Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS JURNAL

Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring Kiri Terhadap Lamanya
Kala II Pada Ibu Bersalin

OLEH

NAMA : SRI AMELIA ULAMA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses persalinan merupakan suatu proses keluarnya fetus dan plasenta dari

uterus yang didahului dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan

intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta

keluarnya lendir darah (show) dari vagina (WHO, 2015).

Pencatatan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 80%

proses persalinan berjalan dengan normal, 15-20% terjadi komplikasi persalinan, dan

5%-10% diantaranya membutuhkan sectio sesarea. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan 2,4 kali lebih

tinggi dibanding dengan Thailand (WHO, 2015).

Salah satu masalah yang terdapat dalam proses persalinan yaitu Persalinan lama

yang merupakan salah satu penyebab langsung dari kematian ibu, berdasarkan data

International NGO on Indonesian Development (INFID) pada tahun 2013, angka

kejadian persalinan lama di Indonesia adalah sebesar 5% dari seluruh penyebab

kematian ibu (INFID, 2014).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, 2015. Kejadian kematian ibu

bersalin sebesar 49.5%, hamil 26%, dan nifas 24%. Adapun sebagian kematian

maternal dan perinatal banyak terjadi pada saat persalinan, salah satu penyebabnya

kala II yang lama (37%). Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai

serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode tersebut dan di akhiri dengan

2
lahirnya bayi secara normal. Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alamiah

bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.

Pemberian asuhan sayang ibu diberikan pada kala II dengan memberikan keleluasaan

pemilihan posisi untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya pada proses persalinan.

(JNPK-KR, 2012).

Partus lama atau persalinan tidak maju dapat membahayakan jiwa ibu karena

pada partus lama resiko terjadinya pendarahan postpartum akan meningkat dan bila

penyebab partus lama adalah akibat disproporsi panggul, maka resiko terjadinya

ruptur uteri akan meningkat dan hal ini akan mengakibatkan kematian ibu dan juga

janin dalam waktu yang singkat (Febriana, 2014).

Selain itu his yang tidak efisien atau adekuat akan mengakibatkan vasokontriksi

plasenta, dengan adanya gangguan fungsi plasenta akan mengakibatkan suplai O2 ke

janin berkurang, serta perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim mengalami

kelainan, selanjutnya dapat mengalami distress janin, maka kesejahteraan janin akan

terganggu. Kala I fase laten yang memanjang, uterus cenderung berada pada status

hypertonik, ini dapat mengakibatkan kontraksi tidak adekuat dan hanya ringan

(kurang dari 15 mm Hg pada layar monitor), oleh karena itu kontraksi uterus menjadi

tidak efektif. Fase aktif memanjang apabila kualitas dan durasi kontraksinya bagus

tetapi tiba-tiba yang terjadi dilatasi lemah maka kontraksi menjadi jarang dan lemah

serta dilatasi dapat berhenti. Jika ini terjadi dan didukung oleh kontraksi yang

hipertonik maka dapat mengakibatkan rupture membran (David, 2007 Dalam

Wachidah, 2009) .

3
Pada persalinan normal proses kala II berlangsung dari pembukaan lengkap

sampai dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam

untuk multipara. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengambil posisi

persalinan yang diinginkannya saat melahirkan, akan memberi banyak manfaat,

termasuk berkurangnya rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala II yang lebih

pendek, ruptur perineum yang lebih sedikit. Membantu dalam meneran, dan nilai

apgar yang lebih baik. (Saifuddin, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syarifah, 2013 mengenai analisis

perbedaan posisi persalinan setengah duduk dan miring kiri terhadap lamanya kala II,

diperoleh pada kelompok posisi setengah duduk adalah 26.87 menit, sedangkan

posisi miring kiri adalah 23.60 menit. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T

independent didapatkan nilai p = 0.670 berarti nilai p > alpha 0.05 yang artinya tidak

ada perbedaan yang signifikan rata-rata lama kala II antara posisi persalinan setengah

duduk dan posisi miring kiri.

Situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo tahun 2014 dapat

dilihat dari capaian Angka kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi yakni

194,7/100.000 Kelahiran Hidup (KLH), angka ini menurun dibandingkan dengan

tahun 2013 yang mencapai 251,7/100.000 Kelahiran Hidup (KLH). Sedangkan untuk

Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami capaian fluktuatif pada kurun waktu 3

tahun yakni pada tahun 2012 mencapai 18,7/1000 Kelahiran Hidup (KLH)

mengalami penurunan signifikan ditahun 2013 yakni 13,3/1000 Kelahiran Hidup

(KLH), angka ini kemudian mengalami kenaikan ditahun 2014 menjadi 13,9/1000

4
Kelahiran Hidup (KLH). Berdasarkan data penyebab kematian ibu diatas bahwa tiga

faktor utama penyebab kematian ibu yakni pendarahan, hipertensi saat hamil atau

pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab

kematian ibu (25,6%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil

menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor

kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh

kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10

persen sampai hampir 60 persen (RISKESDAS, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis

jurnal tentang Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring Kiri

Terhadap Lamanya Kala Ii Pada Ibu Bersalin.

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis perbedaan posisi persalinan setengah duduk dan miring kiri

terhadap lamanya kala II pada ibu bersalin.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikkan informasi mengenai perbedaan

posisi persalinan setengah duduk dan miring kiri terhadap lamanya kala II pada ibu

bersalin.

5
1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan program studi profesi Ners dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan maternitas.

2. Bagi Tenaga Medis

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

asuhan keperawatan maternitas

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi RS dalam

melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan maternitas khusunya

diruangan bersalin/VK.

4. Bagi ibu hamil

Untuk Menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang perbedaan

posisi persalinan setengah duduk dan miring kiri terhadap lamanya kala II pada

ibu bersalin.

6
BAB II

HASIL DAN TEORITIS


2.1 Metode Pencarian

Metode pencarian analisis jurnal menggunakan google schoolar.

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan atau biasa disebut dengan partus merupakan suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Proses persalinan

merupakan suatu proses keluarnya fetus dan plasenta dari uterus yang didahului dengan

peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari

vagina. Pencatatan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 80%

proses persalinan berjalan dengan normal, 15-20% terjadi komplikasi persalinan, dan

5%-10% diantaranya membutuhkan seksio sesarea (WHO, 2015).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,

beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi

lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42

minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

2.2.2 Resiko tinggi kehamilan berdasarkan usia

Menurut saifuddin (2009) Resiko tinggi kehamilan berdasarkan usia yaitu :

7
1. < 20 tahun : beresiko karena usia ibu terlalu muda dan pertumbuhan organ

reproduksinya belum maksimal serta dari segi psikologi mental ibu masih belum

cukup dewasa terutama dalam menyikapi suatu masalah.

2. 20-34 tahun : merupakan usia reproduktif baik dari segi fisik maupun psikologis,

serta dimana organorgan reproduksi wanita sudah matang dan siap menerima

kehamilan dan persalinan

3. > 35 tahun : merupakan resiko tinggi sebab pada usia tersebut banyak terjadi

penyakit pada ibu (anemia, malaria, payah jantung, diabetesmillitus, dan preeklamsi

ringan) serta terjadi penurunan dari organ reproduksi yang dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan

2.3.3 Tahapan persalinan

Tahapan persalinan menurut Damayanti, Maita, Triana dan Afni (2014) adalah :

1. Kala I (pembukaan)

Jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2x

dalam10 menit selama. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm. Pada proses kala I terbagi menjadi 2 vase, yaitu: vase laten (8

jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm sedangkan vase aktif (6 jam)

dari pembukaan serviks 4 cm sampai pembukaan 10 cm. Vase aktif terbagi menjadi

3 vase yaitu: fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4

cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali

dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Lamanya

8
primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida

kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan

primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.

2. Kala II (pengeluaran bayi)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong

bayi hingga keluar. Lamanya proses ini berlangsung selama 11/2-2 jam pada

primigravida dan 1/2-1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II

ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikaan pembukaan

sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

Tanda gejala kala II: dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol dan

vulva membuka.

3. Kala III (pelepasan plasenta)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta, berlangsung

setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berlangsung sekitar

5-10 menit dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus maka plasenta lepas dari

lapisan Nitabusch. Tanda-tanda terlepasnya plasenta sebagai berikut: uterus

menjadi berbentuk bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta terlepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat semakin panjang, terjadi pendarahan, melahirkan

plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uterus.

