Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun oleh :
Alvin alberta MS
Cici eriska
Eshama rahmi safitri
Nurhadiya fauziah
Vivi nurhaliza
Windi velya melati
Zahratul hayati

Dosen pembimbing :
Aida andriani, SKM, M. Kes

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI BUKITTINGGI SUMATERA BARAT
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat serta petunjuk-Nya,
saya berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ konsep keluarga sejahtera” untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pembelajaran.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat.

Bukittinggi , 22 March 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Pengertian keluarga sejahtera...............................................................................................6

B. Tahapan keluarga sejahtera...................................................................................................6

C. Indicator indokator keluarga sejahtera..................................................................................7

D. Pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera.....................................................................8

E. Peran perawat keluarga.......................................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien


(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawtan
di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah
secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara empiris hubungan antara
kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan
atau signifikan.
Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang
antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga inti adalah keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara umum diketahui bahwa pengalaman orang
tua berkembang dari tahun ke tahun, di mana seorang anak bertumbuh dewasa dan orang
tua menjadi semakin tua, akan tetapi teori dan metodologi yang cukup memadai dalam
perkembangan perspektif tugas orang tua masih harus dibuktikan dan dapat diterima.
Program pembagunan keluarga sejahtera semakin mendapat pijakan yang kuat
dengan diundangkannya UU No 10 tahun 1992 tetang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera. Kemudian sekitar satu setengah tahun kemudian yaitu
pada 29 juni 1993 presiden mencanangkan bahwa setiap tanggal 29 juni sebagai “Hari
Keluarga Nasional (Harganas)”, dan digariskan oleh president saat itu bahwa keluarga
dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa. Dengan penetapan ini, maka
dikembangkan kebijakan strategis yang diperlukan untuk mengembangkan keberhasilan
Gerakan Keluarga Berencana lebih lanjut menjadi “Gerakan Pembangunan Keluarga
Sejahtera” seacara lengkap. Selaras dengan hal tersebut diterbitkan keputusan presiden
(Keppres) No. 109 Tahun 1993 tentang BKKBN, dimana dengan Keppres tersebut,
organisasi BKKBN mengalami perombakan sesuai dengan tugas barunya.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari kesejahteraan ?
2. Apakah definisi keluarga sejahtera ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan ?
4. Bagaimana tahapan-tahapan keluarga sejahtera ?
5. Bagaimana pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera ?
6. Bagaimana peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari kesejahteraan.
2. Menjelaskan definisi keluarga sejahtera.
3. Menjelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteran.
4. Menjelaskan tahapan-tahapan keluarga sejahtera.
5. Menjelaskan pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera.
6. Menjelaskan peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian keluarga sejahtera


Menurut A Mungit (1996), keluarga yang di bentuk atas dasar perkawinan yang syah
mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

B. Tahapan keluarga sejahtera


Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal ataubelum
seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatandan KB
2. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapibelum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan
akanpendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal,
dantransportasi.
3. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social
psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan,
sepertikebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. KeluargaSejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, social psikologis
danpengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi,dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.
5. KeluargaSejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, social psikologis
danpengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur danberperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi

D. Indicator indikator keluarga sejahtera


1. Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut.
a. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
b. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
c. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah.
e. Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak
sakit atau PUS ingin ber-KB).
2. Keluarga sejahtera 1
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi belum mampu
melaksanakan indicator sebagai berikut.
a. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut.
b. Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu.
c. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
d. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m
e. Semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
f. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas memiliki
penghasilan yang tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu membaca dan
menulis latin.
h. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
i. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan mempunyai
dua anak atau lebih yang hidup.
3. Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut.
a. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
b. Keluarga mempunyai tabungan
c. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
d. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
e. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali dalam 6
bulan.
f. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise.
g. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
4. Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator sebagai berikut.
a. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur ( waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat.
b. Keluarga aktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
5. Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu
melaksanakan semua indicator (23).

E. Pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera


Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga
dan keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Tujuan : mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun
diri sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan
perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi
produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha, dan
keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan
pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera (UPPKS)
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga sejahtera),
Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan sector
terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat
teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan departemen
koperasi dan PPKM.
2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja, dan
peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan perkembangan
anaknya optimal secara fisik dan mental melalui kelompok dengan bantuan alat
permainan edukatif ( APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan melalui media
massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia (BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) kegiatan lomba-
lomba.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku
masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi, pelayanan
kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada hubungannnya
dengan reproduksi.
4. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun,
antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui
pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,
yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.
F. Peran perawat keluarga
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (a) melakukan kerja bersama keluarga secara
kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c)
menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d)
menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada kemampuan
keluarga. Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.

Sebagai pendidik , perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan


kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab


memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayana keperawatan yang
bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelyananan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)

Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat diberikan kepada


keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi
“entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.

Sebagai supervisor pelayanan keperawatan perawat melakukan supervise ataupun


pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap
keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.

Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi
hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan
kebutuhan keluarga.
Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
sehari- hari serta dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara operasional kantor menteri Negara kependudukan BKKBN telah menyusun
rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap
keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya
Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap pra sejahtera
2. Keluarga sejahtera tahap I
3. Keluarga sejahtera tahap II
4. Keluarga sejahtera tahap III
B. Saran
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen
keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan kepada indivudu,
keluarga, maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Sulawesi Selatan : Pustaka As
Salam

https://www.academia.edu/23992684/konsep_keluarga_sejahtera (12 september 2019. 10:15


WIB )

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.

Anda mungkin juga menyukai