Oleh :
Titin Yeni
11192151
JAKARTA SELATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
i
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah.Menurut WHO, pada tahun 2015
diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah(Siregar, 2011 dalam Dasna, 2014).
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menunjukkan
penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM
(Penyakit Tidak Menular) di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 0.5%, sedangkan
berdasarkan gejala (tanpa diagnosis dokter) sebesar 1.5%. WHO
memperkirakan kematian akibat PJK di Indonesia mencapai 17.5% dari
total kematian di Indonesia.
Di Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya
di ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) angka kejadian penyakit pada
pasien Acute Coronary Syndrome merupakan kedua terbanyak, dimana dari
798 pasien pada tahun 2016 data yang di dapatkan dari presentase mencapai
CHF 268 pasien atau 33,5%, STEMI182 pasien atau 22,8%, OMI 125
pasien atau 15,6%, NSTEMI73 pasien atau 9,4%, UAP 69 pasien atau 8,6%,
aritmia 44 pasien atau 5,5%, ALI 9 pasien atau 1,1% , PJB 8 pasien atau 1
% dan CKD 9 pasien atau 1,1 % dan lain-lain 11 pasien atau 7,2 %.
Salah satu keluhan khas penyakit jantung adalah nyeri dada retrosternal
seperti diremas-remas, ditusuk, ditekan, panas, atau ditindih barang berat.
Nyeri dada yang 8 dirasakan serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan
menetap lebih dari 30 menit (Siregar, 2011 dalam Dasna, 2014).
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk
mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik ini dapat
menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang
1
2
tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan masalah
kardiovaskuler, spesifik pada pasien Acute Coronary Syndrome
(ACS)dengan intervensi inovasi relaksasi menggunakan teknik relaksasi
benson dan hand foot massase terhadap penurunan skala nyeri.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
teknik relaksasi terhadap penurunan skala nyeri dada.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. JURNAL UTAMA
1. Judul Jurnal
Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada
Kiri Pada Pasien Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi
Surakarta Tahun 2014
2. Peneliti
Tri Sunaryo, Siti Lestari
3. Desain Penelitian
Quasi experiment dengan pre test and post test design with control
group.
4. Populasi, Sampel, Teknik Sampling
Pasien Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi Surakarta sampel
penelitian berjumlah 33 orang terbagi dalam dua kelompok. 17 0rang
dalam kelompok intervensi, dan 16 orang dalam kelompok control.
Teknik pengambilan sampel dengan random sampling (acak).
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa Standar
Operasional Prosedur dan Kuesioner
6. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah Uji T Sample
7. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah kombinasi Relaksasi Benson dan Terapi
Analgetik lebih efektif menurunkan nyeri pada pasien Acute
Myocardial Infarc dibandingkan dengan yang hanya mendapatkan
terapi analgesic.
B. JURNAL PENDUKUNG
1. Judul Jurnal
Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada
Pada Pasien Sindroma Koroner Akut di Ruang Intermediate Medikal
4
5
A. TERAPI BENSON
1. Definisi
Relaksasi benson merupakan pengembangan dan respon
relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi
ini merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan
agama yang dianut. Dalam metode meditasi terdapat juga
meditasi yang melibatkan faktoer keyakinan yaitu meditasi
transedental (transedental meditation). Meditasi ini mengambil
objek meditasi frase atau mantra yang yang diulang-ulang
secara ritmis dimana frase tersebut berkaitan erat dengan
keyakinan agama yang dianut. Respon relaksasi yang
melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat
tercapainya keadaan rileks, dengan kata lain kombinasi respon
relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipar gandakan
manfaat yang terdapat dari respon relaksasi (Purwanto, 2006).
2. Tujuan
Tujuan dari relaksasi secara umum adalah untuk
mengendurkan ketegangan yaitu pertama-tama jasmaniah yang
pada akhirnya mengakibatkan mengendurkan ketegangan jiwa
(Purwanto,2006). Teknik yang dapat dilakukan dapat bersifat
respiratori yaitu dengan mengatur aktivitas bernafas atau
bersifat otot. Pelatihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan
mengatur mekanisme pernafasan yaitu pada irama dan
intensitas yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam
bernafas khususnya dengan irama yang tepat akan
menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks. Sedangkan
pelatihan otot akan menyebabkan otot maik lenutr dan dapat
menekan situasi yang mergangkan luapan emosi tanpa
membuatnya kaku (Wiramihardja,2006)
7
8
B. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare (2002), definisi keperawatan
tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun
individu mengatakkannya.
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan
seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan
nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa
cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau
meniadakan perasaan itu.
b. Teori Nyeri
1. Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada
receptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk
menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat
(Saifullah, 2015).
2. Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)
menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat
oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat,
dimana impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup
(Andarmoyo, 2013)
9
A. Kesimpulan
Pemberian analgetik dan terapi benso terbukti dapat mempengaruhi
nyeri lebih besar dari pada hanya diberikan analgetik pada pasien
Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi Surakarta Tahun 2014.
Sehingga terapi Benson bisa digunakan sebagai terapi komplementer
pada pasien Acute Myocardial Infarc.Penurunan nyeri ini dapat
membantu penyembuhan kondisi umum. Efek samping dari
penggunaan analgestik juga dapat dikurangi karena terdapat pengaruh
antara pemberian terapi benson pada pasien Acute Myocardial Infarc
dan pasien direkomendasikan untuk penurunan dosis komsumsi
analgestik.Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam
pelayanan keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian tentang terapi benson dapat dijadikan intervensi
mandiri terutama pada pasien fraktur dirumah sakit
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pada
disiplin ilmu keperawatan system Cardiovaskular tentang cara
menurunkan skala nyeri pada pasien Acute Myocardial Infarc.
11
DAFTAR PUSTAKA
12