Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS JURNAL

“PENGARUH PENERAPAN ATRAUMATIC CARE TERHADAP


PENURNAN KECEMASAN PADA ANAK”

NAMA : Siti Rahma Tuna


NIM : 841718037
RUMAH SAKIT : PUSKSMAS TELAGA (MONGOLATO)

PERCEPTOR AKADEMIK: 1. Ns. Baim Suleman, M.Kep

(.......................................)

PERCEPTOR KLINIK : 2. Ns. Wahida

(.......................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak yang sakit

dapat menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun keluarga

(Setiawan, et al., 2014). Reaksi anak prasekolah terhadap hospitalisasi dapat

ditunjukkan dengan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal

dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat

dan ketergantungan pada orang tua. Anak prasekolah juga sering mengalami

kehilangan kontrol pada dirinya dan rasa cemas ini muncul akibat adanya

pembatasan aktivitas yang menganggap bahwa tindakan dan prosedur

perawatan dapat mengancam integritas tubuhnya (Supartini, 2012).

Angka kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah sakit juga

cukup tinggi yaitu 15,26% yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan

anak baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Bila dibandingkan angka

kesakitan anak di daerah perdesaan dan perkotaan menunjukkan angka

kesakitan di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan (15,75 vs 14,74%).

Berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun 2010 juga didapatkan hasil

bahwa dari 1.425 anak yang mengalami dampak hospitalisasi, 33,2%

diantaranya mengalami dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami dampak

hospitalisasi sedang, dan 25,2% mengalami dampak hospitalisasi ringan

(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015).


Anak-anak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami

kecemasan. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau

perasaan gugup. Beberapa kasus kecemasan (5- 42%), merupakan suatu

perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh

penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional (Stuart dan

Sunden, 2007 dalam Astuti, 2012)

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun

bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang

terapeutik. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan terapeutik tatanan

pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan tindakan yang mengurangi

distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua.

Atraumatic care difokuskan dalam upaya pencegahan terhadap trauma yang

merupakan bagian dari keperawatan anak, pasien anak akan merasa nyaman

selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan

perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian

sehingga akan mempercepat proses penyembuhan

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Pengaruh Penerapan Atraumatic

Care Terhadap Penurnan Kecemasan Pada Anak

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep kecemasan pada anak

2. Untuk mengetahui konsep Atraumatic Care


3. Untuk menganalisis Pengaruh Penerapan Atraumatic Care Terhadap

Penurnan Kecemasan Pada Anak

1.3. Manfaat

1.3.1. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan

atraumatic care terhadap penurnan kecemasan pada anak serta dapat

memberikan informasi dan masukan yang berkaitan dengan

lingkungan kerja sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

Anak.

1.3.2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu kajian dan

pembuktian teoritis bahwa terdapat pengaruh penerapan atraumatic

care terhadap penurnan kecemasan pada anak


BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. Metode Pencarian

1. Google Cendekia dengan alamat situs: https:/scholar.google.co.id

2. Journal Universitas Brawijaya dengan alamat situs : repository.ub.ac.id

2.2. Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

1. Konsep kecemasan

a. Definisi

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa

aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan perubahan

fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).

b. Gejala-gejala Kecemasan

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari

tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala

pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.

Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa

bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari

dari kenyataan (Siti Sundari,2004:62)


2. Konsep autraumatic care

a. Definisi autraumatic care


Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang

diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan

anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres

fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua

(Supartini, 2014).

b. Manfaat autraumatic care

manfaat atraumatic care adalah mencegah masalah psikologis

(kecemasan) pada anak, serta mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak (Hidayat, 2012). Beberapa penelitian juga telah

membuktikan bahwa penerapan atraumatic care memiliki pengaruh

atau hubungan terhadap penurunan respon kecemasan pada anak yang

di hospitalisasi (Bolin, 2011 & Breving, et al., 2015)

c. Prinsip-prinsip autraumatic care

Supartini (2014) menyatakan bahwa prinsip atraumatic care

dibedakan menjadi empat, yaitu: mencegah atau menurunkan dampak

perpisahan antara orang tua dan anak dengan menggunakan

pendekatan family centered, meningkatkan kemampuan orang tua

dalam mengontrol perawatan anaknya, mencegah atau meminimalkan

cedera fisik maupun psikologis (nyeri), serta memodifikasi lingkungan

fisik ruang perawatan anak.


1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan bagi keluarga, anak mengalami

gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan

kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat

proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2012).

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan anak

Perawat berperan penting dalam meningkatkan

kemampuan orang tua dalam merawat anaknya. Beberapa

bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua

dalam perawatan anaknya di rumah sakit. Orang tua

dipandang sebagai subjek yang mempunyai potensi untuk

melaksanakan perawatan pada anaknya (Darbyshire, 1992 dan

Carter & Dearmun, 1995, dalam Wong, et al., 2009)

3. Mencegah atau menurunkan cedera fisik maupun psikologis

(nyeri)

Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas,

dan stres. Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus

dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan nyeri

sering tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi melalui

teknik farmakologi dan teknik nonfarmakologi (Wong, et al.,

2009).
4. Modifikasi lingkungan fisik Modifikasi

lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat

meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi

lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan

merasa nyaman di lingkungannya (Hidayat, 2012)

d. Intervensi atraumatic care

1. Intervensi menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari

keluarga.

Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan pada

anak dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan

aktif dalam perawatan anak (Supartini, 2014), yaitu:

1) Memperbolehkan orang tua untuk tinggal bersama anak selama

24 jam (rooming in) atau jika tidak memungkinkan untuk

rooming in maka berikan kesempatan orang tua untuk melihat

anak setiap saat dengan maksud untuk mempertahankan

kontak antara mereka.

2) Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi

ruang rawat seperti di rumah.

3) Pempertahankan kontak dengan memfasilitasi pertemuan

dengan guru, teman sekolah dan berhubungan dengan siapa

saja yang anak inginkan.

4) Libatkan orang tua untuk berpartisipasi dalam merawat anak

yang sakit (Susilaningrum, et al., 2013)


2. Intervensi meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan anak

Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang

kebutuhan anak untuk membantu orang tua dengan cara memberikan

informasi sehubungan dengan penyakit, prosedur pengobatan,

prognosis serta perawatan yang dapat dilakukan orang tua, dan

reaksi emosional anak terhadap sakit dan hospitalisasi (Wong, et al.,

2009). Perawat dapat juga menginformasikan kepada orang tua

mainan yang boleh dibawa ke rumah sakit, membuatkan keluarga

jadwal untuk anak, serta penting untuk perawat mempersiapkan anak

dan orang tuanya sebelum dirawat di rumah sakit melalui kegiatan

pendidikan kesehatan pada orang tua. Sehingga selama perawatan di

rumah sakit orang tua diharapkan dapat belajar dalam hal

peningkatan pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan

dengan keadaan sakit anaknya (Supartini, 2014)

3. Intervensi mencegah atau menurunkan cedera fisik maupun

psikologis (nyeri)

Pengkajian nyeri merupakan komponen penting dalam proses

keperawatan terkait mengurangi atau mencegah dampak nyeri.

Dalam pengkajian nyeri penting bagi perawat menggunakan definisi

operasional nyeri yang diungkapkan oleh McCaffery dan Pasero

(1999) dalam Wong dan koleganya (2009) yaitu nyeri adalah apapun

yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya, ada pada saat orang
tersebut mengatakan itu terjadi. Wong dan koleganya (2009) juga

menyatakan bahwa prinsip pengkajian nyeri pada anak-anak adalah

QUESTT yaitu question the child (tanyakan pada anak), use a pain

rating scale (gunakan skala nyeri),

evaluate behavioral and physiologic changes (evaluasi

perubahanperubahan sikap dan fisiologis), secure parent’s

involvement (pastikan keterlibatan orang tua), take the cause of pain

into account (pertimbangkan penyebab nyeri), dan take action and

evaluate results (lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya).

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua teknik.

Pertama, teknik nonfarmakologi dapat dilaksanakan melalui

distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, stimulasi kutaneus,

memberikan strategi koping yang dapat mengurangi persepsi nyeri

dengan cara bicara hal yang positif pada diri, berhenti berfikir

tentang hal menyakitkan, dan kontrak perilaku (Wong, et al., 2009).

Kedua, teknik farmakologis dilakukan dengan cara meningkatkan

efektivitas dari pemberian obat melalui penggunaan prinsip enam

benar, meliputi: benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara,

benar waktu, benar dokumentasi (Rusy dan Weisman, 2000 dalam

Utami, 2012).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Author Judul Metode Hasil Source


Desti Penerapan pre-post test Hasil statistic kecemasan repository
Mayang Perawatan design menunjukkan bahwa
Sari, dkk Berbasis perawatan atraumatik
2017 Atraumatic dapat meminimalkan
Care Pada Anak atau menghilangkan
Usia Prasekolah stress fisik dan psikologis
Untuk pada anak-anak prasekolah
Mengurangi saat dirawat di rumah sakit
Kecemasan abdul moeloek provinsi
Hospitalisasi lampung
Lilis Atraumatic Care menggunakan Terdapat hubungan Google
Maghfuroh, Menurunkan analitik dengan Atraumatic care dengan scholar
2015 Kecemasan pendekatannya kecemasan anak usia
Hospitalisasi Pada cross prasekolah saat proses
Anak sectional hospitalisasi diruangan
Prasekolah Di anggrek RSUD dr. Soegiri
Ruangan Anggrek Kabupaten Lamongan
RSUD Dr. Soegiri
Lamongan
Zulhaini Atraumatic Care quasi Hasil penelitian Google
Sartika A. Dengan Spalk eksperiment menunjukkan ada scholar
Pulungan, Manakara Pada dengan perbedaan yang bermakna
dkk Pemasangan Infus rancangan post tingkat kecemasan anak
2014 Efektif test with pra sekolah yang dipasang
Menurunkan control group spalk manakra dibandingk
Tingkat design an dengan yang dipasang
Kecemasan Anak spalk rumah sakit dengan
Pra Sekolah nilai p = 0,026.
Penggunaan Spalk
Manakarra lebih efektif
menurunkan tingkat
kecemasan anak
prasekolah pada pemasang
an infus
Ramadini Pengaruh quasy- Terdapat pengaruh Google
Marniaty de Penerapan experimental penerapan atraumatic care scholar
Breving, dkk Atraumatic Care design dengan terhadap respon
2015 Terhadap Respon rancangan kecemasan anak yang
Kecemasan Anak penelitian mengalami hospitalisasi.
Yang Mengalami pretest-posttest
Hospitalisasi with control
Di Rsu Pancaran group
Kasih Gmim
Manado Dan
Rsup Prof. Dr. R.
D. Kandou
Manado
Debbi Hubungan observasional Hasil analisis statistik Google
Mustika Penerapan analitik dengan didapatkan bahwa ada scholar
Rini,dkk Atraumatic Care pendekatan hubungan antara
2013 dengan Cross penerapan Atraumatic care
Kecemasan Anak sectional dengan kecemasan anak
Prasekolah Saat prasekolah saat proses
Proses hospitalisasi di RSU dr. H.
Hospitalisasi di Koesnadi Kabupaten
RSU dr. H. Bondowoso dan semakin
Koesnadi baik penerapan Atraumatic
Kabupaten care yang diberikan maka
Bondowoso semakin kecil risiko
kecemasan yang dialami
anak prasekolah saat
proses hospitalisas

3.2. Pembahasan

Penelitian Desti Mayang Sari, dkk (2017), yang melakukan

penelitian tentang Penerapan Perawatan Berbasis Atraumatic Care

Pada Anak Usia Prasekolah Untuk Mengurangi Kecemasan

Hospitalisasi. Dengan Jumlah sampel yang didapat adalah 2

responden,menggunakan desain penelitian pre-post test design.

Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu mengukur tingkat

kecemasan anak yang mengalami hospitalilasi dengan

menggunakan lembar kuesioner kecemasan SCAS. Pada penelitian ini

dilakukan pengukuran kecemasan anak sebelum dan sesudah di

terapkannya injeksi bolus dengan menerapkan prinsip atraumatic care.


Penelitian dilakukan sejak tanggal 3 Mei – 6 Mei 2015 di Ruang

Rawat Inap Anak Kemuning Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar

Lampung, didapatkan hasil Berbasis Atraumatic Care pada Anak Usia

Prasekolah untuk Mengurangi Kecemasan Hospitalisasi di Ruang Rawat

Inap Anak Kemuning Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung

(Desti Mayang Sari, 2017).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Lilis Maghfuroh (2015)

dengan judul penelitian Atraumatic Care Menurunkan Kecemasan

Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah Di Ruangan Anggrek RSUD Dr.

Soegiri Lamongan. Dengan Desain penelitian dalam penelitian ini adalah

menggunakan observasi analitik dengan pendekatannya cross sectional.

Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, populasi

sebanyak 38 responden dan jumlah sampel didapatkan sebanyak 35

responden.

Pada penelitian ini setelah dilakukan penelitian didapatkan

sebagian besar 21 (60%) orang tua yang menerima atraumatic care baik,

di mana sebagian besar anaknya mengalami kecemasan ringan yakni 19

(54,3%). Sedangkan dari 4 (11,4%) orang tua yang mendapat atraumatic

care kurang, sebagian kecil anaknya mengalami kecemasan sedang

yakni 2 (5,7%) dan kecemasan berat 2 (5,7%). Jadi dapat disimpulkan

ada hubungan yang signifikan anatara Atraumatic care dengan tingkat

kecemasan anak prasekolah saat proses hospitalisasi di ruang Anggrek

RSUD dr. Soegiri Lamongan (Maghfuroh, 2015).


Penelitian terkait juga di lakukan oleh Zulhaini Sartika A.

Pulungan, dkk (2014), yang melakukan penelitian tentang Atraumatic

Care Dengan Spalk Manakara Pada Pemasangan Infus Efektif

Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra Sekolah. Penelitian ini

menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan post test with control

group design. Populasi adalah semua anak yang dirawat di RSUD

Kabupaten Mamuju. Subjek penelitian diperoleh dengan purposive

sampling yaitu anak yang dirawat di ruang perawatan anak Cempaka

RSUD Kabupaten Mamuju yang memenuhi kriteria antara lain: anak

yang terpasang infus, berusia 3-6 tahun, anak dalam kondisi sadar, dan

orang tua bersedia menandatangani informed consent.

Pada penelitian ini dilihat apakah tingkat kecemasan anak yang

menggunakan Atraumatic Care Dengan Spalk Manakarra terjadi

penurunan tingkat kecemasan, dimana anak yang menggunakan Spalk

Manakarra mengisi lembar observasi tingkat kecemasan anak pra

sekolah. Kuesioner yang digunakan mengacu pada kuesioner tingkat

kecemasan Hamilton Rating Scala For Anxiety (HARS). Dan kemudian

dibandingkan dengan tingkat kecemasan pada anak yang menggunakan

spalak rumah sakit yang biasanya.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna

tingkat kecemasan anak pra sekolah yang dipasang spalk manakarra

dibandingkan dengan yang dipasang spalk rumah sakit dengan nilai p =

0,026. Kesimpulan: Penggunaan Spalk Manakarra lebih efektif


menurunkan tingkat kecemasan anak pra sekolah pada pemasangan infus

(Zulhaini Sartika A. Pulungan, 2014).

Penelitian yang terkait lainnya oleh Ramadini Marniaty de Breving,

dkk (2015), dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Atraumatic

Care Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi

Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan desain penelitian adalah

quasy-experimental design dengan rancangan penelitian pretest-posttest

with control group. Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun menjadi

sampel penelitian menggunakan pendekatan sampling non probabilitas

dengan metode consecutive sampling.

Pada pnelitian ini dilakukan pengelompokan anggota-anggota

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian di berikan

pretest terlebih dahulu pada kelompok kontrol dan kelompok

ekprerimen, setelah itu dilakukan pemasangan infus pada kelompok

intervensi yang terdiri dari 17 anak yang diberikan kompres es batu dan

pemberian mainan, sedangkan pada kelompok kontrol yang dilakukan

pemasangan infus terdiri dari 17 anak tidak dilakukan intervensi.

Hasil penelitian ini menggunakan uji t berpasangan dan uji t tidak

berpasangan didapatkan pada kelompok intervensi (p= 0,000).

Menunjukkan adanya pengaruh penerapan atraumatic care yaitu dengan

menggunakan kompres es batu dan pemberian mainan pada saat


pemasangan infus dapat menurunkan kecemasan pada anak yang

mengalami hospitalisasi (Breving, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Debbi Mustika Rini,dkk (2013)

yang melakukan penelitian tentang Hubungan Penerapan Atraumatic

Care dengan Kecemasan Anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi di

RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan

menggunakan studi secara cross sectional[10]. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pasien anak prasekolah (usia 3 sampai 6

tahun) yang menjalani hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten

Bondowoso. Rata-rata jumlah pasien anak usia 3 sampai 6 tahun tiap

bulan sebanyak 21 pasien anak, sedangkan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 20 anak yang dipilih dengan teknik

Judgemental sampling dengan kriteria inklusi anak usia prasekolah (usia

3 sampai 6 tahun) yang menjalani proses hospitalisasi di RSD dr.

Koesnadi Kabupaten Bondowoso minimal selama 1x24

jam.

Pada penelitian ini dimana peneliti menjelaskan terlebih dahulu

mengenai manfaat dan tujuan penelitian, lalu memberikan lembar

persetujuan menjadi responden, kemudian memberikan kuesioner yang

berisi tentang karakteristik responden dengan penerapan Atraumatic care

dan kecemasan anak. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa ada

hubungan antara penerapan Atraumatic care dengan kecemasan anak


prasekolah saat proses hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten

Bondowoso dan semakin baik penerapan Atraumatic care yang

diberikan maka semakin kecil risiko kecemasan yang dialami anak

prasekolah saat proses hospitalisasi (Debbi Mustika Rini, 2013)

3.3. Implikasi Keperawatan

Penerapan Atraumatic care dengan memperhatikan prinsip-

prinsipnya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang dapat

menurunkan kecemasan pada anak.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari kelima penelitian diatas maka dapat di simpulkan bahwa

penerapan asuhan keperawatan dengan menggunakan prinsip-prinsip

Atraumatic care dapat mengurangi kecemasan pada anak praskolah yang

mengalami hospitalisasi

4.2 Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini khususnya bagi perawat dalam

melakukan tindakan keperawatan dapat menerapan Atraumatic Care

sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan Pada Anak yang

mengalami Hospitalisasi

2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Diharapkan Atraumatic Care ini dapat dipertimbangkan untuk

diterapkan pada pelayanan kesehatan baik Puskesmas maupun Rumah

Sakit sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak.


DAFTAR PUSTAKA

Breving, R. M. (2015). Pengaruh Penerapan Atraumatic Care Terhadap Respon


Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsu Pancaran Kasih
Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal
Keperawatan , Volume 3 Nomor 2 .
Debbi Mustika Rini, R. S. (2013). Hubungan Penerapan Atraumatic Care dengan
Kecemasan Anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi di RSU dr. H.
Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa , 1-8.
Desti Mayang Sari, J. K. (2017). Penerapan Perawatan Berbasis Atraumatic Care
Pada Anak Usia Prasekolah Untuk Mengurangi Kecemasan Hospitalisasi.
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung , Volume V, No. 1.
Maghfuroh, L. (2015). Atraumatic Care Menurunkan Kecemasan Hospitalisasi
pada Anak. journal Sain med , vol.9, No 1.
Zulhaini Sartika A. Pulungan, Y. N. (2014). Atraumatic Care Dengan Spalk
Manakara Pada Pemasangan Infus Efektif Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Pra Sekolah. Journal Of Health, Education and Literac ,
e-issn : 2621-9301.

Anda mungkin juga menyukai