Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG

KORONER DENGAM MASALAH NYERI AKUT

Yosua Arematea, Wibowo, Maria Magdalena Setyaningsih


Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
Email : yarematea50@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner adalah gangguan fungsi jantung karena adanya sumbatan atau penyempitan
pada pembuluh darah koroner sehingga otot jantung tidak mendapatkan suplai makanan dan oksigen
dengan ditandai nyeri dada. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien penyakit jantung koroner dengan masalah nyeri akut di rumah sakit Panti Waluya Malang.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan 2 klien yaitu klien 1 pada tanggal 23-25
Maret 2019 dan klien 2 pada tanggal 10-12 Juni 2019. Hasil pengkajian didapatkan kedua klien
mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri terasa panas, ampek, tertindih, dan tidak berkurang dengan
istirahat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien 1, masalah teratasi dengan skala nyeri 1 dan
CK-MB 18 U/L. Sedangkan pada klien 2 masalah teratasi sebagian dengan skala nyeri 3 dan CK-MB
91 U/L. Tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada masalah nyeri akut yaitu tindakan
farmakologi dan nonfarmakologi seperti mempertahankan posisi semifowler dan melakukan kompres
hangat yang bertujuan mirileksasikan otot-otot jantung untuk menurunkan nyeri yang dirasakan oleh
kedua klien

Kata Kunci: Penyakit Jantung Koroner, Nyeri Akut

ABSTRACT
Coronary Heart Disease is a dysfunction of the heart due to blockage or narrowing of the coronary
arteries so the heart muscle does not get nutrition and oxygen supply with marked chest pain. This
study aims to carry out nursing care for clients with coronary heart disease with acute pain problems
in Panti Waluya Malang hospital. The design of this study used a case study method with 2 patients,
patient 1 on March 23-25 2019 and patient 2 on 10-12 June 2019. The results of the study found that
both clients complained of left chest pain that felt hot, gotten, crushed, and not reduced by rest. After
the patient's nursing action 1, the problem is resolved by the scale of pain is1 and CK-MB 18 U/L.
Patients 2 problems are partially resolved by the scale of pain is 3 and CK-MB 91 U/L. The right
nursing action is carried out on acute pain problems, namely pharmacological and
nonpharmacological actions such as maintaining semifowler position and performing warm
compresses which aim to relax the heart muscles to reduce pain felt by both patients.

Keywords: Coronary Arterial Disease, Acute Pain

1
Pendahuluan yang menjalar pada rahang kiri dan lengan kiri,
Penyakit Jantung Koroner adalah gangguan dan nyeri dada seperti terbakar (Priscilla dkk,
fungsi jantung karena adanya sumbatan atau 2015 & Rahim, 2016). Menurut Henderson
penyempitan pada pembuluh darah koroner (1768) dalam Kabo (2008), menambahkan
sehingga otot jantung tidak mendapatkan suplai gejala klinis yang terjadi pada penderita
makanan dan oksigen dengan ditandai nyeri jantung koroner yaitu merasa tertekan saat
dada (Helmanu, 2013; Rahim dkk, berjalan, sesudah makan, rasa nyeri yang
2016Menurut World Health Organization berfokus pada dada kiri.
(WHO) tahun 2016, menyatakan bahwa terjadi
angka kematian sebanyak 56 juta dengan Pada saat penulis praktik klinik di Rumah Sakit
Penyakit Jantung Koroner sebanyak 7,4 juta. Di Panti Waluya Sawahan Malang menemui dua
Asia dan Kepulauan Pasifik 33% dari total pasien Penyakit Jantung Koroner. Pasien
seluruh kematian diakibatkan penyakit pertama dirawat di Rumah Sakit Panti Waluya
kardiovaskuler (American Heart Association, Sawahan selama dua hari perawatan. Saat hari
2013). Di Indonesia, Penyakit Jantung Koroner pertama, pasien di bawa ke IGD dengan
menyumbang angka kematian tertinggi dengan keluhan mengalami nyeri dada seperti tertindih,
12,9% (Kemenkes RI, 2017). Penyakit Jantung menjalar ke bahu, sesak nafas, tekanan darah
Koroner tertiggi dengan 2,0% dan 3,6% terjadi >160/90 mmHg, peningkatan nadi, badan
pada usia 65-74 tahun dan pada usia ≥ 75 tahun lemas, dan skala nyeri 7 sehingga diberikan
menurun dengan 1,7% dan 3,2% (Riskesdas, obat golongan analgesik. Pasien kedua
2013). Prevalensi kejadian Penyakit Jantung mengalami, nyeri seperti terbakar, nyeri saat
Koroner di wilayah Jawa Timur sebanyak 0,5% beraktivitas maupun saat tidak beraktivitas,
(Riskesdas, 2013). Di Rumah Sakit Panti peningkatan tekanan darah >160/90 mmHg,
Waluya Sawahan Malang, prevelensi kejadian gelisah, peningkatan nadi, dan skala nyeri 6
Penyakit Jantung Koroner pada tahun 2018 sehingga diberikan terapi analgesik.
sebanyak 61 pasien pada umur 30 – 90 tahun
terdiri dari 19 pasien Acute Myocardial Serangan jantung pada PJK yang terjadi secara
Infarction, 18 pasien Angina Pectoris, dan 24 terus - menerus dengan buruknya pertolongan
pasien Unstable Angina (RM RSPW, 2018). kegawat daruratan, maka akan berakibat Syok
kardiogenik sampai dengan kematian (Udjianti,
Pasien Penyakit Jantung Koroner memiliki 2010). Penyakit Jantung Koroner jika
gejala nyeri dada yang diakibatkan adanya dilakukan tatalaksana dengan baik dan segera
aterosklerosis dengan gejala klinis seperti dada pada serangan jantung pertama akan
terasa tertekan benda berat saat istirahat meningkatkan potensi kesembuhan dan
maupun dengan beraktivitas sederhana, nyeri

2
keselamatan nyawa pasien (Wiryowidagdo & 3) Perubahan gambaran pola EKG sesuai
Sitanggang, 2008). dengan lokasi
4) Terjadi perubahan iso-enzim jantung
Sebagai perawat harus mengerti tentang (Menurun setalah 48-72 jam)
karakteristik nyeri yang khas pada penderita Pada penelitian ini yang menjadi partisipan
jantung koroner seperti lokasi, penyebab, yaitu Tn. S berumur 53 tahun pada tanggal
durasi, irama, periode berkurang atau 23 Maret 2019 dan Tn. A berumur 45 tahun
bertambah intensitasnya, dan kualitas, sehingga pada tanggal 10 Juni 2019. Kedua klien
dengan cepat melakukan penatalaksanaan dan terdiagnosa Penyakit Jantung Koroner
membawa pasien ke tempat pelayanan dengan masalah Nyeri Akut di ruang ICU
kesehatan (Helmanu, 2013 & Anas, 2014). Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Penanganan atau tata laksana nyeri pada Malang. Penelitian dilakukan selama 3 hari
penderita jantung koroner yaitu dengan terhadap kedua klien dengan menggunakan
tindakan kolaborasi pemberian obat teknik pengumpulan data berupa observasi,
farmakologi analgesik dengan dibantu tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, studi data
relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri intervensi, implementasi, serta evaluasi.
(Priscilla, 2015). Disematkan pula etika yang menjadi dasar
penyusunan karya tulis ilmiah, terdiri dari
Metode Penelitian Informed Consent, Anonimity,
Confidentiality.
Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah studi kasus untuk mengeksplorasi Hasil
masalah Asuhan Keperawatan pada Klien yang
Pada studi kasus ini diperoleh hasil sebagai
mengalami PJK dengan masalah nyeri akut di
berikut:
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
Kriteria pada penderita adalah : 1. Pengkajian
Data yang didapatkan pada klien 1 ,berusia
1) Klien terdiagnosa medis Penyakit Jantung
53 tahun, terdiagnosa medis Infark Miokard
Koroner dengan atau tanpa penyakit
Akut Saat dilakukan pengkajian didapatkan
penyerta
data Klien mengatakan tanggal 9 Maret
2) Klien Penyakit Jantung Koroner dengan
2019 pada jam 14.00 WIB saat bekerja
atau tanpa riwayat Penyakit Jantung
mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri dan
Koroner dan mengalami keluhan nyeri dada
nyeri perut dengan skala nyeri 8, terasa
kiri dengan nyeri yang menjalar ke leher,
panas dirasakan terus-menerus saat
bahu, rahang, ekstrirmitas atas, dan nyeri
beraktivitas dan tidak berkurang saat
dada seperti terbakar
istirahat. Klien mengatasi nyerinya dengan

3
minum ISDN 1 tablet dan tidak berkurang. 2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri dada memberat pada tanggal 23 Maret Berdasarkan dari hasil pengkajian, pada
2019 jam 10.00 WIB, kemudian klien klien 1 maupun klien 2 ditegakkan diagnosa
dibawa ke IGD RS. Panti Waluya Malang. keperawatan yang sama yaitu Nyeri Akut.
Saat dilakukan pengkajian di ICU pada jam
16.10 WIB klien menyatakan nyeri dada 3. Intervensi Keperawatan
sebelah kiri telah berkurang dengan skala Pada Klien 1 dan Klien 2 telah ditetapkan
nyeri 6 dan menunjukkan ekspresi meringis rencana keperawatan yang telah
kesakitan, memegangi dada sebelah kiri, dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka berupa
terlihat pucat. Kebiasaan merokok 2 observasi nyeri secara komperhensif
bungkus perhari dan riwayat penyakit termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
jantung pada 2017.. Pada klien 2, berusia 45 frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi,
tahun, terdiagnosa Infark Miokar Akut.Saat observasi reaksi noverbal terhadap nyeri,
dilakukan pengkajian didapatkan data Klien posisikan semi fowler, kontrol lingkungan
mengatakan tanggal 10 Juni 2019 jam 11.00 yang memperberat rasa nyeri (suhu
WIB mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan),
dengan skala nyeri 7, dada terasa ampek, berikan kompres hangat, fasilitasi istirahat
panas, tertindih, dan keringat dingin, tidak dan tidur, evaluasi keefektifan kontrol
membaik saat istirahat, untuk mengatasinya nyeri, monitor tanda-tanda vital,
klien diberikan oksigen yang dibelikan di kolaborasikan dengan tenaga medis untuk
apotek dan tidak membaik, kemudian klien pemberian analgesik untuk mengurangi
dibawa ke IGD RS. Panti Waluya Malang nyeri, kolaborasi dengan tenaga medis
pada jam 11.56 WIB. Saat di ICU RS. Panti untuk pemberian oksigen, obat vasodilator
Waluya Malang. Saat dilakukan pengkajian (nitrogliserin), dan pemberian antikoagulan
di ICU pada jam 16.00, klien masih .
mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri skala 4. Implementasi
nyeri 6 dengan nyeri yang menjalar Pada Klien 1 dan Klien 2 telah dilakukan
kepunggung dan nyeri dirasakan terus implementasi keperawatan berdasarkan
menerus meskipun telah dibuat istirahat intervensi keperawatan yang telah
sehingga tidak bisa tidur. Klien tampak ditetapkan.
pucat, meringis kesakitan dan berkeringat
dingin. Kebiasaan merokok 3 bungkus/hari 5. Evaluasi
dan riwayat penyakit jantung koroner dari Pada klien 1, masalah Nyeri Akut teratasi
keluarga karena memenuhi semua kriteria hasil yang
sudah tetapkan dan pada klien 2, masalah

4
Nyeri Akut teratasi sebagian karena yang menyebabkan iskemia sampai
memenuhi sebagian kriteria hasil yang terjadinya infark. Pada saat terjadinya
sudah tetapkan. serangan, klien kiri dengan skala nyeri 6,
dada terasa ampek, panas, tertindih, dan
Pembahasan
keringat dingin, tidak membaik saat
1. Pengakajian istirahat. Menurut Zahrawardani dkk (2013)
Berdasarkan hasil pengkajian, klien 1 dan Muttqin (2009) faktor risiko penyebab
terdiagnosa infark miokard akut dikarenakan Penyakit Jantung Koroner yaitu usia, jenis
memiliki riwayat merokok sejak berrumur kelamin, keturunan, merokok, obesitas, dan
18 tahun. Pada rokok terdapat kandungan hipertensi. Menurut LeMone dkk (2015),
nikotin yang sifatnya menyebabkan Penyebab Penyakit Jantung Koroner adalah
kontriksi pada pembuluh darah dan rokok disebabkan oleh Aterosklerosis dengan
dapat menyebabkan terbentuknya adesi sumbatan karena timbunan lemak dan
trombosit yang berisiko terbentuknya fibrosa pada arteri koroner. Gejala klinis
trombus sehingga mengakibatkan sumbatan Penyakit Jantung Koroner yaitu dada terasa
yang mengakibatkan timbulnya penyakit tertekan benda berat saat istirahat maupun
jantung koroner. Klien 1 yang memiliki dengan beraktivitas sederhana, nyeri dada
riwayat penyakit jantung koroner kiri yang menjalar ke rahang dan punggung,
sebelumnya sehingga memperburuk kondisi dan nyeri dada seperti terbakar menurut
pada jantung yang membuat salah satu Priscilla dkk (2015). Menurut Henderson
faktor terjadinya iskemi pada jantung. Pada (1768) dalam Kabo (2008), gejala klinis
saat terjadinya serangan, klien mengeluh yang terjadi pada penderita jantung koroner
nyeri dada kiri terasa panas dengan skala yaitu merasa tertekan saat berjalan, sesudah
nyeri 6. klien 2 terdiagnosa infark miokard makan, rasa nyeri yang berfokus pada dada
akut memiliki faktor risiko sering kiri. Nyeri dapat diukur dengan skala 0
mengonsumsi sate dan gule ±1 minggu. Sate (tidak nyeri), skala 1-3 (nyeri ringan), 4-7
banyak mengandung radikal bebas yang (nyeri sedang), 7-9 (nyeri berat), 9-10 (nyeri
sifatnya merusak pembuluh darah. Gule yang sangat hebat).
mengandung lemak dan kolesterol sehingga
pada konsumsi menahun membuat 2. Diagnosa Keperawatan
terbentunya plak pada pembuluh darah serta
Berdasarkan data yang ditemukan klien 1
menurunkan elastisitas pembuluh darah.
dan 2 memiliki diagnosa yang sama yaitu
Kondisi ini semakin diperburuk dengan
nyeri akut dengan etiologi yang sama yaitu
klien sebagai perokok aktif yang membuat
agen pencedera fisiologis (Iskemia) dengan
risiko terbentuknya trombus yang membuat
kondisi miokard yang yang tidak
sumbatan pada pembuluh darah koroner
5
mendapatkan suplai oksigen akan membuat klien sesuai dengan kondisi klinis yang
iskemi pada miokard dan jika tidak diberikan terjadi saat dilakukan asuhan keperawatan
pertolongan maka miokard akan mengalami pada klien 1 dengan tujuan dan kriteria hasil
infark. Kondisi infark pada miokard akan yang di tetapkan. Pada klien 2, penulis
memicu produksi asam laktat sehingga akan membuat 12 intervensi dengan
timbul nyeri pada miokard. Berdasarkan menambahkan 1 intervensi tambahan yaitu
data yang ditemukan yaitu kedua klien memberikan kompres hangat yang dapat
memiliki diagnosa medis penyakit jantung membuat relaksasi pada klien dan juga
koroner, mengeluhkan nyeri dada kiri terasa dengan dapat merileksasikan otot-otot
panas, tertindih, keringat dingin, mengalami disekitar jantung. Menurut Annisaaf (2017)
perubahan dalam gambaran EKG. Diagnosa mengatakan pemberian kompres hangat
yang telah ditetapkan pada kedua klien, hal dapat menimbulkan efek hangat berupa
ini sesuai dengan teori menurut Udjianti sentuhan yang dapat menyebabkan
(2010) yang mengatakan bahwa salah satu terlepasnya endorphin, sehingga memblok
diagnosa keperawatan pasien Penyakit transmisi stimulus nyeri
Jantung Koroner adalah Nyeri Akut. Dengan
4. Implementasi
batasan karakteristik yaitu:
Implementasi yang dilakukan pada klien
1) Klien terdiagnosa medis Penyakit dengan diagnosa medis Infark Miokard Akut
Jantung Koroner dengan atau tanpa dan diagnose keperawatan nyeri akut b.d
penyakit penyerta agen pencedera fisiologis (Iskemia) adalah
2) Klien Penyakit Jantung Koroner dengan klien 1 sejumlah 11 intervensi sedangkan
atau tanpa riwayat Penyakit Jantung klien 2 sebanyak 12 intervensi yang telah
Koroner dan mengalami keluhan nyeri dilakukan terdiri dari wawancara, observasi,
dada kiri dengan nyeri yang menjalar ke kolaborasi dan tindakan mandiri.
leher, bahu, rahang, ekstrirmitas atas, Implementasi yang membedakan antara
dan nyeri dada seperti terbakar klien 1 dan 2 adalah ditambahnya
3) Perubahan gambaran pola EKG sesuai implementasi kompres hangat pada klien 2.
dengan lokasi Pada klien 1 tidak dilakukan kompres hangat
4) Terjadi perubahan iso-enzim jantung karena dengan dilakukannya implementasi
keperawatan mandiri mempertahankan
3. Intervensi Keperawatan posisi semifowler 600 serta dilakukan
tindakan kolaboratif farmakologi, klien
Keberhasilan intervensi yang diberikan
merasa nyeri berkurang. Ditambahkan juga
harus memperhatikan luas infark, ambang
pada klien 1 telah mengalami penyakit
nyeri, dan tingkat kooperatifan klien. Pada
jantung koroner sebelumnya sehingga klien
klien 1, penulis membuat 11 intervensi pada
6
sudah beradaptasi dengan nyeri yang 5. Evaluasi
dialami. Sedangkan pada klien 2 Hasil evaluasi pada kedua klien setelah
ditambahkan kompres hangat karena nyeri dilaksanakan implementasi keperawatan
tidak berkurang jika hanya dilakukannya selama 3 hari, pada klien 1 masalah nyeri
implementasi keperawatan mandiri seperti teratasi pada hari ketiga dengan skala nyeri
mempertahankan posisi semifowler 600 serta 1. Sedangkan pada klien 2 sampai dengan
dilakukan tindakan kolaboratif farmakologi hari ketiga, masalah nyeri teratasi sebagian
sehingga ditambahkan intervensi kompres dengan skala nyeri 3. Perbedaan hasil
hangat. Pada klien 2 nyeri yang dirasakan evaluasi pada klien 1 dan klien 2,
sekarang merupakan serangan yang pertama disebabkan oleh kerusakan pada miokard
sehingga tubuh belum dapat beradaptasi klien 2 lebih luas dibandingkan dengan klien
dengan nyeri yang diraasakan. Implementasi terbukti dari hasil Ck-MB dan bacaan EKG
adalah tindakan yang dilakukan dalam yang menandakan kerusakan pada miokard.
rencana keperawatan untuk mencapai tujuan Hasil lab CK-MB klien 1yaitu 18 U/Ldan
yang diinginkan. Tindakan keperawatan hasil CK-MB klien 2 yaitu 91 U/L. Menurut
meliputi pengumpulan data-data terbaru dari Muttaqin (2009) perubahan gambaran EKG
klien dan mengobservasi respon klien yaitu terjadi segmen ST elevasi (beberapa
terhadap tindakan yang dilakukan sebelum kasus ST depresi), gelombang Q patologis,
dan sesudah tindakan keperawatan (Rohmah gelombang T (meninggi atau menurun).
& Walid, 2012). Penanganan atau tata Creatinin Phosphokinase (CPK) dan
laksana nyeri pada penderita jantung Creatinin Kinase-MB (CK-MB) pasca
koroner yaitu dengan tindakan kolaborasi serangan, akan mengalami peningkatan 2-6
pemberian obat farmakologi analgesik jam dan mencapai punjaknya dalam 24 jam.
dengan dibantu tehnik relaksasi untuk Kadar CPK setalah 2-3 hari akan menurun.
mengurangi nyeri (Priscilla, 2015). Nilai normal Creatinin Phospokinasi < 50
Penatalaksanaan non farmakologi nyeri pada u/L dan nilai Creatinin Kinase-MB < 10 u/L
penyakit jantung koroner salah satunya (Udjianti 2010)
adalah menggunakan tehnik nafas dalam,
memberikan kompres hangat, dan
memposisikan semifowler (Annisaaf ,2017). Kesimpulan

Penatalaksanaan secara Farmakologi yaitu Asuhan Keperawatan pada Pasien Peyakit


pemberian vasodilator; nitrogliserin, Jantung Koroner dengan masalah Nyeri
analgetik atau narkotik, antiplatelet dan Akut di Rumah Sakit Panti Waluya Sawaan
antikoagulan , dan oksigenasi (Udjianti, Malang telah dilaksanakan pada klien 1 dan
2010) klien 2 dengan waktu 3 x 24 jam. Pada klien

7
1 masalah teratasi karena pada evaluasi Rohmah Nikmatur, Wahid Saiful. 2012. Proses
Keperawatan Teori & Aplikasi.
terakhir klien 1 dapat memenuhi semua
Jogjakarta: Ar-Ruszz Medika
kriteria hasil yang sudah ditentukan. Pada
Tamsuri Anas. 2014. Konsep & Nyeri. Jakarta:
klien 2 masalah teratasi sebagian karena
EGC
pada evaluasi terakhir klien 2 dapat
memenuhi sebagian kriteria hasil yang Udjianti Wajan J. 2010. Keperawatan
Kardiovaskuler. Malang: Salemba
sudah ditentukan. Medika

Daftar Pustaka Wiryowidagdo, Sitanggang. 2008. Tanaman


Annisaaf Shinta. 2017. Analisa Praktik Klinik Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah
Keperawatan pada Pasien Unstable Tinggi, dan Kolesterol Edisi Revisi.
Angina Pectoris (UAP) dengan Intervensi Jakarta: Agromedika Pustaka
Inovasi Terapi Aroma Lavender
Kombinasi Kompres Hangat terhadap Zahrawardana Diana, Herlambang Kuinto Sri,
Penurunan Skala Nyeri di Ruang Instalasi Anggraheny Hema Dewi. 2013. Analisis
Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Faktor Risiko kejadian Penyakit Jantung
Sjahranie Samarinda tahun 2017. Karya Koroner di RSUP Dr Kariadi Semaran.
Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Jurnal Kedokteran Muhammadiyah
Kesehatan Muhammadiyah Samarinda Volume 1 Nomor 2

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


2013. Laporan Hasil Reset Kesehatan
Dasar Indonesia 2013

Kabo Peter. 2008. Mengungkap Pengobatan


Penyakit Jantung Koroner Kesaksian
Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Kurniadi Helmanu. 2013. Stop Gejala Penyakit


Jantung Koroner. Yogyakarta: Familia

LeMone Priscilla, Burke Karen M, Bauldoff


Gerene. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Dimensi Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Eliminasi
dengan Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: EGC

Muttaqin Arif. 2009. Pengantar Asuhan


Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika

Rahim, Kundre, Malura. 2016. Hubungan


Merokok dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner di Instalasi CVBC Prof.
Dr. R. D. Kandau Manado. E-Journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2
8
LAMPIRAN

1. Konsultasi pembimbing 1

9
2. Konsultasi pembimbing 2

10

Anda mungkin juga menyukai