Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kasus


1. Definisi

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau


berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi
dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall Corpenito). Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (NANDA International 2009-
2011). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan
normal (Doenges Marilynn E.)

2. Klasifikasi

1.Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas


a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan
secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan
kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan
hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
Gambaran klinis meliputi kekakuan otot terutama otot masseter
sehingga menyebabkan rhabdomyolisis, peningkatan CO2 tidal,
takikardia, dan peningkatan suhu tubuh yang cepat (0.50 – 1.00 C tiap 5 -
10 menit, suhu dapat mencapai 440C) Tatalaksana utama adalah
menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan agresif dengan total body
cooling (air es/dingin lewat NGT, rectal, dan IV), segera menghentikan
pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%, memperbaiki
asidosis, furosemid (1 mg/kgBB), manitol 20% (1 g/kgBB),insulin,
dextrose, hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2.5 mg/kgBB IV
dan kemudian tiap 5-10 menit) dan mengatasi aritmia.
b. Exercise-Induced hyperthermia (Exertional heat stroke)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.
Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama
bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari
90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit),
dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan
endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain
hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi
adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering
berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.


a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan
cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia
jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah
infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena
infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik
dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko
infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau
bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.10

3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul
pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun
pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi
berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas
semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu
ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid
sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.

4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau
sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan
susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual,
muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC,
lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan
perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke
harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera
diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai
dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan
ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka
akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang
ada.10
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada
riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu
udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat
genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-
trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari
sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan
median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh
penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan
sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian
timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC,
diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan
transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan
asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis,
hipernatremia, peningkatan CPK, enzim hati dan tripsin,
hipoglikemia, hipokalsemia, trombositopenia, penurunan faktor
II, V, hiperfibrinogenemia, dan alpha-1-antitripsin.
Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan
suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna
dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan
gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai
organ dan edema serebri.

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)


Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian
yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan
febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat
berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada
bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga
berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor
resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap
SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi
tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan
SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea. Stanton
mengemukakan bahwa 94% (32 dari 34 kasus) SIDS ditemukan
meninggal dalam keadaan terbungkus baju rapat dengan suhu
ruangan yang hangat dan suhu tubuh bayi panas serta
berkeringat. Penyelimutan/pembungkusan bayi yang berlebihan,
suhu ruangan yang terlalu tinggi, dan posisi tidur bayi
tertelungkup dapat menyebabkan terbatasnya pengeluaran panas.
Posisi tidur telentang adalah yang paling aman untuk mencegah
SIDS. Infeksi ringan dengan febris yang digabung dengan
pembungkusan bayi berlebihan dapat menimbulkan heat stroke
dan SIDS. 15,16
3. Patofisiologi
a. Etiologi

1. Demam biasanya disebabkan oleh infeksi selain itu uga disebabkan


oleh keadaantoksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat. Gangguan pada pusatregulasi suhu sentral dapat
meninggi dan temperatur seperti pada head stroke, peredaranotak, atau
gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal pada saat ter
adinyareabsorbsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan
temperatur (Soeparman, 2002 ).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupunpenyakit lain (Julia, 2003).

Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yangmempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak ataudehidrasi ( Guyton,2002).

2. Dehidrasi

a. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan


dengan trauma lahir dan obat-obatan
b. Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.
c. Peradangan
d. Ketidak efektifan suhu sekunder pada usia lanjut
e. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia,
terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan
panas pada suhu febris.

b. Proses Terjadi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal
baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi
di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan
engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal
cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang
kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga
kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus
anterior dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan
akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh

c. Manifestasi Klinis
1.Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F)
2.Taki kardia
3.Kulit kemerahan
4.Hangat pada sentuhan
5.Menggigil
6.Dehidrasi
7.Kehilangan nafsu makan

d. Komplikasi
1. Kerusakan sel-sel dan jaringan
2. Kematian
4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya resiko infeksi
b) Pemeriksaan urine
c) Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi
untuk pasien thypoid
d) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
e) Uji tourniquet

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu:
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen.
b. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

1. Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada
waktu menderita panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan
mencegah dehidrasi.
2. Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh
seminimal mungkin.
3. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha,
leher belakang.
B. Tinjauan Askep
1. Pengkajian

Adalah pengkajian dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan


tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya .Pengkajian
ada 4 macam

1. Pengumpulan data
a. Data subyektif : data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan
dapat diukur dengan menggunakan standart yang diakui .
b. Data obyektif : data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat
diukur dengan menggunakan standart yang diakui .
2. Analisa data
a. Data primer : data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan
dengan pesien , pemeriksaan fisik pasien .
b.Data sekunder : data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan
pasien melalui komunikasi dengan orang yang dikenal , dokter / perawat .
3. Biodata

1. Nama : berkaitan dengan identitas klien .


2. Umur : demam dapat terjadi pada semua umur baik pria / wanita
lebih sering pada anak – anak .
3. Jenis kelamin : mengantisipasi kesamaan , nama pada pasien dengan jenis
kelamin berbeda .
4. Agama : mengetahui pola perilaku pasien dan pendekatan spiritual .
5. Pekerjaan : perlu dikaji berhubungan dengan kesamaan dan aktivitas
sehari – hari .
6. Suku bangsa : dikaji sehubungan dengan metode pendekatan yang
digunakan untuk mendukung kesehatan klien serta untuk mengetahui adat
istiadat .
7. Alamat : untuk mengetahui kondisi lingkungan dan sanitasi uang ada
disekitar .
8. Nomor register : perlu dikaji untuk membedakan pasien dengan nama yang
sama .
9. MRS : untuk mengetahui kapan pasien itu datang ke RS dan
dilakukan penanganan .

4. Anamnese

1. Keluhan utama

Biasanya klien dengan thypoid maka mengalami hipertermi , itu adalah yang
paling menonjol .

2. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada keluhan


utama .

3. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan


penyakit yang dialami saat ini . pernahkah mengalami panas yang dialami
sekarang .

4. Riwayat psikososial dan spiritual

a) Riwayat psikososial

Pada klien yang mengalami hipertermi akan timbul kecemasan .

b) Aspek sosial

Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan dalam


berinteraksi dengan orang lain .

c) Aspek spiritual
Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah karena klien
harus menjalani ibadah . namun ada klien yang cenderung lebih
mendekatkan diri pada Tuhan dan begitu sebaliknya menyalahkan Tuhan
akan penyakitnya yang di deritanya .

5. Pola kebiasaan sehari – hari

1. Pola aktivitas

Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan oleh hipertermi

2. Pola istirahat

Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi .

3. Pola kebersihan diri

Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan penyakit yang


dideritanya daripada kebersihan diri .

4. Pola nutrisi

Pola nutrisi terganggu karena hipertermi .

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Menggigil .
2. Kulit pecah .
3. Pengeluaran keringat berlebihan .
4. Tampak lemah .
5. Bibir kering .
6. Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock

GCS : mata = 4
Verbal = 5

Motorik = 6

b. Tanda – tanda vital


1. Tensi : 105/65 mmHg – 125/80 mmHg dibawah / diatas normal .
2. Nadi : 70 – 110 x/menit dibawah / diatas normal .
3. Respirasi : 19 – 23 x/menit
4. Suhu : > 37 o C
5. Berat badan

Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit klien
mengalami kehilangan / penurunan berat badan , asupan nutrisi yang tidak adekuat
ataupun reaksi psikologis .

c. Pemeriksaan sistem cephalocaudal

1. Pemeriksaan kepala

a. Bibir : mukosa bibir kering , tidak ada cyanosis .


b. Lidah : tampak kotor & berwarna putih .

2. Pemeriksaan ekstrimitas
3. Pemeriksaan integumen

7. Diagnosa keperawatan

1. Ketidak seimbangan volume cairan & elektrolit berhubungan dengan


hipertermi.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi .
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat .
2. Rencana Keperawatan
Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasarkan analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya
(Azis, 2004). Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah
berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
1.Prioritas masalah
a.Hipertermi
2. Tujuan Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi teratasi
3.Kriteria hasil
a.Menunjukkan penurunan suhu tubuh
b.Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c.Pasien tampak tidak lemas
d.Mukosa bibir lembab

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Hipertermia NOC NIC


Definisi : Peningkatan suhu Thermoregulation Fever treatment
tubuh diatas kisaran normal
 Monitor suhu sesering
Kriteria Hasil:
mungkin
Batasan Karakteristik :
 Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
 Konvulsi rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Kulit kemerahan  Nadi dan RR dalam  Monitor tekanan darah, nadi
 Peningkatan suhu tubuh rentang normal dan RR
diatas kisaran normal  Tidak ada perubahan  Monitor penurunan tingkat
 Kejang warna kulit dan tidak kesadaran
 Takikardi  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Takipnea ada pusing  Monitor intake dan output
 Kulit terasa hangat  Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Faktor Yang
 Selimuti pasien
Berhubungan:
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan
 Anastesia
intravena
 Penurunan respirasi
 Kompres pasien pada lipat
 Dehidrasi
paha dan aksila
 Pemajanan lingkungan
 Tingkatkan sirkulasi udara
yang panas
 Berikan pengobatan untuk
 Penyakit
mencegah terjadinya
 Pemakaian pakaian
menggigil
yang tidak sesuai
 Temperature regulation
dengan suhu
 Monitor suhu minimal tiap 2
lingkungan
jam
 Peningkatan laju
 Rencanakan monitoring suhu
metabolisme
secara kontinyu
 Medikasi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Trauma
 Monitor tanda-tanda
 Aktivitas berlebihan
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dan kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan Vital sign

3. Implementasi
Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah diberikan (A. Aziz Alimul H. 2006).

4. Evaluasi

a.Suhu tubuh pasien turun

b.Suhu 36-37,5℃

c.Mukosa bibir pasien tidak kering lagi

d.Kulit pasien tidak hangat pada sentuhan

e.Pasien tidak lemas


DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Corpenito.1998.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Jakarta.EGC


(diakses tanggal 16 November 2017)

Doenges M.E.1999.Rencana Keperawatan Edisi 3. Jakarta.EGC (diakses tanggal 16 November


2017)

Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta.EGC


(diakses tanggal 16 November 2017)

http://www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_Pas
ien_dengan_Masalah_Hipertermi (diakses tanggal 16 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai