b) Hipotermia
- Keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh < 35,5 oC (96 oF) per rektal yang sifatnya
1
menetap karena peningkatan keterentanan terhadap factor eksternal
(Carpenito, Lynda Juall, 2012).
2
meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan
memproduksi pans.
Termogenesis kimia.
Termogenesis kimia adalah perangsangan prosduksi panas melalui
sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf
simpatis.Hormon hormon ini segera meningkatkan nilai
metabolisme sel di jaringan tubuh.Secara langsung, norepineprin atau
epineprin mempengaruhi hati dan sel sel otot sehingga
meningkatkan aktivitas otot.Selain itu, produksi sejumlah panas juga
dapat diperoleh melalui rangsangan saraf simpatis terhadap lemak
coklat.
Demam meningkatkan metabolisme sel. Reaksi reaksi kimia
meningkat rata rata 120 % untuk peningkata suhu 10C. Hal tersebut
berarti setiap peningkatan 1C suhu tubuh menyebabkan 12 % reaksi
kimia akan terjadi.
3
(keringat). Factor yang paling penting dalam pembentukan besar
proses evaporasi ialah kelembapan udara.
4
3. Kelembapan udara.
2. Patofisologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit,
walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara
normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,50C dibawah normal pada pagi hari
dan 0,50C diatas normal pada malam hari. Suhu tubuh diatur oleh
hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan
aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi,
konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus
selalu diatur pada set point sekitar 370C, setelah informasi tentang suhu
diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Mekanisme tubuh
ketika suhu tubuh berubah.
a) Hipertermia
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh
berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Hipertermia timbul sebagai respon terhadap pembentukkan
interleukin-1, yang disebut pirogen endogen. Interleukin-1
dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang
mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas
dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang hipotalamus
dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
b) Hipotermia
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferent menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipotalamus. Saraf yang dari
5
hipotalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan
noradrenalin local trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam
lemak. Blood gliserol meningkat, tetapi asam lemak secara local
dikonsumsi untuk meghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi
panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui
aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan
dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga
tubuh tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif
memerlukan integritas dari sistem saraf sentral, kecukupan dari
brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan
fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem saraf pusat
antara lain depresi linier dari metabolism otak, amnemsia, apatis,
disatria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG
yang abnormal, depresi, kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan
autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, reflek okuli
yang hilang, dan penurunan yang progresif dari aktivitas EEG.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.
Suhu normal pada bayi neonates adalah 36,5-37,5 derajat Celsius
(suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering
dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang
dari 2,5 kg. gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36
derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
a. Etiologi
Keseimbangan suhu didefinisikan sebagai keadaan yang dinamis,
ekuilibrium yang rapuh ketika kecepatan panas yang dihasilkan tubuh
ekuivalen dengan kecepatan kehilangan panas ke lingkungan.
Perubahan suhu tubuh merupakan penyebab dan akibat masalah
kehilangan panas atau produksi panas, sehingga penting untuk segera
mengidentifikasi faktor yang berhubungan. Seiring penuaan, perubahan
fisiologis cenderung memengaruhi produksi, distribusi, dan konservasi
6
panas. Perubahan fisik pada densitas tubuh, kandungan air, dan insulasi
lebih jauh dapat menimbulkan masalah pertukaran panas. Gabungan
faktor perilaku dan faktor lingkungan mengancam keseimbangan suhu
ketika individu lansia tidak dapat membebaskan diri dari atau
mengubah situasi ketika mereka terpajan denagn suhu ekstrem.
a) Hipertermia
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat
bahan toksis yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang
dapat menyebabkan efek perangsang terhadap pusat pengaturan suhu
sehingga menyebabkan demam yang disebut pyrogen. Zat pyrogen
ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksin/ pyrogen yang dihasilakan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Factor penyebabnya :
- Dehidrasi
- Penyakit atau trauma
- Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
- Pakaian yang tidak layak
- Ketepatan metabolisme meningkat
- Pengobatan/ anastesi
- Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
- Aktivitas yang berlebihan
b. Proses Terjadi
7
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal
baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau
demam akan engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan
elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di
otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi),
maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang
padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior
membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
c. Manifestasi Klinis
Hipertermia Hipotermia
Suhu tinggi 37,8 C (100 F) per
o o
Menggigil hebat ( awalnya )
oral atau 38,8o C (101o F) Merasa dingin dan kedinginan
Takikardia Pucat, dingin, kulit seperti lilin
Hangat pada sentuhan Hipotensi
Menggigil Haluaran urine menurun
Dehidrasi Koordinasi otot berkurang
Kehilangan nafsu makan Disorientasi
Mengantuk yang mengarah ke
koma
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap :
8
1) WBC
2) Hb
3) Trombosit
4) Ht (hematokrit)
5) Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya resiko infeksi
6) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl 5)
7) Uji tourniquet
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan widal ; suatu reaksi algutinasi antara antigen dan antibody
untuk pasien thypoid
9
Penatalaksanaan Medis :
1. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit
2. Antipiretik 3 x 500 mg
Rasional : Mempercepat proses penurunan panas
Penatalaksanaan Hipotermia
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti
inkubaator dan Infant warm yang gunakan sesuai ketentuan. Adapun
prosedur pemakaian Inkubator adalah sebagai berikut.
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan
handuk dan pakaikan kain pakaian bayi.
2. Hidupkan pemanas inkubator bayi dan biarkan sekitar 3 menit
untuk memastikan bahwa suhu didalamnya sesuai.
3. Masukan bayi ke dalam inkubator.
4. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi
seperti nama, nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
5. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu bayi. Jika
peringatan ini muncul, maka perawat akan langsung menuju
inkubator dan memberi susu.
6. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC client lalu
perawat akan menghampiri inkubator kemudian memeriksanya
apakah lapar, BAB, mengompol, atau tidak nyaman.
10
tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan data yang dapat diperoleh data primer
melalui (wawancara dan observasi) atau data sekunder melalui (rekam
medis), dalam pengkajian ada beberapa tahap yaitu:
a. Data Subjektif dan Objektif Hipertemia
1. Pola kebiasaan
Pola persepsi kesehatan-menejemen kesehatan
Kaji adanya riwayat penyakit pada pasien, penggunaan obat-
obatan tertentu.
Pola nutrisi metabolic
Kaji adanya kehilangan nafsu makan, kesulitan mencerna,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk atau kering, bersisik,
kehilangan otot atau lemak subkutan, demam.
Pola eliminasi cairan
11
Kaji adanya muntah berisi cairan, atau defekasi
Pola aktivitas latihan
Kaji adanya kelelahan umum dan kelemahan, dispnea saat
bekerja, kelemahan otot, sesak nafas, peningkatan frekuensi
pernafasan.
Pola istirahat tidur
Kaji adanya kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam
hari, menggigil, berkeringat, sesak nafas.
Persepsi kognitif
Kaji adanya faktor (stress) lama, perasaan tidak berdaya,
ketakutan, ansietas.
Pola persepsi konsep diri
Kaji penyangkalan terhadap penyakitnya, pandangan terhadap
tubuhnya, harapan akan kesembuhan, perubahan pola kebiasaan
dan tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan peran.
Pola hubungan sosial
Kaji bagaimana interaksi dengan masyarakat sekitar, penolakan
terhadap masyarakat sekitar, hubungan dengan keluarga dan
teman sebaya.
Pola hubungan seksual
Kaji bagaimana perasaan pasien terhadap pasangan.
Pola koping toleransi stress
Bercerita tentang penyakitnya, memerlukan bantuan dalam
perawatan.
Pola spiritual
Kepercayaan terhadap penyakit adalah suatu cobaan dari Tuhan,
kepercayaan yang dianut oleh pasien, pengobatan dan perawatan
yang berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 - 41
C, muka kemerahan, dan suhu tubuh menurun < 36 OC
Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem respirasi
12
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam
dengan gambaran seperti bronchitis.
2) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative,
hemoglobin rendah.
3) Sistem intergument
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat,
rambut agak kusam.
4) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor
(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut,
perut terasa tidak enak, peristaltic usus meningkat.
5) Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya
kelainan.
6) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada
perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi
peristaltik usus meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Penilain klinis tentang respon individu, keluarga, ataupun
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan potensial
atau aktual. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung
gugat. Diagnosa yang sering muncul pada pasien yang mengalami
gangguan perubahan suhu adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan
Anesthesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan dengan panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak susai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma aktivitas berlebihan
13
Proses inflamasi
Ditandai dengan :
Konfulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat
3. Perencanaan
14
1. Tahap pertama adalah memprioritaskan diagnosa keperawatn
berdasarkan masalah yang mengancam kehidupan pasien yaitu:
a. Hipertermi berhubungan dengan
Anesthesia
Penurunan prespirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan dengan panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak susai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma aktivitas berlebihan
Prose inflamasi
Ditandai dengan :
Konfulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardia
Takipnea
Kulit terasa hangat
15
Hipertensi
Pucat
Piloereksi
Menggigil
Pengisian ulang kapiler lambat
Takikardia
16
Rasoinalnya : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang
ketat dan menyerap keringat.
3. Anjurkan dan bantu orang tua member kompres hangat pada anak.
Rasionalnya : perpindahan panas secara konduktif.
4. Kolaborasi atau delegatif dalam memberi antibiotic,antipiretik
Rasional : menurunkan panas pada hipotalamus dan sebagai
propilasis.
17
Rasional : agar tubuh pasien menjadi lebih hangat
4. Pelaksanaan (implementasi)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
Maka permasalahan yang dapat tercapai adalah:
1. Suhu tubuh normal 36,5 37,50C
2. kedinginan tidak terjadi lagi
3. suhu tubuh kembali stabil
18