PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, batuk batuk terutama pada malam hari atau dini
data dari World Health Organization (WHO, 2002) dan Global Initiatiative
for Asthma (GINA, 2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta
orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah penderita asma
mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat asma
1
meskipun belakangan ini obat obatan asma banyak dikembangkan.
bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap bronkitis
kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta
dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit
masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
mencatat angka kejadian asma pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,6%,
2
Agam 6,3%, Kepulauan Mentawai 5,4%, Padang Pariaman 5,1%, Lima
Puluh Kota 4,7%. Dan pada tahun 2013 prevelensi penyakit asma di
Sumatera Barat yaitu 2,7% dengan prevalensi tertinggi yaitu Kota Solok
5,1%, Lima Puluh Kota 4,5%, Pesisir Selatan 4,2% dan Bukittinggi 3,7%.
Barat pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,1 % meningkat menjadi 3,7% pada
tahun 2016 jumlah kunjungan pasien asma di Puskesmas Tigo Baleh yaitu
376 kunjungan.
serta mudah diobati, timbul kebiasaan dari dokter dan penderita untuk
mengatasi gejala asma hanya saat gejala sesak nafas dan mengi dengan
3
menggambarkan perhatian dan pemahaman penderita terhadap penyakitnya
posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai
standar dan perhatian. Konsep ini terpengaruh luas dengan cara yang
kronik yang mempengaruhi fisik, emosi dan sosial. Faktor emosi dan
gejala yang tidak terkontrol, oleh karena itu tujuan utama penatalaksanaan
dan meningkatkan kebugaran dengan olah raga yang dianjurkan yaitu senam
4
Senam Asma Indonesia merupakan salah satu latihan fisik yang
Manfaat dari senam ini antara lain melatih cara bernafas yang benar,
senam asma juga dilakukan oleh Budi Antoro (2015), hasil penilitian
kekuatan otot pernafasan dan fungsi paru pada penderita asma (Camalia S.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengetahui
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh senam asma terhadap kualitas hidup
Bukittinggi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden penderita asma di wilayah
Asma.
2. Bagi Institusi Pendidikan
6
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam bidang ilmu
dari data dan hasil penelitian yang dipeoleh dapat menjadi acuan
melakukan senam asma. Selain itu senam ini juga dapat melatih
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asma
1. Definisi Asma
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk batuk terutama
menerus atau serangan akut yang sering, yang bahkan bisa berakibat
8
gejala dada sesak dan bersin-bersin baik siang maupun malam. Selain
itu, dalam satu penderita sendiri, pola, frekuensi, dan intensitas gejala
2. Etiologi Asma
Asma yang terjadi pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan
Asma yang muncul pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai
yang banyak terdapat agen-agen yang dapat terhirup seperti debu, bulu
9
seperti sitokin, chemokin, dan faktor pertumbuhan; serta penentuan
rasio respon imun limfosit Th1 dan Th2. Namun demikian, pencarian
sensitizer, asap rokok, dan polusi udara, baik di dalam maupun di luar
Ikawati, 2016).
3. Klasifikasi Asma
Tabel 2.1
10
Derajat Gejala Fungsi Paru
Asma
Intermiten Siang hari < 2 kali per minggu Variabilitas APE < 20%
Malam hari < 2 kali per bulan VEP 1 (volume ekspirasi
Serangan singkat paksa dalam 1 detik) > 80%
Tidak ada gejala antar serangan nilai prediksi
Intensitas serangan bervariasi APE (arus puncak ekspirasi)
> 80% nilai terbaik V
Persisten Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 - 30%
Ringan tetapi < 1 kali per hari VEP 1 > 80% nilai prediksi
Malam hari > 2 kali per bulan APE > 80% nilai terbaik
Serangan dapat mempengaruhi
aktifitas
Persisten Siang hari ada gejala Variabilitas APE > 30%
Sedang Malam hari > 1 kali per minggu VEP 1 60-80% nilai
Serangan mempengaruhi aktifitas prediksi
Serangan > 2 kali per minggu APE 60-80% nilai terbaik
Serangan berlangsung berhari-hari
Sehari-hari menggunakan inhalasi
2-agonis short acting
Persisten Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE > 30%
Berat gejala VEP 1 < 60% nilai prediksi
Setiap malam hari sering timbul APE < 60% nilai terbaik
gejala
Aktifitas fisik terbatas Sering
timbul serangan
4. Patofisiologi Asma
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti
beta agonis dan golongan metil ksantin saja. Namun, para ahli
11
mengemukakan konsep baru yang kemudian digunakan hingga kini,
yang berlebihan.
Secara klasik, asma di bagi dalam dua kategori berdasar faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergik dan asma intrinsik atau
utikaria, atau hay fever). Asma intrinsik mengacu pada asma yang
faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin,
obat-obatan, stress, dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh
12
infiltrasi eosinofil dan limfoit saat terjadi pengelupasan sel-sel
Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma yang
sel inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran nafas. Sel-
pada serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit dan eosinofil,
IL-13.
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
13
kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan
14
Degranulasi adalah peristiwa pecahnya sel mast yang
bahwa sel ini terlibat dalam patofisiologi asma. Selain itu, pada
b. Limfosit
Peranan limfosit dalam asma semakin banyak mendapat
terbagi lagi menjadi dua subtipe yaitu Th1 dan Th2 (Thelper 1
15
berperan dalam reaksi inflamasi sehingga disebut sitokin
(mengi), sulit bernapas, dada sesak dan batuk, biasanya terjadi pada
16
malam hari dan menjelang pagi, yang merupakan tipe dari asma.
beberapa jam. Pada saat tidak terjadi serangan, fungsi paru penderita
(mengi), batuk, dyspnea, dan dada sesak setelah terpapar oleh faktor-
ekspirasi adalah satu berbanding dua (1:2), pada saat serangan asma
17
Pada beberapa penderita dengan asma, batuk hanya merupakan
menderita gejala itu hampir secara terus menerus. Gejala asma dapat
2002).
18
bernapas maka perasaan penderita semakin cemas. Pemeriksaan pada
yang tidak tepat, meningkatnya nadi dan tekanan darah. Perkusi pada
adanya wheezing pada saat inspirasi dan ekspirasi (Lewis, et al. 2007).
manifestasi lainnya dari kelainan alergi kulit juga dapat terlihat. Bahu
19
dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita
(Wijaya, 2010).
6. Penatalaksanaan Asma
Menurut GINA 2015, tujuan jangka panjang dari terapi asma
macam pengobatannya.
Penatalaksanaan asma yang efektif membutuhkan kerjasama
terhadap pengobatan.
20
a. Terapi Farmakologi
Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan
ksantin.
2) Obat pelega (reliever) : digunakan bila perlu untuk
21
3) Obat tambahan (add-on therapies) untuk penderita dengan
22
yang benar, dan bagaimana memonitor fungsi paru-parunya.
vibrasi dan atau perkusi taraks, dan batuk yang efisien (Zullies
Ekawati, 2016).
7. Pencegahan Asma
Penderita dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan
dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk
2002).
Menurut (Hasting, 2005) selain itu penatalaksaan dalam
23
e. Dukung untuk menerapkan teknik pernafasan yang benar,
pernafasan diafragma.
f. Terapi dapat menggunakan inhaler.
B. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan
2017).
24
persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh
konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga
25
sesuai degnan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa
b. Usia
26
mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh
c. Pendidikan
banyak.
d. Pekerjaan
27
yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan
e. Status pernikahan
f. Penghasilan
28
menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor
banyak.
akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik
h. Standard referensi
29
hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari
30
dikaitkan dengan penyakit yang diderita (disease specific
a. WHO QOL
The World Health Organization Quality of Life
31
b. SF-36 Health Survey
c. SF-36 adalah survey kesehatan yang singkat dengan
sub area, setiap sub area terdiri dari beberapa pertanyaan. Sub
skor fisik dan mental adalah 0.80 dan r = 0.40 atau lebih.
4. Kualitas Hidup Penderita Asma
asma seringkali tidak bisa menjalani hidup yang normal dan produktif
32
hidup, produktivitas yang menurun, peningkatan biaya kesehatan,
aktivitas sehari-hari.
e. Perbaikan kualitas hidup dapat dicapai melalui perbaikan
gejala batuk, termasuk batuk malam dalam sebulan terakhir pada 44-
51% dari 3.207 kasus yang diteliti, bahkan 28,3% penderita mengaku
33
g. penderita yang mengaku dalam setahun terakhir menggunakan
38%, cara hidup 37,1%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen
36,5% anak dan 26,5% orang dewasa (Journal of Allergy and Clinical
hidup penderita asma antara lain yang dilakukan oleh Lobo (2008)
asma dengan gejala depresi yang sedikit. Oleh karena itu, indikator
dengan kesehatan biasanya merujuk paling sedikit pada salah satu dari
34
i. status emosi atau psiko sosial dan interaksi sosial. Kualitas hidup
saluran nafas pada asma dan PPOK. Kuesioner ini terdiri dari tiga
35
(2005) yang bertujuan untuk menilai kualitas hidup penderita asma
proses respirasi Manfaat dari senam ini antara lain melatih cara
36
lebih lanjut. Gerakan ini termasuk pre activity exercise yang
o. Prinsip pemanasan :
beat/menit
b. Prosedur Gerakan Pemanasan adalah :
1) Sikap sempurna, kemudian menundukkan kepala (sebelum
sampai 3 x 8 hitungan.
4) Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala,
hitungan.
5) Letakkan kedua tangan dipinggang. Palingkan muka ke
sampai 3 x 8 hitungan.
37
6) Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke
38
derajat secara bergantian. Selanjutnya, hentakkan tungkai
lalu angkat
12) kedua tangan keatas sambil menarik nafas sampai
kiri).
2) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan keatas
39
3) Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di
40
7) Kedua kaki rapat dan tangan lurus disamping badan. Pada
41
menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Proses pengeluaran
1) Prinsip Gerakan A
a) Setiap gerakan di ikuti dengan inspirasi dan
thoraks
d) Kecepatan gerak dengan ritme sekitar 100 beat/
menit
2) Prosedur Gerakan Inti A adalah :
a) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di
42
palingkan muka ke kiri, lalu pada hitungan 6 8
sampai 3 x 8 hitungan.
f) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan
43
hitungan 2 4 kembali ke posisi semula dengan
ekspektorasi.
1) Prinsip Gerakan Inti B
a) Melibatkan otot agonis dan antagonis sehingga
tubuh
d) Kecepatan gerak dengan irama sekitar 130
beat/menit
2) Prosedur Gerakan Inti B :
a) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan
hitungan.
44
b) Letakkan kedua tangan lurus disamping tubuh.
hitungan.
c) Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan
hitungan.
e) Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan
45
kedua tangan kesamping tubuh sambil melemparkan
46
dengan arah berlawanan secara bergantian sampai 4
sebagai berikut:
1) Melibatkan banyak sendi dan otot-otot tubuh
2) Dilakukan secara terus menerus, jika diselingi istirahat
maksimal
4) Kecepatan gerak menggunakan irama 140 beat/menit
u. Prosedur Gerakan Aerobik Sebagai Berikut :
1) Sambil berlari ditempat luruskan kedua tangan ke depan,
47
berlari. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki yang lain
8 hitungan.
g. Pendinginan (cooling down)
48
v. Dalam gerakan ini, dilakukan gerakan-gerakan
49
hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi
berlawanan.
4) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di
berlawanan.
5) Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua
50
kembali sama seperti gerakan sebelumnya, lalu
hitungan.
7) Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan
51
sebelum melakukan senam asma, yaitu tidak dalam serangan asma,
tidak dalam gagal jantung, kurang tidur, baru sembuh dari sakit dan
serangan jantung, tidak dalam keadaan flu atau kurang tidur serta baru
z.
D. Kerangka Teori
dengan manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, batuk batuk terutama pada malam hari atau dini
52
ab. Asma menimbulkan gangguan kualitas hidup akibat gejala
hidup dapat dicapai melalui perbaikan fungsi paru, pengurangan gejala dan
serangan (PDPI, 2004). Menurut Depkes RI (2007) terapi pada asma terdiri
dari terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi
dapat mengurangi gejala sesak napas dan kelelahan selama senam (Larson,
Covey, Corbridge, 2002). Kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada
skema 2.1.
ae.
53
af.
bb.
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.
bi.
bj.
bk.
bl. BAB III
bm. KERANGKA KONSEP
bn.
A. Kerangka Konsep
bo.Kerangka konsep adalah suatu formulasi atau simplikasi dari
kerangka teori atau teori teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh
sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari varabel variabel serta hubungan
54
variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan
uraian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
bu.
Variabel Variabel Dependen
bv.
Independen
bw. Kualitas Hidup
Senam Asma
bx.
B. Hipotesa Penelitian
by.Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
cb.
cc.
cd.
ce.
cf.
cg.
ch.
ci.
55
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
co.
cp.
cq.
cr.
cs.
ct.
cu.
cv.
cw.
cx.
cy.
cz.
da.
db.
dc.
dd.
de. BA B IV
df. METODOLOGI PENELITIAN
dg.
A. Jenis Penelitian
dh.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Group. Bentuk desain ini adalah salah satu bentuk rancangan penelitian
56
dr. S = Sampel (sudah ditentukan berdasarkan karakteristik
responden)
ds. P0 = Perlakuan yaitu senam asma 2 kali seminggu
Selama 5 minggu
dt. P1 =.Tanpa perlakuan
du. O1 = Pengukuran pertama kelompok intervensi
dv. O2 = Pengukuran kedua kelompok intervensi
dw. O3 = Pengukuran pertama kelompok kontrol
dx. O4 = Pengukuran Kedua Kelompok kontrol
ini berdasarkan data Riskesdas Sumatera Barat 2007 dan 2013 bahwa
sebanyak 376 kunjungan selama tahun 2016. Angka ini lebih tinggi
2. Waktu Penelitian
dz. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 6
ea.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
eb. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau wilayah
semua benda yang memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti
57
(Hasdianah dkk, 2015). Populasi pada penelitian adalah seluruh
pada tahun 2017. Kunjungan penderita asma tahun 2016 sebanyak 376
58
2. Sampel
3. Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih
Ismael, S., 2011). Kriteria inklusi yang layak pada penelitian ini
adalah:
1) Penderita yang berkunjung ke Puskesmas Tigo Baleh
Bukittinggi
2) Bersedia menjadi responden
3) Penderita asma laki laki dan perempuan
4) Penderita berusia antara 45 64 tahun
5) Penderita asma dengan derajat intermiten, persisten
adalah :
59
1) Penderita yang sedang dalam serangan asma
2) Penderita dengan komplikasi penyakit lain seperti jantung,
: 5%
11) Z1- = Nilai Z pada kekuatan 1.28 bila : 10%
12) = Standar deviasi
senam asma
out, artinya apabila ada sampel yang drop out (keluar) maka akan
diganti dengan yang sama sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
Adapun perkiraan proporsi drop out adalah 10% dari jumlah sampel,
60
D. Definisi Operasional
19) Definisi operasional adalah menjelaskan bagaimana suatu
variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk
61
49) Conf 59) 66) 77) 87)
ounding 60) Persepsi responden 67) Ku 78) 1 : 88) N
50) Riwa terhadap adanya riwayat asma esioner Ada ominal
yat Asma dalam keluarga. 68) 79) 2: 89)
61) 69) Tidak ada 90)
51)
62) Lama hidup dalam tahun 70) 80) 91)
52) 71) Ku
berdasarkan tanggal, bulan, 81) 92) O
53) Umur esioner
kelahiran penderita. 82) 1: rdinal
54) 72)
63) (45-54 tahun) 93)
55) 64) 73)
83) 2: 94)
56) 65) Identitas seksual 74)
(55-64 tahun) 95)
57) responden 75) 96)
84)
58) Jenis 76) Ku 85) 1 : 97) N
Kelamin esioner Perempuan ominal
86) 2:
Laki-laki
E. Instrumen Penelitian
98) Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh
2015). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang
standar dan baku untuk penderita asma. Pada Penelitian ini peneliti
yaitu :
1. Masalah fisik, yang terdiri dari gejala penyakit, meliputi gejala sesak
62
(26 pertanyaan) kemudian Peneliti menentukan skor responden
gejala penyakit yang terdiri dari 8 pertanyaan yang bertujuan untuk menilai
dan sosial yang dialami responden. Penilaian aktivitas terdapat pada sub
dampak psikologis dan sosial yang dialami responden terdapat pada sub
membagi total skor responden dengan skor maksimal yang terdapat pada
SGRQ.
gangguan kesehatan yang disebabkan obstruksi saluran nafas pada asma dan
PPOK.
103)
F. Etika Penelitian
63
104) Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku
intervensi peneletian berupa senam asma. Etika pada penelitian ini adalah
64
kerahasiaan penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama
inisial.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
65
108) Confidentiality pada penelitian ini adalah menjaga
109)
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data yang dikumpulkan
110) Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa lembar
66
2) Meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi
116)
8 7 6 5
117)
119)
9b 10b 11b 12b
120)
121) Keterangan :
67
5. Setelah mendapatkan izin, kemudian menentukan responden
penelitian
7. Meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan
kontrol
11. Meminta responden mengisi kuesioner sesudah intervensi
kontrol
122)
123)
124)
68
H. Teknik Pengolahan Data
I. Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam
suatu penelitian. Teknik pengolahan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Editing (Pemeriksaan Data)
J. Editing adalah pengecekan dan perbaikan isian formulir
69
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
N. Analisa ini menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
senam asma terhadap kualitas hidup sebelum (pre) dan sesudah (post)
70
x1 x 2
t=
s1 s2 s s2
P.
( )( )
2 2
+ 2r 1
n1 n2 n1 n2
Q. Keterangan :
x 1
R. = Rata rata sampel sebelum perlakuan
x 2
S. = Rata rata sampel sesudah perlakuan
n1=
V. Jumlah sampel sebelum perlakuan
n2=
W. Jumlah sampel sesudah perlakuan
Februari 2017
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
71
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR. DAFTAR PUSTAKA
AS.
AT.
AU. Abidin, A. C. M. N., & Ekarini, E. (2011). Mengenal, Mencegah, dan
Mengatasi Asma pada Anak Plus Panduan Senam Asma. Jakarta: Puspa
Swara.
AV.
AW. Budi, H. (2008, Oktober). Hubungan Kualitas Senam Asma Dengan
Kualitas Hidup Pasien Asma di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
AX. http://lib.ui.ac.id,
AY.
AZ. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup. (2011). Repository
Universitas Sumatera Utara.
BA. http://repository.usu.ac.id
BB.
BC. Hamid, A. Y. S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, &
Instrumentasi. Jakarta: EGC.
BD.
BE. Handayani, L., Riswati., Lestari, D., Aimanah, I. U., & Ipa, M. (2013).
Penyakit Tidak Menular: Asma. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Sumatera Barat Tahun 2013.
BF.
BG. Hasdianah., Siyoto, S., Indasah., & Wardani, R. (2015). Dasar-dasar
Riset Keperawatan. Yogyakarta: Nudmed.
BH.
BI. Ikawati, Z. (2016, Juni). Penatalaksanaan Terapi Sistem Pernafasan.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
BJ.
72
BK. Jones, P. W. (2008, Desember 11). St Georges Respiratory Questionnaire
For COPD Patients (SGRQ-C). Division of Cardiac and Vascular
Science St Georges: University Of London
BL. https://meetinstrumentenzorg.blob.core.windows.net
BM.
BN. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
BO.
BP.Paired Sampel T-test. (2014,
Maret). Jam Statistic.
BQ. http://www.jam-statistic.id
BR.
BS. Penyakit Tidak Menular: Asma. (2009). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Sumatera Barat Tahun 2007.
BT.
BU. Quality Of Life. (2017, Februari 15). World Health Organization.
http://www.who.int
BV.
BW. Quality Of Life. (2017, Februari 15). Wilkipedia.
BX. http://en.wilkipedia.org
BY.
BZ. Rafikasari, D. (2015, November 5). Dampak Polusi Penderita Asma di
Indonesia Meningkat. Sindonews.
CA. https://lifestyle.sindonews.com
CB.
CC. Sahat, C. S. (2008). Pengaruh Senam Asma Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Pernapasan dan Fungsi Paru Pasien Asma di
Perkumpulan Senam Asma di RSU Tangggerang. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
CD. http://lib.ui.ac.id
CE.
CF. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
CG.
73
CH. Styarahardja, F. (2010). St Georges Respiratory Questionnaire For
COPD Patients (SGRQ). Fakultas Kedokteran UK Maranatha Rumah
Sakit Immanuel: Bandung.
CI. http://repository.maranatha.edu
CJ.
CK. Widjanegara, I. G. (2014). Senam Asma Mengurangi Kekambuhan Dan
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma Di Poliklinik
Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Fisiologi Olahraga
Universitas Udayana Denpasar. Denpasar
CL. http://www.pps.unud.ac.id
CM. You Can Control Your Asthma. (2015). Infodatin: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan
CN. http://www.depkes.go.id
CO.
CP.
CQ.
CR.
74