By:
Annisa Statira
Latar belakang
◦ World Health Organization (WHO) memperkirakan insident Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada
kelompok bayi dan balita. Prevalensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0 persen. Lima provinsi dengan
ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur.
◦ Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insiden kejadian ISPA pada kelompok umur balita diperkirakan 0,29 kasus per
anak/tahun di negara berkembang 0,05 kasus per anak/tahun di negara maju. Terdapat 156
juta kasus ISPA dan paling banyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan
(10 juta) serta Bangladesh, Indonesia dan Nigeria masing- masing 6 juta kasus. Dari semua
kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan
kasus berat dan memerlukan perawatan dirumah sakit. (Zulfa Auliyati Agustina, 2016).
◦ Uap Minyak Kayu Putih (Eucalyptus) terhadap Pola nafas dengan ISPA. yang menyatakan
bahwa hampir 85% pasien yang diberikan terapi inhalasi mengalami penurunan dalam hal
ketidakefektifan bersihan jalan napas, artinya terapi inhalasi efektif terhadap pola
nafaspada pasien dengan ISPA.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian terapi uap minyak kayu putih (eucalyptus) terhadap
pola nafas pada pasien dengan ispa
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran risiko kejadian asma terhadap pola nafas
Untuk mengetahui gambaran pemberian terapi uap minyak kayu putih (eucalyptus) terhadap
pola nafas pada pasien balita dengan ispa
BAB II
ANALISA JURNAL
Jurnal Utama
◦ Judul jurnal
Pengaruh Pemberian Terapi Inhalasi Uap Minyak Kayu Putih (Eucalyptus) Terhadap Pola
Nafas Pada Pasien Balita Dengan Ispa.
◦ Peneliti
Silvi Zaimy, Harmawati, Annisa Fitrianti
◦ Populasi, sampel dan tehnik sampling
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 85 kasus ISPA. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan Purposive Sampling yang berjumlah 16 sampel yang di bagi menjadi dua kelompok
yaitu 8 kelompok intervensi dan 8 kelompok kontrol.
◦ Desain Penelitian
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t test independent
◦ Judul jurnal
Efektifitas Terapi Uap Air Dan Minyak Kayu Putih Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Anak
Usia Balita Pada Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas.
◦ Peneliti
Wahyu Farhatun Ni’Mah Priyanto Sukarno
◦ Hasil penelitian
Ada perbedaan yang signifikan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan terapi
inhalasi uap air dengan minyak kayu putih (p=0,002). Terapi uap air yang ditambahkan minyak
kayu putih lebih efektif terhadap bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA
daripada terapi uap air (p=0,035).
◦
◦ Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu atau quasy
experiment dengan rancangan Non equivalent pretest-posttest two group design.
◦ Comparison
Penelitian juga pernah dilakukan oleh Ayu Purnamasari Akuba pada tahun 2020 dengan judul
Pengaruh Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Penderita Asma. Hasil
penelitian nilai t hitung = 2,455 dan nilai ρ = 0,036. Dengan hipotesis penelitian T hitung > T
tabel (2,262) dan nilai ρ < α (0,036 , 0,05), maka dapat diinterprestasikan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan posisi semi fowler terhadap penurunan sesak nafas pada penderita
asma. Simpulan terdapat pengaruh yang signifikan posisi semi fowler terhadap penurunan
sesak nafas pada penderita asma.
◦ Outcome
Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
pemberian obat secara dihirup, tata caranya antara terapi uap air dengan terapi
uap air yang ditambahkan minyak kayu putih teridentifikasi bersihan jalan nafas
sesudah di lakukan terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih
pada pasien ispa terhadap frekuensi nafas yaitu rata rata penunrunan 19x/mnt,
penurunan suara nafas vestikular,
◦ tidak adanya penumpukan secret dan tidak terlihat pengunaan otot bantu nafas. Semakin
sering dilakukan terapi inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih maka
akan menurun kan bersihan jalan nafas pada pasien infeksi saluran pernafasan akut
ditandai dengan batuk menghilang, tidak menggunakan otot bantu dan suara nafas menjadi
normal. Peneliti berasumsi bahwa rata-rata pola nafas tanpa diberikan terapi inhalasi uap
minyak kayu putih pada kelompok kontrol juga mengalami perubahan walaupun tidak terlalu
signifikan. Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol masih mendapat terapi farmakologi
untuk mengurangi bersihan jalan nafasnya. Sehingga pola nafas pasien balita dengan ISPA
juga mengalami perbaikan.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
◦ Bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi uap air pada anak usia Balita dengan ISPA tidak
efektif sebanyak 16 responden (100,0%).
◦ Bersihan jalan napas sebelum diberikan terapi uap air dengan minyak kayu putih pada anak usia
balita dengan ISPA tidak efektif sebanyak 16 responden (100,0%).
◦ Bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi uap air pada anak usia balita dengan ISPA sebagian
besar tidak efektif sebanyak 13 responden (81,3%%) dan efektif sebanyak 3 responden (18,8%).
◦ Bersihan jalan napas sesudah diberikan terapi uap air dengan minyak kayu putih
Saran
◦ Bagi Responden
Orang tua responden dapat memberikan terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu putih untuk
bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA.