
Suhu tubuh dibawah kisaran normal
Kulit dingin
Dasar kuku sianotik
Hipertensi
Pucat
Piloereksi
Menggigil
Pengisian ulang kapiler lambat
Takikardia

3. Perencanaan

14
1. Tahap pertama adalah memprioritaskan diagnosa keperawatn
berdasarkan masalah yang mengancam kehidupan pasien yaitu:
a. Hipertermi berhubungan dengan
Anesthesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan dengan panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak susai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma aktivitas berlebihan
Prose inflamasi
Ditandai dengan :
Konfulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat

b. Hipotermi berhubungan dengan


penuaan
konsumsi alcohol
kerusakan hipotalamus
penurunan kemampuan menggigil
penurunan laju metabolism
penguapan / atau evaporasi dari kulit dilingkungan yang dingin
pemajanan dilingkungan yang dingin
penyakit
tidak beraktivitas
pemakaian pakaian yang tidak adekuat
malnutrisi
medikasi
trauma
Ditandai dengan :
Suhu tubuh dibawah kisaran normal
Kulit dingin
Dasar kuku sianotik

15
Hipertensi
Pucat
Piloereksi
Menggigil
Pengisian ulang kapiler lambat
Takikardia

2. Tahap kedua adalah rencana keperawatan


a. Hipertermi berhubungan dengan
Anesthesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan dengan panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak susai dengan suhu
lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma aktivitas berlebihan
Proses inflamasi
Ditandai dengan :
Konfulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat
Tujuannya :
Suhu tubuh kembali normal 36,5 37,5 0C
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
Rasional : pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan.
2. Anjurkan dan bantu orang tua memberi banyak minum (menurut
kebutuhan cairan per kgBB /hari)
Rasional : dapat mengganti cairan tubuh yang hilang karena
penguapan oleh karena panas.
2. Longgarkan pakaian ,berikan pakaian yang tipis yang menyerap
keringat.

16
Rasoinalnya : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang
ketat dan menyerap keringat.
3. Anjurkan dan bantu orang tua member kompres hangat pada anak.
Rasionalnya : perpindahan panas secara konduktif.
4. Kolaborasi atau delegatif dalam memberi antibiotic,antipiretik
Rasional : menurunkan panas pada hipotalamus dan sebagai
propilasis.

b. Hipotermi berhubungan dengan


penuaan
konsumsi alcohol
kerusakan hipotalamus
penurunan kemampuan menggigil
penurunan laju metabolism
penguapan / atau evaporasi dari kulit dilingkungan yang dingin
pemajanan dilingkungan yang dingin
penyakit
tidak beraktivitas
pemakaian pakaian yang tidak adekuat
malnutrisi
medikasi
trauma
Ditandai dengan :
Suhu tubuh dibawah kisaran normal
Kulit dingin
Dasar kuku sianotik
Hipertensi
Pucat
Piloereksi
Menggigil
Pengisian ulang kapiler lambat
Takikardia
Tujuan : kedinginan tidak terjadi lagi
Intervensi
1. Observasi TTV setiap 6 jam
Rasional : pemantauan tanda tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan
2. Anjurkan dan bantu orang tua memakaikan baju tebal
Rasional : Untuk mempertahankan suhu tubuh tetap hangat
3. Anjurkan dan bantu orang tua untuk memakaikan selimut
Rasional : untuk mempertahankan suhu tubuh tetap hangat
4. Anjurkan untuk meminum air hangat-hangat kuku

17
Rasional : agar tubuh pasien menjadi lebih hangat

4. Pelaksanaan (implementasi)

Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam asuhan keperawatan,


pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana tindakan. mencangkup tindakan mandiri (independen ) dan
kolaborasi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
Maka permasalahan yang dapat tercapai adalah:
1. Suhu tubuh normal 36,5 37,50C
2. kedinginan tidak terjadi lagi
3. suhu tubuh kembali stabil

18

Anda mungkin juga menyukai