TELA’AH JURNAL
Disusun Oleh:
Zelfira Latidah Dewi
NIM :
402021041
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cedera kepala merupakan suatu masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang
paling penting diseluruh dunia dan penyebab utama dengan kematian dan disabilitas
permanen pada usia dewasa. Salah satu penyebab paling sering terjadinya cedera
kepala adalah kecelakaan lalu lintas. Menurut Brain Injury Assosiation of America,
cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital atau
degeneratif tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Prevalensi cedera kepala di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018, Jawa Barat didapatkan sekitar 12% . Selain itu, Proporsi tempat
terjadinya cedera di jalan raya sebanyak 44,7% dan mayoritas penyebab cedera
kepala adalah oleh karena mengendarai sepeda motor sebanyak 72,7% dan proporsi
penggunaan helm saat mengendarai atau berboncengan sepeda motor sebanyak
42,4% mengatakan jarang menggunakan helm. Jenis kelamin laki-laki lebih
mendominasi terjadinya kecelakaan lalu lintas ketika sedang mengendarai sepeda
motor.
Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah cedera atau trauma pada
kepala dan otak yang dapat memberikan dampak pada fungsi otak. Dampak kondisi
ini biasanya hanya sementara dan disertai dengan sakit kepala serta gangguan pada
memori, keseimbangan, koordinasi, serta konsentrasi seseorang.
Pasien dengan cedera kepala ringan mengalami nyeri kepala, menurut penelitian
ditemukan bahwa 38% pasien cedera mengalami accute post traumatik headeche
(ATPH) dengan gejala paling sering pada daerah frontal dan tidak ada hubunganya
dengan berat luka cedera.6 Nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan disebabkan
oleh perubahan neurokimia meliputi depolarisasi saraf, pengeluaran asam amino pada
neuro transmiter yang berlebihan, disfungsi serotogenik , gangguan opiate endogen
Dari uraian diatas perawat sebenarnya dapat mempunyai peranan dalam tindakan
keperawatan mandiri dalam penanganan nyeri secara berkala sebagai langkah awal
dalam meningkatkan kenyamanan pasien dengan melakukan guide imagery
relaxation. LeMone, Burke, & Bauldoff (2016) mengatakan bahwa didalam tubuh
manusia mempunyai analgesic natural yaitu endorphin. Endorphin adalah
neurohormone yang berkaitan dengan sensasi menyenangkan. Saat endorphin
dikeluarkan oleh otak dapat mengurangi nyeri dan mengaktifkan system parasimpatik
untuk relaksasi tubuh dan menurunkan tekan darah, respirasi dan nadi. Beberapa riset
telah menggali efek dari guide imagery. Guide imagery relaxation telah dilakukan
untuk intervensi pada pasien yang berbeda. Guide imagery relaxation telah
berpengaruh terhadap kondisi dan gejala pada masalah jantung dan angina.
Guide imagery adalah proses menggunakan kekuatan pikiran dengan
mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan/relaksasi
melalui komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua indra (visual, sentuhan,
pedoman, penglihatan, dan pendengaran). Dengan begitu terbentuklah keseimbangan
antara pikiran, tubuh dan jiwa. Imajinasi terbimbing yang sederhana adalah
penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi atau menjauhkan
dari sensasi yang tidak diinginkan.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah dengan pertanyaan penelitian “Efektivitas Guide Imagery
Relaxation Terhadap Nyeri Kepala Pada Pasien Cedera Kepala ?”
TELAAH JURNAL
A. HASIL PENELUSURAN BUKTI
A. Analisis PICO
Problem / Population (P) Pasien dengan cedera kepala
Intervensi (I) Pemberian guide imagery relaxation
dalam menurunlan nyeri kepala akibat
cedera kepala ringan
Comparison (C) Tidak terlampir
Outcome (O) Untuk mengetahui pengaruh guide
imagery terhadap nyeri kepala dengan
pasien cedera kepala ringan.
Pertanyaan Kelinis Apakah guide imagery relaxation dapat
menurunlan nyeri kepala akibat cedera
kepala ringan ?
9
E. Analisis Artikel Penelitian Melalui Kaidah VIA
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
Judul : V1 (validitas seleksi) Penelitian ini penting Diharapkan perawat dapat
Pengaruh Guide Imagery 1. Jumlah responden sebanyak 101 dilakukan untuk mencegah menggunakan teknik
Terhadap Nyeri Kepala orang terjadinya komplikasi pelaksanaan guide imagery
Pasien Cedera Kepala 2. Kelompok subjek diobservasi seperti nyeri kepala dan sebagai salah satu asuhan
Ringan RS Dustira Cimahi sebelum dilakukan intervensi. penurunan kesadaran. keperawatan dalam menurunkan
kemudian diobservasi lagi setelah intensitas nyeri kepala.
intervensi. Sample adalah sebagian Diharapkan RS Dustira Kota
Penulis :
yang diambil dari keseluruhan Cimahi mempunyai Standar
Pusparini
objek yang diteliti dan dianggap Operasional Prosedur (SOP)
mewakili seluruh populasi. tentang pemberian teknik guide
Tahun :
V2 ( validitas informasi) imagery yang khusus ditujukan
2017
Penelitian dilakukan di Rumah sakit pada pasien cedera kepala
Dustira Cimahi ringan sehingga memudahkan
V3 (Validitas Pengontrolan perancu) perawat dalam pelaksanaannya.
1. Tidak terdapat faktor perancu. Selain itu diharapkan rumah
V4 ( validitas analisis) sakit mempunyai ruangan
1. Penelitian eksperimen ini khusus untuk melakukan guide
menggunakan desain pre imagery relaxation sehingga
eksperimen One Group Pretest- konsentrasi pasien tidak
Posttest without control dengan terpecah, sehingga diperlukan
menggunakan waktu longitudital ruangan khusus. Intensitas nyeri
prospektif yaitu menggunkan kepala pada pasien cedera
hubungan sebab – akibat dengan kepala berat banyak dipengaruhi
cara melibatkan satu kelompok oleh faktor-faktor selain
subjek. pemberian teknik guide
2. Metode pengambilan sample dalam imagery, sehingga untuk lebih
penelitian ini adalah Non Random melengkapi penelitian tentang
(Non Probability) Sampling dengan intensitas nyeri pasien post
metode quota sample, yaitu tehnik cedera kepala ringan perlu
penentuan sample dengan dilakukan penelitian lanjutan
10
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
menentukan ciri-ciri tertentu dengan beragam variabel dan
sampai dengan jumlah quota yang pendekatan penelitian lainya.
telah ditentukan.
3. Hasil penelitian tentang pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam
terhadap perubahan intensitas nyeri
pada pasien cedera kepala ringan di
RS Dustira Kota Cimahi adalah
diketahuinya nilai presentasi skala
nyeri sebelum dilakukan intervensi
sebesar 66,7% (skala 3) dan 33,3%
(skala2). Diketahuinya nilai rata –
rata skala nyeri setelah dilakukan
intervensi sebesar 93,3% (skala 1)
dan 6,7% (skala1). Diketahuinya
perbedaan nilai rata – rata skala
nyeri sebelum dan setelah
intervensi pada pasien dengan
cedera kepala ringan sebagaimana
hasil uji bivariat yang
menunjukkan bahwa; Nilai p
(sig)=0,000 < (0,05) Ho ditolak,
artinya ada perbedaan nilai Skala
nyeri sebelum dan setelah
intervensi teknik guide imagery.
V5 (validitas Eksternal)
Penelitian ini didukung penelitian dari
Endrayni Sehono (2010) tentang
“Pengaruh teknik Relaksasi Guide
Imagery Terhadap Penurunan Nyeri
11
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
Pada Pasien pasca Operasi fraktur di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta”
dengan rancangan Quasi Eksperimental
Design dengan Pre Post Test Control
Group Design. Sample penelitian
adalah sebanyak 40 pasien,
bahwasannya ada perubahan perilaku
yang signifikan untuk teknik relaksasi
guided imagery terhadap penurunan
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Judul : V1 (validitas seleksi) : Penelitian ini penting Disarankan kepada perawat
Efektivitas Guide Imagery 1. Populasi penelitian adalah seluruh dilakukan untuk mencegah dalam memberikan pelayanan
Relaxation Terhadap Nyeri pasien dengan cedera kepala ringan terjadinya komplikasi kesehatan untuk meningkatkan
Kepala Pada Pasien Cedera yang di rawat di RSUD Dr. seperti gangguan pada kemampuan dalam mengatasi
Kepala Ringan di RSUD Dr. Pirngadi yang berjumlah 10 orang memori, keseimbangan, nyeri kepala pada pasien cedera
Pirngadi 2. Pengambilan data dilakukan koordinasi, serta konsentrasi kepala ringan dengan
kepada responden yang bersedia seseorang. menggunakan manajemen nyeri
Penulis : mengikuti penelitian dan non farmakologi seperti guide
Marbun, Simatupang and memenuhi kriteria akan mendapat imagery relaxation untuk
Simanjuntak perlakukan berupa guide imagery menurunkan nyeri kepala pada
relaxation selama 15 sampai 20 pasien secara mandiri.
Tahun : 2021 menit.
V2 (validitas informasi) :
1. Penelitian dilakukan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2020
2. Sebelum pemberian terapi guide
imagery relaxation, terlebih dahulu
dilakukan pengukuran skala nyeri
pada pasien dan sesudah pemberian
terapi maka skala nyeri diukur
12
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
kembali.
V3 (Validitas Pengontrolan
Perancu):
Pada penelitian ini tidak terdapat faktor
perancu.
V4 (Validitas Analisis) :
1. Analisis data statistik yang
digunakan uji t-test yang
berpasangan (paired sample t-test)
2. Hasil uji statistik juga
menunjukkan p=0,000 (p< 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti ada perbedaan bermakna
rerata rasa nyeri sebelum dan
sesudah pemberian terapi guide
imagery relaxation terhadap
intensitas nyeri kepala pasien
cedera kepala ringan
V5 (Validitas Eksternal) :
Penelitian Yani. L.Y. & Kurniawati,
F.Y. (2017) tentang pengaruh teknik
guided imagery terhadap tingkat
kecemasan pasien pra operasi sectio
caesar di Ruang Sriwijaya RSUD Prof.
Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
bahwa guided imagery efektif dalam
menurunkan tingkat kecemasan pasien
pra operasi sectio caesar. Hasil
penelitian Lolo, L. L., Novianty, N., &
13
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
Zulkifli, A. (2018), tentang pengaruh
pemberian guided imagery terhadap
skala nyeri pada pasien post operasi
appendisitis hari pertama di RSUD
Sawerigading, didapatkan hasil bahwa
guided imagery dapat menurunkan
tegangan area insisi dan mengurangi
nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan
dengan gerakan otot.
Judul : V1 (validitas seleksi) : Penelitian ini penting Guided imagery relaxation dapat
Efektivitas Manajemen Nyeri 1. Jumlah pasien sebanyak 15 pasien dilakukan untuk mencegah dijadikan referensi mahasiswa
Dengan Guided Imagery dan didapatkan hasil rerata skala terjadinya penurunan untuk mengatasi nyeri secara
Relaxation Pada Pasien sebelum dilakukan teknik Guided kondisi fisik dan psikologis non farmakologis. Beri
Cedera Kepala Di Rsud Dr. Imagery Relaxation yaitu 8,66 seseorang serta dapat bimbingan secara intensif
Soediran Mangun Sumarso kemudian setelah dilakukan teknik menyebabkan lama nya kepada mahasiswa tentang cara
Wonogiri Guided Imagery Relaxation proses penyembuhan dan langkah penelitihan yang
didapatkan hasil rerata yaitu 7,66. benar dan berkualitas. Guided
Penulis : 2. Pada metode penelitian jumlah imagery relaxation dapat
Handono, Sulistyaningsih and yang dikehendaki peneliti adalah 5 dijadikan sebagai aplikasi untuk
Priyatno, responden. Pemilihan sampel penangan lain selain nyeri
berdasar atas kasus cedera kepala misalnya kecemasan,stress, dan
Tahun : 2018 yang ada di RSUD dr. Soediran sulit tidur. Tambahi jangka
Mangun Sumarso Wonogiri . waktu penelitihan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas
V2 (validitas informasi) : hasil penelitihan. Dan sebelum
1. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. di lakukan penelitihan harap
Soediran Mangun Sumarso melakukan studi banding ke
Wonogiri daerah penelitihan terlebih
2. Awalnya peneliti melakukan dahulu
observasi TTV, dan respon nyeri
selanjutnya melakukan tindakan
14
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
relaksasi dan mengobservasi hasil
tindakan yang telah dilakukan.
3. Tindakan pemberian relaksasi
diberikan 1 kali sehari selama dua
hari. Pengukuran tingkat nyeri
dilakukan sebelum tindakan
dilakukan dan sesudah tindakan
kedua pada hari terakhir.
V3 (Validitas Pengontrolan
Perancu):
Belum adanya inklusi dalam
penelitian. Kurang pemantauan tentang
terapi farmakologis pada pasien
mempengaruhi hasill dari pengamatan
dan intervensi yang telah
dilakukan,tidak memperhatikan adanya
pengaruh obat yang telah diberikan
kepada pasien sehingga mempengaruhi
hasil yang ada.
V4 (Validitas Analisis) :
1. Metode penelitian yang digunakan
menggunakan jenis penelitian studi
kasus (case study).
2. TN.E dengan cedera kepala ringan
dari skala nyeri 8 menjadi skala
nyeri 6, NY.S dengan cedera
kepala sedang dari skala nyeri 9
menjadi skala nyeri 5 , TN.S
dengan cedera kepala ringan dari
skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 2,
NY.B dengan cedera kepala ringan
15
Jurnal V ( Validity) I (Importan) A ( Applicability)
dari skala nyeri 6 menjadi skala
nyeri 2, dan NY.K dari skala nyeri
7 menjadi 3 .Maka terjadi selisih
penurunan skala nyeri pada kelima
responden yang ada.
V5 (Validitas Eksternal) :
Penelitian Urip Rahayu,dkk (2010)
dengan jumlah pasien sebanyak
15pasien dan didapatkan hasil rerata
skala sebelum dilakukan teknik guide
imagery relaxation yaitu 8,66 kemudian
setelah dilakukan teknik guide imagery
relaxation didapatkan hasil rerata yaitu
7,66. maka dengan hasil dari penelitian
urip rahayu dkk, menunjukan bahwa
guide imagery relaxation efektif untuk
dijadikan salah satu alternatif intervensi
keperawatan
16
17
Jumlah
101 orang 10 orang 15 pasien
Responden
Jenis Penyakit Cedera Kepala Ringan Cedera Kepala Ringan Cedera Kepala Ringan
Hasil Ukuran Hasil penelitian Hasil uji statistik juga Hasil penelitian
tentang pengaruh menunjukkan p=0,000 didapatkan TN.E
teknik relaksasi nafas (p< 0,05) maka dapat dengan cedera kepala
dalam terhadap disimpulkan bahwa Ho ringan dari skala nyeri
perubahan intensitas ditolak dan Ha diterima. 8 menjadi skala nyeri 6,
nyeri pada pasien Hal ini berarti ada NY.S dengan cedera
cedera kepala ringan perbedaan bermakna kepala sedang dari
di RS Dustira Kota rerata rasa nyeri sebelum skala nyeri 9 menjadi
Cimahi adalah dan sesudah pemberian skala nyeri 5 , TN.S
diketahuinya nilai terapi guide imagery dengan cedera kepala
presentasi skala nyeri relaxation terhadap ringan dari skala nyeri
sebelum dilakukan intensitas nyeri kepala 4 menjadi skala nyeri 2,
intervensi sebesar pasien cedera kepala NY.B dengan cedera
66,7% (skala 3) dan ringan kepala ringan dari skala
33,3% (skala2). nyeri 6 menjadi skala
Diketahuinya nilai nyeri 2, dan NY.K dari
rata – rata skala nyeri skala nyeri 7 menjadi
setelah dilakukan 3 .Maka terjadi selisih
intervensi sebesar penurunan skala nyeri
93,3% (skala 1) dan pada kelima responden
6,7% (skala1). yang ada.
Diketahuinya
perbedaan nilai rata –
rata skala nyeri
sebelum dan setelah
intervensi pada pasien
dengan cedera kepala
ringan sebagaimana
hasil uji bivariat yang
menunjukkan bahwa;
Nilai p (sig)=0,000 <
(0,05) Ho ditolak,
17
18
18
19
D. Topik Analisis
Tabel 2.1 Deskripsi Topik
Topik 1 : Definisi Putih Telur Guide imagery
Penulis dan Tahun Deskripsi topik yang di review
Yesi Pusparini (2017) Guide imagery adalah proses menggunakan
kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh
untuk menyembuhkan diri memelihara
kesehatan/relaksasi melalui komunikasi dalam
tubuh yang melibatkan semua indra (visual,
sentuhan, pedoman, penglihatan, dan
pendengaran)
(Marbun, Simatupang Guide imagery relaxation dimana salah satu terapi
and Simanjuntak, yang dapat meringankan rasa nyeri pada kepala
2021) dimana saat endorphin dikeluarkan oleh otak
dapat mengurangi nyeri dan mengaktifkan system
parasimpatik untuk relaksasi tubuh dan
menurunkan tekan darah, respirasi, headache dan
nadi
(Handono, Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guide
Sulistyaningsih and imagery relaxattion ) merupakan salah satu teknik
Priyatno, 2018) merelaksasi menggunakan semua panca indera
melalui audio yang diberikan. Yang membantu
memenuhi kebutuhan tidur yang terganggua
karena faktor nyeri, lingkungan, kecemasan,dan
tindakan keperawatan
19
20
20
21
21
22
F. PEMBAHASAN
Analisa Pengaruh Guide Imagery terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Dengan Cedera Kepala Ringan
Patogenesis nyeri kepala pada cedera kepala khususnya pada cedera ringan terjadi
perubahan neurokimia meliputi depolarisasi syaraf, pengeluaran asam amino pada
neurotransmitter yang berlebihan, disfungsi serotonegik, gangguan pada opiate
endogen, kehilangan keseimbangan kalsium dan perubahan kadar magnesium. Pada
penelitian terbaru pada kerusakan sel saraf akan memicu pelepasan hormon
thyrotropin yang mana dapat menjadi antagonis dari efek opoid peptide endogen
tanpa gangguan analgesic. Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif yang sering
sulit dijelaskn oleh klien kepada perawat. Nyeri juga dipengaruhi oleh umur,
pengalaman nyeri sebelumnya dan norma budaya. Selain itu, nyeri pada cedera
kepala ringan sering disertai dengan trauma yang lain terutama fraktur pada
ekstrimitas bwah sering dijumpai nyeri yang disebabkan trauma berat pada
ekstrimitas tersebut mendominasi nyeri kepala.
Guide imagery adalah proses menggunakan kekuatan pikiran dengan
mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan/relaksasi
melalui komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua indra (visual, sentuhan,
pedoman, penglihatan, dan pendengaran). Dengan begitu terbentuklah keseimbangan
antara pikiran, tubuh dan jiwa. Imajinasi terbimbing yang sederhana adalah “
penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi atau menjauhkan
dari sensasi yang tidak diinginkan.3Terdapat beberapa teori yang mendasari guided
imagery termsuk teori gate control.11 Teori lain yang menjelaskan fenomena dari
latihan relaksasi dimana tubuh manusia mempunyai analgesik alami yaitu endorphin.
Endorphins adalah neurohormon yang berhubungan dengan sensasi yang
menyenangkan. Endorphin akan meningkat di dalam darah saat seseorang mampu
dalam keadaan rileks. Relaksasi dengan teknik guide imagery akan membuat tubuh
lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya. Dengan melakukan nafas dalam secara
22
23
perlahan tubuh akan menjadi rileks. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus
untuk menghasilkan corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) sehingga produksi enkhepalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar
pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi
suasana hati menjadi rileks. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya teknik guide
imagery relaxation dapat mengurangi intensitas nyeri karena relaksasi dapat
mengeluarkan neurohormone endorphine yang berhubungan dengan sensasi
menyenangkan.
23
24
BAB 3
KESIMPULAN
24