Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

Disusun Oleh:

Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 2A

Kelompok 1

1. Acep Zamzam Hidayat C2014201006


3. Adela Nur Fadhillah C2014201025
4. Galih Nugraha C2014201032
5. Hopipah Dewi Iriani C2014201027
6. Miftah Nurhakim C2014201011
7. Natasya Fahrunnisa C2014201035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat karunia beliau kita semua
masih diberi kesehatan, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat
beserta salam tidak lupa tercurah limpahkan kepada jungjunan kita yakni Nabi
Muhammad SAW, tidak lupa kepada keluarga nya, sahabat nya, serta kita sebagai
pengikut nya mudah-mudahan setia sampai akhir jaman.

Kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan rasa syukur kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan kesehatan bagi kita semua, baik itu sehat fisik,
jasmani dan rohani dan juga kelancaran dalam menyusun makalah ini. Sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas dari Mata Kuliah AL-ISLAM DAN
KEMUHAMMADIYAHAN dengan lancar tanpa hambatan.

Makalah ini memang jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan
kesalahan di dalam nya. Untuk itu kami sebagai penyusun makalah ini meminta
saran dan kritik untuk kami memperbaiki nya.

Terimakasih semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat untuk


pembacanya.

Tasikmalaya, 29 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Definisi Asma...........................................................................................4
B. Etiologi......................................................................................................4
C. FAKTOR PENCETUS............................................................................5
D. PATOFISIOLOGI...................................................................................6
E. Komplikasi...............................................................................................7
F. Klasifikasi....................................................................................................7
G. TANDA DAN GEJALA..........................................................................9
H. Gambaran Klinik....................................................................................9
BAB III LAPORAN KASUS ASMA....................................................................12
A. Kasus.......................................................................................................12
B. Anamnesa...............................................................................................12
C. Klinis.......................................................................................................14
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................22
B. Implikasi Keperawatan.........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang bersifat kronis.
Kondisi ini disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan yang
menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada
jalan napas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasanya muncul berupa
mengi (wheezing), sesak napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari
waktu ke waktu dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala Gejala
tersebut biasanya akan memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti
debu, asap rokok) atau saat sedang mengalami sakit seperti demam (Global
Initiative of Asthma 2018) Asma merupakan masalah kesehatan yang banyak
ditemukan di masyarakat dan memiliki angka kesakitan dan kematian yang
tinggi. Asma tidak hanya menyerang anak-anak melainkan seluruh kelompok
usia. Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma didunia
(WHO 2017). Berdasarkan laporan WHO Desember 2016, tercatat pada tahun
2015 sebanyak 383.000 orang meninggal karena asma. Berdasarkan laporan
Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018 jumlah pasien asma di
Indonesia sebesar 2,4 % (Balitbangkes 2018).
Masalah yang sering dialami pada pasien asma adalah sesak napas. Sesak
napas ini terjadi karena obstruksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
menebalnya dinding saluran napas yang ditimbulkan oleh peradangan dan
edema yang dipicu oleh pengeluaran zat histamine, tersumbatnya saluran napas
oleh sekresi berlebihan mukus kental, hiperresponsitivitas saluran napas yang
ditandai oleh konstriksi hebat saluran napas kecil akibat spasme otot polos di
dinding saluran napas (Sherwood 2012). Obstruksi bertambah berat saat
melakukan ekspirasi karena fisiologis pernapasan menyempit pada fase
tersebut. Diameter bronkiolus lebih banyak berkurang pada saat ekspirasi
daripada selama inspirasi karena terjadi peningkatan tekanan dalam paru
selama ekspirasi paksa sehingga menekan bagian luar bronkiolus dan

1
2

menutupnya saluran napas cenderung sangat meningkat karena tekanan positif


dalam dada selama eskpirasi. Hal ini menyebabkan udara distal tempat
terjadinya obstruksi tidak dapat 3 diekspirasikan sehingga volume udara yang
masuk dan keluar tidak seimbang. Penyempitan pada saluran napas ini akan
mengakibatkan kesulitan dalam ekspirasi (Guyton and Hall 2012). Kesulitan
dalam melakukan ekspirasi pada pasien asma dapat diukur dengan tes objektif.
Tes yang digunakan adalah dengan pengukuran laju arus puncak ekspirasi
(APE) (Francis 2011). Arus puncak ekspirasi (APE) adalah kecepatan aliran
eskpirasi maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang, dinyatakan dalam
liter/menit. Pengukuran APE dapat dilakukan dengan menggunakan peak flow
meter. Penggunaan peak flow meter dapat dilakukan dengan cara meminta
pasien untuk mengambil napas dalam-dalam, lalu melakukan suatu tiupan
ekspirasi maksimal yang kuat dan cepat melalui mulut. Nilai yang muncul pada
peak flow meter bergantung pada umur, jenis kelamin, dan tinggi badan
(Muttaqin 2008). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
penurunan arus puncak ekspirasi pada pasien dengan asma. Penelitian yang
dilakukan oleh Novarin (2015) menunjukkan nilai arus puncak ekspirasi pasien
asma sebelum diberikan perlakuan mengalami penurunan. Nilai rata rata
puncak arus ekspirasi pada 11 orang responden adalah 52,14% yang
mengindikasikan terjadinya kesulitan ekspirasi (Novarin 2015). Penelitian lain
dilakukan oleh Pangestuti dan Widayati (2015) menunjukkan nilai arus puncak
ekspirasi pasien sebelum diberikan perlakuan juga mengalami penurunan. Nilai
rata rata arus puncak ekspirasi dari 14 orang responden adalah 78,99% yang
mengindikasikan terjadinya kesulitan saat melakukan ekspirasi (Pangestuti and
Widayati 2015).
Penurunan arus puncak ekspirasi mengindikasikan adanya obstruksi pada
saluran nafas dan kesulitan dalam mengeluarkan CO2 sehingga CO2
mengalami penumpukan dan peningkatan di dalam alveolus ( Sudoyo, 2010).
Penurunan nilai APE mengakibatkan terperangkapnya CO2 dibagian distal
paru sehingga paru menjadi kolaps dan adanya air tapping (udara terperangkap
dalam alveoli) yang mengakibatkan penurunan perbedaan tekanan parsial
3

alveoli dan kapiler yang berdampak pada proses difusi (Sudoyo 2010). Difusi
adalah perpindahan O2 dan CO2 yang melintasi membrane alveolus kapiler
(Bararah 2013). Proses difusi akan mengalami hambatan sehingga terjadi
hipoksemia. Hipoksemia merupakan suatu keadaan yang menggambarkan
terjadinya penurunan oksigen dalam darah. Hipoksemia akan menyebabkan
hiperkapnia dan apabila hiperkapnia tidak ditangani akan bertambah buruk dan
menyebabkan asidosis respiratorik atau gagal napas (Sudoyo 2010). Penurunan
arus puncak ekspirasi memberikan dampak serius tehadap sistem pernapasan.
Penurunan terhadap APE perlu untuk diminimalisir untuk mengurangi
dampaknya. Untuk meminimalisir dampak dari penurunan APE, diperlukan
suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan volume udara saat ekspirasi.
Meningkatkan volume udara ekspirasi memerlukan kekuatan dari otot otot
pernapasan terutama otototot ekspirasi untuk melakukan ekspirasi maksimum
dan mengontrol sesak napas, sehingga perlu dilakukan latihan pernapasan
(Potter and Perry 2010).

B. Rumusan masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dewasa Asma dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dewasa asma dengan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi dari asma beserta jenisnya
- Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari asma
- Mengerti tanda dan gejala dari asma
- Memahami nursing pathway dari asma
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Asma
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible,
dan di antar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal ( Syilvia A.price ).
Asma dibedakan jadi dua jenis :
1. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa dating secara tiba-tiba. Jika tidak mendapat pertolongan
secepatnya,risiko kematian bisa dating. Gangguan asma bronkial juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos
saluran pernafasan, pembengkakan saluran selaput lender, dan pembentukan
timbunan lender yang berlebihan.
2. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung, Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian
ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat
penderita sedang tidur.

D. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma
yaitu inflamasi dan respons saluran napas yang berlebihan yang ditandai
dengan adanya kalor ( napas karena vasolidasi ), tumor ( esudasi plasma dan

5
6

edema ), dolor ( rasa sakit karena rangsangan sensori ), dan function laesa
( fungsi yang terganggu ). Dan yang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel
radang. ( Sudoyo Aru dkk )
Sebagai pemicu timbulnya serangan – serangan dapat berupa infeksi
( infeksi virus RSV ), iklim ( perubahan mendadak suhu , tekanan udara ),
inhalan ( debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk
sari, bau asap,uap cat ), makanan ( putih telur, susu sapi,kacang tanah, coklat,
biji-bijian,tomat ), obat, ( aspirin ), kegiatan fisik ( olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak – bahak ) dan emosi .

E. FAKTOR PENCETUS

Faktor Pencetus Menuurut Muttaqin (2012) faktor yang dapat


menimbulkan serangan asma bronkial adalah sebagai berikut :
1. Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah
(Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu bianatang,
beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
2. Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan
oleh virus. Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang
paling sering menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga
penderita asma dewasa serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran
pernafasan.
3. Tekanan jiwa Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,
karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi
penderita asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma
terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol
pada wanita dan anak-anak.
4. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat Sebagian penderita asma bronkhial
akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas
fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan
yang mudah menimbulkan serangan asma serangan asma karena kegiatan
7

jasmani (exercise induced asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas


fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah
olahraga.
5. Obat-obatan Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi
terhadap obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker. Kodein, dan
sebagainya.
6. Polusi udara Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran
dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. lingkungan kerja lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus
yang menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial.

F. PATOFISIOLOGI

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
liimfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul
IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan
asma bersifat airborne dan agar dapat 15 menginduksi keadaan sensitivitas,
alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu
tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan
memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga kecil alergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas. Obat
yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis betaadrenergik, dan bahan
sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang
dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak.
Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti
oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul
asma progresif. Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang
juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain. Mekanisme
8

yang menyebabkan bronkospasme karenaa penggunaan aspirin dan obat lain


tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang
diinduksi secara khusus oleh aspirin. Antagonis β-adrenergik biasanya
menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien asma, sama halnya dengan klien
lain, dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut
harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium
bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat 16
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan
biasnya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung
senyawa ini, seperti salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur. Pencetus-
pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien
akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-
antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang
dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin, dan anafilaktosin. Hasil dari
reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus. (Soemantri,
2009).

G. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:


1. Status asmatik
2. Gagal nafas (respiratory failure) (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)
3. Pneumothorax
4. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
5. Atelektasis
6. Aspirasi
7. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
8. Asidosis (Wijaya & Putri, 2013)
9

H. Klasifikasi
Klasifikasi Asma Menurut GINA, tahun 2017 Klasifikasi asma
berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi empat yaitu :

1. Step 1 (Intermitten)

Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam kondisi


serangan asma. Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan
kalimat penuh. Respiratory Rate (RR) meningkat. Biasanya tidak ada gejala
retraksi dinding dada ketika bernapas. Gejala malam ≤ 2X dalam sebulan.
Fungsi paru PEF atau PEV 1 Variabel PEF ≥ 80% atau < 20%

2. Step 2 (Mild Intermitten)

Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari. Serangan asma


diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi: membaik ketika duduk, bisa
mengucapkan kalimat frase, RR meningkat, kadang-kadang menggunakan
retraksi dinding dada ketika bernapas. Gejala malam ≥ 2X dalam sebulan.
Fungsi paru PEF tau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% ATAU 20%-30%

3. Steep 3 (Moderate Persistent)

Gejala perhari bisa setiap hari, serangan asma diakibatkan oleh aktivitas.
Exaserbasi: Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per
kata, RR 30x/menit, biasanya menggunakan retraksi dinding dada ketika
bernapas. Gejala malam ≥ 1X dalam 12 seminggu. Fungsi paru PEF atau
PEV1 Variabel PEF 60%-80% atau > 30%

4. Step 4 (Severe Persistent)

Gejala perhari, sering dan aktivitas fisik terbatas. Eksacerbasi: Abnormal


pergerakan thoracoabdominal. Gejala malam sering muncul. Fungsi paru PEF
atau PEV1 Variabel PEF ≤60% atau >30% Menurut Francis (2008), asma
akut dapat diklarifikasikan kedalam tiga kelompok sebagai berikut: 1) Ringan
10

sampai sedang: mengi atau batuk tanpa distress berat, dapat berbicara atau
mengobrol secara normal, nilai aliran pendek lebih dari 50% nilai terbaik. 2)
Sedang sampai berat: mengi atau batuk dengan distress, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa
derajat saturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai
saturasi 90% - 95% jika diukur dengan oksimetri nadi perifer. 3) Berat,
mengancam nyawa: Distress pernapasan berat, kesulitan berbicara, sianosis,
lelah dan bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi (silent chest) dan
suara napas lemah, takipnea, bradikardi, hipotensi, aliran puncak kurang dari
30% angka prediksi atau angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90%.
Jika diukur dengan oksimetri perifer.

I. TANDA DAN GEJALA

Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang


dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala
klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting
dari sindrom ini, di antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan nafas
reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang hiperresponsitif terhadap
berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan
peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat
bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan
timbulnya pulsus paradoksus (Djojodibroto, 2016)
1. Batuk: berat, ringan, berdahak, kering, di malam hari, selama berolahraga
atau kronis
2. Pernapasan: sesak, sulit bernapas, bernapas dengan cepat, bernapas melalui
mulut, infeksi saluran pernapasan yang sering terjadi, napas cepat atau napas
pendek saat malam
3. Juga umum: tekanan dada, bangun terlalu awal, denyut jantung cepat, iritasi
tenggorokan atau kegelisahan
11

J. Gambaran Klinik
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Batuk berdahak ( + ) kental berwana putih
2) Ronchi ( + ) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra
3) Wheezing (+),
4) Ig E naik
5) Ttv : Frekuensi nafas 30x/ menit
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : kadar Hb : 11 gr/dl
c. Pemeriksaan EEG ( untuk mengetahui aktifitas kelistrikan dari otak
untuk mendeteksi adanya kelainan otak.
d. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak floe rate meter
e. Uji reversibilitas ( dengan bronkodilator )
f. Uji provokasi bronkus
g. Uji alergi untuk menilai ada tidaknya alergi
12
13

2. Fathway
14
BAB III
LAPORAN KASUS ASMA

A. Kasus

Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam,


dengan keluhan sesak , batuk berdahak (+) kental berwarna putih sulit
dikeluarkan , hasil pemeriksaan menunjukan ronchi (+) di lobus apeks anterior
dekstra & sinistra, wheezing (+), Ig E ↑, didapat riwayat serangan muncul
setelah kontak dengan debu . TTV menunjukan frekuensi napas 30 x/menit ,
irama irregular, CRT < 2”. Pasien tampak lemas, mengeluh tidak nafsu makan,
BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl, terpasang kateter (jumlah urine : 400ml),
aktifitas dibantu keluarga. Perawat merencanakan tindakan kolaborasi
nebulizer, dan memberikan informed consent.

1. Sebutkan data focus pengkajian pada kasus diatas yang menjadi


acuan penegakkan diagnose medis pada kasus diatas? . Sebutkan data
focus pengkajian lain yang harus perawat lakukan /kaji untuk
menegakkan secara pasti diagnose medis pada kasus diatas!
K. Anamnesa

1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Nama : Tn.C
Umur : 30 Th
Ttl : Tasikmalaya, 20 april 1991
Jenis kelamin : L.
Agama : Islam
Status perkawainan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 103055XX

15
16

Diagnosa medis : Asma


Alamat : Kp. Cikaler, Rt. 32 Rw.08, Ds. Kondangjajar, Kec.
Cijulang
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.A
Umur : 27 th
Hub. Dengan pasien : Isteri
Jenis kelamin :P
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kp. Cikaler, Rt. 32 Rw.08, Ds. Kondangjajar,
Kec. Cijulang

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak
b) Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke rumah sakit Umum Daerah Dokter Suekarjo bersama


keluarga melalui Instalasi Gawat Darurat ( IGD ), pada hari kamis , 15
Agustus 2021, pukul 08.00 WIB. Dengan keluhan sesak , batuk
berdahak (+) kental berwarna putih sulit dikeluarkan , hasil
pemeriksaan menunjukan ronchi (+) di lobus apeks anterior dekstra &
sinistra, wheezing (+), Ig E ↑, didapat riwayat serangan muncul setelah
kontak dengan debu. Pasien tampak lemas, mengeluh tidak nafsu
makan, BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl, terpasang kateter (jumlah
urine : 400ml), aktifitas dibantu keluarga

Tanda-tanda vital :

Frekuensi nafas 30x/menit irama irregular , CRT < 2”


17

c) Riwayat penyakit masalalu


Pasien mengatakan

d) Riwayat Kesehatan keluarga


Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, keluarga pasien mengatakan
tidak ada keluarga yang mempunyai Riwayat penyakit yang sama
seperti di alami pasien saat ini.
L. Klinis
Dari anamnesis dapat di temukan tanda dan gejala
1. Sesak nafas
2. Batuk
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak sesak dan tampak lemas
2. Kesadaran : Composmetis
3. TTV : TD : -
:N:-
: R : 30X/menit
:S:-
4. ronchi (+) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra,
wheezing (+), Ig E ↑, BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl, terpasang kateter
(jumlah urine : 400ml), aktifitas dibantu keluarga.
A. Pemeriksaan Penunjang
1. BMI : 18,
2. kadar Hb : 11 gr/dl
3. Ig E ↑,
18

2. Analisa Data

N Data Fokus Etiologi Masalah


o
1. DS : Alergan : debu,spora, bulu binatang Bersihan jalan
- Pasien
nafas tidak
mengatakan
sesak , Reaksi antigen -antibody efektif
- batuk berdahak
(+) kental
berwarna putih Produksi substansi
sulit
vasoaktif( histamin,bradykinin,anaf
dikeluarkan
DO: ilaktosin)
- hasil
pemeriksaan
menunjukan Sekresi mucus
ronchi (+) di
meningkat,oedemamukosa,
lobus apeks
anterior dekstra kontraksi otot polos meningkat
& sinistra,
- wheezing (+),
- Ig E ↑, asma
- didapat iwayat
serangan
muncul setelah B1 (Breathing)
kontak dengan
debu
Sekresi mucus meningkat

Produksi mucus meningkat

Penyempitan saluran nafas

Ronchi wheezing

Bersihan jalan nafas tidak efektif


19

2. DS : B1 (Breathing) Ketidakefektifan
DO :
pola nafas
- TTV
menunjukan Kontraksi otot polos
frekuensi napas
30 x/menit ,
- irama irregular, Brocncho spasme
- CRT < 2
- wheezing (+),
Saluran pernafasan menyempit

Ventilasi terganggu

Dipsnea,tachipnea, penggunaan
otot bantu nafas

Pola nafas tidak efektif


3. DS: Asma Deficit nutrisi
- Pasien
mengeluh tidak
nafsu makan B5 ( Bowel )
DO:
- Pasien tampak
lemas Sputum
- BMI : 18,
kadar Hb : 11
gr/dl, Bau mulut
- terpasang
kateter (jumlah
urine : 400ml), Nafsu makan menurun
aktifitas dibantu
keluarga
Kebutuhan nutrisi kurang

3. Apakah diagnose keperawatan prioritas pada kasus diatas?


Diagnosa keperawatan
20

Diagnose 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d adanya


penumpukan sputum
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napasntetap paten.
Penyebab
a) Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Benda asing dalam jalan napas
4) Sekresi yang tertahan
5) Hyperplasia dinding jalan napas
b) Situsional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan

Diagnosis 2 : Pola Napas Tidak Efektif b.d Tachipnea

Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi


adekuat.

Penyebab

1) Depresi pusat pernapasan


2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan
3) Penurunan energi
4) Kecemasan

Diagnosis 3 : Defisit Nutrisi b.d nafsu makan pasien menurun

Penyebab
21

1) Ketidakmampuan menelan makanan


2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Sebutkan tindakan keperawatan prioritas, berdasarkan diagnosis
(SIKI/NIC) pada kasus diatas (sertakan bukti evidence based practice
terbaru (junal), dengan analisis PICOT, minimal : 3 buah, dan jelaskan
rasional tindakan keperawatan tersebut berdasarkan jurnal tersebut!

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Ketidakefekti Setelah Anjurkan klien Untuk
fan bersihan dilakukannya untuk membantu
jalan napas tindakan mengeluarkan menurunkan
keperawatan sekret dengan kekentalan
selama 1x24 jam batuk suction. sekret.
diharapkan Pantau Untuk
Mampu auskultasi suara mengetahui
melakukan batuk napas, catat adanya suara
efektif dan suara adanya suara. tambahan.
napas yang tambahan Untuk
bersih, mampu Monitor status mengetahui
mengeluarkan oksigen klien. keadaan status
sputum. pernapasan.
Menunjukkan
tidak ada suara
abnormal.
Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
napas.

2. Ketidakefekti Setelah Anjurkan klien Untuk


fan pola dilakukannya untuk mengetahui
napas tindakan memaksimalkan keadaan
keperawatan ventilasi. ventilasi klien.
selama 1x24 jam Anjurkan klien Untuk
diharapkan melakukan merelaksasikan
Melakukan fisioterapi dada. otot pada klien.
bernapas dengan Monitor Untuk
mudah, tidak ada respirasi dan mengetahui
22

sianosis dan status O2. adanya


dyspneu kecemasan
Menunjukkan klien terhadap
jalan napas yang oksigenasi.
paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama napas,
frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal.
Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
3. Ketidakseimb Setelah Kolaborasi Untuk
angan nutrisi dilakukannya dengan ahli gizi. mengetahui
kurang dari tindakan Monitor jumah keadaan berat
kebutuhan keperawatan nutrisi dan badan klien
tubuh selama 1x24 jam kandungan dalam batas
diharapkan kalori. normal.
Berat badan ideal Anjurkan klien Untuk
sesuai dengan untuk mengetahui
tinngi badan. mendapatkan gizi seimbang
Mampu nutris yang yang
mengidentifikasi dibutuhkan. diperlukan
kebutuhan nutrisi. Anjurkan makan klien.
Menunjukkan sedikit demi Untuk tetap
peningkatan sedikit tapi mempertahank
fungsi sering an asupan
pengecapan makanan.
darimenelan.
Analisis PICOT
Jurnal 1 : “Asma Bronkial Dengan Bersihan Jalan Napas Di RSUD Pasar
Rebo”
P=Population
Menurut organisasi kesehatan word 2017, di Indonesia ada 300 juta
anak yang menderita asma bronkial, 225% anak-anak meniggal karena
asma bronkial di seluruh dunia, sementara di Indonesia mencapai 24.773
orang dari jumlah total kematian dan menempatkan Indonesia diurutan ke-
19 dunia karena asma bronkial.
I=Intervensi
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan desain penelitian
deskriptif kualitatif, pengolahan data in dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar presentase dimulai dari pengkajian samai dengan evaluasi
23

pada anak dengan kasus morbili di ruang mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur.
C=Comparison
Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu dengan
jurnal yang lain hanya ada satu jurnal saja.
O=Outcome
Dari observasi dalam penelitian ini juga diketahui bahwa penderita
asma yang teratur dalam penggunaan inhaler memiliki hasil Asthma
Control Test (ACT) yang lebih terkontrol dibandingkan dengan penderita
asma yang tidak teratur dalam pengggunaan inhaler.
T=Time
Penelitian ini diambil dari bulan November 2015 sampai dengan April
2016 (selama 6 bulan terakhir).

Jurnal 2 :
5. Sebutkan terapi medis pada kasus penyakit diatas, dan jelaskan efek
samping terapi yang perlu di monitor oleh perawat !
Terapi medis
Pemberian obat kortikosteroid
Efek samping yang perlu di monitor oleh perawat :
- Inhalasi kortikosteroid mempunyai efek sistemik yang lebih ringan
dibandingkan kortikosteroid oral, tetapi telah dilaporkan adanya efek
samping. Dosis inhalasi yang lebih tinggi selama periode yang
panjang dapat memacu supresi adrenal, sehingga setiap pasien yang
menggunakan dosis tinggi harus dimonitor secara ketat penggunaan
kortikosteroidnya, terutama pada kondisi   yang dapat menyebabkan
stres (misal operasi).
- Monitor pemberian dosis inhalasi agar tidak melebihi dosis yang
diperlukan untuk pasien asma karena kepadatan mineral tulang
menurun pada saat penggunaan inhalasi dosis tinggi jangka lama yang
menyebabkan pasien mengalami osteoporosis
24

6. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi

S : Passien mengatakan sudah tidak sesak


dan dahaknya suda berkurang
O : Pasien terlihat membaik dan mampu
mengeluarkan dahaknya

1. Ketidak Efektifan Jalan Nafas A : Massalah teratasi Sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan klien untuk mengeluarkan
sekret dengan batuk suction.

S : Pasien mengatakan sudah mulai


membaik dan nafas tidak cepat
O : Pasien terlihat membaik dan frekuensi
nafas Kembali normal 23 x/ menit
2. Ketidak efektifan pola nafas
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor respirasi dan status O2.

S : Pasien mengaktan sudah mau makan


walau sedikit demi sedikit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang O : Pasien terlihat membaik dan sudah mau
3.
dari kebutuhan tubuh makan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

7. Isu etik :
Akibat perawat terlambat memberikan informed consent dan tindakan
nebulizer sehingga pasien tersebut memgalami sesak
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami


penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible,
dan di antar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal. Asma dibedakan menjadi dua macan, yaitu asma bronkial
dan asma kardial

Ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan


asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen,

perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang

berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :

a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi.

b. Menghindari kelelahan.

c. Menghindari stress psikis.

d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin.


e. Olahraga renang, senam asma.

M. Implikasi Keperawatan

Pada saat edukasi perawat dapat menjelaskan informasi tentang asma,


yaitu definisi, penyebab, patofisiologi,faktor risiko yang harus dihindari,
pencegahan dan penatalaksanannya, tentang dosis obat, efek obat, cara kerja
obat, cara mengetahui arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak flow
meter , kalau keadaan gawat apa yang harus dilakukan, alur alur rujukan serta
penerapan pelangi asma, yaitu warna yang menunjukkan status asma yang

26
27

terdapat pada WAAPs. Penyampaian informasi harus menggunakan Bahasa


yang familiar dengan pasien informasi yang diberikan benar benar sampai dan
efeknya dapat menurunkan angka kunjungan ke unit gawat darurat karena
asma. WAAPs ini sangat penting untuk dilakukan di dalam seting klinik karena
dengan pemberian edukasi maka dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan
juga dengan komunikasi yang efektif kan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan. Karena pasien akan merasa puas jika perawat
memberikan informasi yang jelas dan lengkap. Selain itu WAAPs ini mudah
diterapkan di unit gawat darurat saat pemulangan pasien asma, yaitu dokter
mengisi form rencana tertulis dengan berdiskusi dengan pasien tersebut
kemudian perawat mengklarifikasi ulang, lalu perawat memberikannya kepada
pasien melalui komunikasi yang efektif.Hanya saja hal ini membutuhkan waktu
lebih lama, tetapi hal ini tidak menjadi masalah jika yang diharapkan adalah
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Penerapannya dalam klinik membutuhkan komitmen bagi perawat dan


dokter untuk memberikan edukasi yang jelas bagi pasien serta harus ada
panduan edukasi mengenai asma dan keterampilan berkomunikasi menjadi
kunci bagi tercapainya tujuan dari pemberian edukasi ini dan juga follow up
dari perawat dan dokter sangat dibutuhkan .Selain itu juga dibutuhkan
kebijakan rumah sakit dalam membuat panduan praktik klinik dalam
penatalaksanaan asma di departemen gawat darurat. Penerapan WAAPs di
Indonesia akan sangat mudah jika hal-hal diatas dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai