Anda di halaman 1dari 68

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASALAH PERKOTAAN: LATIHAN BATUK
EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN
JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

TIUR DAME ULI SILALAHI


NPM: 1106130236

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
2014

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASALAH PERKOTAAN: LATIHAN BATUK
EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN
JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar ners keperawatan

TIUR DAME ULI SILALAHI


NPM: 1106130236

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
2014

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
, - - -- -- - -- - -- - - - - - - - - -- - - - - - - - - -- -- _._----- --""
HALAMAN PE RNYATAAN ORISINALITAS

Karya i1miah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : TIUR DAME ULI SILALAHI

NPM

Tanda Tangan ::~~~:~~ .


Tanggal : 11 Juli 2014

ii
Universitas Indon esi a

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
p Q
- - -

HALA~ PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir (KlAN) ini diajukan oleh:

Nama Tiur Dame .Uli


NPM 1106130236
Program Studi Profesi Ners
Judul ~IAN Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan: Analisis Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan
Jalan Napas pada Pasien Tuberculosis Paru

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Pengnji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlnkan untuk memperoleh gelar
Sarjana Profesi Ners pada Program Stndi Ilmu Keperawatan, Faknltas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Hanny Handiyani S.Kp. , M.Kep . (

Penguji II : Ns. Ester Hutapea, S. Kep. (

Ditetapk an di : Depok
Tan ggal : 11 Juli 20]4

ii
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Masa Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN) ini tepat pada waktunya. KIAN berjudul Analisis Praktik
Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKMP): Analisis
Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada Pasien Tuberculosis
Paru ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI). Terselesaikannya karya tulis
ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis perlu
menyampaikan rasa terima kasih kepada

1. Ibu Hanny Handiyani, SKp., M.Kepselaku pembimbing yang rela


meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dengan sabar serta
memberikan saran yang bermanfaat sehingga KIAN ini dapat terselesaikan
dengan baik.
2. Ibu Ns. Esther Hutapea, S.Kep selaku CI yang telah membimbing penulis
selama praktik di Lantai 7 Zona A RSCM.
3. Pihak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, khususnya tim medis (PPDS) dan
Kakak kakak senior perawat ruangan di Zona A lantai 7 yang ramah dan
selalu siap diminta berdiskusi dan menjawab pertanyaan saya dengan sabar
sehingga saya betah praktik selama hampir 2 bulan di RSCM.
4. Pasien-pasien kelolaan selama praktik dan pelaksanaan KIAN di Lantai 7
Zona A RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
5. Ns. Mamay Kusumawati, S.Kep selaku kepala ruangan Intensive Care Unit
(ICU) RS Kanker Dharmais. Terima kasih atas dukungan yang diberikan
demi kelancaran pekerjaaan dan studi penulis.
6. Ns. Sauth Sihombing, S.Kep, S.Psi (Suami Penulis) dan anak-anak tercinta
(Cladia, Theo, dan Naftha) yang telah sabar, dan terus memberikan dukungan
dan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di FIK UI
dengan lancar.
7. Orang tua penulis yang selalu mendo’akan demi kelancaran studi penulis.
8. Teman-teman sekelompok praktik manajemen dan peminatan Keperawatan

iv
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Medikal Bedah (KMB) di Lantai 7 Zona A. Terima kasih Fiska, Melda, Elida,
Arif, Eta, Nufa dan Sri Mulyati yang selalu semangat dan meramaikan
ruangan.

Penulis menyadari bahwa penulisan KIAN ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk agar
KIAN ini membawa manfaat bagi berbagai pihak, terutama pengembangan Ilmu

Depok , Juli 2014

Penulis

v
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
If L ·\ 'I \ ". PERNYATAA . " PF:RSETFJUAN PUBLIKA SI TU GA S
AKHIR UNT UK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, sa ya yan g bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Tiur Dame uu Silalahi


NPM : 1106130236
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KlAN)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

A nalisis Praktik Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


(PKKM P): Latihan Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada
I \
Pasien TUberkulosi~Paru

beserta perang ka t yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Ro yalty
Nonekslusif im Unive rsitas Indonesia dapat menyimpan,
mengalihmedialformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nam a saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
'Pada Tanggal : 11 Juli 2014
Yang Menyatakan

(Tiur Dam~~i)
vi
Un ivers itas In d o nes ia

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama Penulis : Tiur Dame Uli Silalahi, S.Kep


Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analisis Praktik Keperawatan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan (PKKMP): Latihan Batuk Efektif
dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada Pasien
Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai akibat


urbanisasi pada masyarakat perkotaan. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi
oportunistik yang menyerang saluran pernapasan. Salah satu masalah keperawatan
yang ditimbulkan akibat penyakit ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Pada pasien TB terjadi peningkatan produksi sputum sehingga menghambat jalan
napas dan apbila tidak ditangani dapat menimbulkan kegawatan pernapasan.
Teknik batuk efektif telah lama direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan
untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas. Karya tulis ini bertujuan
menganalisis pengaruh batuk efektif terhadap pasien TB paru di ruang rawat
penyakit dalam RSCM. Hasil studi menunjukkan latihan batuk efektif yang rutin
terbukti meningkatkan bersihan jalan napas sehingga memperbaiki oksigenasi.

Kata Kunci: batuk efektif, bersihan jalan napas, infeksi paru, TBC

vii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
ABSTRACT

Author : Tiur Dame Uli Silalahi, S.Kep

Program : Clinical Stage (Ners Program)

Tittle : The Analysis of Clinical Practice on Urban Health


Nursing: Analysis of Effective Coughing to Treat
Airway Clearance Ineffectiveness in Patient with
Tuberculosis

Tuberculosis a health problemthat isoften encounteredas a result


ofurbanizationonurban communities. Pulmonary tuberculosis anopportunistic
diseasethat attacks therespiratorytract. One of thenursing problemscaused
bythisdiseaseis ineffective airway clearance. TB patientsincreasedsputum
productionthus inhibitingairwayand if left untreated it canlead torespiratory
distress. Coughtechniqueshave beenrecommendedas effective nursing
interventionstoaddress theproblemof airway clearance. This paper aims to
analyzethe impact of effective cough in a patient with TBininternal
medicinewards ofRSCM. The study showsthatregularexercise of effective cough
is proveneffective to improveairway clearanceand improve oxygenation.

Keywords: airway clearance, effectivecough, lunginfections, tuberculosis

viii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ..................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6


2.1 Konsep Kesehatan Masyarakat Perkotaan ........................................ 6
2.2 Konsep Tuberkulosis Paru ................................................................ 7
2.3 Konsep Latihan Batuk Efektif........................................................... 17

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ......................................... 18


3.1 Pengkajian Kasus Kelolaan Utama ................................................... 18
3.2 Analisis Data .................................................................................... 23
3.3 Implementasi: Latihan Batuk Efektif ................................................ 25
3.4 Hasil Intervensi Keperawatan ........................................................... 26

4. ANALISIS SITUASI DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Masalah Keperawatan pada Kasus Kelolaan dan
Kaitannya dengan Konsep PKKMP.................................................. 27

ix
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
4.2 Analisis Kasus ................................................................................... 28
4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait ..................... 31
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan .................... 47

5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 35


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 35
5.2 Saran ................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37


LAMPIRAN

x
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Pemeriksaan Darah .............................................................. 21
Tabel 3.2 Tabel Daftar Terapi Medikasi ........................................................ 22
Tabel 3.3 Tabel Analisis Data ........................................................................ 23
Tabel 3.8 Tabel Hasil Analisis Intervensi ...................................................... 25

xi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia.
Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2
juta manusia. Tuberkulosis telah menyebar di hampir semua negara. Prevalensi
TBC di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India sebesar
35% dari semua kasus tuberkulosis. WHO dalam Global Reports 2010
menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh Indonesia
adalah sebesar 9,4) dan meningkat terus secara perlahan setiap tahunnya dan
menurun lambat seiring adanya peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di
seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta) (Blanc L, Falzon D,
Fitzpatrick C et al, 2010).

Masalah tuberkulosis paru di negara berkembang sudah sampai pada tahap yang
mengkhawatirkan, karena sebanyak 95% kasus tuberkulosis paru berada di negara
tersebut, dan sebanyak 98% kematian yang ada di negara itu disebabkan oleh
tuberkulosis paru. Departemen kesehatan pada tahun 2010 memperkirakan
besarnya jumlah kematian setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang dengan kasus
baru sebanyak 539.000 kasus dan insiden tuberkulosis paru (basil tahan asam)
BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. WHO memperkirakan jumlah
kematian akibat penyakit ini setiap tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000
dengan jumlah kasus pertahun sebanyak 550.000 kasus (Utariani, 2011)

TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu,


Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah
sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang.
Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000

1 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
2

penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif (Depkes RI, 2010).
Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari
2008,2009,2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per
100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per
100.000 penduduk. Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) yang diselenggarakan
oleh Departemen Kesehatan, sekitar 30-40% penyakit dan penyebab kematian di
Indonesia adalah penyakit paru. TBC merupakan pembunuh nomor satu diantara
penyakit menular lainnya dan nomor tiga dalam daftar seperti penyebab kematian
utama di Indonesia setelah penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit
saluran pernafasan akut (Utariani, 2011).

Tuberkulosis saat ini menjadi salah satu dampak dari urbanisasi dan masalah
yang terjadi di masyarakat perkotaan. Semakin meningkatnya urbanisasi akan
berdampak pada kesehatan masyarakat lingkungan kota, baik dari segi tata kota,
masyarakat maupun keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap kesehatan
dan lingkungan kota salah satunya adalah TB (Pranowo, 2010). Lingkungan
tempat tinggal yang kumuh, gelap dan lembab serta rendahnya asupan nutrisi
membuat turunnya daya tahan tubuh masyarakat kota terutama masyarakat dengan
ekonomi renda, hal tersebut menjadikan TB semakin mudah menular dan menjadi
aktif. Kepala subdirektorat tuberkulosis Kementrian kesehatan mengatakan bahwa
kuman tuberkulosis dalam tubuh masyarakat dengan ekonomi lebih baik jarang
menjadi aktif karena daya tahan tubuh mereka lebih baik (Yana, 2008).

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam
meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006). Komplikasi pada penderita
tuberkulosis stadium lanjut; hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas
bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiektasis
(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
3

pemulihan atau reaktif) pada paru.Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga


pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya (Tamsuri, 2008)

Kuman tuberkulosis yang masuk kesaluran pernapasan akan menginfeksi saluran


nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini
akan menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada
saluran pernafasan. Sekret yang menumpuk pada jalan napas dapat dikeluarkan
dengan latihan batuk efektif. Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan
untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah
untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek
samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Smeltzer
(2001) menyebutkan bahwa batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar dimana dapat energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Pranowo
(2010) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu
Kudus. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus
mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret (Depkes, 2007).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien berperan


penting dalam usaha preventif dan promotif bagi penderita TB. Tindakan utama
yang dilakukan yaitu megurangi gejala yang timbul akibat TB misalnya batuk
berdahak dan penumpukan sekret sering dirasakan sangat mengganggu penderita
TB karena cenderung menimbulkan sesak nafas dan cepat lelah saat beraktivitas.
Karya ilmiah ini akan menganalisis praktik klinik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan mengenai latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah
bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru.

1.2 Rumusan Masalah


Pasien-pasien yang menderita TB paru akan mengalami berbagai masalah

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
4

keperawatan baik secara biologis, psikologis dan sosial antara lain bersihan jalan
nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, dan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Produksi mukus yang berlebihan baik karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi yang terjadi pada membrane mukosa menyebabkan proses pembersihan
tidak adekuat, sehingga mucus banyak tertimbun dan bersihan jalan nafas menjadi
tidak efektif.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut


diantaranya dengan inhalasi untuk mengencerkan dahak atau batuk efektif untuk
mendorong lendir keluar dari saluran napas sehingga jalan napas kembali normal.
Tetapi upaya-upaya tersebut belum optimal. Perawat berperan penting dalam
penatalaksanaan pasien dengan TB paru sehingga dapat mempercepat proses
kesembuhan pasien. Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk membahas
bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien TB paru dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSCM. Pada penelitian ini akan dibahas
pengaruh latihan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas pasien.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
mengenai latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas
pada pasien tuberkulosis paru di Lantai 7 Zona A dan B RSCM.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Teridentifikasinya masalah keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan.
2. Teridentifikasinya asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis paru.
3. Teridentifikasinya masalah keperawatan terkait dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru.
4. Teridentifikasinya tindakan keperawatan latihan batuk efektif dalam
mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien
tuberkulosis paru.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
5

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
sebagai berikut:
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis
terutama penanganan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan latihan batuk
efektif.
2. Pendidikan
Hasil karya ilmiah ini diharapkan mampu meningkatkan kulitas pembelajaran dan
pengembangan ilmu dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas pada pasien tuberkulosis paru.
3. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence
based practice tindakan latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dengan kasus medis yang berbeda.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kesehatan masyarakat perkotaan


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dan khususnya keperawatan.Konsep ini mencakup gabungan dari ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial.(Corwin, 2009).Sasaran
pelayanannya adalah individu, kelompok dan masyarakat yang sehat maupun
yang sakit dilakukan dengan upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif.
Masyarakat memiliki kemampuan hidup yang sehat sehinggatercapailah
peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan (Murda, 2013).

Secara umum, kegiatan praktik keperawatan komunitas yaitu sebagai berikut; (1)
Memberikan asuhan keperawatan secara langsung baik kepada individu, keluarga,
kelompok khusus baik di rumah (homenursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di posyandu, di daerah binaan kesehatan masyarakat;
(2) penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan; (3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan
yang dihadapi; (4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang
diadapi; (5)Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut; (6) Penemuan kasus; (7) Penghubung antara masyarakat
dengan unit pelayanan kesehatan; (8) Melaksanakan asuhan keperawatan
komunitas; (9)Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait dan terakhir yaitu memberikan contoh atau role model yang baik
bagi masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stenhope &
Lancaster, 2004).

Proses urbanisasi pada masyarakat kota menimbulkan dampak-dampak terhadap


kesehatan baik dari lingkungan kota, tata kota, maupun keadaan sekitar
masyarakat diantaranya yaitu masih tingginya penyakit menular seperti malaria,
diare, demam berdarah, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dermatitis, dan

1 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
7

tuberkulosis. Kemudian diikuti dengan penyakit tidak menular seperti penyakit


jantung, hipertensi, stroke dan diabetes.Serta munculnya New Emerging Infectious
Disease(EID)seperti flu burung termasuk juga masalah sanitasi lingkungan
(Hidayati, 2009).

2.2 Konsep Tuberkulosis


2.2.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan (Smeltzer & Bare, 2002). Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Myobacterium
tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007). Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia,
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Soemantri, 2008).Penyakit tuberkulosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium
Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.Selain manusia, satwa
juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya (Tamsuri, 2008).

2.2.2 Klasifikasi Tuberkulosis


Menurut Depkes (2006) klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan
sebagai berikut: Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
yaitu tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah kuman tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus dan tuberkulosis ekstra paru yaitu tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
8

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopi bahwa tuberkulosis


paru BTA positif syaratnya jika sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif, atau satu spesimen dahak hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis, atau satu spesimen dahak
hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif, satu atau lebih spesimen dahak
hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya
BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Tuberkulosis paru BTA negative dengan kriteria; paling tidak 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA negative, foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberculosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT,
ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Ketiga klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit yaitu; TB paru BTA


negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau
keadaan umum pasien buruk. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu; TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin.

Keempat klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat


pengobatan sebelumnya.Ada beberapa tipe pasien yaitu; kasus baru adalah pasien
yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu). Kasus kambuh (Relaps) adalah pasien tuberkulosis
yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur). Kasus setelah putus berobat (Default ) adalah pasien yang
telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
9

Kasus setelah gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan. Kasus Pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari
UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. Kasus
lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan (Tamsuri, 2008).

2.2.3 Etiologi Tuberkulosis


Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah; M.
Tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. bovis.Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat
tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant,
tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan
tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
(Asril Bahar,2001).

2.2.4 Patofisiologi Tuberkulosis


Sumber penularan Tuberkulosis adalah pasien TB dengan BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
10

penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan


dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman
TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut (Depkes, 2006).
.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah
sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat). Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa.

Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya


yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya
akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional
dan lesi primer dinamakankompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.

Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian
lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
11

gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Hal ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan
tersebar ke organ-organ tubuh.

2.2.5 Tanda dan Gejala Tuberkulosis


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam
meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).Komplikasi pada penderita
tuberkulosis stadium lanjut; hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas
bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.Bronkiektasis
(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga
pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya (Depkes
RI, 2005).

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang pada Tuberkulosis


Pemeriksaan diagnosis TB paru menurut Depkes (2006) diantaranya adalah;
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA).Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
12

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadioverdiagnosis.Gambaran kelainan radiologik Paru tidak
selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

Pemeriksaan diagnosis TB ekstra paru, diantaranya adalah; Gejala dan keluhan


tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri
dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lain - lainnya. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja
dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain
(Depkes, 2006).

2.2.7 Penatalaksanaan Tuberkulosis


Ruang lingkup penatalaksanaan pasien dengan TB paru yaitu tujuan pengobatan
dan prinsip pengobatan. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.Pengobatan tuberkulosis
dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut; OAT harus diberikan dalam
bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan dan jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi).Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment=
DOT) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes, 2006).

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
13

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.Pada


tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.Pada tahap lanjutan pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes, 2006).

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis di Indonesia; Kategori 1. 2(HRZE)/4(HR)3. Kategori 2 :
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 (Mansjoer, 2007). Disamping kedua kategori ini,
disediakan paduan obat sisipan (HRZE). Kategori Anak: 2HRZ/4HR. Paduan
OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak.Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan pasien.Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien
(Depkes, 2006).

Paket Kombipak yaitu terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol (Santosa, 2007).Paduan OAT
ini disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping
OAT KDT.Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai(Depkes, 2006).

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB yaitu; Dosis obat


dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga
menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
14

penulisan resep. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien (Depkes, 2006).

2.2.8 Asuhan Keperawatan pada Tuberkulosis


2.2.8.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah
dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan
pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang
sumpek
.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
15

2) Pola nutrisi dan metabolik


Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsumakan
menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress
pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
16

2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
• Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
• Palpasi : Fremitus suara meningkat.
• Perkusi : Suara ketok redup.
• Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P 2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari- hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2.2.8.2. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
17

2.3 Latihan Batuk Efektif


Kuman tuberculosis yang masuk kesaluran pernapasan akan menginfeksi saluran
nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini
akan menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada
saluran pernafasan. Penumpukan sekret yang terjadi dapat menimbulkan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Menurut Wilkinson (2011)
mengatakan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan
napas yang bersih.

Sekret yang menumpuk pada jalan napas dapat dikeluarkan dengan latihan batuk
efektif. Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa batuk efektif merupakan suatu
metode batuk dengan benar dimana dapat energi dapat dihemat sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Penelitian yang
dilakukan oleh Pranowo (2010) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif
dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat
inap RS Mardi Rahayu Kudus. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yana
(2008) disimpulkan bahwa ada hubungan antara tehnik batuk efektif dengan
pengeluaran sputum pada penderita tuberkulosis paru akut di wilayah kerja
Puskesmas Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.

Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi


dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi
paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti
pneumonia, atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis
paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan secret
(Depkes, 2007).

Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air
hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan
untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah
insipirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat (Subrata,
2006).

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
18

Prosedur batuk efektif menurut (Wilkinson & Van Leuven, 2007)


1. Bantu pasien dalam posisi fowler/ semi fowler.
2. Instruksikan pasien meletakan tangan pada dada.
3. Ambil napas dalam-dalam secara perlahan melalui hidung, rasakan dada
berkembang.
4. Tahan napas selama 2 sampai 5 detik, lalu buang napas perlahan-lahan
melalui mulut
5. Ulangi 2 atau 3 siklus dari pernapasan diafragma.
6. Pada napas berikutnya, posisi condong ke depan dan batuk beberapa kali
melalui mulut terbuka.
7. Jika pasien terlalu lemah batuk, lakukan napas dalam dan lakukan tiga atau
empat huffs untuk membuka glotis.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3. 1 Pengkajian
3. 1. 1 Identitas pasien
Pasien dengan nama Tn B (32 tahun) datang ke RSCM karena penurunan
kesadaran. Pasien adalah karyawan swasta di bagian perpajakan pada salah
satu perusahaan di Jakarta. Pasien tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien datang ke rumah
sakit diantar oleh keluarga. Klien dirawat di ruang isolasi Zona A lantai 7
RSCM dengan diagnosa medis HIV, TB Millier dan ensephalitis.

3. 1. 2 Anamnesis
a. Keluhan utama pada saat dirawat
Pasien mengeluh sesak sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak
semakin berat dirasakan apabila dalam posisi berbaring. Selain sesak, pasien
juga mengeluhkan ada batuk berdahak dengan dahak yang sulit dikeluarkan.
Produksi dahak banyak. Dahak berwarna putih dan kental. Batuk mulai
dirasakan sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan adanya
mual dan tidak nafsu makan. Porsi makan yang biasa dihabiskan adalah
seperempat sampai setengah porsi makan. Berat badan pasien pun menurun
sebanyak 18 kilogram selama 3 bulan. Selain itu adanya edema pada
ekstremitas juga membuat pasien sulit dalam beraktifitas. Saat ini pasien
mengatakan tidak ada masalah dalam BAK.

b. Riwayat kesehatan yang lalu


Klien pernah dirawat dengan diagnosa TBC setahun lalu, dan riwayat minum
OAT selama 4 bulan dan berrhenti,

19 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
20

c. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat asma, hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung atau
penyakit lainnya dalam keluarga.

d. Aktifitas/ istirahat
Sebelum dirawat pasien karyawan perusahaan swasta. Selama diarawat di
RSCM aktivitas terbatas di tempat tidur. Aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat. Saat ini klien ada hemiparase kiri. Klien tirah baring total care semua
aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga.
e. Sirkulasi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat sakit hipertensi dan masalah jantung
sebelumnya. Saat dilakukan pengkajian, tekanan darah pasien yaitu 110/70
mmHg. Nadi94 kali/menit, teraba kuat dan regular. Suhu tubuh 36,5oC,
capillary refill time (CRT) ≤ 3 detik. Tidak ada murmur maupun gallop, tidak
ada pembengkakan kelenjar getah bening. JVP 5+ 2 cmH2O.

f. Integritas ego
Klien merasa senang selama dirawat ditemani oleh Ibunya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu klien, klien menerima kondisinya saat ini. Beliau
mengaku bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah konsekuensi dari
gaya hidupnya sejak muda.

g. Eliminasi
Klien sudah dua hari belum BAB. Tidak mendapatkan obat- pencahar. BAB
terakhir konsistensilunak, tidak ada lendir dan darah. BAK saat ini
menggunakan folley catheter , warna kuning kemerahan, volume urin 1500-
2000cc/ 25 jam.

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
21

h. Makanan/ cairan
Saat ini pasien mendapat asupan dari NGT. Dietnya makanan cair 6 x 250 cc.
Tidak ada mual muntah, bisung usus positif 3-5 x/menit. BB saat ini 45 kg, TB
165, saat ini underweight, berat badan ideal 56.5 kg. Kebutuhan kalori
1900kkal. Konjugtiva anemis, hb 9.4 g/dl, tidak ada edema perifer, asistes tidak
ada. Lidah tampak kotor, turgor kulit kering dan tidak elatis. Saat ini mendapat
Cairan IVFD Nacl 0.9 % 500cc/ 8jam.
i. Kebersihan/ hygiene
Kebutuhan sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga. Mobilisasi pasien hanya di
tempat tidur dan turun dari tempat tidur. Mandi dan berpakaian pasien dibantu
oleh keluarga. Makan dapat dilakukan secara mandiri. Pasien mandi 1 kali/
hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pasien juga berpakaian rapi dan sesuai serta
selalu berganti pakaian setiap harinya. Saat pengkajian dilakukan kulit kepala
pasien terlihat berketombe dan kering. Pasien mengaku belum keramas sejak
dirawat.

j. Neurosensori
Kesadaran CM apatis, GCS E4M6V5. Pupil isokor diameter 2mm. Klien
2222 4444
hemiparese sinistra , kekuatan otot .
2222 4444

k. Nyeri/ ketidaknyamanan
Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri.

l. Pernapasan
Pasien mengatakan sesak dan batuk masih dirasakan. Pasien menggunakan alat
bantu pernapasan yaitu oksigen nasal kanul dengan kecepatan 3 lpm. Frekuensi
napas 22 kali/menit, simetris, dan ada penggunaan otot bantu pernapasan.

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
22

Bunyi napas terdengar ronkhi pada apeks kiri paru. Produksi sputum yang
dikeluarkan pada saat batuk adalah banyak, kental, dan berwarna kuning.

m. Keamanan
Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat.
n. Interaksi sosial
Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak.
Pemeriksaan laboratorium
Tabel 3. 1. Pemeriksaan Darah
Tanggal Jenis Nilai Satuan Nilai normal
Pemeriksaan
7 mei Analisa Gas
2014 Darah
- pH 7, 32 7, 35-7, 45
- pCO 2 58 mmHg 35-45
- pO 2 89 mmHg 75-100
- HCO 3 22 mmol/L 21-25
- Total CO 2 15, 2 mmol/L 21-27
- Bace Excess -4,6 mmol/L -2,5-+2,5
- Standard HCO 3 20, 6 mmol/L 22-24
- Saturasi O 2 96 % 95-98
Ureum Darah 18 mg/dL <50
Protein
- Protein Total 4,4 g/dL 6,4-8,7
- Albumin 3.2 g/dL 3,5-5,2
- Globulin 2,85 g/dL 1,8-3,9
- Albumin- 0,5 ≥1
Globulin
SGPT 20 U/L < 33
SGOT 12 U/L < 27
Mg Darah 1,6 mg/dL 1,7-2,55
Fosfat Inorganik 6 mg/dL 2,7-4,5
Elektrolit
- Natrium 130 mEq/L 132-147
- Kalium 4, 22 mEq/L 3,3-5,4
- Clorida 96 mEq/L 94-111
Kreatinin 0.4 mg/dL 0,6-1,2

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
23

Tanggal Jenis Nilai Satuan Nilai normal


Pemeriksaan

20/05/201 Darah Perifer


4 Lengkap
Hb 9.9 g/dL 12-15
Ht 29.7 % 36-46
Eritrosit 4.404 106/µL 3,8-4,8
MCV/VER 84,9 fL 80-95
MCH/HER 28,5 pg 27-31
MCHC/KHER 33,6 g/dL 32-36
Trombosit 124 103/µL 150-400
Leukosit 4.08 103/µL 5-10
- Basofil 0,1 % 0,5-1
- Eosinofil 0 % 1-4
- Neutrofil 88,6 % 55-70
- Limfosit 7 % 20-40
- Monosit 4,3 % 2-8

Sel T (CD3+) 70 %
Sel T (CD3+) 70 %
abosulut
Sel T (CD 4) L 13 % 31-60
Sel T (CD 4) 112 sel/UL

3. 1. 3 Pemeriksaan diagnostik
Tabel 3.2 Pemeriksaan diagnostik
Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan
02/05/2014 Radiologi Noduler millier yang
tersebar di kedua
lapang paru. TB millier
02/05/2014 CT Scan kepala axial Tampak lesi hipodens di
lobus frontal kanan.
Suspect ensephalitis

3. 1. 4 Daftar terapi medikasi


Tabel 3.3 Daftar terapi medikasi
Nama Obat Dosis Waktu Rute
Streptomicin 1 gr 1x IM
Dexametason 5mg 3x IV

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
24

Nama Obat Dosis Waktu Rute


Ondansentron 4mg 3x IV
Omeprazole 40 mg 1x IV
Ripamfisin 600 mg 1x PO
Etambuthol 1000 mg 1x PO
INH 300 mg 1x PO
HpPro - 3x PO
Sistenol 1g 3x PO

3. 2 Analisis Data
No Data Masalah
1 D S: Bersihan jalan napas
- Pasien mengatakan batuk; batuk berdahak tidak efektif
dan sulit dikeluarkan berhubungan dengan
- Sputum berwarna kuning dan kental peningkatan
- Pasien merasa sesak produksi sputum
- Sesak berkurang ketika menggunakan
oksigen
- Sesak sedikit mengganggu aktifitas
DO:
- KU lemah, batuk (+), sputum kental
warna kuning
- Klien tampak sulit mengeluarkan
sputum
- Napas cepat dan dangkal RR: 22
kali/menit.
- Ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Dada simetris
- Terdengar ronkhi pada apeks kiri paru
- Menggunakan O2 nasal kanul 3L/menit
2 DS: Ketidakseimbangan
Tn.B mengeluh badannya lemas nutrisi: kurang dari
DO: kebutuhan tubuh
- Konjugtuva anemis, Sklera tidak ikterik
- Penurunan BB 10 kg dalam 4 bulan. BB
saat ini 45 kg, TB 165, IMT: 14, 28,
underweight, LLA 14 cm
- Hb : 9.4 g.dl, albumin 3.2 g/dl
3 DS: Gangguan integritas
Tidak ada kulit
Do:
- Ku tampak lemah

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
25

No Data Masalah
- Terdapat luka dekubitus grade II di
daerah sakrum kanan
- Hemiparese kanan
- Mobilisasi terbatas mika/miki
3 DS- Risiko perluasan
DO: infeksi
- Klien riwayat menderita TB sejak 1 tahun
lalu dan minum obat selama 4 bulan
kemudian berhenti
- Leukosit 4000
- Klien dengan diagnosa imuno
compromised (HIV), CD4 Low

3.3 Implementasi Tindakan Keperawatan: Latihan Batuk Efektif


Pada Tn.B dilakukan intervensi keperawatan berupa tindakan mandiri edukasi
mengenai latihan batuk efektif dan tindakan kolaborasi pemberian terapi
inhalasi Nacl 3 %. Intervensi dilakukan setiap hari dan dievaluasi setelah 4
hari. Prosedur tindakan terlampir.
Latihan batuk efektif pertama kali didemonstrasikan oleh perawat, kemudian
untuk selanjutnya perawat memotivasi klien dan keluarga untuk program
latihan batuk efektif sebanyak minimal 3x sehari. Terapi inhalasi dengan Nacl
3 % diberikan sebanyak 3 x sehari ( setiap 8 jam sekali).

3.4 Hasil Intervensi Keperawatan


Hasil intervensi keperawatan dinilai melalui pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan saturasi oksigen perifier.
Tabel 3.8 Hasil Analisis Intervesi
Tanggal Frekuensi Keluhan Suara Produksi Saturasi
napas Sesak Napas sputum Oksigen
Hari ke-1 24x/menit Mengeluh Vesikuler, Kental,
sesak ronchi (+) banyak, 94.5 %
hilang di lobus warna
timbul apikal kuning
kedua
lapang paru
Hari ke-2 22x/ menit Sesak Vesikuler, Warna 95, 2 %

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
26

sedikit ronchi (+) kuning,


berkurang di lous sputum
apikal lebih mudah
kedua dikeluarkan,
lapang paru kekentalan
sedikit
berkurang
Hari ke-3 18x/menit Keluhan Vesikuler, Sputum 97, 1 %
sesak ronchi mudah
sudah berkurang dikeluarkan,
jarang produksi
dirasakan sudah
berkurang,
warna agak
kekuningan

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI

4. 1 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan merupakan bagian dari bidang
keperawatan yang secara khusus mengatasi masalah kesehatan di lingkungan
masyarakat kota. Konsep keperawatan ini tidak hanya dapat dilakukan di komunitas
masyarakat kota, tetapi juga pada lahan prakktik klinik dengan mengambil kasus-
kasus yang sering terjadi di lingkungan perkotaan. Asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien mengacu pada faktor risiko yang memungkinkan terjadinya
peningkatan angka kejadian kasus di lingkungan masyarakat kota. Oleh karena itu,
pengkajian yang komprehensif mengenai gaya hidup dan lingkungan pasien yang
berdampak pada kesehatan perlu dilakukan.

Masalah pada sistem pernapasan merupakan masalah kesehatan yang mudah terjadi
di lingkungan perkotaan. Udara yang tidak bersih lagi yang ada di lingkungan kota
dapat menjadi sarana penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang banyak terjadi
pada daerah perkotaan adalah TBC. TBC tidak hanya dapat menyerang masyarakat
dewasa, tetapi juga anak-anak. Lingkungan kumuh dan tidak terjaga kebersihannya
pun dapat menjadi tempat hidup bakteri, virus, maupun jamur yang dapat
mengakibatkan TBC. Bahkan, asap yang dihasilkan oleh dapur penduduk pun dapat
menjadi penghantar penyebaran penyakit ini. Apabila agen penyebab TBC ini
terhirup oleh individu dengan penurunan sistem imunitas tubuh, maka agen penyebab
TBC tersebut dapat dengan mudah menginfeksi individu.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol
pun menjadi faktor risiko TBC. Kedua hal tersebut, rokok dan alkohol, merupakan
barang yang tidak sulit ditemukan di daerah perkotaan. Budaya makan makanan yang
tidak seimbang pun merupakan ciri khas masyarakat kota. Makanan yang tidak
seimbang membuat tubuh kekurangan nutrisi yang seharusnya didapatkan. Hal ini

27 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
28

juga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Oleh sebab
banyaknya faktor risiko yang dapat mengakibatkan TBC, kerentanan masyarakat kota
terhadap penyakit tersebut menjadi sangat tinggi.

Data dari Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan terjadinya prevalensi
penyakit tuberkulosis yaitu dari 2,3% di tahun 2007 menjadi 4,5% pada tahun 2013.
Selain itu, angka insidensi yang besar pun terjadi pada rumah sakit pusat rujukan
nasional, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Dalam bulan Januari-Juni 2014 sudah
tercatat 103 kasus TBC yang dirawat di ruang perawatan penyakit dalam. Oleh karena
tingginya angka kejadian TBC ini, peran perawat menjadi sangat penting dalam
mengadakan promosi dan pemeliharaan kesehatan terkait TBC. Promosi dan
pemeliharaan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya mengenai TBC supaya dapat mencegah terjadinya TBC dan mengatasi
tanda dan gejala yang timbul akibat penyakit TBC.

4. 2 Analisis Kasus
TBC dengan mudah menyerang masyarakat perkotaan. Faktor risiko terjadinya TBC
dapat berasal dari berbagai macam sumber. Faktor risiko dapat berasal dari dalam diri
individu maupun dari luar. Usia pasien yang masih dalam tahap dewasa awal tidak
memungkiri dapat terjangkit TBC. Hal ini dikarenakan TBC dapat terjadi karena
adanya faktor risiko dari penderita yang memungkinkan agen penyebab TBC
menginfeksi.

Penurunan sistem imunitas tubuh pada pasien menjadi faktor predisposisi yang
menyebabkan infeksi TBC cepat menyerang. Infeksi yang dilakukan oleh bakteri
tidak dapat dilawan oleh tubuh karena lemahnya sistem pertahanan tubuh. Oleh
karena itu bakteri dapat dengan bebas hidup dalam tubuh individu. Individu yang
mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh harus mendapat pengawasan agar
infeksi yang diderita tidak menyebar. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh
Schnell dkk di Paris mengenai TBC pada pasien dengan immunocompromised

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
29

didapatkan data bahwa dari 100 responden dengan immunocompromised, lebih dari
50% mengalami TBC dan sisanya mengalami infeksi saluran napas atas. Seiring
berjalannya penyakit, 10 responden yang mengalami TBC meninggal dunia.

Penyebab terjadinya TBC pada orang dewasa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor.
Selain dipengaruhi oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol, TBC juga dapat
menyerang individu yang mengalami malnutrisi (Badash, 2011). Berdasarkan
kategori IMT, pasien tergolong kurus. Pasien juga termasuk orang yang sering
melewatkan waktu makan. Kebiasaan seperti ini dapat membuat tubuh kekurangan
asupan nutrisi yang seharusnya didapatkan dalam satu hari. Jika hal ini berlangsung
dalam jangka waktu yang lama, fungsi pertahanan tubuh pun akan terganggu. WHO
pada tahun 1968 mnerbitkan WHO Monograph on Nutrition-infection Interactions
yang merupakan hasil kerjasama Nevin S. Scrimshaw, Carl Taylor, dan John Gordon
mengemukakan bahwa kaitan antara malnutrisidan infeksi adalah sinergistis. Artinya,
malnutrisi memperparah penyakit infeksi, demikian juga halnya infeksi
memperburuk malagizi (Scrimshaw et al., 1968 dalam Siagian, 2006). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati pada tahun 2008 menunjukkan
adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosa pada anak (p value =
0,005). Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa 82,4% anak yang mengalami
status gizi kurang tuberkulosa, sedangkan 60,4% kelompok kontrolnya (yang tidak
menderita tuberkulosa) memiliki status gizi baik.

Penurunan imunitas tubuh pada pasien juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan pasien
yang tidak suka makan sayur. Sayur mengandung mikronutrien yang dibutuhkan
tubuh untuk proses pembentukuan sistem imun. Vitamin dan mineral merupakan
contoh mikronutrien yang berperan dalam proses pembentukan imunitas tubuh.
Sebagai contohnya adalah vitamin A, E, dan C memiliki peran dalam pembentukan
imunitas tubuh. Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel,
termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan
imunitas mukosal. Vitamin E dapat menurunkan produksi faktor penekan imunitas

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
30

(immunosuppressive factors) seperti prostaglandin E2 dan hidrogen peroksida dengan


mengaktifkan makrofag. Vitamin C berakumulasi (dengan konsentrasi milimol/l)
dalam neutrofil, limposit, dan monosit yang mengindikasikan bahwa vitamin C
berperan penting pada fungsi imunitas (Siagian, 2006). Sebuah penelitian yang
sejalan dengan hal tersebut adalah penelitian efek suplementasi vitamin E pada orang
dewasa Amerika, pada tahun 1990, memperoleh efek perangsangan pada variabel
yang berkaitan dengan kepekaan imunitas T-cell-dependent 4,5 minggu setelah
pemberian vitamin E sebanyak 800 mg (Meydani, 1990 dalam Siagian, 2006).

Penyebab terjadinya TBC tidak hanya disebabkan oleh kondisi kesehatan seseorang,
namun juga kondisi lingkungan sekitar orang tersebut. Pasien sehari-hari bekerja di
kawasan kota Jakarta dan selalu terpapar oleh udara kota Jakarta. Sarana transportasi
umum yang setiap hari digunakan oleh pasien untuk pergi ke tempat kerja juga
memungkinkan pasien untuk terpapar oleh polusi dari kendaraan bermotor setiap hari.
Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian
di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan
gambaran sebagai berikut: kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76
ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai
ambang batas/standar kualitas udara. Sumber pencemaran udara dapat pula berasal
dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap. Menurut beberapa penelitian
pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap penyakit ISPA. TBC dapat terjadi akibat udara dan lingkungan yang
tidak sehat. Hal ini dikarenakan udara yang tidak sehat mengangdung bakteri, virus,
jamur atau parasit sebagai pemicu timbulnya TBC.

Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah bersihan jalan napas
tidak efektif. Produksi sekret cenderung berlebih sehingga dapat menutup jalan napas.
Oleh sebab itu, fungsi pernapasan pun tidak berjalan dengan baik. Adanya
penumpukan sekret membuat jalan napas cenderung menyempit sehingga udara yang
masuk ke dalam tubuh pun sedikit. Pasien yang mengalami masalah bersihan jalan

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
31

napas tidak efektif akan juga mengalami batuk sebagai usaha membersihkan jalan
napas dari produksi sekret yang berlebih. Batuk merupakan suatu mekanisme normal
pada manusia untuk membersihkan jalan napas dari benda-benda asing yang
seharusnya tidak berada pada jalan napas sehingga jalan napas dapat kembali paten.

Proses penyakit yang diakibatkan oleh infeksi TBC tidak hanya menyebabkan
masalah bersihan jalan napas, namun juga dapat mengganggu status nutrisi seseorang.
Proses penyakit yang ditimbulkan oleh agen penyebab TBC membuat penderita TBC
kehilangan napsu makan dan merasa mual sehingga intake nutrisi pun berkurang.
Pasien juga mengalami hal serupa. Setiap kali makan hanya menghabiskan setengah
dari porsi makan seharusnya. Pasien mengatakan dirinya merasa mual dan tidak nafsu
makan.

Intoleransi aktifitas juga dialami oleh pasien. Sesak yang bertambah apabila
melakukan aktifitas yang cenderung berat mengakibatkan pasien harus bed rest untuk
memulihkan kondisinya. Pengawasan terhadap tanda-tanda vital secara teliti
dilakukan untuk memonitor pasien terhadap peningkatan toleransi pasien terhadap
aktifitas.

4. 3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait


Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah bersihan jalan napas tidak
efektif. Masalah ini telah terjadi pada pasien dari hari pertama pasien dirawat di
rumah sakit. Akibat penumpukan sekret yang ada di jalan napas pasien, pasien
menjadi sering batuk dan hal ini mengganggu proses pernapasan pasien. Pasien pun
mengatakan dahak sulit dikeluarkan. Apabila dapat dikeluarkan, dahak cenderung
sedikit dan kental berwarna putih. Hal ini membuat tenggorokannya menjadi terasa
gatal.

Proses infeksi yang menimbulkan reaksi peradangan ini menghasilkan cairan edema
yang mengandung eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit membuat paru

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
32

menjadi tidak lagi berisi udara namun cairan yang kental dan cenderung berwarna
merah. Akibat hal ini adalah suara paru ronkhi dapat terdengar pada lapang paru yang
terinfeksi. Penumpukkan cairan kental yang berlebihan ini harus dikeluarkan supaya
tidak mengganggu proses pertukaran oksigen yang diperlukan tubuh dalam proses
metabolisme. Pasien yang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dahak dapat
dibantu untuk mengeluarkan dahak. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan
teknik batuk efektif yang dapat membantu pengeluaran dahak.

Sebuah penelitian pernah dilakukan di Jepang untuk membuktikan keefektifan batuk


efektif dalam pengeluaran sekret yang menempel pada jalan napas. Penelitian tersebut
dilakukan oleh Hajime et. al pada tahun 2005 menyatakan bahwa batuk efektif
signifikan dalam meningkatkan bersihan jalan napas. Dalam penelitian tersebut
menganjurkan untuk pasien yang memiliki masalah bersihan jalan napas untuk
melakukan latihan otot-otot pernapasan secara rutin yang bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan. Kekuatan otot pernapasan yang
meningkat ini mempengaruhi tekanan ekspirasi pernapaan sehingga dapat
meningkatkan usaha batuk.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Strickland et. al tahun 2013 menyatakan bahwa
usaha peningkatan bersihan jalan napas akan meningkatkan oksigenasi, menurunkan
lama waktu perawatan, mengatasi atelektasis/konsolidasi paru, dan meningkatkan
pernapasan mekanik. Penelitian ini juga merekomendasikan bagi pasien dengan
gangguan bersih jalan napas yang memiliki kelemahan untuk batuk untuk batuk
secara manual ataupun dibantu secara mekanik. Pembersihan jalan napas ini sangat
penting bagi pasien TBC karena retensi sekret yang tidak dikeluarkan dalam waktu
yang lama dapat menghambat pernapasan yang dapat berujung kepada kematian.

Di samping kedua penelitian tersebut, terdapat pula penelitian yang tidak sejalan
dengan hasil dari kedua penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Elkins et.
al pada tahun 2005 menyatakan bahwa batuk efektif tidak signifikan dalam mengatasi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
33

bersihan jalan napas. Sedikitnya produksi sekret setelah dibatukkan dan tidak
berkurangnya gejala yang ditimbulkan oleh produksi sekret berlebih menunjukkan
bahwa teknik ini tidak signifikan digunakan pada pasien dengan masalah bersihan
jalan napas tidak efektif.

Pasien mengalami gangguan bersihan jalan napas dari hari pertama perawatan.
Kesulitan mengeluarkan dahak yang dialami oleh pasien membuat pasien terganggu
dan tidak nyaman karena harus berkali-kali batuk. Tindakan batuk efektif diajarkan
kepada pasien dan dievaluasi selama tiga hari perawatan. Setelah batuk efektif
diajarkan, pasien mengatakan pernapasan jauh lebih lega dan dahak yang dapat
dikeluarkan banyak. Sebelum batuk efektif dilakukan, pasien minum air hangat untuk
membantu mengencerkan dahak. Setelah tiga hari perawatan, pasien mengatakan
sudah tidak batuk lagi dan suara ronkhi pada paru mulai menghilang.

4. 4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan


Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah bersihan jalan napas
tidak efektif. Batuk efektif telah diajarkan kepada pasien dan telah pasien lakukan
selama tiga hari perawatan. Keefektifan intervensi ini telah dibuktikkan dengan
berkurangnya batuk pada pasien selama tiga hari perawatan. Namun, penulis
menyadari bahwa evaluasi dari intervensi ini belum dapat dilakukan secara objektif.
Evaluasi produksi sputum dan subjektif dari pasien sendiri dirasa kurang untuk
menyatakan intervensi ini benar efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan
napas.

Intervensi batuk efektif ini pun tidak berjalan sendiri. Sebagai tenaga kesehatan,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pun dilakukan. Pemberian obat untuk
mengatasi batuk pun diberikan pada pasien ini sehingga dapat meningkatkan
kesembuhan pasien dari masalah bersihan jalan napas tidak efektif tersebut.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
34

Batuk efektif bukanlah satu-satunya cara dalam mengatasi bersihan jalan napas.
Batuk efektif dapat dikombinasikan dengan intervensi lain yang dapat juga
meningkatkan pengeluaran sekret dari jalan napas. Intervensi lain yang dapat
dilakukan adalah fisioterapi dada dengan postural drainase. Postural drainase
bertujuan untuk memindahkan sekret yang berada di jalan napas yang sempit ke jalan
napas yang lebih lebar sehingga dapat lebih mudah untuk dikeluarkan

Masalah bersihan jalan napas ini merupakan masalah yang sering dialami pada pasien
yang mengalami infeksi paru. Namun, pelaksanaan intervensi unuk mengatasi
masalah bersihan jalan napas sering diabaikan oleh perawat ruangan. Oleh karena itu,
perlu adanya kesadaran untuk meningkatkan intervensi mandiri yang dapat dilakukan
oleh perawat untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang dialami oleh pasien.
Diharapkan setelah adanya contoh sederhana ini perawat ruangan bersedia untuk
melanjutkan intervensi batuk efektif maupun postural drainase pada pasien dengan
tuberkulosis dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil studi kasus dan pembahasan pada karya ilmiah ini maka simpulan yang di
dapat adalah:
1. Penyebab tuberkulosis (TB) pada masyarakat perkotaan adalah padatnya
pemukiman, rendahnya pengetahuan mengenai proses penularan, lingkungan
yang tidak sehat, malnutrisi, penyakit-penyakit yang menyebabkan rendahnya
imunitas seperti HIV/AIDS serta tingginya polusi udara.
2. Tuberculosis (TB) yang terjadi pada pasien kelolaan dipicu oleh penyakit HIV
yang dideritanya. HIV/AIDS menyebabkan depresi sistem imun sehingga
pasien rentan tertular penyakit infeksi oportunistik seperti TBC
3. Masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien TB adalah bersihan jalan
napas tidak efektif akibat peningkatan produksi sputum. Selain itu, pada pasien
TB juga sering ditemukan masalah kekurangan nutrisi karena salah satu gejala
TB adalah penurunan berat badan tiba-tiba.
4. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini adalah latihan
batuk efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien TB
5. Hasil intervensi pada pasien TB dalam studi kasus ini menunjukkan bahwa
batuk efektif dikolaborasikan dengan terapi inhalasi dengan Nacl 3 % efektif
untuk membantu pengeluaran sekret sehingga oksigenasi pasien membaik.
6. Evaluasi hasil intervensi dilihat melalui pemeriksaan fisik seperti frekeunsi
pernapasan, keluhan sesak, suara napas, dan hasil saturasi oksigen .
7. Intervensi keperawatan lainnya untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas
pada pasien TB adalah dengan postural drainage. Postural Drainage
memanfaatkan gravitasi untuk membantu sputum keluar melalui jalan napas
utama sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Postural drainase juga
bermanfaat mencegah sputum bertumpuk pada tempat yang sama pada waktu
yang lama sehingga menimbulkan infeksi lebih lanjut.

35 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
36

5.1 Saran

5.1.1 Pelayanan

1. Perawat ruangan terutama perawat primer diharapkan mampu menjadikan


latihan batuk efektif sebagai intervensi mandiri yang utama untuk
menangani pasien dengan masalah bersihan jalan napas.
2. Batuk efektif dapat dikolaborasikan dengan pemberian terapi inhalasi
untuk melancarkan pengeluaran sputum terutama pada pasien-pasien tirah
baring lama yang beresiko tinggi terjadinya retensi sputum yang
menghambat jalan napas

5.1.2 Penelitian Selanjutnya

1. Karya tulis ini dapat dijadikan data awal untuk melakukan penelitian
terkait intervensi keperawatan untuk menangani kasus serupa seperti
gangguan bersihan jalan napas pada pasien TB lainnya
2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengaplikasikan intervensi
keperawatan latihan batuk efektif kepada sampel pasien yang lebih banyak
dan jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat dibandingkan
efektivitasnya dalam menangani masalah bersihan jalan napas dengan
sampel yang tidak diberikan latihan teknik batuk efektif.

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

Blanc L, Falzon D, Fitzpatrick C et al. In: Global Tuberculosis Control 2010.

Geneva: WHO Press; 2010: 1, 5-7

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. BukuSakuPatofisiologi, 3 EdisiRevisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey:Upper Saddle River

Pranowo, Wahyu C. (2010). Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum


Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi: Universitas Diponegoro

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. PanduanDiagnosaKeperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Smeltzer, S. & Bare, B. (2002). Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8 vol


3. Jakarta: EGC

Somantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba
Medika.

Subrata, S. (2006). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Diam Rakyat

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Stiller,K et all. (2008). Efficacy of Breathing and Coughing Exercise in the
Prevention of Pulmonary Complications After Coronary Artery Surgery.
Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 pada Downloaded From:
http://publications.chestnet.org/ on 06/28/2014

Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Utarini A, Wuryaningtyas B, Basri C. Strategi Nasional Pengendalian TB di


Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011

Wilkinson & Van Leuven. (2007). Procedure Checklists for Fundamentals of


Nursing. F. A. Davis Company.

Yana, Agustus. (2008). Hubungan Teknik Batuk Efektif dengan Pengeluaran


Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru Akut di Wilayah Kerja Puskesmas
Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Skripsi: Universitas
Diponegoro

WHO. (2013). Global Tuberculosis Report. Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 pada
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 1

Catatan Perkembangan KeperawatanTn.Bdengan HIV, TB paru di RuangRawatPenyakitdalam RSCM Zona A Lantai 7

Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Evaluasi

08/05/2014 Gangguan Bersihan Jalan Implementasi


Napas - - Pantau jalan napas, kaji adanya wheezing, S:-
gargling, atau snorring O : KU : Lemah, Kes : Apatis, GCS = 12
- kaji pengembangan dada, kedalaman bernapas, dan Batu Efektif ( - ), Slim ( + ), agak kental
auskultasi bunyiparu Ronchi +/+
- Monitor tekanan darah, frekuensi napas, dan A : Masalah Belum Teratasi
denyut nadi P : - Kaji Fungsi Pernapasan
- kaji refleks batuk, adanya sekret, catat jumlah, - Pertahanakan posisi semifowler
warna, dan bau - Monitor Kebutuhan Cairan
- anjurkan minum air hangat jika klien tidak puasa - Kolaborasi pemberian Inhalasi
dan tidak ada restriksi cairan
- berikan posisi nyaman (semi fowler-fowler)
- Lakukan fisioterapi dada dan postural drainase
sesuai indikasi
- Ajarkan klien cara batuk efektif
- Kolaborasi dengan Inhalasi
08/05/2014 Ketidak seimbangan Implementasi
nutrisi: kurang dari - Kaji status nutrisi, meliputi : S :-
kebutuhan tubuh o Perubahan berat badan dan tinggi badan O : - KU : tampak lemah, Kes : apatis
o Pengukuran antropometrik (IMT, dan LLA) - Terpasang NGT, Residu minimal
o Nilai laboratorium (elektrolit, serum, BUN, - BU ( + ) 6x/mnt
kreatinin, Protein). - NGT : 6 x 200 cc
- Kaji pola diet nutrisi klien : riwayat diet, makanan - Toleransi lambung ( + )
kesukaan, dan hitung kalori. A : Masalah Belum Teratasi
- Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan P : Lakukan Intervensi
nutrisi : anoreksi, mual dan muntah, diet yang
tidak menyenangkan bagi klien, kurang memahami
pembatasan diet.
- Menyediakan makanan kesukaan klien dalam
batas-batas diet yang telah ditetapkan
- Berikan makan sedikit tapi sering.
- Berikan makanan halus, hindari makanan kasar
sesuai indikasi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 1

- Ajarkan keluarga mengenai makanan yang


dianjurkan, dibatasi,, dan dilarang sesuai dengan
kondisi pasien
- Berikan informasi yang tepat mengenai kebutuhan
nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit
yang sesuai
08/05/2014 Kerusakan Integritas kulit
Implementasi
- Kaji luas dan keadaan luka serta proses S:-
penyembuhannya O:- Luka tampak basah tertutup kassa
- Rawat luka dengan baik dan benarsecara aseptik - Luka decubitus Grade II
dengan Na Cl 0.9% - Luas luka 5 x 4 cm
- Granulasi luka ada

09/05/2014 Gangguan bersihan jalan Implementasi


napas - Kaji fungsi pernapasan, auskultasi..... S:-
- Berikan posisi semifowler O : - KU : Lemah, Kes : Apatis/CM
- Catat kemampuan mengeluarkan sekret -Klien batuk ( + ), belum dapat mengeluarkan
- Mulai untuk batuk efektif sekret
- Kolaborasi pemberian therapy inhalasi - Slym ( + ), Ronchi +/+
- Inhalasi dengan Nacl 0,9% dan bisolvon
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lakukan intervensi

09/05/2014 Gangguan nutrisi kurang Implementasi :


dari kebutuhan tubuh - Kaji status nutrisi klien, kemampuan menelan S:-
- Pantau masukan keluaran nutrisi O : - Ku : lemah, Kes : CM/apatis
- Beri diit melaui NGT - Klien terpasang NGT dengan residu minimal
- Perhatikan kebutuhan kalori - Bu : 6x/mnt, absorbsi lambung baik
- Diit cair 6 x 200 cc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 1

09/05/2014 Gangguan integritas kulit Implementasi


- Kaji keadaan umum dan luas luka S:-
- Berikan perawatan luka dengan baik dan benar O : - Luka tampak bersih, Bau (-), luas luka 5 x 4 cm
- Kaji pertumbuhan granulasi Pertumbuhan granulasi baik
- Kolaborasi pemberian therapy topical A : Masalah teratasi sebahagian
P : Lanjutkan intervensi

10/05/2014 Gangguan bersihan jalan Implementasi S : Klien mengatakan slim lengket


napas - Kaji fungsi pernapasan, auskultasi..... O : - KU : lemah, Kes : CM
- Berikan posisi semifowler - Batuk (+), slym (+) kental
- Catat kemampuan mengeluarkan sekret - Klien sulit mengeluarkan sekret
- Mulai untuk batuk efektif - RR 20 x/mnt
- Kolaborasi pemberian therapy inhalasi A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

10/05/2014 Gangguan nutrisi kurang Implementasi : S : Klien mengatakan lapar


dari kebutuhan tubuh - Kaji status nutrisi klien, kemampuan menelan O : - Ku : lemah, Kes : CM
- Pantau masukan keluaran nutrisi - Diit cair 6 x 200cc dengan melalui NGT
- Berikan diit melaui NGT - BU (+), toleransi usus ( + )
- Perhatikan kebutuhan kalori - Turgor kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

Rencana Asuhan Keperawatan Tn.B dengan HIV, TB paru di Ruang Rawat Penyakit dalam RSCM Zona A Lantai 7

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 kerusakan integritas Tujuan: Mandiri


kulit berhubungan Integritas kulit terjaga. -kaji risiko kerusakan integritas kulit, misalnya Pengakajian risiko penting untuk
dengan penurunan Kriteria evaluasi dengan skala norton menentukan tindakan yang tepat untuk
suplai oksigen ke Setelah dilakukan internesi
- posisikan klien senyaman mungkin untuk pasien
kulit, penipisan keperawatan dalam waktu
lapisan lemak sub 1x24 jam, integritas kulit menghindari friksi yang berlebihan Luka tekan sering terjadi karena posisi tidur
kutan, dan defisit klien utuh dengan kriteria misalnya dengan menempatkan bantal pada yang tidak diubah-ubah dan terdapat banyak
nutrisi evaluasi: daerah daerah persendian dan ada tulang friksi dari linen, dan tempat tidur.
- Tidak terjadi luka tekan yang menonjol
- Kulit bersih - jaga kebersihan diri pasien dengan mandi 2 Kulit yang tidak bersih meningkatkan risiko
kali sehari, jaga kebersihan lingkungan infeksi sehingga mudah terjadi luka
dengan mengganti baju dan linen bila
basah atau kotor
- anjurkan pasien minum yang banyak apabila Kekurangan cairan mengakibatkan turgor
tidak ada pembatasan cairan, minumlah kulit buruk
2500cc/ hari
- Jika ada edema anjurkan klien mengelevasi Edema dipengaruhi gravitasi
ekstremitas yang edema
- tingkatkan asupan nutrisi terutama albumin. Kekurangan nutrisi seperti albumin
- jika ada luka, rawat luka dengan prinsip steril memperlambat proses penyembuhan luka
- lakukan masase pada kulit dengan minyak Pemberian lotion, vaslein, dan minyak
ziutun, lotion, vaselin, atau minyak kelapa kelapa terbukti efektif mengurangi risiko
setiap sehabis mandi luka tekan bagi pasien tirah baring

Pendidikan kesehatan Keluarga perlu diinformasikan mengenai


- Informasikan kepada keluarga cara cara perawatan untuk mencegah luka tekan
mencegah luka tekan
- Demonstrasikan cara memandikan pasien
dan masase.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

Kolaborasi
- Kolaborasi pembatasan cairan apabila ada Edema memperburuk ingeritas kulit
edema akibat overload sehingga harus dikontrol.
- Kolaborasi transfusi albumin pada kasus
edema akibat hipoalbumin
- Kolaborasi pemerian salep topikal atau Antibiotik peerlu diberikan pada kasus luka
antibiotik yangs esuai apabila ada luka yang terinfeksi

2 Perubahan nutrisi: Tujuan : Mandiri


kurang dari Klien dapat memperlihatkan - Kaji status nutrisi, meliputi : Menyediakan data dasar untuk memantau
kebutuhan tubuh status nutrisi yang adekuat o Perubahan berat badan dan tinggi perubahan dan mengevaluasi hasilnya.
berhubungan dengan Kriteria Hasil : badan
proses infeksi Setelah dilakukan intervensi o Pengukuran antropometrik (IMT, dan
6x24 jam nutrisi klien LLA)
adekuat dengan kriteria o Nilai laboratorium (elektrolit, serum, Pada diet dahulu dan sekarang dapat
evaluasi BUN, kreatinin, Protein). dipertimbangkan dalam menyusun menu.
- Klien tidak merasa - Kaji pola diet nutrisi klien : riwayat diet, Menyediakan informasi mengenai faktor
mual/muntah makanan kesukaan, dan hitung kalori. lain yang dapat diubah atau dihilangkan
- BB naik 0.5- - Kaji faktor yang berperan dalam merubah untuk meningkatkan masukan diet.
1kg/minggu masukan nutrisi : anoreksi, mual dan Mendorong meningkatkan masukan diet.
- nilai lab normal: muntah, diet yang tidak menyenangkan Penyerapan makanan terganggu akibat
albumin 3.5-5 g/dl bagi klien, kurang memahami pembatasan adanya stenosis di bagian distal pasien hal
hb > 12 g/dl diet. ini trjadi akibat akalasia, oleh karena itu
- Menyediakan makanan kesukaan klien makanan yang mampu diserap hanyalah
dalam batas-batas diet yang telah makanan dalam bentuk sangat halus,
ditetapkan memakan makanan dalam jumlah terlalu
- Berikan makan sedikit tapi sering. banyak harus dihindari agar tidak terjadi
- Berikan makanan halus, hindari makanan refluks esfagus dan aspirasi
kasar sesuai indikasi

Pendidikan kesehatan
- Ajarkan keluarga mengenai makanan yang
dianjurkan, dibatasi,, dan dilarang sesuai
dengan kondisi pasien
- Berikan informasi yang tepat mengenai

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara


memenuhinya
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diit yang sesuai
3 Bersihan jalan napas Tujuan: Jalan napas bisa terganggu karena adanya
tidak efektif Jalan napas paten, pertukaran Mandiri berbagai sumbatan, dan bunyi napas khas
gas adekuat. - Pantau jalan napas, kaji adanya wheezing, pada setiap jenis sumbatan,
Kriteria Evaluasi:
gargling, atau snorring Wheezing: penyempitan bronkus/ khas pada
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dalam 3x 24 - kaji pengembangan dada, kedalaman spasme bronkus misal penderita asma.
jam klien menunjukkan bernapas, dan auskultasi bunyiparu snoring adalah suara seperti mendengur
respon: - Monitor tekanan darah, frekuensi napas, jalan napas tertutup oleh lidah, dan gargling
- Suara nafas vesikuler, dan denyut nadi adalah suara napas yang tertutup sekret
wheexing (-), Ronchi (-) - kaji refleks batuk, adanya sekret, catat cairan/darah
- RR dalam batas normal jumlah, warna, dan bau Usaha napas dapat dilihat
(12-20x/menit)
- anjurkan minum air hangat jika klien tidak daripengembangan dada, kedalaman
- tidak ada dispnea dan
sianosis puasa dan tidak ada restriksi cairan bernapas
- Nilai AGD dalam batas - berikan posisi nyaman (semi fowler- hemodinamik dapat terganggu apabila
normal fowler) napas tidak edekuat, peningkatan TD dan
- Sekret encer dan mudah - Lakukan fisioterapi dada dan postural RR dapat terjadi sebagai mekanisme
dikeluarkan melalui drainase sesuai indikasi kompensasi
batuk Pendidikan Kesehatan Pada pasien-pasien dengan refleks batuk
1.
- Ajarkan klien cara batuk efektif yang tidak adekuat sekret dapat menumpuk
. sehingga mengganggu oksigenasi. sputum
kolaborasi : de warna kuning-hijau menandakan infeksi
- pemeriksaan AGD, Saturasi, Terapi O2 paru berat
dan inhalasi jika perlu Posisi fowler dapat meningkatkan ekspansi
- Lakukan penghisapan lendir apabila paru
refleks batuk tidak adekuat postural drainase memfasilitasi pengeluaran
sekret
Apabila masalah jalan napas tidak teratasi
maka akan mengganggu keseimbangan asam

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

basa, oksigenasi tidak adekuat sehingga


perlu terapi kolaborasi

4 Hipertermi Tujuan: Monitor


berhubungan dengan Suhu tubuh dalam batas - Monitor suhu tubuh: aksila - TTV meningkat sesuai peningkatan
proses infeksi normal, peningkatan suhu - Monitor TTV tiap shift sushu
tubuh teratasi
- Monitor hidrasi - Kebuuhan hidrasi meningkat 12,5 %
Kriteria hasil Mandiri setiap kenaikan suhu 1 derajat
- Suhu tubuh nornal - Berikan kompres hangat - Selimut tipis memudahkan panas keluar
- TTV normal - Berikan baju dan selimut tipis dari tubuh
- Jaga temperatur udara jangan terlalu dingin - Cairan intravena diperlukan untuk
Pendidikan kesehatan menjamin hidrasi yang adekuat
- Ajarkan keluarga kompres hangat
Kolaborasi:
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi
- Berikan antipiretik sesuai program

5 Pola napas tidak Tujuan Mandiri


efektif berhubungan Klien dapat - Monitor status respirasi: Hitung Frekuensi Peningkatan frekuensi peranapsan,
dengan penurunan mendemosntrasikan pola napas, inspeksi pergerakan dinding dada, perubahan kedalaman pernapasan
ekspansi paru, dan napas yang efektif dan dispnea menunjukkan gangguan pada sistem
akumulasi cairan di Kriteria hasil pernapasan
pleura Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan teknik bernapas yang efektif, Pernapasan yang perlahan, dan dalam
keperawatan selama 3x24 misalnya pernapasan dalam dan perlahan, memungkinkan lebih banyak 2O2 yang
jam masalah pola napas tidak atau purse lips breathing masuk ke paru
efektif dapat teratasi dengan Saturasi oksigen normal adalah >95-100
kriteria evaluasi: - Monitor saturasi oksigen secara berkala %,saturasi oksigen menurun menunjukkan
- Pola napas efektif kekurangan kadar oksigen dalam darah

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

ditandai dengan Posisi yang sesuai dapat meningkatkan


frekuensi napas dalam ekspansi paru, mengurangi sesak, dan
batas normal (12-20 - Berikan posisi yang nyaman bagi pasien: memperbaikin perfusi
x/menit), rasio inspirasi : misalnya fowler, semi fowler, atau lateral
ekspirasi = 1:2, dan tidak Keluarga merupakan support system yang
ada penggunaan otot-otot Pendidikan Kesehatan paling dekat dengan pasien sehingga
bantu pernapasan - Informasikan kepada keluarga teknik pemberdayaan keluarga sangat penting agar
- Sesak hilang/ tidak ada relaksasi untuk memperbaiki pola proses perawatan pasien berjalan dengan
keluhan dispnea pernapasan optimal. Keluarga sering kurang
- Tidak ada sianosis - Informasikan kepada keluarga tanda-dan pengetahuan sehingga informasi mengenai
gejala gawat pernapasan seperti kondisi penyakit anggota keluarga dan cara
peningkatan frekuensi pernapasan, penanganannya sangat penting
sianosis, dan penurunan kesadaran, diinformasikan pada keluarga.
anjurkan keluarga untuk segera mencari
bantuan medis apabila tanda tersebut
ditemukan Oksigen tambahan perlu diberikan apabila
Kolaborasi saturasi oksigen terus menurun.
- Berikan terapi oksigen tambahan sesuai Bronkodilator berguna melebarkan jalan
indikasi napas terutama pada kasus-kasus gangguan
- Berikan terapi bronkodilator jika ada pola napas yang disebabkan spasme
indikasi bronkus
Nyeri biasa muncul pada berbagai kasus
- Berikan terapi analgetik untuk emngurangi gangguan pernapasan sehingga
nyeri saat pernapasan sesuai indikasi menyebabkan ketidakefektivan ventilasi,
6 Gangguan Tujuan: Mandiri
pertukaran gas: Klien akan menunjukkan - Kaji adanya tanda-dan gejala gangguan Penrurunan kadar oksigen dalam darah
berhubungan dengan pertuakaran gas yang adekuat pertukaran gas seperti pernurunan akan langsung berdampak pada
penurunan oskigen Kriteria Evaluasi:
kesadaran, dispnea, takipnea, penurunan penurunan kesadaran, dan perubahan
ke paru-paru akibat Setelah dilakukan tindakan
proses infeksi dan keperawatan selama 3 x 24 saturasi oksigen yang drastis, penurunan nilai AGD
ventilasi yang tidak jam, masalah gangguan PaO2 dan Peningkatan PCO2
adekuat pertukaran gas teratasi - Pertahankan bedrest apabila terjadi tanda- Bedrest akan menurunkan kebutuhan
dengan kriteria: tanda distress pernapasan , tingkatkan oksigen
- Pola nafas klien kembali aktivitas secara bertahap
normal 20 kali per menit - Pertahankan jalan napas yang paten, kaji Retensi sputum di jalan napas akan
- Nilai lab hasil AGD jika ada sputum yang menghambat jalan mengakibatkan penurunan suplai

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 2

kembali dalam batas napas oksigen ke paru-paru


normal - Posisikan pasien sesuai indikasi Posisi yang tepat dapat secara langsung
- Terdengar bunyi meningkatkan ventilasi sehingga
vesikuler di kedua Pendidikan Kesehatan memasilitasi pertukaran gas yang
thoraks - Informasikan kepada keluarga mengenai adekuat
- Klien tidak mengalami tanda-tanda disress pernapasan, anjurkan Keluarga sebagai orang-orang yang
hambatan saat bernafas keluarga segera mencari bantuan tenanga selalu berada di dekat pasien harus dapat
- medis apabila ditemukan tanda-tanda mengenali masalah dan mengambil
tersebut tindakan yang tepat untuk menjamin
- Informasikan kepada keluarga mengenai kesehatan pasien
tindakan medis untuk meningkatkan
oksigenasi seperti pengambilan darah
AGD, terapi oksigen tambahan, atau
tindakan invasif lainnnya
Kolaborasi
- Lakukan pemeriksaan Analisa gas darah Pertukaran gas yang adekuat akan
- Beriksn terapi oksigen sesuai kebutuhan tercermin dari nilai kadar oksigen di
dan indikasi dalam darah
Pada kasus-kasus berat intubasi
- Lakukan intubasi apabila terjadi gagal
dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa
napas , bila keluarga setuju
NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: Definitions & Classifications 2012-2014. USA: Wiley-Blackwell

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
Lampiran 3 Pathway Tuberkulosis Paru

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
1

ANALISIS BATUK EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN


JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU

Tiur Dame Uli Silalahi1, Hanny Handiyani2


1
Mahasiswa Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
2
Dosen Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan Keperawatan Dasar , Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia

Abstrak
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai akibat urbanisasi pada
masyarakat perkotaan. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi oportunistik yang
menyerang saluran pernapasan. Salah satu masalah keperawatan yang ditimbulkan akibat
penyakit ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pada pasien TB terjadi peningkatan
produksi sputum sehingga menghambat jalan napas dan apbila tidak ditangani dapat
menimbulkan kegawatan pernapasan. Teknik batuk efektif telah lama direkomendasikan
sebagai intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas. Karya tulis ini
bertujuan menganalisis pengaruh batuk efektif terhadap pasien TB paru di ruang rawat
penyakit dalam RSCM. Hasil studi menunjukkan latihan batuk efektif yang rutin terbukti
meningkatkan bersihan jalan napas sehingga memperbaiki oksigenasi.
Kata Kunci: bersihan jalan napas, batuk efektif, infeksi paru, TBC

Abstact
Tuberculosisis a health problem that isoften encountered as a result of urbanization on urban
communities. Pulmonary tuberculosisis an opportunistic disease that attacks
therespiratorytract. One of thenursing problems caused by this diseaseis ineffective airway
clearance. TB patients increased sputum production thus inhibiting airway and if left
untreated it canlead torespiratory distress. Cough techniques have been recommended as
effective nursing interventions to address the problem of airway clearance. This paper aims to
analyzethe impact of effective cough in a patient with TB in internal medicine wards of
RSCM. The study shows that regular exercise of effective cough is proven effective to
improve airway clearance and improve oxygenation.

Keywords: airway clearance, effective cough, lung infections, tuberculosis

Pendahuluan manusia. Tuberkulosis telah menyebar di

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu hampir semua negara. Prevalensi TBC di

masalah kesehatan yang utama di dunia. Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%,

Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan dan untuk China dan India sebesar 35%

kasus kematian hampir mencapai 2 juta dari semua kasus tuberkulosis. WHO
dalam Global Reports 2010 menyatakan

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
2

bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB pasien TB dunia. Survey kesehatan rumah
di seluruh Indonesia adalah sebesar 9,4) tangga (SKRT) yang diselenggarakan oleh
dan meningkat terus secara perlahan setiap Departemen Kesehatan, sekitar 30-40%
tahunnya dan menurun lambat seiring penyakit dan penyebab kematian di
adanya peningkatan per kapita. Prevalensi Indonesia adalah penyakit paru. TBC
kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta merupakan pembunuh nomor satu diantara
(berkisar 12 juta sampai 16 juta) (Blanc L, penyakit menular lainnya dan nomor tiga
Falzon D, Fitzpatrick C et al, 2010). dalam daftar seperti penyebab kematian
utama di Indonesia setelah penyakit
Masalah tuberkulosis paru di negara
jantung dan pembuluh darah dan penyakit
berkembang sudah sampai pada tahap
saluran pernafasan akut (Utariani, 2011).
yang mengkhawatirkan, karena sebanyak
95% kasus tuberkulosis paru berada di Tuberkulosis saat ini menjadi salah satu
negara tersebut, dan sebanyak 98% dampak dari urbanisasi dan masalah yang
kematian yang ada di negara itu terjadi di masyarakat perkotaan. Semakin
disebabkan oleh tuberkulosis paru. meningkatnya urbanisasi akan berdampak
Departemen kesehatan pada tahun 2010 pada kesehatan masyarakat lingkungan
memperkirakan besarnya jumlah kematian kota, baik dari segi tata kota, masyarakat
setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang maupun keadaan sekitarnya. Dampak
dengan kasus baru sebanyak 539.000 urbanisasi terhadap kesehatan dan
kasus dan insiden tuberkulosis paru (basil lingkungan kota salah satunya adalah TB
tahan asam) BTA positif sekitar 110 per (Pranowo, 2010). Lingkungan tempat
100.000 penduduk. WHO memperkirakan tinggal yang kumuh, gelap dan lembab
jumlah kematian akibat penyakit ini setiap serta rendahnya asupan nutrisi membuat
tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000 turunnya daya tahan tubuh masyarakat
dengan jumlah kasus pertahun sebanyak kota terutama masyarakat dengan ekonomi
550.000 kasus (Utariani, 2011) renda, hal tersebut menjadikan TB
semakin mudah menular dan menjadi aktif
TB merupakan salah satu masalah
(Yana, 2008).
kesehatan penting di Indonesia. Selain itu,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 Gejala utama pasien TB paru adalah batuk
negara dengan jumlah penderita TB berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
terbanyak di dunia setelah India dan Batuk dapat diikuti dengan gejala
China. Jumlah pasien TB di Indonesia tambahan yaitu dahak bercampur darah,
adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
3

nafsu makan menurun, berat badan Pranowo (2010) menunjukkan adanya


menurun, malaise, berkeringat malam hari efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran
tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang sputum untuk penemuan BTA pasien TB
lebih dari satu bulan (Depkes, 2006). paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu
Komplikasi pada penderita tuberkulosis Kudus. Dengan batuk efektif penderita
stadium lanjut; hemoptosis berat tuberkulosis paru tidak harus
(perdarahan dari saluran nafas bawah) mengeluarkan banyak tenaga untuk
yang dapat mengakibatkan kematian mengeluarkan sekret (Depkes, 2007).
karena syok hipovolemik atau
Perawat sebagai pemberi asuhan
tersumbatnya jalan nafas (Depkes
keperawatan langsung kepada pasien
RI, 2005).
berperan penting dalam usaha preventif
Kuman tuberkulosis yang masuk kesaluran dan promotif bagi penderita TB. Tindakan
pernapasan akan menginfeksi saluran utama yang dilakukan yaitu megurangi
nafas bawah dan dapat menimbulkan gejala yang timbul akibat TB misalnya
terjadinya batuk produktif dan darah. Hal batuk berdahak dan penumpukan sekret
ini akan menurunkan fungsi kerja silia dan sering dirasakan sangat mengganggu
mengakibatkan penumpukan sekret pada penderita TB karena cenderung
saluran pernafasan. Sekret yang menimbulkan sesak nafas dan cepat lelah
menumpuk pada jalan napas dapat saat beraktivitas. Karya ilmiah ini akan
dikeluarkan dengan latihan batuk efektif. menganalisis praktik klinik keperawatan
Batuk efektif merupakan tindakan yang kesehatan masyarakat perkotaan mengenai
dilakukan untuk membersihkan sekresi latihan batuk efektif dalam mengatasi
dari saluran nafas. Tujuan dari batuk masalah bersihan jalan napas pada pasien
efektif adalah untuk meningkatkan tuberkulosis paru.
ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan
Metode
mencegah efek samping dari retensi skresi Penelitian ini menggunaka metode studi
seperti pneumonia, atelektasis dan demam. kasus pada salah satu pasien kelolaan yang
Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa dirawat di ruang penyakit dalam RSCM.
batuk efektif merupakan suatu metode Data diperoleh dari medical record pasien,
batuk dengan benar dimana dapat energi wawancara langsung, observasi langsung,
dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
dan dapat mengeluarkan dahak secara penunjang.
maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
4

Diagnosa medis TBC didapatkan dari data pada oksigenasi yang lebih baik. Hasil
medikal record dan ditunjang oleh evaluasi menunjukkan perbaikan dilihat
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan dari nlai frekuensi pernapsan pasien turun
fisik dilakukan untuk mengkaji keluhan dari 24 kali per menit hingga 18 kali per
gangguan pernapasan seperti sesak, menit. Selain itu keluhan sesak berkurang
frekuensi pernapasan, suara napas, dan dari yang awalnya sesak berat hilang
adanya sianosis dan tanda-tanda distress timbul dan berkurang hari ke 3.
pernapasan sebagai salah satu komplikasi
gangguan bersihan jalan napas. Perbaikan status pernapasan juga diamati
melalui produksi sputum. Sputum dari
Setelah dilakukan pengkajian ditegakkan
awal kental dan susah keluar, semakin hari
beberapa diagnosa keperawatan yang
semakin mudah dikeluarkan dan menjadi
sesuai dengan keluhan pasien. Pada pasien
encer. Suara napas juga mengalami
ini diagnosa utamanya adalah bersihan
perubahan dengan hasil askultasi paru
jalan napas tidak efektif. Pada pasien
menunjukkan ronchi berkurang dari hari
dilakukan intervensi latihan batuk efektif
ke hari. Hasil intervensi uga dilihat dari
secara terjadwal. Intervensi keperawatan
perolehan saturasi oksigen pasien yang
melibatkan keluarga pasien sebagai
membaik dari hari ke hari yaitu dari 94.5
pengawas pasien dalam melakukan latihan,
menjadi 97.1 %.
Lalu, evaluasi terhadap pernapasan
dilakukan setiap hari dengan melihat hasil
Pembahasan
analisa frekuensi pernapasan, keluhan
Masalah pada sistem pernapasan
sesak, suara pernapasan (adanya ronchi)
merupakan masalah kesehatan yang
dan saturasi oksigen. Intervensi mandiri
mudah terjadi di lingkungan perkotaan.
keperawatan batuk efektif juga
Udara yang tidak bersih lagi yang ada di
dikolaborasikan dengan terapi inhalasi
lingkungan kota dapat menjadi sarana
Nacl 3 % untuk mengencerkan sputum.
penyebaran penyakit. Salah satu penyakit
Hasil yang banyak terjadi pada daerah perkotaan
Hasil intervensi keperawatan dinilai adalah TBC. TBC tidak hanya dapat
melalui pemeriksaan fisik dan hasil menyerang masyarakat dewasa, tetapi juga
pemeriksaan saturasi oksigen perfier. Hasil anak-anak. Lingkungan kumuh dan tidak
intervensi menunjukkan latihan batuk terjaga kebersihannya pun dapat menjadi
efektif memperbaiki jalan napas, tempat hidup bakteri, virus, maupun jamur
melegakan pernapasan dan berdampak yang dapat mengakibatkan TBC. Bahkan,

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
5

asap yang dihasilkan oleh dapur penduduk penumpukan sekret membuat jalan napas
pun dapat menjadi penghantar penyebaran cenderung menyempit sehingga udara
penyakit ini. Apabila agen penyebab TBC yang masuk ke dalam tubuh pun sedikit.
ini terhirup oleh individu dengan Pasien yang mengalami masalah bersihan
penurunan sistem imunitas tubuh, maka jalan napas tidak efektif akan juga
agen penyebab TBC tersebut dapat dengan mengalami batuk sebagai usaha
mudah menginfeksi individu. membersihkan jalan napas dari produksi
Penurunan sistem imunitas tubuh pada sekret yang berlebih. Batuk merupakan
pasien menjadi faktor predisposisi yang suatu mekanisme normal pada manusia
menyebabkan infeksi TBC cepat untuk membersihkan jalan napas dari
menyerang. Infeksi yang dilakukan oleh benda-benda asing yang seharusnya tidak
bakteri tidak dapat dilawan oleh tubuh berada pada jalan napas sehingga jalan
karena lemahnya sistem pertahanan tubuh. napas dapat kembali paten.
Oleh karena itu bakteri dapat dengan bebas
hidup dalam tubuh individu. Individu yang Proses penyakit yang diakibatkan oleh
mengalami penurunan sistem pertahanan infeksi TBC tidak hanya menyebabkan
tubuh harus mendapat pengawasan agar masalah bersihan jalan napas, namun juga
infeksi yang diderita tidak menyebar. dapat mengganggu status nutrisi
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 seseorang. Proses penyakit yang
oleh Schnell dkk di Paris mengenai TBC ditimbulkan oleh agen penyebab TBC
pada pasien dengan immunocompromised membuat penderita TBC kehilangan napsu
didapatkan data bahwa dari 100 responden makan dan merasa mual sehingga intake
dengan immunocompromised, lebih nutrisi pun berkurang. Pasien juga
dari50% mengalami TBC dan sisanya mengalami hal serupa. Setiap kali makan
mengalami infeksi saluran napas atas. hanya menghabiskan setengah dari porsi
Seiring berjalannya penyakit, 10 makan seharusnya. Pasien mengatakan
responden yang mengalami TBC dirinya merasa mual dan tidak nafsu
meninggal dunia. makan.
Masalah keperawatan utama yang dialami
oleh pasien adalah bersihan jalan napas Penelitian lain yang dilakukan oleh
tidak efektif. Produksi sekret cenderung Strickland et. al tahun 2013 menyatakan
berlebih sehingga dapat menutup jalan bahwa usaha peningkatan bersihan jalan
napas. Oleh sebab itu, fungsi pernapasan napas akan meningkatkan oksigenasi,
pun tidak berjalan dengan baik. Adanya menurunkan lama waktu perawatan,

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
6

mengatasi atelektasis/konsolidasi paru, dan dapat dikeluarkan banyak. Sebelum batuk


meningkatkan pernapasan mekanik. efektif dilakukan, pasien minum air hangat
Penelitian ini juga merekomendasikan bagi untuk membantu mengencerkan dahak.
pasien dengan gangguan bersih jalan napas Setelah tiga hari perawatan, pasien
yang memiliki kelemahan untuk batuk mengatakan sudah tidak batuk lagi dan
untuk batuk secara manual ataupun suara ronkhi pada paru mulai menghilang.
dibantu secara mekanik. Pembersihan jalan
napas ini sangat penting bagi pasien TBC Masalah keperawatan utama yang dialami
karena retensi sekret yang tidak oleh pasien adalah bersihan jalan napas
dikeluarkan dalam waktu yang lama dapat tidak efektif. Batuk efektif telah diajarkan
menghambat pernapasan yang dapat kepada pasien dan telah pasien lakukan
berujung kepada kematian. selama tiga hari perawatan. Keefektifan
intervensi ini telah dibuktikkan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Elkins et. berkurangnya batuk pada pasien selama
al pada tahun 2005 menyatakan bahwa tiga hari perawatan. Namun, penulis
batuk efektif tidak signifikan dalam menyadari bahwa evaluasi dari intervensi
mengatasi bersihan jalan napas. Sedikitnya ini belum dapat dilakukan secara objektif.
produksi sekret setelah dibatukkan dan Evaluasi produksi sputum dan subjektif
tidak berkurangnya gejala yang dari pasien sendiri dirasa kurang untuk
ditimbulkan oleh produksi sekret berlebih menyatakan intervensi ini benar efektif
menunjukkan bahwa teknik ini tidak untuk mengatasi masalah bersihan jalan
signifikan digunakan pada pasien dengan napas.
masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Intervensi batuk efektif ini pun tidak
Pasien mengalami gangguan bersihan jalan berjalan sendiri. Sebagai tenaga kesehatan,
napas dari hari pertama perawatan. kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Kesulitan mengeluarkan dahak yang pun dilakukan. Pemberian obat untuk
dialami oleh pasien membuat pasien mengatasi batuk pun diberikan pada pasien
terganggu dan tidak nyaman karena harus ini sehingga dapat meningkatkan
berkali-kali batuk. Tindakan batuk efektif kesembuhan pasien dari masalah bersihan
diajarkan kepada pasien dan dievaluasi jalan napas tidak efektif tersebut.
selama tiga hari perawatan. Setelah batuk
efektif diajarkan, pasien mengatakan
pernapasan jauh lebih lega dan dahak yang

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
7

Kesimpulan oksigenasi pasien membaik. Evaluasi hasil


Penyebab tuberculosis (TB) pada intervensi dilihat melalui pemeriksaan
masyarakat perkotaan adalah padatnya fisik seperti frekeunsi pernapasan, keluhan
pemukiman, rendahnya pengetahuan sesak, suara napas, dan hasil saturasi
mengenai proses penularan, lingkungan oksigen .
yang tidak sehat, maluntrisi, penyakit-
Intervensi alternatif untuk mengatasi
penyakit yang menyebabkan rendahnya
masalah bersihan jalan napas pada pasien
imunitas seperti HIV/AIDS serta tingginya
TB adalah dengan postural drainage.
polusi udara.
Postural Drainage memanfaatkan gravitasi
Tuberculosis (TB) yang terjadi pada pasien untuk membantu sputum keluar melalui
kelolaan dipicu oleh penyakit HIV yang jalan napas utama sehingga lebih mudah
dideritanya. HIV/AIDS menyebabkan untuk dikeluarkan. Postural drainase juga
depresi sistem imun sehingga pasien bermanfaat mencegah sputum bertumpuk
rentan tertular penyakit infeksi pada tempat yang sama pada waktu yang
oportunistik seperti TBC lama sehingga menimbulkan infeksi lebih
lanjut.
Masalah keperawatan utama yang terjadi
pada pasien TB adalah bersihan jalan Daftar Referensi
napas tidak efektif akibat peningkatan
Blanc L, Falzon D, Fitzpatrick C et al. In:
produksi sputum. Selain itu, pada pasien
Global Tuberculosis Control 2010.
TB juga sering ditemukan masalah
kekurangan nutrisi karena salah satu gejala Geneva: WHO Press; 2010: 1, 5-7

TB adalah penurunan berat badan tiba- Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa


tiba. Keperawatan, Aplikasi pada
Praktik Klinis, edisi
Intervensi keperawatan yang dilakukan
6. Jakarta: EGC
pada studi kasus ini adalah latihan batuk
efektif untuk mengatasi masalah bersihan Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi,
jalan napas pada pasien TB 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik


Hasil intervensi pada pasien TB dalam
Indonesia. 2006. Pedoman
studi kasus ini menunjukkan bahwa batuk
Nasional Penanggulangan
efektif dikolaborasikan dengan terapi
Tuberkulosis.Depkes RI : Jakarta.
inhalasi dengan Nacl 3 % efektif untuk
membantu pengeluaran sekret sehingga

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014
8

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Yana, Agustus. (2008). Hubungan Teknik
Outcomes Classification Batuk Efektif dengan Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru
(NOC) Second Edition. New
Akut di Wilayah Kerja Puskesmas
Jersey: Upper Saddle River
Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Pontianak. Skripsi: Universitas
Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Diponegoro

Media Aesculapius WHO. (2013). Global Tuberculosis


Report. Diakses pada tanggal 7 Juli
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing 2014 pada
Interventions Classification (NIC) http://www.who.int/tb/publications/glob
al_report/en/
Second Edition. New Jersey:Upper
Saddle River

Pranowo, Wahyu C. (2010). Efektifitas


Batuk Efektif Dalam Pengeluaran
Sputum Untuk Penemuan BTA Pada
Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap
Rumah

Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi:


Universitas Diponegoro

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa


Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk


Keperawatan. EGC : Jakarta.

Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan


Pernapasan : Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Utarini A, Wuryaningtyas B, Basri C.


Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia 2010-2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan 2011.

Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai