Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KATUPJANTUNG

Pcn^c(npion kalup nr^ral


(sJcnosi; katip rnteafl
PENGERTIAN

Kelainan katup jantung merupakan


keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat
aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung.
TIPE - TIPE GANGGUAN KATUP
1. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan
pengerutan bilah - bilah katup mitral, yang
menyebabkan penyempitan lumen dan
sumbatan progresif aliran darah.
2. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup mitral
tidak dapat saling menutup selama systole.
3. Stenosis Katup Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen
antara ventrikel kiri dan aorta.
4. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi) Insufisiensi
aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang
merusak bentuk bilah katup aorta,sehingga
masing - masing bilah tidak bisa menutup lumen
aorta dengan rapt selama diastole dan akibatnya
menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke
ventrikel kiri.
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral
terjadi terutama pada orang tua yang pernah
menderita demam rematik pada masa kanak-
kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik.
Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering
terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral
pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-
anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam
rematik, daun katup mitral sebagian bergabung
menjadi satu.
2. Stenosis Aorta
• Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta
merupakan penyakit utama pada orang tua, yang
merupakan akibat dari pembentukan jaringan
parut dan penimbunan kalsium di dalam daun
katup.
• Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh
demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada
keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada
katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi
maupun keduanya.
• Pada orang yang lebih muda, penyebab yang
paling sering adalah kelainan bawaan.
3. Insufisiensi Aorta

Penyebab terbanyak adalah demam reumatik


dan sifilis. Kelainan katub dan kanker aorta juga
bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada
isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan
retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa
kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele
dari demam reumatik.
MANIFESTASI KLINIK
1. Stenosis Mitral

Sangat capai, lemah, dyspnea, capek bila ada


kegiatan fisik, nocturnal dyspnea, batuk kering,
bronchitis, rales, edema paru-paru,
hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah
kanan jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1
memberondong, peningkatan bunyi.
Murmur:lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh,
diastolic pada apex.
2. Isufisiensi Mitral
Sangat capai, lemah, kehabisan tenaga, berat
badan turun, napas sesak bial terjadi kegiatan
fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu
rales. Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan
jantung sebelah kanan. Auskultasi: terasa getaran
pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.
Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis,
selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
3. Stenosis Aorta
Angina,
syncope, capek,
lemah,
sesak napas saat ada kegiatan
ortopneu, paroxysmal nokturial,
• edema paru-paru, rales.
• Tingkat lanjut: kegagalan sebelah kanan jantung.
• Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan,
systoll (pada
basis atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
4. Insufisiensi Aorta

Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila


beraktifitas ortopnew, paroxysmal noktural
dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat
lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan
kanan. Murmur: nada tinggi, menghembus
diastole (sela iga ke-3) murmur desakan
systoll pada basis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• ECG

Echocardiography
• Thoraks foto
• Kateterisasi
PENATALAKSANAAN
3. Stenosis Aorta

Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta


adalah penggantian katub aorta secara bedah
4. Insufisiensi Aorta

Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi


kapan waktu yang tepat untuk penggantian katub
masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada
semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain
KOMPLIKASI
Angina pectoris Bedah jantung
Gagal jantung kongestif Disritmia
Kondisi inflamasi jantung
Aspek-aspek psikososial perawatan
akut
Penyakit jantung rematik Penyakit
jantung iskemik
■ PENGKAJIAN

Aktivitas /istirahat Gejala :


Kelemahan, kelelahan. Pusing,
rasa berdenyut Dispenea karena alpitasi.
kerja,p Gangguan tidur (ortopn
sa,
dispnea
paroksimal noktural, no malam
hari.) kturia,keringat ia TD.
Tanda : Takikardi,gangguan pad
Pingsan karena kerja. Takipnea,
dispnea.
Sirkulasi
Gejala
1. Riwayat kondisi pencetus,contoh:Demam
reumatik,Endokarditis bakterial
2. Subakut,infeksi streptokokkus hipertensi,kondisi
kongenital
3. Atrial-septal,sindrom marfun),trauma dada,hipertensi
pulmonal.
4. Riwayat murmur j antung,palpitasi.
5. Serak,hemoptisis.
6. Batuk,dengan/tanpa produksi sputum.
Bunyi jantung : S1 keras,pembukaan yang keras
.Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan
luas,adanya S3 (MI berat). Bunyi ejeksi sistolik .
Bunyi sistolik,ditonjolkan oleh berdiri/jongkok
Kecepatan : Takikardi pada istirahat.

Irama : tak teratur, fibrilasi atrium, Disritmia dan


derajat pertama Blok AV (SA).
3. Integritas ego
Gejala :Tanda kecemasan, contoh gelisa, pucat, berkeringat,
fokus menyempit, gemetar.

4. Makanan/cairan Gejala:
Disfagia (IM Kronis)
Perubahan berat
badan.
Penggunaan
diuretik.
Tanda : Edema umum /
dependen Hepatomegali dan
asites,
Hangat, Kemerahan dan kulit
lembab Pernafasan payah
dan bising Krekels dan
mengi.
5. Neurosensori

Gejala : Episode pusing/ pingsan berkenaan


dengan

beban kerja.

. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri dada ,

angina Nyeri dada non angina / tidak khas


7. Pernapasan
Gejala : Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal,
nokturnal).
Batuk menetap atau nokturnal ( sputum mungkin/
tidak produktif).
Tanda : Takipnea
Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi)
Sputum banyak dan berbecak darah (Edem
pulmonal).
Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema pulmonal)
8. Keamanan
Gejala : Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi
radiasi.
Adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dsb) Tanda : Perlu
perawatan gigi / mulut
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan obat IV
DIAGNOSA

1. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru


ditandai dengan sianosis dan dispnea
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
3. Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard
4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan
ketakutan dan peningkatan tegangan
5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi
tentang katup jantung ditandai dengan permintaan
informasi pasien
1. Gangguan pertukaran gas b/d odema para ditandai dengan
sianosis
dan dispnea

Tujuan

Gas darah arteri normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi/oksigenasi sebagai bukti
adalah frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tak ada
sianosis, dan penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas
normal.
1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, penggunaan
otot aksesori, area sianosis
R/ .Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat
gangguan dan kebutuhan/keefektifan terapi.

2. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya/ tak adanya,


dan bunyi adventisius.
R/ Terjadinya atelectasis dan stasis secret dapat
mengganggu pertukaran gas.
3. Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan
kelemahan.
Observasi tanda peningkatan demam, batuk,bunyi
nafas ada adventisius

R/ Menggambarkan terjadinya infeksi Paru, yang


meningkatkan kerja jantungdan kebutuhan oksigen.

4. Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan nafas dalam.


R/ Meningkatkan ekspansidada optimal, memobilisasikan
skresi, dan pengisian udara semua area
\paru; menurunkan resiko stasis secret/pneumonia.
2. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
Tujuan :
Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda
vital dalam batas yang dapat diterima, disritmia terkontrol atau
hilang dan bebas gejala gagal jantung dalam jangka waktu 3x24
jam.
riteria hasil :
- Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea,
berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung,
- Tekanan darah dalam batas normal ( 120/80mmHg, nadi
80x/menit),
- Tidak terjadi aritmia dan irama jantung teratur, CRT kurang dari
3 detik.
Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.
R/ Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan Ml yang
lebih dari 24 jam pertama
Catat bunyi jantung.
R/ SI dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam
serambi yang distensi, murmur dapat menunjukkan inkompetensi/
stenosis mitral.
Kaji perubahan pada sensorik, contoh: letargi, cemas, dan depresi.
R/ Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap
penurunan curah jantung
Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.
R/ Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait dan
—meningkatkan tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung
Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanl/ masker
sesuai dengan indikasi.
R/ Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium
dalam melawan efek hipoksia/iskemia

R/ Banyaknya obat dapat digunakan untuk


meningkatkan olume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti
• Pemberian IV , pembatasan jumlah total sesuai dengan
indikasi.
Hindari cairan garam.
3.Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard Tujuan
:
Pasien mengatakan bahwa nyeri dada telah
hilang/terkontrol
dalam jangka waktu 3x24 jam
Kriteria hasil :
• - Nyeri hilang
• - Menyatakan metode yang membuat nyeri
hilang
1. Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode
selanjutnya. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk rentang
intensitas. Catat ekspresi verbal atau non verbal , respon
otomatis terhadap nyeri(berkeringat,TD dan nadi
berubah,peningkatan atau penurunan frekuensi pernafasan).
R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab
yeri.
Perilaku dan perubahan tanda vital membantu
menentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien
khususnya apabila pasien menolak adanya nyeri.
2. Evaluasi respon terhadap obat
R/ Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang
tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukan MVP,
berhubungan dengan nyeri dada tidak khas / non angina.
3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktifitas
sesuai kebutuhan

R/ Aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen

miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan


banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

4. Anjurkan pasien berespon tepat terhadap angina


(contoh berhenti aktifitas yang menyebabkan angina,
istirahat dan minum obat anti angina yang tepat
R/ Penghentian aktifitas menurunkan kebutuhan oksigen
dan kerja
jantung dan sering menghentikan angina.

5. Berikan vasolidator, contoh nitrogliserin,
nifedifin (Pro-cardia) sesuai indikasi

R/ Obat diberikan untuk meningkatkan


sirkulasi miokardia (vasolidator)
menurunkan angina sehubungan dengan
iskemia miokardia.
4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan
dan
peningkatan tegangan Tujuan :
Pasien merasa tenang dalam jangka waktu 1x24 jam
Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan relaksasi
• Menunjukkan perilaku untuk menangani stres
l.Identifikasi /evaluasi persepsi pengobatanyang ditunjukkan
oleh situasi.

R/ Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan


intervensi.
2. Pantau respon fisik. Contoh palpitasi, takikardi,
gerakan
berulang, gelisah.
.Membantu menentukan derajat cemas sesuai status
jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respond
verbal dan nonverbal.
3. Berikan tindakan kenyamanan contoh, mandi,
gosokan punggung, perubahan posisi.
R . Membantu perhatian mengarahkan kembali dan
meningkatkan
relaksasi, meningkatkan kemampuan koping
4. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang
tepat
untuk kondisi.
R/ Memberikan rasa control pasien untuk menangani beberapa
aspek pengobatan, (contoh, aktivitas perawatan, waktu
pribadi), menurunka kelemahan, meningkatkan energy
Dorong ventilasi perasaan tenang penyakit efeknya,
terhadap pola hidup dan status kesehatan akan dating.
Kaji keefektifan koping dengan stressor.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan
penyakit katub jantung kronis dan secara tepat mengganggu
pola hidup seseorang, sehubungan dengan terpai pada sktivitas
sehari-hari.
6. Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan dan
dorong partisipasi maksimum pada rencan pengobatan.

R/ Keterlibatan akan membantu menfokuskan perhatian


pasien dalam arti positif dan memberikan rasa control

Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh


napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif

R/ Memberikan arti penghilangan respond ansitas,


menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping
5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup
jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien
Tujuan :
Pasien mengerti tentang kelainan katub jantung dalam
jangka
waktu 1x24 jam
riteria hasil :
• Pasien menyatakan pemahaman proses
penyakit, program
pengobatan dan potensial komplikasi.
• Mengidentifikasi perilku/perubahan pola hidup
untuk mencegah komplikasi.
• Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti
-perawatan
1. Jelaskan dasar patologi abnormalitas katub.
R/Pasien harus mempuyai dasar pemahaman tentang
abnormalitas katubnya sendiri dan konsekuensi
hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan
rasional sebagai dasar penjelasan rasional aspek
pengobatan
2. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping,
dan pentingnya minum obat sesuai resep.
R/ Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan
menceah penghentian sendiri pada obat dan /atau
interaksi obat yang merugikan
3. Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus
berlebihan,
pusing berat, atau episode berdenyut.

R/ Dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status


elektrolit dan/atau gangguan program obat.
. Anjurkan dan biarkan pasien menunjukkan
ketrampilan pemantauan sendiri nadi bila pasien
pulang dengan digitalis
R/ Adanya perubahan pada frek nadi dan irama
mungkin indikasi toksisitas digitalis dan harus
dilaporkan pada dokter untuk evaluasi

Anda mungkin juga menyukai