Anda di halaman 1dari 17

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “PENGARUH

RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI DADA PADA PASIEN ACUTE MYOCARDIAL

INFARC DI RS DR MOEWARDI SURAKARTA”

Disusun Untuk Melengkapi Tugas S1 Keperawatan

Oleh :

Titin Yeni

11192151

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES PERTAMINA BINA MEDIKA

JAKARTA SELATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan Analisa Jurnal ini yang berjudul
Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada Kiri Pada
Pasien Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi Surakarta. Analisa ini tidak
tersusun dengan sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisannya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
dapat menyelesaikan Analisa Jurnal ini dengan baik dan benar, bahkan bisa
tersusun dengan sempurna.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
pengetahuannya. Mudah-mudahan Analisa Jurnal yang sederhana ini bisa
dipahami bagi siapapun yang membacanya,dengan pemahaman yang di dapatkan
pembaca dari analisa ini tentunya penulis akan memperbanyak ilmu pengetahuan
agar bisa menyelesaikan analisa berikutnya dengan sempurna tanpa ada
kesalahan,demi peningkatan mutu pendidikan kita bersama. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang akan pembaca
berikan kepada penulis nantinya.

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................................
BAB II ANALISA JURNAL....................................................................................................
A. Jurnal Utama................................................................................................................
B. Jurnal Pendukung.........................................................................................................
C. Jurnal Pembanding.......................................................................................................
D. Analisa PICO.................................................................................................................
BAB III TINJAUAN TEORI..................................................................................................
A. Terapi BENSON............................................................................................................
B. Konsep Nyeri................................................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah.Menurut WHO, pada tahun 2015
diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah(Siregar, 2011 dalam Dasna, 2014).
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menunjukkan
penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM
(Penyakit Tidak Menular) di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 0.5%, sedangkan
berdasarkan gejala (tanpa diagnosis dokter) sebesar 1.5%. WHO
memperkirakan kematian akibat PJK di Indonesia mencapai 17.5% dari
total kematian di Indonesia.
Di Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya
di ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) angka kejadian penyakit pada
pasien Acute Coronary Syndrome merupakan kedua terbanyak, dimana dari
798 pasien pada tahun 2016 data yang di dapatkan dari presentase mencapai
CHF 268 pasien atau 33,5%, STEMI182 pasien atau 22,8%, OMI 125
pasien atau 15,6%, NSTEMI73 pasien atau 9,4%, UAP 69 pasien atau 8,6%,
aritmia 44 pasien atau 5,5%, ALI 9 pasien atau 1,1% , PJB 8 pasien atau 1
% dan CKD 9 pasien atau 1,1 % dan lain-lain 11 pasien atau 7,2 %.
Salah satu keluhan khas penyakit jantung adalah nyeri dada retrosternal
seperti diremas-remas, ditusuk, ditekan, panas, atau ditindih barang berat.
Nyeri dada yang 8 dirasakan serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan
menetap lebih dari 30 menit (Siregar, 2011 dalam Dasna, 2014).
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk
mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik ini dapat
menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang

1
2

pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung dan memperluas


kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen ke
jantung (Reza,2011 dalam Frayusi, 2012). Perawat mempunyai peranan
dalam penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan nyeri dengan
memberikan intervensi penghilang nyeri (termasuk pendekatan
farmakologis dan non farmakologis) (Smeltzer & Bare, 2008).
Selain itu, nyeri juga dapat ditangani dengan nonfarmakologi
menggunakan masase dengan tehnik foot hand massage . Masase adalah
melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon dan
ligament, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki sirkulasi.
Masase dapat di artikan sebagai pijatan yang telah disempurnakan dengan
ilmuilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis
terhadap tubuh 10 manusia yang mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau teknik (Trisnowidyanto, 2012).
Menurut Furlan, 2004 (dalam Haryanto, 2015) massage (pijat) telah
ditemukan untuk menghasilkan respon relaksasi dan massage berdampak
positif untuk mengurangi nyeri sering dijelaskan pada teori control gerbang,
dengan pijatan merangsang serabut saraf berdiameter besar yang memiliki
input penghambat pada sel-T. Abbaspoor 2013 (dalam Hariyanto, 2015)
menyebutkan bahwa nyeri dapat diturunkan dengan menggunakan foot hand
massage dan juga penelitian oleh Chang 2008 (dalam Hariyanto, 2015)
menyebutkan bahwa terapi pijat tangan mempunyai efek positif pada
penurunan rasa sakit pada pasien dirumah sakit. Foot hand massage sendiri
adalah bentuk massage pada kaki atau tangan yangdidasari pada premis
bahwa ketidaknyamanan atau nyeri di area spesifik kaki atau tangan
berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan (Stillwell, 2011).
Hasil observasi singkat yang telah dilakukan di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda pada tanggal 18 Desember – 22 Desember 2018
menggambarkan 9 dari 12 penderita ACS mengatakan mengalami nyeri
dada yang dapat menganggu aktivitas. Berdasarkan uraian diatas, penulis
3

tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan masalah
kardiovaskuler, spesifik pada pasien Acute Coronary Syndrome
(ACS)dengan intervensi inovasi relaksasi menggunakan teknik relaksasi
benson dan hand foot massase terhadap penurunan skala nyeri.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
teknik relaksasi terhadap penurunan skala nyeri dada.
BAB II
ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA
1. Judul Jurnal
Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada
Kiri Pada Pasien Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi
Surakarta Tahun 2014
2. Peneliti
Tri Sunaryo, Siti Lestari
3. Desain Penelitian
Quasi experiment dengan pre test and post test design with control
group.
4. Populasi, Sampel, Teknik Sampling
Pasien Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi Surakarta sampel
penelitian berjumlah 33 orang terbagi dalam dua kelompok. 17 0rang
dalam kelompok intervensi, dan 16 orang dalam kelompok control.
Teknik pengambilan sampel dengan random sampling (acak).
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa Standar
Operasional Prosedur dan Kuesioner
6. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah Uji T Sample
7. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah kombinasi Relaksasi Benson dan Terapi
Analgetik lebih efektif menurunkan nyeri pada pasien Acute
Myocardial Infarc dibandingkan dengan yang hanya mendapatkan
terapi analgesic.
B. JURNAL PENDUKUNG
1. Judul Jurnal
Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada
Pada Pasien Sindroma Koroner Akut di Ruang Intermediate Medikal

4
5

Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta


Tahun 2018
2. Peneliti
Agus Rustono
3. Desain Penelitian
Quasieksperimental dengan pre test and post test design with control
group
4. Populasi, Sampel, Teknik Sampling
Pasien Acute Myocardial Infarc di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Selama bulan Nopember 2017
jumlah pasien adalah berjumlah 32 orang Sampel dipilih menggunakan
teknik Non-Probability Sampling dengan metode Consecutive
sampling pada 16 responden.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa Lembar Data
Kuosioner, Pengukuran nyeri dengan skala nyeri Visual Analog Scale
(VAS), dan Media edukasi berupa leaflet berisi penjelasan standard
operasional prosedur Relaksasi Benson.
6. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah wilcoxon test
7. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah kombinasi relaksasi Benson dan terapi
analgetik lebih efektif menurunkan nyeri dada pada pasien sindroma
koroner akut dibandingkan dengan yang hanya mendapatkan terapi
analgetik saja dengan nilai p=0,001
C. Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal
Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap nyeri dada pada
pasien infark miokard akut.
2. Peneliti
Herlina Iskandar, I Made Sutarna, Anita Joeliantina
3. Desain Penelitian
6

Quasieksperimental dengan pre test and post test.


4. Populasi, Sampel, Teknik Sampling
Populasi penelitian adalah semua pasien dengan diagnosa Infark
Miokard Akut (IMA) yang termasuk dalam kriteria inklusi. Jumlah
sampel penelitian sejumlah 17 pasien IMA. Tehnik pengambilan
sampel menggunakan metode Simple Random Sample . Tempat
penelitian di Ruang Dhoho RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari yang
dilaksanakan bulan April-Mei 2012.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa lembar
observasi yang berisi skala nyeri PABS.
6. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah wilcoxon test
7. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara tingkat nyeri dada pasien Infark Miokard Akut sebelum dan
sesudah pemberian teknik relaksasi napas dalam pada pasien Infark
Miokard Akut Akut di Ruang Dhoho RSUD Prof. Dr. Soekandar ( p=
0,083> α=0,05). Setelah diberikan tehnik relaksasi napas dalam
sebagian besar (82,4%) nyeri dada pasien IMA tetap ada. Pasien IMA
yang mengalami penurunan nyeri dada hanya sebesar 17,6% (3
orang).
D. ANALISA PICO
1. Problem
Acute Myocardial Infarc (AMI) adalah nekrosis miokard akibat
gangguan aliran darah ke otot jantung. Acute Myocardial Infarc
terjadi akibat penyumbatan koroner (pembuluh darah yang
memperdarahi jantung) akut dengan iskemia yang berkepanjangan
yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark)
miokard. Acute Myocardial Infarc sering didahului dengan keluhan
angina dan perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Keluhan
Nyeri dada kiri sering mengawali serangan jantung yang memiliki
7

resiko lebih hebat bahkan kematian. Penatalaksanaan nyeri pada


Acute Myocardial Infarc dapat dilakukan melalui terapi
medikamentosa dan asuhan keperawatan.
Salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk
mengurangi nyeri dada kiri adalah relaksasi Benson. Relaksasi Benson
merupakan teknik relaksasi pasif dengan tidak menggunakan tegangan
otot sehingga sangat tepat untuk mengurangi nyeri pada kasus Acute
Myocardial Infarc tion. Relaksasi Benson merupakan pengembangan
metode respons relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien,
yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal yang tenang
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
kesejahteraan lebih tinggi.
2. Intervensi
Terapi kombinasi Relaksasi Benson dengan analgesik dilakukan 1 kali
setiap harinya dan diberikan 10menit atau lebih sebelum makan serta
menyesuaikan dengan jadwal pemberian analgesik.
3. Comparison
Tidak ada pembanding atau intervensi lain dalam penelitian ini.
4. Outcome
Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori dan penelitian
sebelumnya karena terdapat perbedaan yang signifikan skala nyeri
setelah dilakukan intervensi
5. Recommendation
Intervensi terapi benson dapat diberikan kepada pasien SKA dan AMI
yang dirawat di ruang rawat intensif sebagai terapi nonfarmakologis
untuk mengatasi nyeri dada. Selain mengurangi nyeri, relaksasi
Benson menghambat aktifitas saraf simpatik yang mengakibatkan
penurunan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot
tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman, maka dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakan tehnik
relaksasi benson didapatkan hasil bahwa relaksasi benson memiliki
kemampuan untuk menurunkan respon nyeri pasien.
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. TERAPI BENSON
1. Definisi
Relaksasi benson merupakan pengembangan dan respon
relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi
ini merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan
agama yang dianut. Dalam metode meditasi terdapat juga
meditasi yang melibatkan faktoer keyakinan yaitu meditasi
transedental (transedental meditation). Meditasi ini mengambil
objek meditasi frase atau mantra yang yang diulang-ulang
secara ritmis dimana frase tersebut berkaitan erat dengan
keyakinan agama yang dianut. Respon relaksasi yang
melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat
tercapainya keadaan rileks, dengan kata lain kombinasi respon
relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipar gandakan
manfaat yang terdapat dari respon relaksasi (Purwanto, 2006).
2. Tujuan
Tujuan dari relaksasi secara umum adalah untuk
mengendurkan ketegangan yaitu pertama-tama jasmaniah yang
pada akhirnya mengakibatkan mengendurkan ketegangan jiwa
(Purwanto,2006). Teknik yang dapat dilakukan dapat bersifat
respiratori yaitu dengan mengatur aktivitas bernafas atau
bersifat otot. Pelatihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan
mengatur mekanisme pernafasan yaitu pada irama dan
intensitas yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam
bernafas khususnya dengan irama yang tepat akan
menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks. Sedangkan
pelatihan otot akan menyebabkan otot maik lenutr dan dapat
menekan situasi yang mergangkan luapan emosi tanpa
membuatnya kaku (Wiramihardja,2006)

7
8

B. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare (2002), definisi keperawatan
tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun
individu mengatakkannya.
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan
seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan
nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa
cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau
meniadakan perasaan itu.
b. Teori Nyeri
1. Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada
receptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk
menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat
(Saifullah, 2015).
2. Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)
menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat
oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat,
dimana impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup
(Andarmoyo, 2013)
9

3. Teori Pola (Pattern theory)


Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), teori
ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai
reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu,
dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi reseptor
yang menghasilkan pola dari impuls saraf (Saifullah, 2015).
Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas
sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang
merangsang bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri
dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas
respon dari reaksi sel T (Margono, 2014).
4. Endogenous Opiat Theory
Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia
mengemukakan bahwa terdapat subtansi seperti opiet yang
terjadi selama alami didalam tubuh, subtansi ini disebut
endorphine yang mempengaruhi transmisi impuls yang
diinterpretasikan sebagai nyeri. (Hidayat, 2014).
c. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa
dimana reseptor nyeri memberikan respon jika adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-
macam asam yang terlepas apabila terdapat kerusakan pada
jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare, 2002). d.
Mekanisme Terjadinya Nyeri pada pasien fraktur Nyeri dapat
dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf
perifer aferen yaitu serabut A delta dan serabut C, Serabut A
delta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat,
10

sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan


mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin,
berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang
terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus. Ketika serabut
C dan A- delta menyampaikan rangsang dari serabut saraf
perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif
terhadap respon nyeri, seperti kalium dan prostaglandin yang
keluar jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri
berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di
bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu dorsalis,
neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga
menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf
traktus spinolatamus.Selanjutnya informasi di sampaikan
dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2005).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian analgetik dan terapi benso terbukti dapat mempengaruhi
nyeri lebih besar dari pada hanya diberikan analgetik pada pasien
Acute Myocardial Infarc di RS Dr Moewardi Surakarta Tahun 2014.
Sehingga terapi Benson bisa digunakan sebagai terapi komplementer
pada pasien Acute Myocardial Infarc.Penurunan nyeri ini dapat
membantu penyembuhan kondisi umum. Efek samping dari
penggunaan analgestik juga dapat dikurangi karena terdapat pengaruh
antara pemberian terapi benson pada pasien Acute Myocardial Infarc
dan pasien direkomendasikan untuk penurunan dosis komsumsi
analgestik.Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam
pelayanan keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian tentang terapi benson dapat dijadikan intervensi
mandiri terutama pada pasien fraktur dirumah sakit
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pada
disiplin ilmu keperawatan system Cardiovaskular tentang cara
menurunkan skala nyeri pada pasien Acute Myocardial Infarc.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Cetakan I.


Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Asadizaker, et, al. (2011). The Effect of Foot and Hand Massage on
Postoperative Cardiac Surgery Pain. International Journal of Nursing
and Midwifery.
Brunner dan Suddarth. (2010). Textbook Of Medical-Surgical Nursing. Edisi
12. Philadelphia : Lippincott.
Gray H. (2003), Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: Erlangga.
Hariyanto, Awan. (2011). Efektivitas Foot Hand Massage Terhadap Respon
Fisiologis Intensitas Nyeri Pada Pasien Infark Miokard Akut : Studi di
Ruang ICCU RSUD DR. Iskak Tulungagung. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (JIKK), Vol II
Lestari dan Sunaryo. (2014). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan
Skala Nyeri Dada Kiri Pada Pasien Acute Myocardial Infarc Di RS Dr
MOEWARDI Surakarta
Pamungkas, R. (2010). Dahsyatnya Jari Refleksi Metode Pijat Refleksi dengan
Jari. Jakarta : Pinang Merah
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2013.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta : EGC.
Sumantri A. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi 1. Kencana Prenada
Media Grup : Jakarta.
Tamsuri A. 2012. Konsep & Penatalaksanaan nyeri. EGC :
Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai