Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING DALAM BERBAGAI


MASALAH KESEHATAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Christy Usmany (P.1608005) Delvia Meslidan (P.1608047)

Desi Rani An (P.1608029) Maher Paulus (P.1608052)

Wa Yanti (P.1608015) Khabib Pratama (P.1608020)

Imelda Maia (P.1608036) Vonny Torimtubun (P.1608030)

Zulfa Syam Pelu (P.1608006) Vikky Fauzi Thio (P.16508025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN BANGUN PERSADA

STIKES PASAPUA AMBON

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah “APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING DALAM BERBAGAI MASALAH
KESEHATAN” dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 20 April 2018

Penyusun : Kelompok 5
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................................................5
C. Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A. Pengertian Transcultural Nursing..........................................................................................6
B. Tujuan Transcultural Nursig..................................................................................................6
C. Konsep Dalam Transcultural Nursing...................................................................................7
D Paradigma Transcultural Nursing...........................................................................................8
E. Proses Keperawatan Transcultural Nursing...........................................................................9
BAB III. PENUTUP...............................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,termasuk


tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan
teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range
theory adalah Transcultural Nursing Theory.
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan.Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering
ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis
pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati
klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-
pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat
pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-perubahan yang ada
baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era
globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang
dipelajari. Dalam ilmu keperawatan banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut.
Termasuk salah satunya teoru yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerakan
asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah
teori Leininger tentang “Transcultural Nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan
dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge
untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran
terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik
berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan
penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan
yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur
yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang
dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi
dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena kultur adalah pola kehidupan
masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur Care adalah teori
yang holistik karena meletakkan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan
berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa
dan etnik serta sistem profesional.

B. Tujuan
Mengetahui hubungan budaya dimasyarakat dan dunia keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan.serta bagaimana budaya itu mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas
perawat.

C. Manfaat
Untuk mngetahui nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial,dan
merupakan suatu area kajian ilmiah yang brkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-
nilai budaya(nilai budaya yang berbeda,ras,yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien/pasien).
BAB II
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN TRANSCULTURAL NURSING


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata transkultural berasal dari kata
trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata trans berarti melintang, melintas, menembus, melalui.
Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti kebudayaan,
cara pemeliharaan, pembudidayaan, kepercayaan, nila-nilai dan pola perilaku yang umum
berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya. Sedangkan cultural
berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti akal budi, hasil dan
adat istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi
transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang
satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang
berbeda melalui proses interaksi sosial. Transcultural Nursing merupakan suatu area yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda,
ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
klien/pasien) menurut Leininger (1991). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien.

B. TUJUAN TRANSCULTURAL NURSING


Menurut Leininger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah dalam
pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan
norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger
dan Dayak. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan
norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga
untuk mempertahankan kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk
makan-makanan yang berbau amis seperti ikan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan
dengan sumber protein nabati yang lainnya. Seluruh perencanaan dan implementasi
keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai
rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

C. KONSEP DALAM TRANSCULTURAL NURSING


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

D. PARADIGMA TRANSCULTURAL NURSING


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu :
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi atau
negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

b. Cara II : Negosiasi budaya


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

c. Cara III : Restrukturisasi budaya


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

E. PROSES KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a) Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
b) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan bjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g) Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction


1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien
yang bersifat terapeutik.

4. Implementasi
Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien mencoba memahami
budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang pada akhirnya akan memperkaya budaya mereka,
sehingga akan terjadi tenggang rasa terhadap budaya masing-masing.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak tidak percaya
pada klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat-klien yang bersifat terapeutik
terganggu.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

6. Peninjauan Kasus Transkultural terhadap Diabetes Mellitus


Arti diabetes mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini
digunakkan karena pada pasien diabetes mellitus, meningginya kadar gula darah
termanefestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat lagi menahan kadar gula yang
tinggi (Ade Tobing, dkk, 2008: 12). Pembuangan glukosa melalui ginjal selalu disertai
dengan pembuangan air, maka salah satu ciri diabetes mellitus adalah meningkatnya
kuantitas dan frekuensi buang air seni . Kadar gula darah tentu jauh lebih tinggi dari
kadar glukosa dalam urine (10 mmol/liter). Diabetes mellitus disebabkan karena
gangguan dalam meregulasi kadar glukosa dalam darah dan gangguan pada proses
transportasi glukoa dari darah ke dalam sel-sel. Semua ini disebabkan oleh produksi in
sulin yang tidak mencukupi kebutuhan. WHO menggolongkan diabetes mellitus
berdasarkan kelas klinis yakni, diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes
mellitus terkait malnutrisi serta diabetes mellitus tipe lain yang berkaitan dengan
syndrome.

A. Masalah pada Kasus

a. Laki-laki berusia 50 tahun,


b. Pingsan saat rapat di kantornya,
c. Kadar gula mencapai 450 mg/DL,
d. Dua tahun didiagnosis menderita diabetes mellitus, dan
e. Kesulitan mengatur pola makan dan aktivitas karena kebiasaan budaya Jawanya.

B. Analisis Kasus.
Pasien mengidap diabetes mellitus tipe II dimana diabetes mellitus tipe ini
kebanyakan diderita pada klien dengan usia di atas 40 tahun. Penderita diabetes
mellitua tipe II biasanya dapat terkendali dengan mennurunkan obesitas. Namun
dalam menangani kasus ini, terdapat beberapa kendala berupa kebiasaan budaya Jawa
yang menyukai makanan manis serta pola hidup yang kurang aktivitas fisik.
Seharusnya, seseorang yang menderita diabetes mellitus tipe II, perilaku mengurangi
makanan manis dan dianjurkan melakukan banyak latihan fisik agar dapat
menurunkan obesitas.

C. Aplikasi Transkutural yang Dilakukan Perawat

a) Memberi pendidikan kesehatan mengenai deskripsi diabetes mellitus, metode diet


serta bahaya diabetus mellitus,
b) Mengkaji jenis makanan yang akan dikonsumsi serta menghimbau pola makan yang
sesuai untuk diet yang tentunya diterima oleh buadaya pasien. Hal ini dapat
dilakukan dengan mennganti gula yang di tolelir oleh poeb deriata diabetes mellitus.
Selain tiu, dapat dianjurkan pula diet diabetes dengan memvariasikan makanan
dengan protein rendah lemak, seperti kacang kedelai, tahu ataupun ikan panggang,
c) Memberikan penyuluhan begi penderita untuk melakukan aktivitas fisik berupa
olahraga, dan
d) Memberikan asuhan kesehatan selama masa medikasi untuk menjaga kondisi
kesehatan pasien agar terjadi peningkatan kesehatan. Seorang perawat profesional
perlu memperhatikan perbedaan nilai budaya sang klien serta mengaplikasikan
keperawatan transkultural dalam memberikan asuhan keperawatan. Keperawatan
transkultural dapat direvitalisasi dalam penanganan penyakit kronis misalnya
diabetes mellitus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitusaja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budayaklien sehingga
tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan
transkultural

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karna kami
sebagai mahasiswa dan sebagai manusia biasa tidak akan pernah luput dari kesalahan. Oleh
karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://nurdin-perawat.blogspot.co.id/2014/10/transkultural.html

https://lukasluji.wordpress.com/2012/12/14/aplikasi-transkultural-pada-penyakit-
diabetes-mellitus-dalam-konteks-keperawatan/

https://zikribewey.wordpress.com/2015/04/23/aplikasi-pendekatan-transculural-
nursing-pada-masalah-gizi-di-komunitas-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai