Anda di halaman 1dari 7

STIKes Kusuma Husada Surakart

2019

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL DALAM PEMENUHAN RASA AMAN
NYAMAN

Rysken Prima Hananingrum1) Anissa Cindy Nurul Afini2)


1
Mahasiswa Prodi D3 STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email : risken99@gmail.com
2
Dosen Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email : anissacindy88@gmail.com

ABSTRAK

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 31% penyakit


kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu secara global, salah satunya
di Indonesia pada tahun 2017 jumlah kematian terbesar adalah angina pektoris sebesar
39%. Angina Pektoris tidak stabil adalah suatu keadaan yang tidak nyaman seperti rasa
tertekan di daerah dada dan menjalar ke area sekitar dimana dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroner.Ketidaknyamanan yang dirasakan pada
pasien perlu segera mendapatkan penanganan salah satunya dengan terapi non
farmakologi yaitu terapi pijat punggung.Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pasien dengan angina pektoris tidak stabil dalam
pemenuhan rasa aman nyaman.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang
pasien dengan angina pektoris tidak stabil kesadaran composmentis diruang High Care
Unit (HCU) Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Hasil studi kasus menunjukkan
bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien angina pektoris tidak stabil dalam
pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut yang
dilakukan tindakan relaksasi terapi pijat punggung ±5 menit selama 3 hari dan
didapatkan hasil terjadi penurunan skala nyeri 4 menjadi skala 1.Rekomendasi teknik
terapi pijat punggung efektif dilakukan pada pasien angina pektoris tidak stabil dalam
pemenuhan kebutuhan aman nyaman nyeri dengan mekanisme meningkatan relaksasi
penurunan nyeri.

Kata Kunci : Angina Pektoris tidak Stabil, Kebutuhan Rasa Aman Nyaman, Pijat
Punggung

0
NURSING CARE ON PATIENT WITH UNSTABLE ANGINA PECTORIS IN
FULFILLING THE NEEDS OF SAFE AND COMFORTABLE SENSE

Rysken Prima Hananingrum1) Anissa Cindy Nurul Afini2)


1
Student of D3 Nursing Study Program ofKusuma Husada Surakarta
Email: risken99@gmail.com
2
Lecturer pf D3 Nursing Study Program ofSTIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: anissacindy88@gmail.com

ABSTRACT

World Health Organization (WHO) data showed that 31% of cardiovascular


disease is the number one cause of death globally. Indonesia had the highest number of
deaths in angina pectoris by 39% in 2017. Unstable angina pectoris is an uncomfortable
condition such as feeling depressed in the chest area and spreading to the surrounding
area where it is found in individuals with worsening coronary artery disease. The
patients’ discomfort needs to take treatment immediately one of the treatments is non-
pharmacological action with back massage therapy. The purpose of this study was to
determine the description of nursing care on patients with unstable angina pectoris in
fulfilling the needs of safe and comfortable sense. The type of research was descriptive
with a case study approach. The subject was a patient with unstable angina pectoris
consciousness Composmentis in the High Care Unit (HCU) Dr. Moewardi Surakarta.
The result of the case study showed that the management of nursing care in unstable
angina pectoris patients in fulfilling the needs of safe comfort with acute pain nursing
problems carried out back massage therapy for 5 minutes in 3 days obtained reduced
pain scale 4 to 1. Recommendations: back massage therapy is effectively performed on
with unstable angina pectoris patient in fulfilling the need or safe comfortable pain with
a relaxation mechanism of pain relief.

Keywords: Unstable Angina Pectoris, Comfortable and Safety Needs, Back Massage

PENDAHULUAN pektoris sebesar 39%, diikuti kanker 27%,


Data World Health Organization penyakit pernapasan kronis 30%, dan
(WHO) menunjukkan bahwa 31% penyakit diabetes 4%. Kematian yang disebabkan
kardiovaskuler merupakan penyebab oleh jantung pembuluh darah diperkirakan
kematian nomor satu secara global, salah terus meningkat mencapai 23,3 juta
satunya di Indonesia pada tahun 2017 kematian pada tahun 2030 (WHO, 2015).
jumlah kematian terbesar adalah angina Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr.

1
Moewardi pada tahun 2015 terdapat 198 gelatinosa ini dilewati oleh saraf besar dan
pasien Angina pektoris, pada tahun 2016 saraf kecil yang berperan dalam
terdapat 175 pasien dan pada tahun 2017 penghantaran nyeri.Upaya pertahanan
terdapat 234 pasien. Angina pektoris penghalang nyeri tersebut merupakan dasar
merupakan penyakit kedua terbesar setelah terapi dalam menghilangkan nyeri (Saputra,
gagal jantung tahun 2017 di ruang Intensive 2013).
Cardiovasular Care Unit (ICVCU). Nyeri dada pada pasien sangat
mempengaruhi dengan sering ditandai rasa
Angina pektoris tidak stabil adalah nyeri yang tertusuk disertai perasaan takut
suatu keadaan yang tidak nyaman seperti akan kondisi sakit pada organ jantung.
rasa tertekan di daerah dada dan menjalar ke Penanganan rasa nyeri harus dilakukan
area lain di sekitarnya yang berkaitan dan secepat mungkin untuk mencegah aktivasi
disebabkan oleh iskemia miokard, tetapi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik
tidak sampai terjadi nekrosis (Asikin, 2014). ini dapat menyebabkan takikardi,
Menurut Aspiani (2015) angina vasokontriksi dan peningkatan tekanan
pektoris tidak stabil biasnya menyertai darah yang pada tahap selanjutnya dapat
beban kerja jantung yang sering dijumpai memperberat beban jantung dan memperluas
pada individu dengan perburukan penyakit kerusakan miokardium, salah satunya nyeri
arteri koroner.Hal ini tampaknya terjadi diturunkan dengan cara memperbaiki gejala,
akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai memperlambat penyakit, dan mengurangi
oleh trombus yang tumbuh dan mudah kemungkinan terjadinya komplikasi dimasa
mengalami spasme.Angina pektoris tidak yang akan datang. Penatalaksanaan angina
stabil menurut Morton (2014) dapat terjadi pektoris tidak stabil terbagi menjadi tiga
pada saat istirahat maupun bekerja.Pada yakni farmakologi, non farmakologi dan
patologi biasanya ditemukan daerah iskemik tindakan invasive lainnya (Asikin, dkk
miokard yang mempunyai ciri 2014). Menurut Muttaqin (2009) sebab nyeri
tersendiri.Pasien dapat menggambarkan penderita angina pektoris mampu diatasi
sensasi nyeri seperti tertekan, rasa penuh, dengan penatalaksanaan yang sesuai yaitu
diremas dan berat pada kondisi pasien saat salah satunya non farmakologi berupa
itu.Sehingga pasien timbul masalah pengendalian stress seperti relaksasi,
kebutuhan dasar aman nyaman yakni nyeri. relaksasi melalui pembuluh darah yang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang relaks maka akan terjadi vasodilatasi. Untuk
dilakukan Rachmi (2015) menunjukkan membut tubuh menjadi rileks dapat
tingkat ketidaknyamanan nyeri pada dilakukan dengan beberapa cara seperti
penderita angina pektoris cukup tinggi yakni terapi musik klasik, yoga, teknik nafas
nyeri ringan-berat dialami 62,1%. dalam, dan terapi pijat punggung salah
Berdasarkan teori Gate Control, satunya.
bahwa fisiologi nyeri dapat dijelaskan pada Tindakan non farmakologi berupa
medula spinalis yang terdiri atas beberapa pijat punggung mampu menghilangkan nyeri
lapisan atau laminae yang saling dan sesak, hingga mampu menghilangkan
bertautan.Diantara lapisan dua dan tiga konsentrasi pasien pada lokasi nyeri dengan
terdapat substansi gelatinosa (substantion metode relaksasi berupa sentuhan yang
gelathinosa atau SG) yang berperan sebagai menghilangkan rasa lelah pada tubuh,
layaknya pintu gerbang yang memperbaiki sirkulasi darah, merangsang
memungkinkan atau menghalangi masuknya tubuh mengeluarkan senyawa endorphin
impuls nyeri menuju otak.Substansi

2
yang merupakan pereda sakit alami Data tersebut sesuai dengan teori yang
(Purnomo,2013). menyebutkan bahwa rasa tidak nyaman pada
Terapi pijat punggung yang dilakukan pasien angina pektoris sebagai respon
berulang-ulang secara bertahap dengan fisiologis dan psikologis tubuh, terlihat
durasi waktu ±3-5 menit, menurut Freddy dengan perubahan tekanan darah, nadi,
(2013) mampu meningkatkan kenyamanan respirasi, dan suhu (Eddy, 2015).Kesesuaian
dan relaksasi.Salah satunya dikutip dalam dengan tanda dan gejala yang muncul
jurnalnya tentang “Pengaruh Pemberian dengan pernyataan Udjianti (2010) bahwa
Massase Punggung Terhadap Tekanan serangan timbul disertai tanda sesak napas,
Darah Pada Pasien Hipertensi” yang mual, muntah, dan diaphoresis.
menunjukkan bahwa pijat punggung Didapatkan nyeri yang dirasakan
merupakan tipe massase yang melibatkan pasien angina pektoris tidak stabil yakni
gerakan panjang, perlahan dan halus pada posisi skala 4.Pengaplikasian jurnal ini
sehingga memberi manfaat meningkatkan penulis menggunakan skala nyeri Hayward,
rasa nyaman pada diri pasien. menurut Saputra (2013) skala nyeri
dilakukan dengan meminta penderita untuk
METODE PENELITIAN memilih salah satu bilangan (dari 0 - 10)
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menurutnya paling menggambarkan
dengan menggunkan pendekatan studi pengalaman nyeri yang dirasakan.
kasus.Studi kasus menurut Pengukuran intensitas nyeri didefinisikan
Notoadmodjo(2010) merupakan penelitian dengan nyeri skala 0 : tidak nyeri, skala 1 –
mengenai manusia baik suatu kelompok, 3 : nyeri ringan yang secara obyektif pasien
organisasi maupun individu dimana dapat berkomunikasi dengan baik, skala 4 –
bertujuan mendapatkan gambaran secara 6 : nyeri sedang yang secara obyektif pasien
mendalam tentang studi kasus asuhan mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
keperawatan pasien dengan angina pektoris lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan dan
tidak stabil dalam pemenuhan rasa aman dapat mengikuti perintah dengan baik, skala
nyaman. 7 – 10 : nyeri berat yang secara obyektif
Subjek dalam studi kasus ini adalah pasien terkadang tidak dapat mengikuti
satu orang pasien angina pektoris tidak stabil perintah tapi masih respon terhadap
dengan masalah pemenuhan rasa aman tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
nyaman nyeri.Tempat penelitian di ruang tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
High Care Unit RSUD Dr. Moewardi diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
Surakarta pada tanggal 18 sampai 20 Februari distraksi. Skala nyeri 4 termasuk dalam
2019. kategori nyeri sedang yang secara obyektif
HASIL DAN PEMBAHASAN pasien mendesis, menyeringai, dapat
Hasil pengkajian didapatkan pasien menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mengeluh nyeri pada dada disertai rasa mendeskripsikan dan dapat mengikuti
lemas dan sesak napas, dengan hasil vital perintah dengan baik.
sign tekanan darah 140/ 90 mmHg, heart Hasil pengkajian riwayat penyakit
rate 90 x/menit, respiration rate 20 x/menit, dahulu pasien sebelumnya pernah dirawat
Suhu 36,5oC, SpO2 90%, hasil ECG Synus karena sesak napas, penyakit jantung, hingga
Rytme pemeriksaan pada tanggal 18 Februari stroke pada 2 tahun silam. Hal ini sesuai
2019. Nyeri dirasakan secara menjalar dengan Asikin (2014) bahwa komplikasi
disekitar tubuh adalah salah satu dari efek angina pektoris tidak stabil menjadikan
nyeri dada. infraksi yakni miokardium yang akut

3
(serangan jantung), aritmial kardiak, hingga seperti
eperti pijat bayi, mampu melaporkan nyeri
kematian karena serangan jantung secara berkurang menjadi skala 1-3,1 serta mampu
mendadak. menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
Terapi medis yang diberikan pada Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tanggal 18 sampai 20 Februari 2019 yaitu tersebut maka intervensi yang dilakukan
Heparin 1,4 ml/ jam dalam 50 ml, Aspilet 80 berdasarkan Nursing Intervention
mg/ 24 jam, Clopidogrel 75 mg/ 24 jam, Classification (NIC) yaitu
aitu manajemen nyeri
Ranitidin 50 mg/ 24 jam. Menurut Asikin (1400) dengan mengobservasi keadaan
(2014) salah satu penatalaksanaan medis umum dan tanda vital, mengkaji nyeri secara
yaitu menggunakan nitrogliserin seba sebagai komprehensif (PQRST), memberikan posisi
antitrombotik dan antiplatelet yang nyaman atau posisi semi fowler,
mencegaj penyakit jantuk koroner akibat memberikan tindakan nonfarmakologi yakni
pembentukan trombus. pijat punggung, memberikan edukasi pada
Diagnosa keperawatan yang pasien
sien untuk melaporkan kepada perawat
ditegakkan pada pasien angina pektoris tidak jika nyeri mucul, serta berkolaborasi dengan
stabil dalam pemenuhan kebutuhan aman dokter dalam pemberian analgesik (anti
nyaman adalah nyeri akut.
akut.Pasien nyeri).
mengatakan nyeri ri pada dada sebelah kiri dan Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah
menjalar ke tulang tengah (sternum).Pasien dilakukan tindakan keperawatan Selama 3 x
mengatakan nyeri seperti ditusuk, skala 24 jam, masalah nyeri akut tertangani. Pada
nyeri 4 adalah tergolong skala nyeri hari pertama sebelum dilakukan terapi pijat
sedang.Nyeri dalam hal ini berkaitan dengan punggung skala nyeri pasien 4 (nyeri
adanya tanda sesak napas pada diri pasien sedang) setelah dilakukan pijat punggung
yang menjadikan respon
on perasaan skala nyeri turun menjadi skala 3 (nyeri
ketidaknyamanan yakni nyeri dada (Suciati, ringan).Pada hari kedua sebelum dilakukan
2014).Berdasarkan teori NANDA (2018) terapi pijat punggung skala nyeri pasien 3
terdapat faktor yang berhubungan pada (nyeri ringan) setelah dilakukan terapi pijat
masalah nyeri akut salah satunya yaitu agen punggung skala nyeri turun menjadi skala 2
cidera biologis dimana penyebab angina (nyeri ringan).Pada hari ketiga sebelum
pektoris tidak stabil disebabkan penurunan dilakukan terapi pijat punggung skala nyeri
suplai darah miokard yang menjadikan 2 (nyeri ringan) setelah dilakukan terapi
resistensi koroner pada arteri (Asikin, 2014). pijat punggung skala nyeri manjadi skala 1
Intervensi keperawatan pada studi (nyerii ringan). Hasil evaluasi dapat dilihat
kasus ini berfokus pada diagnosa utama dari diagram dibawah ini :
keperawatan dari masalah yang muncul
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen Tabel 4.1 Diagram Evaluasi Skala Nyeri
cedera biologis (Unstable
able Angina Pectoris
Pectoris), Terapi Pijat Punggung
penulis mencantumkan tujuan dan kriteria
hasil berdasarkan Nursing Outcomes
Classification (NOC) yaitu tingkat nyeri
(2105) dan kontrol nyeri (1605) yakni
setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut
teratasi dengan kriteria hasil mampu
mengenali nyeri secara komprehensif,
menggunakan tindakan non farmakologi

4
Berdasarkan data tabel diatas dapat M. 2016.Nursing Interventions
disimpulkan adanya penurunan skala nyeri Classification (NIC).Edisi
hari pertama (sebelum dan sesudah Bahasa Indonesia : Elsevier Inc.
dilakukan terapi pijat punggung) sampai hari Eddy R, Elly N, Yulia. (2015). Pengaruh
ketiga. Hasil studi kasus yang dilakukan di
Pijat Punggung Terhadap
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tingkat Kecemasan dan
Diketahui bahwa sesudah dilakukan
intervensi keperawatan relaksasi dengan
Kenyamanan Pasien Angina
terapi pijat punggung ±3-5 menit selama 3 Pektoris Stabil Sebelum
hari berturut-turut maka nyeri pada pasien Tindakan Angiografi
angina pektoris tidak stabil mampu teratasi Koroner.Jurnal Keperawatan
dengan hasil skala nyeri 4 (nyeri sedang) Indonesia. Pissn 1410-4490,
sebelum dilakukan terapi pijat punggung dan Eissn 2354-92003. Vol.18.
setelah dilakukan terapi pijat punggung No.2.hal. 102-113. Juli.Sekolah
menjadi turun skala nyeri 1 (nyeri ringan). Tinggi Ilmu Kesehatan
Jayakarta Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN
Freddy D, Ismonah, Hendrajaya. (2013).
Pengelolaan asuhan keperawatan pada
Pengaruh Pemberian Masase
pasie angina pektoris tidak stabil dalam
pemenuhan kebutuhan aman nyaman yang
Punggung Terhadap Tekanan
dilakukan dengan terapi pijat punggung ±3-5 Darah Pada Pasien
menit selama 3 hari didapatkan hasil terjadi Hipertensi.S1 Ilmu
penurunan skala nyeri 4 menjadi skala Keperawatan STIKES
1.Rekomendasi tindakan terapi pijat Telogorejo Semarang
punggung efektif dilakukan pada pasien Herdman, T. Heather. (2018-2020).
angina pektoris tidak stabil dengan masalah Nanda International Diagnosis
nyeri akut. Keperawatan : definisi &
Klasifikasi.Ed. 11.Jakarta :
EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L.,
and Swanson, E. 2016.Nursing
DAFTAR PUSTAKA Outcomes Classification
(NOC).Edisi Bahasa
Asikin M, Nuralamsyah M, Susaldi. Indonesia.Indonesia : Elsevier
(2014). Keperawatan Medikal Inc.
Bedah : Sistem Kardiovaskular. Morton, et al. 2012.Volume 1
Jakarta : Erlangga. Keperawatan Kritis Pendekatan
Aspiani, Reny Yuli. (2015). Buku Ajar Asuhan Holistik.Jakarta :
Asuhan Keperawatan Klien Kedokteran EGC
Gangguan Kardiovaskular : Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar
aplikasi NIC & NOC. Jakarta : Asuhan Keperawatan
EGC Kliendengan Gangguan
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., SistemKardiovaskuler :
Dochterman, J. M., Wagner, C. Pengantar dan Teori / Arif

5
Muttaqin. Jakarta :Salemba Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka
Medika Belajar.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Udjianti, Wajan Juni. (2010).
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Keperawatan
Rineka Cipta Kardiovaskular.Jakarta :
Purnomo.(2012). Pemanfaatan Stimulasi Salemba Medika
Kutaneus (Slow Stroke Back World Health Organization. 2015. The
Massage).https://www.journal.u Top 10 Cuses of Death
nipdu.ac.id/index.php/seminas/a (internet) WorldHealth
rticle/download/116/113. Organization (cited 08
Diambil tanggal 10 November November 2018) available from
2018 http://www.who.int/mediacentr
Rachmi F, Nuraeni A, & Mirwanti R. e/factsheets/f310/en/
(2015).Kecemasan dan
Frekuensi Angina pada Pasien
SKA di Poli Jantung RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.In
Prosiding Simposium Nasional
Keperawatan Kritis (p.40).
Retrieved from
http://simnas.fkep.unpad.ac.id/?
page_id=20
Rekam Medik RSUD Dr.
Moewardi.(2015). Prevalensi
Angina Pektoris. Surakarta.
RSUD Dr. Moewardi
Rekam Medik RSUD Dr.
Moewardi.(2016). Prevalensi
Angina Pektoris. Surakarta.
RSUD Dr. Moewardi

Rekam Medik RSUD Dr.


Moewardi.(2017). Prevalensi
Angina Pektoris. Surakarta.
RSUD Dr. Moewardi
Saputra, Lyndon. (2013). Catatan
Ringkas Kebutuhan Dasar
Manusia.Tangerang Selatan :
Binarupa Aksara
Suciati, Dewi Kartika. (2014). Ilmu
Keperawatan Dasar(IKD).

Anda mungkin juga menyukai