Disusun Oleh :
RIFYAL LAMANI,S.KEP
NIM.G3A018023
Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Tindakan pembedahan sebagai salah salah satu alternatif terapi pada
pasien yang mengalami gangguan kesehatan terus meningkat insidensinya
dari tahun ketahun. World Health organization (WHO) dalam penelitian
Hartoyo (2015) menyatakan bahwa jumlah pasien yang dilakukan
pembedahan tiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah pasien dengan
tindakan pembedahan mencapai 140 juta jiwa di seluruh rumah sakit dunia
pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 148 juta jiwa pada tahun 2012.
Sementara di Indonesia, jumlah pasien yang dilakukan pembedahan mencapai
1,2 juta jiwa pada tahun 2012. Sebagian besar tindakan pembedahan yang
dilakukan pada pasien menggunakan anastesi umum. Anestesi umum pada
pembedahan dapat menyebabkan permasalahan antara lain mual, muntah,
batuk kering, nyeri tenggorokan, pusing, nyeri kepala, nyeri punggung, gatal-
gatal, lebam di area injeksi serta hilang ingatan sementara (Allen, 2004;
Conway, 2009; Hewitt & Watts, 2009 dalam Supatmi & Agustiningsih,
2015). Pasien-pasien dianestesi umum mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk mengalami mual dan muntah dibandingkan dengan pasien yang
menggunakan jenis anestesi lain (Islam & Jain, 2004 dalam Indrawati, 2010).
Mual muntah post operasi dikenal dengan istilah Post Operative Nausea And
Vomiting (PONV). Menurut GAN, T.J (2006) dalam Silaban (2015) PONV
adalah komplikasi yang sering terjadi pada anestesi umum dalam 24 jam
pertama setelah operasi (Rihiantoro, 2018).
Mual dan muntah pasca operasi (PONV) merupakan salah satu
komplikasi pasca operasi yang paling umum dari anestesi umum di pediatri.
tingkat pediatrik mual dan muntah sekitar dua kali lipat dari pasien dewasa
(sekitar 40%) (Gan JT, 2014). PONV adalah pengalaman yang tidak
menyenangkan dengan komplikasi sekunder potensial seperti dehiscence
luka, kelainan elektrolit dan aspirasi pneumonia. PONV juga dapat
mengakibatkan signifikan tertunda unit perawatan pasca anestesi (PACU)
tetap, yang dapat menyebabkan debit rumah sakit tertunda (Lubarsky DA,
2000). Dalam sebuah penelitian menggunakan ' kesediaan untuk membayar
teknik, ' orang tua bersedia membayar hingga $ 80 untuk mencegah mual,
menunjukkan bahwa orang tua merasa PONV merupakan masalah yang
signifikan (Kiberd et al, 2016).
Menurut Juliana, Irawan & Hamidy, 2013, jenis pembedahan yang
beresiko tinggi terjadi PONV antara lain bedah plastic 45%, bedah abdominal
29% dan bedah orthopedi 22%. Dampak lebih lanjut dari PONV apabila tidak
ditangani maka dapat memperpanjang waktu perawatan, meningkatkan biaya
perawatan dan dapat menyebabkan peningkatan stressor (Buckle, 2007 dalam
Supatmi & Agustiningsih, 2015). Oleh karena itu perawat harus memahami
dengan benar kondisi mual dan muntah yang dialami pasien dan bagaimana
penangananya untuk mencegah dampak lebih lanjut dari PONV. (Rihiantoro
dkk, 2018).
Aromaterapi telah terbukti efektif dalam mengobati PONV pada orang
dewasa (Hodge NS 2014, Dienemann J et al 2013, Johnson NT 2014).
Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial untuk meringankan
ketidaknyamanan emosional atau fisik. Sarana seluler dan fisiologis yang
bertindak aromaterapi kurang dipahami. Meta-analisis dari empat studi
sebelumnya (215 subjek) gagal menunjukkan efek yang signifikan isopropil
alkohol dibandingkan dengan pengobatan standar untuk menghilangkan mual.
Peppermint juga diperiksa dalam review Cochrane ini dan ada bukti kualitas
cukup untuk menunjukkan efek aromaterapi berbasis peppermint. Namun,
ulasan ini tidak termasuk sidang terbesar di aromaterapi dewasa untuk
PONV. Pada 2013 Berburu et al. terdaftar 1151 orang dewasa di empat uji
coba terkontrol secara acak bersenjata untuk aromaterapi dan menunjukkan
bahwa campuran (jahe, peppermint, spearmint dan kapulaga) mengurangi
mual dibandingkan dengan saline: 82,4% melaporkan berkurang mual dengan
campuran dibandingkan dengan kontrol 39,7% ( P < 0,001) (Kiberd et al.
2016).
Berdasarkan data-data diatas, sehingga penulis tertarik untuk
membuktikan dalam praktek ilmu keperawatan tentang keefektifatn aroma
terapi (peppermint) dalam menurunkan perasaan mual muntah pada pasien
post operasi dengan anastesi umum. Terutama pada pasien post OP
Laparatomi (Kistektomi).
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada pengaruh antara Pemberian Aromaterapi Peppermint
Inhalasi Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Post Operasi Kistektomi ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melihat pengaruh antara pemberian aromaterapi peppermint
inhalasi terhadapat mual muntah pada pasien post operasi kistektomi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap mual post
operasi
b. Untuk melihat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap muntah post
operasi
D. MANFAAT
1. Manfaat bagi Ilmu Keperawatan
Manfaat bagi keperawatan yaitu perawat dapat bekerja sendiri
tanpa menunggu instruksi medis dalam penanganan pasien mual muntah
dengan cara terapi komplementer yaitu dengan menggunakan aromaterapi
peppermint.
2. Manfaat bagi Penulis
Dengan menerapkan EBNP ini, penulis mendapatkan beberapa
pengetahuan baru seperti penanganan mual muntah post operasi tanpa
menggunakan obat dan hanya menggunakan terapi komplementer
peppermint.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN KISTA OVARIUM
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007 dalam
Manuaba 2010).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding
tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (A.Price, Sylvia. 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,
2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
Kista ovarium terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu kista fungsional
dan kista patologis (Ita Susanti, 2017).
1. Kista fungsional
Kista fungsional muncul sebagai bagian dari siklus menstruasi.
Kista fungsional terbagi menjadi dua yaitu :
a. Korpus lateum yaitu sel yang memproduksi estrogen dan
progesteron setelah pelepasan sel telur. Ketika lubang keluarnya sel
telur pada korpus luteum tersumbat, penumpukan cairan ini pun
terjadi. Inilah yang menyebabkan korpus luteum berkembang
menjadi kista. Kista ini umumnya akan hilang dalam beberapa bulan,
tapi memiliki risiko untuk pecah, jika terjadi, kista ini dapat
menyebabkan perdarahan dan sakit yang datang secara tiba-tiba.
b. Kista folikel. Didalam ovarium, sel telur berkembang dalam struktur
yang dikenal sebagai folikel. Kista folikel terbentuk ketka folikel
mengalami gangguan sehingga tidak bisa melepaskan sel telur.
Folikel pun membengkak karena penuh cairan dan menjadi sebuah
kista. Kista folikel bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa
minggu.
2. Kista patologis
Kista patologis muncul akibat adanya pertumbuhan sel yang tidak
normal. Sebagian kecil kista ini bersifat kanker.
a. Kista dermoid, paling umum terjadi pada wanita berusia dibawah 40
tahun. Kista ini dapat berisi jaringan manusia seperti rambut, darah,
lemak, tulang, kulit serta gigi. Hal ini dapat terjadi karana kista ini
berasal dari sel yang belum berkembang menjadi sel telur. Sel ini
memiliki kemampuan untuk berubah menjadi sel jaringan tubuh
apapun. Kista ini tidak bersifat ganas tapi dapat membesar hingga
diameter 20 cm dan harus dilakukan tindakan operasi.
b. Kista adenoma, terbentuk dari sel jaringan luar dan paling umum
ditemukan pada wanita diatas 40 tahun. Dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kista adenoma serosa dan kista adenoma mukosa.
Kista adenoma serosa biasanya berukuran kecil tapi dapat
mengakibatkan gejala jika pecah. Kista adenoma mukosa
berkembang hingga berdiameter 35 cm. Kista ini jarang bersifat
ganas, tapi dapat mengakibatkan ovarium terpelintir sehingga aliran
darah ke ovarium tersumbat.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa
factor pemicu yaitu :
Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alkohol
Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
Sering stress
Zat polutan
Faktor genetic
C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sexcord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi
tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
D. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar tanda dan gejala adalah akibat dari :
1. Gejala akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
b. Mengganggu miksi atau defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan konstipasi atau edema pada
tungkai bawah
2. Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
berhubungan dengan tumor menimbulkan gangguan menstruasi, tumor sel
granulase
3. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
a. Perdarahan ke dalam kista (intra tumor)
Bila terjadi perdarahan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan
cepat.
b. Robek dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah ke dalam ruang abdomen.
c. Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium sering dijumpai :
Kista pada usia sebelum menarche
Kista pada usia diatas 48 tahun
d. Sindrome Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat
fibroma ovari, acites dan hidrothorak dengan tindakan operasi fibroma
ovari maka sindroma akan menghilang dengan sendirinya.
Selain gejala-gejala diatas, berikut tanda dan gejala yang akan dirasakan
ketika mengidap kista ovarium :
Perut terasa penuh, berat, kembung
Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
Haid tidak teratur
Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
Nyeri sanggama
Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
E. PENATALAKSANAAN
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada Pasien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk.
2005).
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan Pasien saat masuk rumah sakit
Biasanya Pasien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada
massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan Pasien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap
timbulnya kista ovarium.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
e. Riwayat menstruasi
Pasien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
f. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
1) Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
2) Mata
a) Sklera : ikterik/tidak
b) Konjungtiva : anemis/tidak
c) Mata : simetris/tidak
3) Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
4) Dada
Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
5) Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.
6) Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
7) Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK
N DIANGOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
O KEP
Rencana Pembedahan
Anastesi
Proses Pembedahan
Mual Muntah
Pemberian
aromaterapi
peppermint