9
4. Kala IV (observasi)

Hal penting yang harus diperhatikan pada kala persalinan: kontraksi uterus yang

harus baik, tidak ada pendarahan atau pervagina atau dari alat genital lain, plasenta

dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kencing harus kosong,

luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, resume keadaan

umum ibu dan bayi.

2.3.4 Konsep Posisi Persalinan

1. Posisi-posisi persalinan

Agar dapat membantu ibu tetap tenang dan rileks, sebaiknya bidan dapat

menyarankan alternatif pemberian posisi persalinan. Posisi persalinan yaitu :

a. Merangkak : membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada

perineum.

b. Jongkok dan berdiri : membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran

panggul.

c. Duduk/setengah duduk : lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran

kepala bayi dan mengamati/mensuport perineum.

d. Berbaring miring ke kiri : memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi

oksigenasiyang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi

(Melina, 2014).

10
2. posisi persalinan menurut Hasnerita (2009)

a. Posisi merangkak

Sikap merangkak jarak antara kedua tangan sama dengan jarak antara kedua

bahu. Keempat anggota tubuh tegak lurus pada lantai dengan badan sejajar

dengan lantai. Lakukan gerakan ini: tundukan kepala, lihat perut bagian bawah

dan pinggang diangkat sambil mengempiskan perut dan mengerutkan lubang

anus. Selanjutnya turunkan pinggang dengan mengangkat kepala sambil

melemaskan otot-otot dinding perut dan otot dasar panggul. Lakukan gerakan

ini sebanyak 8 kali, agar letak bayi normal yaitu letak bayi dengan kepala

dibawah dan kaki diatas (Anika & Yetty, 2011).

b. Posisi jongkok

Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Oleh karena

memanfaatkan gravitasi tubuh, ibu tidak usah terlalu kuat mengejan. Sementara

bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Di indonesia < 10% posisi miring

ini terjadi menurut Dr. Dwi Rahmiati Hasyar. Sedangkan kelemahannya,

melahirkan dengan posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi

cedera. karena, tubuh bayi yang berada di jalan lahir bisa meluncur sedemikian

cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan

empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Bagi para dokter, posisi

ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan

perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal

episiotomi.

11
c. Setengah duduk

Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan

paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman.

Kelebihannya: Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar

jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung

secara maksimal. Kelemahan: Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan

punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.

d. Posisi Miring Kiri

2.3 Konsep Posisi Setengah Duduk

Gambar 2.3 Posisi Setengah Duduk

2.3.1 Posisi Setengah Duduk

Posisi setengah duduk yaitu klien berbaring dengan punggung bersandar pada

bantal, kemudian kaki di tekuk dan paha dibuka ke arah samping.

12
2.3.2 Tujuan Setengah Duduk

Tujuan dari posisi setengah duduk ini akan mendapatkan bantuan gaya gravitasi

sehingga mempercepat penurunan bagian terbawah janin sehingga berperan dalam

kemajuan persalinan.

2.3.3 Manfaat Setengah Duduk

1. Memberikan rasa nyaman bagi ibu

2. Jalan lahir yang akan ditempuh bayi untuk bisa keluar jadi lebih pendek.

3. Memberikan kemudahan bagi ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

4. Suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal.

2.3.4 Cara Pelaksanaan Setengah Duduk

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka.

3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan

renggangkan kedua kaki.

4. Pasang selimut.

13
2.4 Konsep Posisi Miring

Gambar 2.4 Posisi Miring

2.4.1 Posisi Miring

Posisi miring yaitu klien berbaring menghadap miring ke kanan atau ke kiri

dengan salah satu kaki diangkat dan posisi kaki satunya dalam keadaan lurus.

Posisi ini di lakukan apabila posisi kepala bayi belum tepat di jalan lahir.

Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada didepan jalan lahir, menjadi tidak

normal bila posisi ubun-ubun berada dibelakang atau samping. Miring kekiri

atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta

miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa

digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan

posisi lainnya.

14
2.4.2 Tujuan Posisi Miring

Memperlancar peredaran darah ibu sehingga pengiriman pasokan oksigen ke

janin melalui plasenta tidak terganggu.

2.4.3 Manfaat Posisi Miring

1. Klien lebih bisa menghemat energi.

2. Menjaga denyut jantung janin stabil selama kontraksi.

3. Proses persalinan relatif lebih nyaman.

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Penulis Judul Metode Hasil Source

Dra. Analisis Perbedaan Penelitian ini Hasil penelitian didapat Google


Syarifah, Posisi Persalinan merupakan diperoleh nilai rata – rata Shcolar
M.Kes; Nesi Setengah Duduk Dan penelitian lamanya kala II pada kelompok
Miring Kiri Terhadap
Novita, eksperimen posisi persalinan setengah
Lamanya Kala II Pada
S,SiT, Ibu Bersalin Di statis group duduk adalah 26,87 menit,
M.Kes; Bidan Praktik Mandiri comparison sedangkan nilai rata-rata
Indah Puji Kota Palembang lamanya kala II pada kelompok
Septeria, Tahun 2013 posisi persalinan miring kiri
SST adalah 23,60 menit dengan
standar deviasi 18,015. Hasil
uji statistik dengan
menggunkan uji T independent
didapatkan nilai p = 0,670
berarti nilai p > dari alpha
(0,05) yang artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan rata
– rata lama kala II antara posisi
persalinan setengah duduk dan
miring kiri.
Fakhriyah, Perbedaan Posisi Metode Pada hasil uji statistik dengan Google
Siska Puji Miring Ke Kiri Dan penelitian ini uji T tidak berpasangan, Shcolar
Astuti Posisi Setengah Duduk adalah diperoleh nilai p = 0,037 (α <
Terhadap Waktu Kala kuantitatif 0,05) maka dapat disimpulkan
II dengan terdapat perbedaan posisi
Pada Ibu Multipara Di pendekatan miring ke kiri dan posisi
RSUD Idaman kohort setengah duduk dengan waktu
Banjarbaru kala penggunaan posisi miring
ke kiri terbukti lebih cepat
dibandingkan dengan posisi
setengah duduk.

16
Titin Martini, Perbedaan Posisi Miring eksperimen Hasil penelitian didapatkan Google
SST.Keb, Dengan Posisi Setengah static group rata-rata lamanya kala II pada Shcolar
MKes , Duduk Terhadap comparison kelompok posisi miring adalah
Wulan Kemajuan Persalinan 29.5 menit, sedangkan nilai
Damayanti, Kala II Pada Multipara Di rata-rata lamanya kala II pada
SST,MKM, Puskesmas Balaraja kelompok setengah duduk
Yudhia adalah 35.4 menit dengan
Fratidhina, perbedaan nilai rata-rata 5.9
M.Kes menit
Nelly Perbedaan Lama Jenis Hasil penelitian nilai rata-rata Google
Indrasari Persalinan Kala II Pada penelitian ini waktu pada persalinan kala II Shcolar
Posisi Miring Dan adalah pada posisi miring yaitu 34.54
Posisi Setengah Duduk analitik menit dan pada posisi setengah
kuantitatif duduk yaitu 43.85 menit
dengan sedangkan perbedaan nilai rata-
rancangan rata diantara posisi miring dan
penelitian setengah duduk adalah 9.31
quasi menit.
eksperiment.

17
3.2 Pembahasan

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Tiga faktor yang perlu diperhatikan

pada persalinan yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin,

dan kekuatan ibu (Old, 2004; Wiknjosastro, 2006). Proses persalinan juga dimulai

karena adanya perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika, yaitu adanya

penurunan kadar estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar kedua hormon

(estrogen dan progesteron) terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum dimulainya

persalinan, sedangkan kadar prostaglandin pada kehamilan dari minggu ke 15 hingga

aterm meningkat, terlebih ketika berlangsungnya proses intra natal (Old, 2004;

Wiknjosastro, 2006). Kala I berlangsung dari awal gejala sampai serviks berdilatasi

sempurna (10 cm). Saat fase laten, kontraksi masih belum teratur dan sangat lemah,

sedangkan pada saat fase aktif, kontraksi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat

(Mansjoer, 2000; Wiknjosastro, 2006).

Pada penelitian Dra. Syarifah, M.Kes, dkk dengan judul “Analisis Perbedaan

Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring Kiri Terhadap Lamanya Kala II Pada

Ibu Bersalin Di Bidan Praktik Mandiri Kota Palembang”, didaptkan hasil bahwa pada

kelompok posisi persalinan setengah duduk terdapat 12 orang (80%) yang lamanya

kala II normal atau < 60 menit, sedangkan pada kelompok posisi persalinan miring

kiri terdapat 15 orang (100%) yang lamanya kala II normal atau < 60 menit.

Didapatkan nilai rata – rata lamanya kala II pada kelompok posisi persalinan

setengah duduk adalah 26,87 menit, sedangkan nilai rata-rata lamanya kala II pada

18
kelompok posisi persalinan miring kiri adalah 23,60 menit dengan standar deviasi

18,015. Hasil uji statistik dengan menggunkan uji T independent didapatkan nilai p =

0,670 berarti nilai p > dari alpha (0,05) yang artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan rata – rata lama kala II antara posisi persalinan setengah duduk dan miring

kiri.

Sedangkan pada penelitian Fakhriyah, Siska Puji Astuti dengan judul “Perbedaan

Posisi Miring Ke Kiri Dan Posisi Setengah Duduk Terhadap Waktu Kala II Pada Ibu

Multipara Di RSUD Idaman Banjarbaru”, didaptakn hasil rerata dari waktu kala II

dengan posisi miring ke kiri adalah 12,40 menit, sedangkan rata-rata dari waktu kala

II dengan posisi setengah duduk adalah 22,47 menit. Pada hasil uji statistik dengan

uji T tidak berpasangan, diperoleh nilai p = 0,037 (α < 0,05) maka dapat disimpulkan

terdapat perbedaan posisi miring ke kiri dan posisi setengah duduk dengan waktu

kala II. Walaupun waktu kala II pada ibu bersalin dengan posisi miring ke kiri dan

posisi setengah duduk sama-sama dalam batas normal namun penggunaan posisi

miring ke kiri terbukti lebih cepat dibandingkan dengan posisi setengah duduk.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Titin Martini, SST.Keb,

Mkes, dkk dengan judul “Perbedaan Posisi Miring Dengan Posisi Setengah Duduk

Terhadap Kemajuan Persalinan Kala II Pada Multipara Di Puskesmas Balaraja”

dengan hasil pada persalinan kala II normal pada posisi miring sebanyak 15 orang

(100%) dan posisi setengah duduk 13 orang (87%). Sedangkan kala II memanjang

pada posisi miring tidak ada dan posisi setengah duduk sebanyak 2 orang (13%).

Hasil uji T independen sample T-test didapatkan nilai P value = 0.178 maka dapat

19
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan posisi miring dengan posisi setengah duduk

terhadap kemajuan persalinan kala II di Puskesmas Balaraja.

Penelitian tersebut sama dengan penelitian Nelly Indrasari dengan judul

“Perbedaan Lama Persalinan Kala II Pada Posisi Miring Dan Posisi Setengah

Duduk”, diperoleh hasil bahwa untuk posisi miring rata-rata waktu kala II yaitu 48,73

menit dengan standar deviasi 18,12 menit sedangkan untuk posisi setengah duduk

59,8 menit dengan standar deviasi 18,14 menit. Hasil analisis dengan uji T

didapatkan p-value 0,021(p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama

kala II dengan posisi miring dan setengah duduk lebih cepat pada posisi miring 11,07

menit. Jadi posisi miring lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata percepatan

persalinan kala II pada posisi setengah duduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

posisi miring lebih mempercepat proses persalinan kala II pada ibu bersalin dari pada

posisi setengah duduk.

Dapat dianalisis bahwasannya posisi miring lebih cepat dalam proses persalinan

kala II dibandingkan dengan posisi setengah duduk, tetapi perbedaan waktu kedua

posisi tersebut tidak terlalu signifikan. Untuk pemilihan posisi dalam persalinan

dikembalikan kepada tim medis yang membantu persalinan dan dikembalikan juga

pada ibu bersalin, dikarenakan posisi persalinan dipengaruhi oleh kenyamanan ibu,

tidak adanya unsur paksaan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi proses

persalinan yaitu psikologis ibu seperti persiapan fisik dan psiokologis, dan

pendampingan persalinan dari keluarga terdekat.

20
3.3 Implikasi Keperawatan

Temuan dalam penelitian ini memiliki beberapa Implikasi bagi lahan praktek,

pendidikan dan penelitian keperawatan.

1. Bagi praktek keperawatan

Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan antara posis setengah duduk

dengan posisi miring pada persalinan kala II. Pada beberapa penelitian telah didapatkan

hasil bahwa pada posisi setengah duduk memerlukan waktu yang lama pada persalinan

kala II dibandingkan dengan posisi miring.

Dengan adanya perbedaan dari kedua posisi tersebut maka dapat diketahui bahwa

pemilihan posisi pada saat kala II sangatlah penting agar tidak terjadi intervensi tindakan

yang tidak diperlukan. Maka dari itu diharapkan dalam praktik keperawatan dapat

memilih posisi dalam persalinan.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi pendidikan keperawatan untuk lebih

menggali pengetahuan tentang posisi dalam persalinan, khususnya persalinan kala II.

3. Bagi penelitian keperawatan

Bagi peneltian ini didapatkan bahwa perbedaan antara posisi setengah duduk

dengan posisi miring terhadap persalinan kala II. Fenomena ini perlu ditindak lanjuti

dengan melakukan penelitian lanjutan : ”Analisis Perbedaan Posisi Persalinan Setengah

Duduk Dan Miring Kiri Terhadap Lamanya Kala Ii Pada Ibu Bersalin”. Hasil penelitian

lanjutan akan dapat digunakan dasar atau panduan dalam memberikan intervensi yang

berkualitas.

21
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari jurnal yang diambil untuk analisis ini didapatkan bahwa ada

Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring Kiri Terhadap Lamanya

Kala II Pada Ibu Bersalin.

4.2 Saran

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat tentang

pemberian bimbingan posisi miring sehingga perawat dapat mempelajari konsep dan

miring serta menerapkannya untuk membantu pasien dalam mempercepat kemajuan

persalinan.

2. Bagi Pasien

Intervensi posisi miring bermanfaat menjadi salah satu alternatif bagi pasien untuk

mempercepat kemajuan persalinan sebagai alternatif nonfarmakologi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi

peneliti selanjutnya serta disarankan melakukan penelitian lanjutan mengenai

Analisis Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring Kiri Terhadap

Lamanya Kala Ii Pada Ibu Bersalin.

22
DAFTAR PUSTAKA
Anindita. (2014). Tahapan-tahapan Kehamilan. Joerna Ilmu Kebidanan.volume.2. No.3

Maulinda, Nadhifa Anwar. (2018). Hubungan Usia, Paritas Ibu Bersalin Dengan
Kejadian persalinan Postterm. Jurnal Berkala Epidemiologi. Volume 6 Nomor 1.
hlm37-46

Danuatja, B. (2015). Pengaruh Upright Position Terhadap Lama Kala I Fase Aktif. Ilmu
Kesehatan Andalas , 4(3).

Fakriah,dkk. (2017). Perbedaan Posisi Miring Ke Kiri Dan Posisi Setengah Duduk
Terhadap Waktu Kala II Pada Ibu Multipara Di RSUD Idaman Banjarbaru. Jurkessia,
Vol. VIII, No. 1.

Fauziah, S. N. (2012). Keperawatan Maternitas Kehamilan. Jakarta: Prenada Media


Group.

Indasari, N. (2014). Perbedaan Lama Persalinan Kala Ii Pada Posisi Miring Dan
Posisi Setengah Duduk. Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1.

Martin, T , dkk. (2016). Perbedaan Posisi Miring Dengan Posisi Setengah Duduk
Terhadap Kemajuan Persalinan Kala Ii Pada Multipara Di Puskesmas Balaraja.Temu
Ilmiah.

Melina, I. K. (2014). Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sylvia, V. (2014). Pengaruh Posisi Merangkak Terhadap Kemajuanpersalinan Kala I


Fase Aktif Pada Primigravida Di Bps Ny.Endang Sumaningdyah Kota KedirI. Jurnal
Ilmu Kesehatan , Vol.3 No. 1
.
Syarifah, dkk (2013). Analisis Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dan Miring
Kiri Terhadap Lamanya Kala Ii Pada Ibu Bersalin Di Bidan Praktik Mandiri Kota
Palembang. Jurnal Kebidanan.

WHO, W. H. (2015). Pengaruh Upright Position Terhadap Lama Kala I Fase Aktif.
Jurnal Kesehatan Andalas , 4(3).
Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

23

Anda mungkin juga menyukai