Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN

MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH NORMAL DENGAN CARA


MENYESUAIKAN PAKAIAN DAN MEMODIFIKASI
LINGKUNGAN

Disusun oleh:
Noorasiah Jamil
1614901110148

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN NERS A


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2016/2017
I. Konsep Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh Normal Dengan Cara Menyesuaikan
Pakaian dan Memodifikasi Lingkungan
1.1 Definisi Suhu Tubuh Normal
Suhu tubuh adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas, sehingga panas dalam tubuh
dipertahankan secara konsisten. Suhu tubuh manusia berpusat pada hipotalamus
anterior. Terdapat 3 komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas.
Suhu merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh
dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan eksternal atau substansi panas dingin
atau permukaan kulit tubuh.
Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seseorang
individu mengalami kenaikan suhu tubuh.
Adapun lokasi untuk pengukuran temperatur tubuh adalah:
a. Ketiak (aksila)
b. Anus (rektal)
c. Dibawah lidah (liblingual)

1.2 Fungsi fisiologi kebutuhan suhu tubuh


a. Produksi panas
Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang merupakan reaksi
kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi
metabolisme. Suhu tubuh membutuhkan fungsi normal dari proses produksi
panas. Reaksi kimia selular memerlukan bila metabolisme meningkat, panas
tubuh meningkat dan diproduksi. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan
otot polos, gerakan otot dan termogenesis.
1) Metabolisme basal merupakan penghasil panas yang diproduksi tubuh saat
istirahat. Jumlah rata-rata metabolisme (BMR) bergabung pada luas
permukaan tubuh. Hormon tyroid juga mempengaruhi BMR dengan cara
meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh. Hormon tyroid
meningkatkan laju reaksi kimia yang hampir seluruh sel tubuh.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan membutuhkan
tambahan energi. Produksi panas dapat meningkat diatas 50 kali normal.
3) Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda
dalam tubuh. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4-5 kali lebih
besar dan normal. Panas di produksi untuk mempertahankan suhu tubuh.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara stimultan. Struktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan. Pengeluaran panas secara
normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
1) Radiasi merupakan perpindahan panas dari permukaan sutau objek ke
permukaan objek lain tanpa bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik.
2) Konduksi merupakan perpindahan panas dari satu objek ke objek lain ke
kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
panas akan hilang.
3) Konveksi merupakan perpindahan panas karena gerakan udara. Panas di
produksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak
dengan kulit.
4) Evaporasi merupakan panas karena gerakan udara menjadi gas. Tubuh secara
kontinu kehilangan panas melalui evaporasi kira-kira 1000 kali sampai 9000
ml sehari, yang menguap dari kulit dan paru yang mengakibatkan kehilangan
panas dan air (Wikipedia, org).

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


a. Usia
Regulasi suhu tidak stabil dari anak-anak sampai mencapai pubertas. Rentang
suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari pada dewasa awal.
Suhu oral 35ºC tidak lazim pada lansia sekitar 36ºC, lansia terutama sensitif
terhadap suhu ekstrem karena mekanisme kontrol terutama pada kontrol
vasometer (kontrol vasokontriksi dan vasodilatasi) penurunan curah jumlah
jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan penurunan
metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan KH, dan
lemak. Hal ini menyebabkan eningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala
jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas, akibatnya meningkatkan suhu
tubuh. Olahraga yang lama seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh
untuk sementara sampai 41ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria.
Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus
menstruasi. Bila kadar progesteron rendah suhu tubuh beberapa derajat di bawah
kadar batas.
d. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk RS atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya lebih tinggi dari
batas normal. (adanya kerja hormon epinefrin dan non epinefrin yang memecah
glikogen menjadi energi dan menghasilkan panas).

Perubahan suhu tubuh manusia


1. Hipertermi
Keadaan dimana ketika seseorang individu mengalami atau beresiko
mengalami kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih tinggi dari 37,8ºC per
rectal karena faktor eksternal:
 Pola hipertermi
1) Terus menerus merupakan pada demam yang tingginya menetap lebih
dari 24 jam bervariasi 1ºC-2ºC.
2) Intermiten: demam memuncak secara berseling dengan suhu normal,
suhu akan kembali normal paling sedikit sekali 24 jam.
3) Relaps: oeriode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal
episode demam.
4) Remiten: dimana demam memuncak dan turun tanpa kembali ke suhu
normal
2. Hipotermi
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan
mengatasi normal (suhu dingin), suhunya berada dibawah 35ºC.
Gejalanya:
1) Penderita berbicara ngelantur
2) Kulit sedikit berwarna abu-abu
3) Detak jantung melemah
4) Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas.
5) Irama sirkadian (Siklus 24 jam gelap dan terang) suhu tubuh berubah
normal (0,5ºC - 1ºC selama periode 24 jam). Bagaimanapun suhu
merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya
paling rendah pada jam 01.00-04.00 dini hari dan meningkat pada
waktu pagi-siang hari. Namun perlu diketahui puncak suhu meningkat
pada usia lansia yaitu pada dini hari.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh
akan naik. Jika klien berada dilingkungan luar tanpa baju hangat, suhu
tubuh mungkin mudah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
Pada pasien hipotermi pasien tidak sadarkan diri, badan menjadi
sangat kaku, pupil mengalami dilatasi dan pernafasan sangat lambat
hingga tidak terlihat. Mekanisme tubuh kerja suhu tubuh menjadi
menurun:
 Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh: karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
 Piloreksi: rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili
yang melekat pada folike rambut berdiri
 Peningkatan pembentukan panas: sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akbiat
rangsangan simpatis, sera peningkatan sekresi tiroksin.
3. Demam (hiperpireksia)
Demam merupakan temperatur tubuh dari atas batas normal, penyebab
tersering, yaitu karena bakteri, tumor, dan keadaan lingkungan.
Pengaturan temperatur hipotalamus pada penyakit demam efek pirogen.
Hasil pemecahan protein dan zat termostas hipotalamus. Zat yang
menimbulkan efek seperti ini disebut pirigen. Pirogen yang dilepaslan
oleh bakteri atau pirogen dilepaskan dari degenarasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam dan peranan interleukin-I.
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau
dalam darah keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag
jaringan dan limfosit. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interlekuin-II ke dalam cairan
tubuh yang juga disebut pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interlekuin-I saat mencapai hipotalamus segera menimbulkan demam.
 Hiperpireksia atau demam adalah kegagalan mekanisme pengeluaran
panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas.
4. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh
lingkungan yang terpajan dengan panas. Tindakan yang dapat dilakukan
yaitu memindahkan pasien ketempat yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, klien dengan resiko tinggi pada penyakit kardiovaskular,
hpertiroidisme, diabetes dan alkoholik dan klien yang mengonsumsi obta-
obatan yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas
dan mereka yang menjalani olahraga berat.
Tanda gejalanya:
 Konvulsi atau kejang
 Delirium
 Mual
 Kram otot
 Gangguan visual
 Inkontinensai urine
Gejala-gejala yang lebih penting adalah kulit hangat dan kering.
Penderita heatstroke banyak kehilangan cairan dan elektrolit dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke yangbesar pada suhu 40,5ºC
mengakibatkan keruasakan jaringan pada sel dan semua jaringan
organ tubuh. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar,
pupil tidak reaktif, dan terjadi kerusakan neurologis yang permanen
terkecuali dapat tindakan pendinginan yang cepat.

1.4 Macam-macam gangguan pada kebutuhan suhu tubuh


a. Serangan demam
Apabila temperatur tubuh meningkat melebihi temperatur krisis. Hiperpireksi
dari temperatur jaringan tubuh teutama otak, efek yang membahayakan dari
temperatur suhu tubuh adalah perdarahan lokal dan degenerasi. Perenkimatosa
sel di seluruh tubuh, terutama otak, kerusakan pada hati, dan ginjal dan organ
tubuh lainnya yang sering akan memperburuk keadaan.
b. Demam
Merupakan titik patokan atau peningkatan suhu tubuh di atas normal. Dengan
peningkatan titik patokan (sel point) tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk meningkatkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan mengigil dan
meningkatkan metabolisme basal.
 Karakteristik demam
 Menggigil atau kedinginan
 Krisis atau kematian
 Mekanisme demam
 Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin-I yang
disebut pirogen endogen
 Interleukin-I dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag dan sel-sel yang
mengalami cidera.
 Interleukin, tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan
prostaglandin yang merangsang hipotalamus.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan suhu tubuh


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
 Mengidentifikasi klien yang memiliki peningkatan suhu diatas batas
normal.
 Mengkaji tanda dan gejala perubahan suhu dan faktor yang secara normal
mempengaruhi suhu tubuh.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
 Hitung tanda-tanda vital ketika panas terus-menerus dan sesuai perintah
(2/4 jam).
 Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun).
 Tanda-tanda dehidrasi
 Perubahan tingkah laku: bingung disorientasi, gelisah disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur (luka, sputum, urine, darah)
 Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang
 Untuk menentukan obat yang efektif
2. Sel darah putih:
 Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
 Leucositosis (15.000-30.000)
3. Elektrolit serum:
 Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, perpindahan cairan,
perubahan fungsi ginjal.
4. Glukosa serum:
 Sebagai respon dari puasa dan perubahan seluler dalam metabolisme.
5. Urinalisis: bakteri penyebab infeksi

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2.2.1 Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.
2.2.2 Batasan Karakteristik
 Kulit merah
 Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
 Frekuensi napas meningkat
 Kejang dan konvulsi
 Kulit teraba hangat
 Takikardia
 Takipnea
2.2.3 Faktor yang Berhubungan
 Dehidrasi
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
 Pakaian yang tidak tepat
 Peningkatan laju metabolisme
 Obat atau anesthesia
 Terpajan pada lingkungan yang panas dalam waktu yang lama
 Aktivitas berlebihan

Diagnosa 2 : Hipotermia berhubungan dengan penuaan


2.2.4 Definisi
Suhu tubuh dibawah rentang normal

2.2.5 Batasan Karakteristik


 Kulit dingin
 Bantalan kuku sianosis
 Hipertensi
 Pucat
 Merinding
 Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
 Menggigil
 Pengisian ulang kapiler lambat
 Takikardia

2.2.6 Faktor yang Berhubungan


 Penuaan
 Konsumsi alcohol
 Kerusakan hipotalamus
 Penurunan laju metabolic
 Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk menggigil
 Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
 Malnutrisi
 Obat-obatan yang menyebabkan vasodilatasi
 Terpajan lingkungan dingin atau kedinginan dalam waktu lama

2.3 Perencanaan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x 24 jam
suhu tubuh dalam rentang normal.
Dengan Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
 Kulit tidak teraba hangat
 Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole
: 60 – 90 mmHg.

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital merupakan
terutama suhu. acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien terutama
suhu tubuhnya
2. Beri pasien banyak 2. Dengan minum banyak air
minum air (1500-2000 diharapkan cairan yang hilang
cc/hari). dapat diganti
3. Beri pasien kompres air 3. Dengan kompres akan terjadi
hangat atau air dingin perpindahan panas secara
konduksi dan kompres hangat
akan mendilatasi pembuluh
darah
4. Beri selimut pendingin 4. Untuk mengurangi demam
umumnya lebih besar dari 39,5-
400C dan untuk mengurangi
respon hipertermi
5. Pantau suhu lingkungan 5. Suhu ruangan harus dirubah agar
dapat membantu
mempertahankan suhu pasien
6. Kolaborasi dalam 6. Pemberian oabt antibiotik unuk
Pemberian obat mencegah infeksi pemberian
antipiretik dan antibiotik obat antipiretik untuk penurunan
panas

2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….x 24 jam suhu tubuh kembali


dalam rentang normal.
Dengan Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
 Kulit tidak teraba dingin
 Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
 TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg,
diastole : 60 – 90 mmHg.

2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda vital merupakan
terutama suhu. acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien
terutama suhu tubuhnya
2. Atur suhu ruangan untuk 2. Suhu ruangan harus diubah
mempertahankan kehangatan agar dapat membantu
pasien mempertahankan suhu pasien
3. Selimuti kepala dan bagian 3. Melindungi pasien dari
tubuh pasien yang terbuka pajanan udara dingin yang
dapat memperparah kondisi
pasien
4. Kolaborasi pemberian obat 4. Mengurangi gejala penyakit
yang dirasakan pasien

III. Daftar Pustaka


Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC

Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC.
Jakarta

Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Editor T.Heater


Herdman, phD,RN. Jakarta. Penerbit Prima Medika

Wikipedia.org/wiki/barel. Body. Temperature.com. Diakses pada tanggal 24


Maret2017 . Jam 20.24 WITA.

Banjarmasin, 01 November 2016


Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(........................................................) (.........................................................)

Anda mungkin juga menyukai