Anda di halaman 1dari 66

TUGAS

KEPERAWATAN KRITIS

OLEH:
Nama: Levito maitale
NPM: 12114201170193
Kelas: A

PROGDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini . Namun kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan baik pada teknik penulisan namun materi yang dibahas, mengingat daftar
pustaka yang sangat terbatas , untuk kritik dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini
Kami mengucapakan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak pihak yang membantu
kami dalam menyesaikan makalah ini dan memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyusun makalah ini

2
DAFTAR ISIS

COVER ...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I................................................................................................................................
A. Prinsip prinsip penatalaksanaan ventilasi mekanik
B. Indikasi dan efek samping penggunaan ventilator mekanik
C. Perawatan pasien dengan menggunakan ventilasi mekanik

BAB II..............................................................................................................................
Asuhan Keperawatan

3
BAB I

A. PRINSIP PRINSIP PENATALAKSANAAN VENTILASI MEKANIK


Prinsip-prinsip Umum
Ventilator mekanik dibuat untuk membantu ventilasi secara parsial atau komplit.
Terdapat dua jenis ventilator untuk memberikan bantuan ventilasi. Ventilator tekanan
negative (negative-pressure ventilator) menurunkan tekanan intratorakal dengan
memberikan tekanan negatif pada dinding dada menggunakan sebuah shell yang
diletakkan pada dada (Gambar 5-16 A). Penurunan tekanan intratorakal menyebabkan
udara atmosfer tertarik masuk ke dalam paru-paru. Ventilator tekanan positif
memberikan gas yang bertekanan tinggi ke dalam paru-paru selama inspirasi (Gambar 5-
16 B). Ventilator tekanan positif dapat meningkatkan secara dramatis tekanan
intratorakal pada saat inspirasi yang berpotensi menurunkan aliran balik darah vena dan
CO (Cardiac Output).

Gambar 5-16 Prinsip-prinsip ventilasi mekanik pada (A) ventilator tekanan negatif dan
(B) ventilator tekanan positif
Ventilator tekanan-negatif jarang digunakan untuk menangani gangguan respirasi
akut di ruang perawatan kritis. Alat ini secara khusus digunakan untuk bantuan ventilasi
non-invasif jangka panjang apabila kekuatan otot-otot pernapasan tidak adekuat untuk
melakukan pernapasan spontan (pernapasan normal/biasa). Sejak ditemukan ventilator
lainnya yaitu ventilator tekanan positif non-invasif (misalnya Bi PAP) maka ventilator
tekanan negatif jarang digunakan lagi (lihat kembali Bab 20, judul Kemajuan Konsep
Respirasi). Bab ini hanya berfokus pada penggunaan ventilator tekanan positif untuk
membantu ventilasi.

Patient-ventilator system

4
Ventilator tekanan positif dapat digunakan secara invasif atau noninvasif.
Ventilasi mekanik invasif masih digunakan secara luas pada sebagian besar rumah sakit
untuk membantu ventilasi, walaupun teknologi noninvasif yang tidak membutuhkan
penggunaan artificial airway (artificial airway) juga semakin populer. Untuk memasang
ventilator tekanan positif invasif perlu dilakukan intubasi trakea melalui ET atau tube
trakheotomi. Ventilator kemudian dihubungkan dengan artificial airway dengan tubing
cisrcuit (sirkuit slang) untuk mempertahankan system agar tetap tertutup (Gambar 5-17).
Selama siklus inspirasi, gas dari ventilator harus melalui heated humidifier (alat
pelembab udara) kemudian melalui ET atau tube trakeotomi lalu masuk ke paru-paru.
Pada akhir inspirasi, gas dihembuskan secara pasif melalui tube ekspirator pada sirkuit
tube.

Gambar 5-17. Sistem ventilator, tubing circuit tertutup dan humidifier yang
dihubungkan dengan tube ET.
Tubing-circuit pada ventilator
Humidifier yang terletak pada bagian inspirator sirkuit dibutuhkan untuk dua
alasan. Pertama, adanya artificial airway memungkinkan udara memasuki paru-paru
tanpa harus melalui proses pelembaban udara pada jalan napas atas yang normal. Kedua,
aliran gas yang cepat dan volume yang besar yang diberikan melalui ventilator mekanik
memerlukan alat pelembab untuk menghindari kekeringan membran dalam paru.
Tekanan dalam tubing circuit harus selalu dipantau agar tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Tekanan airway secara dinamik akan ditampilkan pada control- panel ventilator.
Tubing-cirkuit pada ventilator tradisional dilengkapi dengan cup pengumpul air
untuk mencegah penyumbatan oleh gas lembab yang mengalami kondensasi. Akan tetapi
sekarang ini pada umumnya digunakan kawat panas yang berjalan pada bagian ekspirator

5
dan bagian inspirator sirkuit. Kawat-kawat tersebut akan mempertahankan suhu gas agar
sama dengan atau mendekati suhu tubuh sehingga menurunkan kondensasi gas yang
lembab dan mencegah terbentuknya air. Obat-obatan tertentu misalnya bronkodilator
atau steroid juga dapat dialirkan ke paru-paru melalui alat pembentuk aerosol yang
terletak pada bagian inspirator sirkuit. Tubing sirkuit pada ventilator dipertahankan agar
rangkaiannya tetap tertutup sehingga ventilasi dan oksigenasi pasien tidak terputus-putus
dan juga untuk mencegah pneumonia nosokomial.

Control-panel pada ventilator


User interface atau control panel pada ventilator terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Control setting (tombol pengatur) untuk menentukan jenis dan volume ventilasi
atau oksigen yang diberikan.
2. Alarm setting (tombol alarm) untuk menentukan volume tertinggi dan terendah
oksigen yang diberikan.
3. Visual-display (Tampilan monitor) (Gambar 5-18)
Angka-angka dan konfigurasi control- setting serta visual display bermacam-macam
sesuai dengan model ventilator tetapi fungsi dan prinsip-prinsipnya tetap sama.
Control settings (tombol pengatur)
Bagian control-settings pada user interface memungkinkan klinisi dapat mengatur
model ventilasi, volume, tekanan, kecepatan respirasi, FiO2, positif-end-expiratory
pressure (PEEP)/tekanan positif akhir ekspirasi), kekuatan sensitivitas inspirasi atau
usaha inspirasi, dan option-option lainnya yang berkaitan dengan pemberian oksigen.
(misalnya frekuensi aliran udara inspirasi, pola-pola gelombang imspirasi).
Alarm- settings
Alarm yang memantau fungsi ventilator penting untuk menjamin keamanan dan
keefektifan ventilasi mekanik. Dipasang alarm untuk menetapkan batas tertinggi dan
terendah yang diinginkan. Alarm-alarm tersebut meliputi Vt ekspirasi, volume semenit
ekspirasi, pemberian FiO2, frekuensi pernapasan dan tekanan jalan napas.
Visual- display
Tekanan jalan napas, frekuensi pernapasan, volume ekpirasi, dan rasio
inspirasi/ekpirasi (EE) adalah nilai-nilai yang ditampilkan pada visual-display ventilator.
Tekanan jalan napas di monitor selama inspirasi dan ekpirasi dan ditampilkan sebagai
peak pressure (tekanan puncak), mean pressure (tekanan rata-rata), dan expiratory
pressure. Pernapasan yang diberikan melalui ventilator menimbulkan tekanan jalan napas
yang lebih tinggi dibanding tekanan jalan napas pasien pada pernapasan spontan
(pernapasan biasa) ( Gambar 5 – 19 ). Tekanan PEEP diketahui melalui nilai positif pada
akhir ekpirasi. Pengamatan dengan seksama tekanan jalan napas akan memberikan

6
banyak informasi kepada klinisi tentang kerja pernapasan yang dilakukan oleh pasien,
koordinasi dengan ventilator dan perubahan compliance paru.
Tampilan Vt ekspirasi pasien menunjukkan jumlah gas yang kembali ke
ventilator melalui slang ekpirator pada setiap siklus respirasi. Volume ekpirasi akan
terukur dan ditampilkan pada setiap siklus pernapasan. Volum semenit ekspirasi total
pasien juga biasanya ditampilkan.Vt ekpirasi untuk pernapasan yang dibantu dengan
ventilator harus sama dengan ( kira-kira 10% ) Vt yang dipilih pada control panel. Akan
tetapi Vt pernapasan spontan atau pernapasan yang dibantu ventilator secara parsial dapat
berbeda dengan Vt control setting.
Mode
Mode ventilasi adalah salah satu dari beberapa metode yang digunakan oleh
ventilator untuk membantu ventilasi. Mode-mode tersebut menghasilkan tekanan jalan
napas, volume, dan pola-pola respirasi yang berbeda-beda dan oleh karena itu
memberikan bantuan ventilasi yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat bantuan
ventilator, maka semakin kecil kerja otot-otot pernapasan yang dilakukan oleh pasien.
Kerja pernapasan berbeda-beda pada setiap model ventilasi (lihat Bab 20, Kemajuan
Konsep Respirasi).
Mode ventilasi yang digunakan untuk membantu ventilasi tergantung pada
penyebab gangguan pernapasan dan pilihan klinisi. Uraian singkat tentang mode-mode
utama ventilasi mekanik akan dibahas di bawah ini. Penggunaan mode ventilasi dan
mode yang lebih kompleks dibahas pada Bab 20, Kemajuan Konsep Respirasi).

Control Ventilation
Mode control ventilation menjamin bahwa pasien menerima jumlah dan volume
pernapasan setiap menit yang telah ditentukan sebelumnya. Pada mode ventilasi ini tidak
ada deviasi dari frekuensi nafas atau vt yang disetting. Pada umumnya pasien diberi
sedatif atau dilumpuhkan dengan obat penghambat neuromuskular untuk mencapai
tujuan (lihat Bab 6, Nyeri, Sedasi dan Penatalaksanaan neuro muskular ). Tekanan jalan
napas, pemberian Vt, dan pola pernapasan secara khusus dapat dilihat pada control
ventilation seperti disajikan pada gambar 5-20a. Semua bentuk gelombang inspirasi
terlihat sebagai pola yang teratur dan konfigurasinya sama. Apabila hanya terdapat
sedikit defleksi gelombang yang mendahului inspirasi hal ini menunjukkan bahwa
pernapasan di mulai oleh ventilator, bukan oleh pasien.

7
Assist-Control Ventilation
Mode assist-control ventilation menjamin bahwa jumlah dan volume pernapasan
tertentu yang diberikan oleh ventilator setiap menit mengharuskan pasien untuk tidak
memulai respirasi dengan frekuensi itu atau lebih. Apabila pasien berusaha memulai
pernapasan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari nilai minimum yang telah ditentukan,
maka ventilator akan memberikan awal pernapasan secara spontan. Pada Vt yang
diberikan, pasien dapat menentukan frekuensi totalnya ( Gambar 5-20b ). Kerja
pernapasan pada model ventilasi ini berbeda-beda ( lihat Bab 20, Kemajuan konsep
respirasi ).
Assist-control ventilation sering digunakan apabila pasien sebelumnya di intubasi
( karena kebutuhan ventilasi permenit dapat ditentukan oleh pasien sendiri), untuk
bantuan ventilasi jangka pendek misalnya post-anastesi, dan sebagai mode bantuan
pernapasan apabila level ventilasi yang dibutuhkan cukup tinggi. Ventilasi yang
berlebihan dapat terjadi pada mode ini pada situasi dimana frekuensi pernapasan spontan
pasien meningkat oleh sesuatu sebab yang bukan masalah pernapasan (misalnya nyeri,
disfungsi saraf pusat). Peningkatan volume semenit dapat menimbulkan alkalosis
respiratorik yang berbahaya. Pergantian model ventilasi atau penggunaan sedatif
sewaktu-waktu di perlukan pada situasi seperti ini.

8
Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation
Mode synchronized Intermitten mandatory Ventilation (SIMV) memastikan
bahwa jumlah oksigen yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan Vt yang dipilih
akan diberikan setiap menit. Pasien boleh memberikan napas awal, tetapi berbeda dengan
mode assist control ventilation, pada mode ini pernapasan tersebut tidak diberikan
kembali oleh ventilator. Pasien boleh bernapas secara spontan dengan kedalaman dan
frekuensi napas yang di inginkan sampai tiba waktunya pernapasannya dibantu atau
dilakukan oleh ventilator. Bantuan pernapasan (napas mandatori) pada mode ini
disesuaikan dengan kerja inspirasi pasien, apabila pasien dapat melakukannya, untuk
mengoptimalkan keselarasan antara ventilator dengan pasien. Pernapasan spontan yang
dilakukan selama penggunaan SIMV mempunyai FiO2 yang sama dengan pernapasan
mendatori.
(Gambar,520c).
Mode SIMV adalah mode ventilasi mekanik yang sering digunakan. Pada
awalnya dibuat sebagai mode ventilator untuk penghentian (penyapihan) pasien secara
perlahan dari ventilasi mekanik, dan penggunaan SIMV dengan setting frekuensi tinggi
dapat memberikan bantuan ventilasi total. Penurunan volume napas mandatori
memungkinkan pasien secara bertahap untuk melakukan pernapasan spontan. SIMV
dapat digunakan untuk indikasi yang sama dengan mode assist control, juga digunakan
untuk proses penghentian (penyapihan) pasien dari bantuan ventilasi mekanik.
Kerja pernapasan pada mode ventilasi ini tergantung pada Vt dan frekuensi
pernapasan spontan. Apabila napas mandatori yang intermitten meberikan sebagian besar
volume semenit, maka kerja pernapasan pasien akan lebih sedikit dibanding apabila
sebagian besar volume semenit dilakukan sendiri oleh pasien melalui pernapasan
spontan.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat dikalangan klinisi dan rumah sakit
tentang penggunaan mode SIMV, hanya terdapat sedikit data mengenai mode ventilasi
yang mana yang terbaik. Diperlukan pengamatan yang cermat respon fisiologi dan

9
psikologi pasien terhadap mode ventilator yang digunakan, dan mode lainnya dapat
dipilih jika memang dapat membantu.

Pernapasan Spontan
Banyak mode ventilator yang memungkinkan pasien bernapas spontan tanpa bantuan
ventilasi (Gambar 5-20b). Ini sama dengan memasang T piece pada pasien atau
memasang blow-by oksigen kecuali bahwa mode-mode tersebut mempunyai manfaat
karena dapat memonitor secara kontinyu volume udara yang dihembuskan, tekanan jalan
napas dan parometer-parometer lainya. Seluruh kerja pernapasan dilakukan oleh pasien
selama pernapasan spontan. Berbeda dengan T piece, penggunaan ventilator selama
pernapasan spontan dapat sedikit meningkatkan kerja pernapasan. Ini terjadi karena
diperlukan kerja otot pernapasan tambahan untuk meningkatkan pemberian oksigen
untuk setiap pernapasan spontan. Jumlah kerja tambahan yang dibutuhkan berbeda-beda
untuk setiap mode ventilator yang digunakan. Pada beberapa situasi penghentian
(penyapihan) pasien menggunakan ventilator dapat menyebabkan penurunan kerja
pernapasan.
Sama dengan pernapasan spontan, mode-mode ventilasi sering dikenal sebagai
CPAP, flow-by, atau SPONT pada ventilator. Tekanan jalan napas kontinyu (CPAP)
adalah setting pernapasan spontan dengan tambahan PEEP selama siklus pernapasan
(lihat pembahasan berikutnya). Apabila tidak digunakan PEEP maka CPAP setting sama
dengan pernapasan spontan.

Pressure Support
Pressure Support ( PS ) adalah tipe pernapasan spontan, terdapat pada mode SIMV dan
SPONT, yang mempertahankan tekanan positif selama inspirasi spontan (Gambar 5-
20E). Volume gas yang diberikan oleh ventilator untuk setiap inspirasi berbeda-beda
tergantung pada level pressure support dan kebutuhan pasien. Semakin tinggi level
pressure support maka semakin banyak gas yang diberikan pada setiap pernapasan Level
pressure support yang tinggi dapat menambah Vt spontan dan memgurangi kerja
pernapasan pada pernapasan spontan. Level pressure support rendah terutama digunakan
untuk mengatasi hambatan jalan napas akibat pernapasan yang melalui artificial airway
dan sirkuit pernapasan. Tekanan jalan napas yang diperoleh melalui pernapasan dengan
pressure support disebabkan oleh tekanan pressure support plus level PEEP.

PEEP / CPAP
PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator untuk
membantu menstabilkan volume alveolar paru dan memperbaiki oksigenasi (Gambar 5-
20FG). Pemberian tekanan positif pada jalan napas saat ekspirasi akan menjaga alveoli

10
tetap terbuka dan mencegah penutupan alveoli yang terlalu cepat saat ekshalasi.
Compliance paru dan kesesuaian ventilasi-perfusi akan membaik apabila penutupan
alveolar yang terlalu cepat dapat dicegah. Apabila tidak diperlukan “recruitment” alveoli
dan digunakan PEEP/CPAP yang berlebihan maka akan mengakibatkan gangguan
hemodinamika atau respiratory compromise.
PEEP/CPAP diindikasikan untuk hipoksemia yang disebabkan oleh cedera paru
skunder (Misalnya ARDS, pneumonitis interstisial). PEEP/CPAP dengan level 5 cm Hg
atau kurang sering digunakan untuk memberikan “PEEP fisiologis”. Adanya artificial
airway memungkinkan tekanan intratorakal turun menjadi nol di bawah level tekanan
intratorakal pada akhir ekspirasi (+2 atau +3 cm H2O).
Penggunaan PEEP dapat meningkatkan resiko barotrauma karena tekanan rata-
rata dan tekanan puncak jalan napas tinggi selama ventilasi terutama apabila puncak
tekanan lebih besar dari 40 cm H2O. Aliran balik vena dan curah jantung (CO) juga
dapat dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi tersebut. Apabila curah jantung (CO=cardiac
output) menurun ketika digunakan PEEP/CPAP dan oksigenasi membaik, maka dapat
diberikan bolus cairan untuk mengoreksi hipovolemia. Komplikasi lainnya yang dapat
ditimbulkan oleh PEEP/CPAP adalah peningkatan tekanan intrakranial, penurunan
perfusi ginjal, kongesti hepar, dan intracardiac shunt akan semakin memburuk.

B. INDIKASI DAN EFEK SAMPING/ KOMPLIKASI PENGGUNAAN


VENTILATOR MEKANIK
 Indikasi

11
Ventilasi mekanik diindikasikan apabila cara-cara penatalaksanaan noninvasif
gagal membantu oksigenasi dan ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai
pemasangan ventilasi mekanik didasarkan pada kemampuan pasien untuk membantu
kebutuhan oksigen dan ventilasi mereka. Ketidakmampuan pasien untuk

Gangguan Fisiologik Indikator Range normal Nilai-nilai yang


Yang mendasar yang terbaik menunjukkan perlunya
bantuan ventilator

mempertahankan kadar CO2 dan status asam basa dalam batas-batas yang dapat diterima
secara klinis disebut gagal napas (respiratory failure) dan merupakan indikator umum
untuk tindakan pemasangan ventilator mekanik. Hipoksemia refrakter (refractory
hypoxemia), yaitu ketidakmampuan untuk menerima dan mempertahankan kadar oksigen
yang dapat diperoleh pada lingkungan yang kaya oksigen, juga merupakan alasan untuk
pemasangan ventilator mekanik Tabel 5-9 menyajikan beberapa indikator fisiologi untuk
memulai pemasangan ventilator mekanik. Dengan memonitor indikator-indikator
tersebut maka kestabilan atau perbaikan kadar O2 dapat diketahui selama terjadi
dekompensasi. Oleh karena itu kebutuhan akan ventilasi mekanik dapat segera
diantisipasi untuk menghindari kedaruratan pemasangan bantuan ventilator.

Tergantung pada penyebab gagal napas, berberapa indikator dapat dinilai untuk
menentukan kebutuhan ventilasi mekanik. Akan tetapi, pada umumnya penyebab

gagal napas adalah tidak adekuatnya ventilasi alveolar atau hipoksemia dengan nilai
ABG dan hasil pemeriksaan fisik abnormal sebagai indikator untuk pemberian bantuan
ventilator.

12
Ventilasi alveolar tidak PaCO2 ,mmHg 36-44 Peningkatan secara akut
adekuat dari nilai normal atau
(gagal ventilasi akut) pH darah arteri 7,36-7,44 nilai basal pasien
< 7,25-7,30
Hipoksemia Gradien PO2 25-65 > 350
(Gagal oksigenasi akut) alveolar/arterial
dengan pernapasan
O2100%, mmHg <5 >20-25
Fraksi right-to-left shunt
intrapulmoner, persen 350-400 <200
PaO2/FiO2, mmHg
Pengembangan paru tidak Volum tidal, mL/kg 5-8 <4-5
adekuat Kapasitas vital 60-75 <10
Kecepatan pernapasan, 12-20 >35
kali/menit

Kekuatan otot pernapasan Kekuatan inspirasi -80 sampai - ≤25


yang tidak adekuat. maksimum, cmH2O 100
Ventilasi volunter <2 x kebutuhan ventilasi
maksimum, L/menit 120-180 saat isterahat
<10-15
Kapasitas vital, mL/kg
60-75

Kerja pernapasan berlebihan Ventilasi permenit untuk 5-10 >15-20


mempertahankan PaCO2
normal, L/menit
Dead space ratio, persen 0,25-0,40 >0,60
Kecepatan pernapasan, 12-20 >35
kali/menit (dewasa)

Ventilator yang tidak stabil Pola pernapasan; setting


klinis

Dikutip dari : Luce J, Pierson D (eds): Critical Care medicine. Philadelphia:WB


Saunders; 1988. p.219

13
 Komplikasi / efek samping
Banyak komplikasi yang bisa timbul akibat penggunaan ventilator mekanik dan
dapat dikelompokkan atas komplikasi yang disebabkan oleh respon pasien atau
komplikasi yang disebabkan oleh malfungsi ventilator. Walaupun pendekatan untuk
meminimalkan atau menangani komplikasi ventilasi mekanik berkaitan dengan
penyebabnya, tetapi penting dilakukan pemeriksaan pasien sesering mungkin, peralatan
ventilator dan respon pasien terhadap ventilator. Banyak klinisi yang berpartisipasi dalam
kegiatan penilaian pasien dan ventilator, akan tetapi tanggung jawab utama pemberian
bantuan ventilasi secara berkelanjutan terhadap pasien adalah ditangan perawat yang
melakukan perawatan kritis. Pemeriksaan indikator-indikator klinik misalnya pH,
PaCO2, PaO2, SpO2, nadi, tekanan darah, dan sebagainya bersama-sama dengan status
pasien dan parameter ventilator penting untuk mengurangi komplikasi yang dikaitkan
oleh peralatan yang sangat kompleks tersebut.

Respon Pasien
Hemodynamic Compromise. (Gangguan Hemodinamika)
Tekanan intratorakal normal berubah selama inspirasi dan ekspirasi, berfluktuasi
antara -3 sampai -5 cm H2O selama inspirasi dan +3 sampai +5 cm H2O selama ekspirasi.
Penggunaan ventilasi tekanan positif sangat meningkatkan tekanan intratorakal selama
inspirasi, biasanya sampai +30 cm H2O atau lebih. Tekanan jalan napas yang tinggi ini
akan menurunkan aliran balik vena ke atrium kanan sehingga menurunkan curah jantung
(CO). Pada beberapa pasien, penurunan curah jantung ini dapat cukup tinggi, sehingga
nadi akan meningkat dan tekanan darah akan menurun demikian pula perfusi organ-organ
vital.
Apabila dipasang ventilasi mekanik atau apabila ventilator diganti, penting untuk
menilai respon kardiovaskuler pasien. Pendekatan tata-laksana hemodynamic
compromise adalah meningkatkan preload jantung (misalnya pemberian cairan),
menurunkan tekanan jalan napas selama pemasangan ventilasi mekanik dengan
melakukan teknik tata-laksana jalan napas yang tepat misalnya (penghisapan, perbaikan
posisi, dan sebagainya), dan pemasangan rangkaian ventilator dengan tepat dapat
meningkatkan tekanan ventilasi. Strategi ventilasi dengan menggunakan mode-mode
ventilator tertentu dan tipe pernapasan tertentu dapat membantu dalam penanganan
tekanan jalan napas dan akan di bahas dalam BAB 20, berjudul Kemajuan Konsep
Respirasi.

14
Barotrauma dan Volutrauma
Barotrauma menunjukkan kerusakan pada sistem paru karena alveoli mengalami
ruptur akibat tekanan jalan napas yang berlebihan atau distensi alveoli yang berlebihan.
Gas alveoli yang masuk ke struktur interstisial paru akan menimbulkan pneumothoraks,
pneumomediastinum, pneumoperitoneum atau emfisema subkutan. Potensi terjadinya
pneumothoraks dan kolaps kardiovaskuler memerlukan penanganan pneumothoraks
dengan cepat dan perlu dipikirkan ketika tekanan jalan napas meningkat secara akut,
suara pernapasan menurun unilateral, atau ketika tekanan darah turun mendadak.
Volutrauma adalah kerusakan alveoli yang disebabkan oleh tekanan yang tinggi akibat
ventilasi dengan volume yang terlalu besar pada pasien ARDS. Berbeda dengan
barotrauma kerusakan pada volutrauma mengakibatkan pecahnya alveoli dan flooding
(non ARDS, ARDS, lihat Bab 20 Kemajuan Konsep Respirasi).
Pasien dengan penyakit obstruksi jalan napas (misalnya asma, bronkospasme),
penyakit paru fokal (misalnya pneumonia lobaris) atau hiperinflasi paru (misalnya
emfisema) beresiko tinggi mengalami barotrauma. Teknik-teknik untuk menurunkan
insiden barotrauma meliputi penggunaan Vt yang kecil, penggunaan PEEP dengan
cermat, dan menghindari tekanan jalan napas yang tinggi serta menghindari terjadinya
auto-PEEP pada pasien resiko tinggi.
Auto-PEEP terjadi apabila gas yang diberikan tidak dihembuskan secara komplit
sampai tiba inspirasi berikutnya. Gas yang terjebak akan meningkatkan volume paru dan
akhirnya meningkatkan tekanan akhir ekspirasi dalam alveoli. Adanya auto PEEP akan
meningkatkan resiko komplikasi akibat PEEP. Pasien dengan COPD (misalnya asma,
emfisema) atau pasien dengan napas yang cepat beresiko tinggi untuk terjadinya auto
PEEP.
Auto-PEEP yang juga disebut intrinsic PEEP agak sulit didiagnosa karena tidak
dapat dilihat pada airway pressure display (tampilan tekanan jalan napas) pada akhir
ekspirasi. Teknik pemerikaaan auto PEEP berbeda-beda pada setiap model ventilasi,
tetapi secara khusus dengan mengukur tekanan pada artificial airway pada saat penutupan
bagian ekspirator ventilasi pada akhir ekspirasi. Auto PEEP dapat diminimalkan dengan
cara:
 Memaksimalkan waktu ekspirasi (yaitu dengan meningkatkan frekuensi
inspirasi);
 Mengurangi obstruksi ekspirasi (yaitu dengan cara menggunakan ET
berdiameter besar, menghilangkan bronkospasme,dan mengurangi sekret);
 Menghindari ventilasi yang berlebihan.

Ventilator-Associated pneumonia (VAP/Pneumonia yang disebabkan oleh


ventilator)

15
VAP adalah komplikasi yang sering terjadi dan meningkatkan kecacatan dan
kematian pasien. Pencegahan ditujukan untuk menghindari kolonisasi dan aspirasi
bakteri ke dalam saluran pernapasan bawah. Dengan meninggikan bagian kepala
pembaringan dan menghindari distensi lambung yang berlebihan dapat meminimalkan
kejadian aspirasi. ET yang didesain secara khusus (Gambar 5-21) yang menggunakan
lumen penghisap pada ET cuff memungkinkan penghisapan secara kontinyu atau
intermiten kumpulan sekret subglotis di atas cuff. Membuang kumpulan sekret cukup
membantu sebelum cuff mengempis. Studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
penghisapan sekret subglotis secara kontinyu dapat mencegah atau memperlambat onset
VAP. (Lihat tabel 5-10).

Keseimbangan cairan positif dan hiponatremia.


Hiponatremia, yaitu kekurangan sodium/natrium sering terjadi setelah
pemasangan ventilasi dan terjadi karena beberapa faktor yaitu PEEP, pelembaban gas
inspirasi pemberian, cairan hipotonis dan diuretik dan peningkatan ADH (antidiuretic
hormone) dalam sirkulasi.

Perdarahan saluran cerna bagian atas


Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat disebabkan oleh ulkus atau gastritis.
Pencegahan perdarahan dengan cara mempertahankan stabilitas hemodnamika dan
pemberian proton-pump inhibitor, H2 receptor antagonist, antasid, atau cytoprotective
agent seperlunya (lihat Bab 7, Farmakologi, untuk pembahasan mendalanm tentang
profilaksis perdarahan gastrointestinal).

Malfungsi ventilator
Masalah yang berkaitan dengan fungsi ventilator mekanik yang baik, walaupun
jarang, dapat menimbulkan konsekuensi pada pasien. Banyak sistem alarm pada
ventilator didesain untuk mengingatkan klinisi bahwa sistem ventilator tetap berfungsi

16
dengan baik. Sistem alarm tersebut harus di aktifkan setiap saat untuk mengetahui
dengan tepat kerusakan pada ventilator agar dapat di perbaiki dengan segera sehingga
pasien tidak dirugikan.
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan peralatan ventilator disebabkan oleh
set-up yang tidak tepat atau penggunaan peralatan yang tidak benar. Sirkuit (rangkaian)
ventilator yang tidak tersambung dengan baik, sistem alarm yang tidak diset dengan
tepat, atau setting ventilator yang tidak tepat untuk kondisi klinik tertentu merupakan
contoh-contoh dari kejadian yang berkaitan dengan operator.
Akan tetapi terdapat keadaan-keadaan ketika sistem operator tidak beroperasi
dengan baik. Contoh-contoh malfungsi ventilator adalah katup-katupnya melengket
sehingga menghambat aliran gas, aliran gas tidak cukup atau berlebihan, rangkaian
elektronik mengalami gangguan pada ventilator yang berbasis microprocessing,
ventilator tidak dapat dimatikan sepenuhnya, dan powernya tidak bisa berfungsi dengan
baik.

Pendekatan yang paling penting terhadap gangguan fungsi ventilator adalah tetap
waspada bahwa ventilator berfungsi dengan baik. Untuk memastikan bahwa sistem alarm
diset dengan baik setiap saat untuk mamantau bahwa fungsi ventilator tetap baik, dan
dengan menggunakan personil yang berpengalaman dalam memelihara sistem ventilator
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk menghindari masalah-masalah pada
pasien. Selain itu apabila diduga terjadi mal fungsi ventilator, maka peralatan tersebut
harus segera dilepaskan dari pasien lalu menggantinya dengan ventilasi dan oksigenasi
sementara yang dapat di berikan melalui MRB atau ventilator lainnya sampai fungsi
ventilator tadi kembali baik. Perubahan mendadak pada status pernapasan atau pada
status kardiovaskuler pasien merupakan peringatan bagi petugas untuk memikirkan
kalau-kalau penyebabnya adalah kerusakan ventilator. Bab 27 yang berjudul Pedoman
Mengatasi Kerusakan Ventilator membahas secara terinci pendekatan-pendekatan umum
terhadap masalah peralatan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pasien selama
pemasangan ventilasi mekanik.

Penyapihan dari Ventilasi Mekanik Jangka Pendek


Proses peralihan dari ventilator ke pernapasan normal tanpa bantuan ventilator
lagi disebut penyapihan dari ventilasi mekanik. Ini merupakan waktu dimana level
oksigenasi dan ventilasi bantuan ventilator menurun secara bertahap atau cepat sambil
mengamati respon pasien yang kembali ke pernapasan spontan (pernapasan

17
spontan=pernapasan normal =pernapasan biasa). Pelepasan dianggap komplit atau
berhasil apabila pasien dapat bernapas spontan selama 24 sampai 48 jam. Seringkali
pelepasan dari artificial airway terjadi lebih cepat apabila klinisi menganggap status
pernapasan pasien tidak memburuk. Pada umumnya pasien yang diintubasi dan
diventilasi untuk jangka waktu yang singkat (<72 jam) berhasil disapih dalam waktu 2
sampai 8 jam. Akan tetapi sekitar 20% pasien memerlukan waktu yang lebih lama
sampai proses pelepasan karena mereka tidak dapat bernapas tanpa bantuan ventilasi
mekanik. Bab 20 di bawah judul Kemajuan Konsep Respirasi penyajikan pembahasan
tentang pelepasan pasien yang diberi bantuan ventilasi jangka panjang.
Penyapihan dilakukan apabila gangguan pernapasan yang menyebabkan
pemasangan ventilasi pada pasien telah cukup membaik. Dan pasien sudah sadar dapat
melindungi jalan nafasnya sendiri. Keterlambatan penyapihan dari ventilasi mekanik
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti cedera paru akibat
ventilator (ventilator-induced lung injury), pneumonia, rasa tidak nyaman, dan semakin
bertambahnya biaya rumah sakit yang harus dibayar oleh pasien. Oleh karena itu
dianjurkan penyapihan sesegera mungkin apabila waktunya sudah tiba.

Langkah-langkah proses penyapihan


Penilaian Kesiapan
Kesiapan untuk penyapihan dari ventilasi jangka pendek (STMV) didasarkan pada
berbagai kriteria (lihat Bab 20, Kemajuan Konsep Respirasi). Akan tetapi pada sebagian
besar rumah sakit penilaian kesiapan untuk penyapihan mencakup tiga dari empat
kreteria untuk pasien yang dibantu dengan ventilator jangka pendek Sebagai contoh
adalah :
 ABG dalam batas normal dengan bantuan ventilator ringan sampai sedang
(FiO2≤ 0,50, ventilasi per menit ≤10 L/menit, PEEP≤ 5 cm H2O)
 Tekanan inspirasi negatif ≤20 cm H2O
 Vt spontan ≥ 5 mL/kg
 Kapasitas vital ≥ 10 mL/kg
 Frekuensi pernapasan < 30 napas/menit
 Indeks pernapasan cepat – dangkal spontan <100 – 105.
Setelah pemilihan metode untuk penyapihan ( lihat pembahasan berikutnya),
maka percobaan penyapihan yang sesungguhnya dapat dimulai. Penting untuk
mempersiapkan pasien dan lingkungan perawatan kritis untuk mengoptimalkan
keberhasilan penyapihan (Tabel 5-10). Intervensi meliputi penjelasan kepada pasien
tentang proses penyapihan, posisi yang baik dan obat-obatan untuk memperbaiki
ventilasi serta pasien harus menghindari aktifitas selama proses percobaan penyapihan.
Selama proses penyapihan, tanda-tanda dan gejala-gejala distres pernapasan diamati

18
secara kontinyu ( Tabel 5-11 ). Banyak dari indikator-indikator ini agak samar tetapi
pemantauan dengan cermat level baseline sebelum pelepasan berlanjut dan selama
percobaan berlangsung memberikan indikator-indikator yang objektif tentang perlunya
pasien kembali untuk diberi bantuan ventilator.

TABEL 5-10. STRATEGI UNTUK MEMFASILITASI PENYAPIHAN


 Jelaskan proses penyapihan kepada pasien/keluarganya dan pertahankan
komunikasi agar tetap terbuka selama proses pelepasan.
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan usaha ventilasi.
 Berikan analgetik untuk mengatasi nyeri dan sedatif untuk mengendalikan
kecemasan jika perlu.
 Tetaplah bersama dengan pasien selama percobaan penyapihan dan tetap
waspada.
 Nilailah sesering mungkin respon pasien pada percobaan penyapihan.
 Hindari aktivitas fisik, prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, dan atau
pemindahan pasien saat percobaan penyapihan dilakukan.
 Ciptakan lingkungan fisik yang kondusif untuk pelepasan (misalnya suhu
ruangan, suara-suara, dan gangguan-gangguan).

Perlunya penghentian sementara dari percobaan penyapihan tidak dipandang sebagai


suatu kegagalan. Tetapi itu hanya menunjukkan bahwa masih perlu waktu untuk
menunggu sampai ventilator berhasil dilepaskan. Penilaian secara lengkap berbagai
alasan untuk tidak melakukan penyapihan perlu dilakukan. Penilaian dan evaluasi pasien
yang mebutuhkan ventilasi mekanik lebih dari 72 jam dibahas secara terinci dalam Bab
20, Kemajuan Konsep Respirasi.

TABEL 5-11. INDIKATOR-INDIKATOR KLINIK UNTUK MENGHENTIKAN


PERCOBAAN PENYAPIHAN

 Dyspnea
 Frekuensi pernapasan meningkat, nadi meningkat, atau tekanan darah
meningkat
 Pernapasan dangkal atau penurunan Vt spontan
 Menggunakan otot assesorius saat bernapas
 Kecemasan (ansietas)
 Penurunan PaO2, atau PaCO2,SpO2 atau penurunan pH

19
Percobaan Penyapihan
Pada umumnya percobaan penyapihan pasien dari ventilasi jangka pendek disertai
dengan percobaan pernapasan spontan (SBT) pada T-piece atau CPAP. Lamanya SBT
pada umumnya paling kurang 30 menit tetapi tidak lebih dari 120 menit. Beberapa
petugas lebih menyukai menggunakan ventilator tekanan rendah untuk percobaan.
Keputusan penyapihan dilakukan apabila percobaan berhasil. Perlunya intubasi kembali
sering terjadi dan berkaitan dengan angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu usaha
yang terlalu cepat untuk melepaskan harus dihindari. Beberapa petugas mengusulkan
penggunaan ventilasi tekanan positif via masker wajah atau masker hidung untuk pasien
gagal pernapasan setelah penyapihan. Akan tetapi studi multi-center internasional
menunjukkan bahwa terapi ini tidak dapat mencegah perlunya intubasi atau tidak dapat
mengurangi kematian.

Metode
Terdapat beberapa metode penyapihan pasien dari ventilasi mekanik Sampai
sekarang, penelitian tentang teknik-teknik penyapihan belum mengetahui metode yang
paling optimal untuk melepaskan pasien dari ventilasi mekanik jangka pendek. Akan
tetapi pada umumnya rumah sakit menggunakan satu atau dua metode secara rutin.
Sekarang ini, sejumlah laporan penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa outcome
pasien yang ditangani dengan protokol petugas kesehatan yang bukan dokter lebih baik
daripada standar penanganan yang digunakan oleh dokter. Sebagian besar ahli pelepasan
percaya bahwa metode penyapihan pasien dari ventilasi mekanik jangka pendek kurang
berhasil dibanding strategi protokol pelepasan yang diindividualisasi.
 SIMV. Metode penyapihan yang paling populer pada masa lalu menggunakan
model SIMV. Dengan secara progresif menurunkan jumlah pernapasan
mandatori yang diberikan oleh ventilator, kerja pernapasan yang dilakukan oleh
pasien melalui pernapasan spontan semakin meningkat. Kelebihan dari model
SIMV adalah adanya alarm yang mengingatkan klinisi apabila terjadi masalah
ventilasi dan jumlah minimum ventilasi semenit dapat dijamin. Kekurangan
SIMV adalah setiap pernapasan spontan memerlukan tambahan kerja pernapasan
untuk membuka katup reservoir gas yang dibutuhkan. Tergantung pada tipe
ventilator, tambahan kerja pernapasan tersebut relatif kecil dan tidak menjadi
masalah pada penyapihan ventilator jangka pendek. SIMV dapat diguynakan
sendiri atau bersama-sama dengan pressure support (SIMV + PS).
 T-piece atau Blow-by. Metode T-piece untuk penyapihan mencakup pelepasan
pasien dari ventilator mekanik dan menyambungkan sumber oksigen ke artificial
airway (artificial airway) dengan menggunakan sebuah T piece untuk percobaan

20
pernapasan spontan (SBT) (Gambar 5-16 C). Peralatan ini tidak memberikan
bantuan ventilasi, dan alat ini tetap dipasang sambil pasien benar-benar dapat
melakukan pernapasan spontan. Kelebihan dari metode pelepasan ini adalah
resistensi (hambatan) pernapasan sangat kecil karena tidak mempunyai katup
yang harus dibuka untuk memulai aliran gas. Kelebihan lainnya adalah
kemampuan pasien melakukan perrnapasan spontan dapat dinilai dengan cepat.
Kekurangan metode SBT ini adalah pembebanan kerja otot pernapasan dan
fatigue. Apabila hal ini terjadi, biasanya pada tahap-tahap awal SBT sehingga
pasien perlu diamati selama beberapa menit pertama. Kelemahan lainnya dari T
piece adalah terapi PEEP tidak dapat dipertahankan dan terdapat beberapa sistem
alarm atau sistem backup untuk membantu pasien kalau ventilasi tidak adekuat.
Penting untuk diketahui bahwa teknik ini mengharuskan klinisi untuk
memperhatikan tanda-tanda dan gejala-gejala kesulitan bernapas atau fatigue.
Biasanya FiO2 meningkat setidak-tidaknya 10% di atas FiO2 yang disetting pada
untuk mencegah hipoksemia akibat rendahnya Vt pada pernapasan spontan.
Pasien yang dalam pada SBT harus diberikan bantuan ventilator yang stabil,
tidak melelahkan dan terasa lebih nyaman setelah SBT.
 CPAP. Penggunaan ventilator yang memungkinkan pernapasan spontan tanpa
pernapasan mandatori seperti halnya T piece juga dapat digunakan mode CPAP.
Dengan pendekatan ini, sistem alarm ventilator dapat digunakan untuk
memonitor kecepatan dan volume pernapasan spontan dan jika perlu dapat
digunakan tekanan kecil (5 cm H2O). Kelemahan pendekatan ini, seperti halnya
SIMV, adalah kerja pernapasan lebih berat dibanding T piece karena perlu
membuka katup untuk menerima aliran gas. Pada kebanyakan pasien,
peningkatan kerja pernapasan ini bukan merupakan faktor yang penting untuk
keberhasilan pelepasan atau bukan kegagalan asalkan percobaan pelepasan tidak
terlalu lama. Jika perlu, pressure support rendah (yaitu 5-7 cm H2O) juga dapat
ditambahkan untuk mengurangi beban kerja ini (CPAP + PS).
 Pressure Support. Metode lain untu penyapihan dari ventilasi adalah
menggunakan ventilasi PS. Dengan alat ini, pasien dapat melakukan pernapasan
spontan pada ventilator dimana bantuan yang diberikan oleh ventilator hanya
sedikit untuk menambah pernapasan spontan pasien. Teknik ini tidak
menimbulkan resistensi pada pernapasan yang dapat disebabkan oleh ET tube
dan katup. Kekurangan utama dari pendekatan ini adalah klinisi memberikan
bantuan pernapasan yang terlalu rendah (tidak cukup) pada pasien untuk
melakukan pernapasan spontan kemudian terlalu cepat menghentikan proses
penyapihan. Lihat Bab 20, kemajuan konsep respirasi untuk penjelasan lebih
terinci mengenai ventilasi PS dan penyapihan.

21
Memperbaiki Kerusakan Ventilator
Kompleksnya ventilator dan dinamika kondisi klinis pasien serta respon pasien
terhadap ventilasi menciptakan berbagai masalah yang dapat terjadi selama ventilasi
mekanik. Penting agar petugas perawatan kritis benar-benar ahli dalam pencegahan,
identifikasi dan management problem-problem yang berkaitan dengan ventilator pada
pasien yang sakit kritis. Bab 27, Pedoman Perbaikan Ventilator, membahas secara terinci
penyebab-penyebab tertentu dan tindakan serta strategi pencegahan timbulnya problem-
problem yang berkaitan dengan ventilator.
Selama ventilasi mekanik, perubahan mendadak kondisi klinik pasien khusunya
distres pernapasan, dan tanda peringatan oleh bunyi alarm atau gangguan fungsi
ventilator memerlukan pemeriksaan dan tindakan dengan segera. Pendekatan pada setiap
situasi secara sistematis dapat mencegah dan meminimalkan problem-problem yang
berkaitan dengan ventilator.
Langkah pertama adalah mentukan adanya distres pernapasan atau
ketidakstabilan hemodinamika. Apabila salah satunya ada, maka pasien dilepaskan dari
ventilator mekanik dan secara manual di beri ventilasi dengan MRB dan O2 100 %
selama beberapa menit.

PROBLEM
.  Tanda/gejala distress pernapasan
 Perubahan mendadak kondisi klinis
 Alarm ventilator
 Fungsi ventilator tidak normal

Apakah pasien mengalami


distress pernapasan?
Atau
Apakah terjadi
ketidakstabilan
hemodinamika?

TIDAK YA
Periksa ventilator untuk  Lepaskan pasien dari ventilator
menentukan adanya problem dan lakukan ventilasi manual
dengan oksigen 100%
 Lakukan pemeriksaan dengan
cepat, terutama pada CP

Apakah kondisinya
membaik?

22
YA TIDAK

Periksa ventilator untuk  Periksa O2 yang diberikan


menentukan adanya problem  Keluarkan sekret dan
periksa kelancaran jalan
napas
 Auskultasi dada
 Periksa drips vasoactive

Gambar 5.22 Algoritma management alarm ventilator dan kondisi distres respirasi akut.
Selama ventilasi manual, dilakukan pemeriksaan pernapasan dan kardiovaskuler
dengan cepat. Memperhatikan perubahan dari kondisi sebelumnya. Perbaikan klinik
yang cepat setelah pelepasan dari ventilator menunjukkan adanya problem pada
ventilator. Ventilasi manual tetap dilanjutkan sementara petugas lainnya memperbaiki
ventilator. (misalnya kebocoran slang atau slang tidak tersambung, aliran gas yang tidak
cukup) atau mengganti ventilator tersebut. Apabila distres pernapasan tetap berlanjut
setelah pasien di lepaskan dari ventilator dan selama pernapasan manual maka
penyebabnya berkaitan dengan pasien sendiri.

Komunikasi
Pasien yang diberi ventilasi mekanik tidak dapat berbicara dan berkomunikasi
secara verbal karena adanya ET cuff atau tube trakeostomi. Ketidakmampuan berbicara
akan membuat frustrasi pasien, perawat, dan anggota tim perawatan. Gangguan
komunikasi menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan rasa takut, dan gejala-
gejala ini dapat mengganggu kondisi fisik dan kondisi emosi pasien. Pasien yang
diwawancarai setelah ekstubasi mengatakan bahwa mereka merasa sangat terisolasi dan
merasa sendirian karena ketidakmampuan mereka berbicara.

Problem Komunikasi yang Umum Terjadi


Pendapat pasien terhadap kesulitan berkomunikasi akibat terpasangnya ventilasi
mekanik adalah: (1) ketidakmampuan berkomunikasi, (2) penjelasan yang tidak cukup,
(3) pemahaman yang tidak cukup, (4) rasa takut yang berkaitan dengan
ketidakmampuannya berbicara, dan (5) kesulitan metode komunikasi. Kecuali masalah
ketidakmampuan berbicara, seluruh problem yang dinyatakan oleh pasien dapat diatasi
dengan mudah oleh petugas perawatan kritis. Misalnya “penjelasan yang tidak cukup”
dan “pemahaman yang tidak cukup” dapat diatasi dengan pengulangan sesering mungkin
seluruh rencana dan prosedur dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang nonmedis
dan mempertimbangkan bahwa tingkat perhatian dan kemampuan kognitif khususnya

23
memori sering menurun akibat penyakit atau cedera yang dialami pasien, efek obat-
obatan dan anastesi, dan pengaruh lingkungan perawatan kritis.
Walaupun pesan-pesan yang perlu disampaikan oleh pasien sangat terbatas,
(“nyeri”, “lapar”, “air”, “tidur”) akan tetapi untuk mengkomunikasikan kebutuhan dasar
ini seringkali sulit. Orang dewasa sudah terbiasa memenuhi kebutuhan dasar mereka
sendiri, tetapi di ICU, bukan hanya mereka tidak mampu melakukan aktivitas fisik,
bahkan mereka tidak dapat mengkomunikasikan kebutuhan mereka dengan efektif.
Kebutuhan dasar meliputi aktivitas seperti mandi, menggosok gigi, menyisir rambut,
buang air kecil dan buang air besar, makan, minum dan tidur. Contoh lainnya adalah
permintaan atau pernyataan sederhana misalnya “terlalu panas”, “terlalu dingin”,
“balikkan badan saya”, “ke atas”, “ke bawah”, “luruskan kaki saya”, “tangan saya
sakit”, “saya tidak dapat bernapas”, ”basahi bibir saya”.
Pasien menyatakan mereka sulit menemukan metode komunikasi ketika mereka
diberi ventilasi mekanik. Ini juga dapat diatasi dengan menilai kemampuan pasien
berkomunikasi. Apakah pasien sadar dan bisa fokus? Dapatkah pasien menjawab
pertanyaan sederhana yang jawabannya “ya” atau “tidak”? Apakah pasien dapat
berbahasa Inggris/Indonesia? Dapatkah pasien memberi isyarat paling tidak dengan satu
tangan? Apakah pasien dapat memegang pulpen dan dapat menulis? Apakah
pendengaran dan penglihatan pasien baik? Dengan mengetahui kemampuan pasien
berkomunikasi dapat membantu petugas kesehatan untuk menggunakan metode
komunikasi yang tepat.
Apabila metode komunikasi yang paling efektif telah ditemukan untuk pasien
tertentu, metode tersebut harus ditulis pada rencana perawatan. ICU adalah ruang yang
sangat sibuk, sehingga kebutuhan pasien akan komunikasi mudah terlupakan.
Komunikasi yang tetap berlanjut antara petugas kesehatan dengan pasien yang tidak
dapat berbicara akan memperbaiki kualitas perawatan dan meningkatkan kepuasan
pasien.

24
Metode untuk meningkatkan komunikasi
Terdapat berbagai metode untuk meningkatkan komunikasi dan dapat
dikelompokkan atas dua kategori yaitu metode nonvokal (gesture (gerak isyarat), lips
reading (melihat gerak bibir), mouthing words (berkata dengan isyarat mulut), paper and
pen (kertas dan pulpen), alphabet/numeric boards (papan huruf dan angka), flashcards
(kartu pengingat), dan lain-lain). (talking tracheostomy tube (berbicara melalui tube
trakeostomi), dan speaking valves (berbicara melalui katup). Cara terbaik untuk
berkomunikasi dengan pasien yang diberi artificial airway (artificial airway) atau pasien
yang diberi ventilasi mekanik masih belum diketahui.
Metode Nonvokal
Kebutuhan seorang pasien banyak dan petugas kesehatan dianjurkan
menggunakan bermacam-macam metode nonvokal (misalnya misalnya gerak isyarat,
papan huruf, kertas dan pulpen). Keberhasilan menggunakan metode komunikasi
bermacam-macam tergantung pada diagnosis, umur, jenis cedera atau penyakit jenis alat
pembantu pernapasan dan faktor-faktor psikososial. Sebagai contoh, lips reading
(melihat bibir) dapat digunakan pada pasien yang menjalani trakeostomi karena bibir
dan mulutnya dapat dilihat. Tetapi pada pasien yang menjalani intubasi endotrakel maka
lips reading tidak dapat digunakan karena karena plester dan tube holder membatasi
gerakan bibir dan sulit terlihat.
Menulis
Metode komunikasi yang paling mudah dan paling sering digunakan adalah
kertas dan pulpen. Akan tetapi posisi terlentang tidak kondusif untuk menulis dengan
jelas. Tidak adanya kaca mata, tangtan yang cedera atau sulit digerakkan atau kelemahan
juga menyebabkan pasien yang diberi ventilasi mekanik kesulitan untuk menulis. Kertas
harus diletakkan pada permukaan yang dapat digunakan untuk menulis (misalnya di atas
clipboard) dengan pilpen yang dapat digunakan menulis dari posisi manapun. Kekuatan,
kelenturan jari-jari tangan dan ketangkasan diperlukan untuk memegang pulpen. Banyak
pasien suka menggunakan Magic Slate (Produksi Western Publishing Co, Racine, WI)
atau Magna Doodle (Produksi Tyco Industies, Mount Laurel, NI). Toy (kertas mainan)
yang peka tekanan dan harganya murah tersebut dapat dibeli di setiap pusat perbelanjaan
dimana tulisan yang digoreskan diatasnya mudah dihapus sehingga tetap menjaga
kerahasiaan pesan pasien.
Kode-kode tulisan pasien (yang biasanya seperti cakar ayam) harus dapat dibaca
oleh perawat. Pada umumnya perawat dapat membaca tulisan pasien yang biasanya sulit
dibaca orang biasa. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa lebih dari 65 % komunikasi
adalah komunikasi nonverbal dan terdapat banyak isyarat-isyarat tulisan yang dapat
membantu untuk saling mengerti dan saling berkomunikasi.
Gerak isyarat

25
Metode komunikasi nonvokal lainnya yang sangat efektif adalah menggunakan
gerak isyarat dengan sengaja. Gerak isyarat sangat cocok pada pasien yang yang diberi
ventilasi jangka pendek yang tetap sadar dan dapat menggerakkan paling tidak satu
tangan, walaupun gerakannya minimal. Pada umumnya gerak isyarat yang dapat
dimengerti merupakan simbol, sebagai simbol tertentu yang mudah dimengerti oleh
kebanyakan orang.
Sebagai contoh, pasien sering menyatakan bahwa lendirnya perlu dibersihkan
dengan membengkokkan jari kelingkingnya (menggambarkan kateter penghisap),
mengangkat tangannya ke arah ET tube, dan menggerakkan kepalanya ke depan dan ke
belakang. Ini sering disebut dengan gerak isyarat idiosinkrasi, gerak isyarat yang
digunakan olek komunitas tertentu, yaitu antara perawat dan pasien. Gerak isyarat
idiosinkrasi lainnya adalah “sepotong es”, “basahi mulut saya”, “penyegar tenggorok”,
“kipas”, dan “dokter”.
Aspek penting dari gerak isyarat adalah “memantulkan kembali” isyarat tersebut
kepada pasien lalu mengucapkan kembali pesan atau ide yang dimaksud oleh gerak
isyarat pasien tersebut. Pemantulan kembali ini akan menjamin keakuratan interpretasi
dan membantu klinisi serta pasien untuk membuat pola-pola pada percakapan dengan
isyarat berikutnya. Ketika memperhatikan gerak isyarat pasien, berdirilah di belakang
pembaringan, dan perhatikan gerak lengan dan tangannya. Kebanyakan gerak isyarat
mudah dimengerti terutama gerak isyarat yang paling sering digunakan oleh pasien
(misalnya kepala mengangguk yang berarti “ya” atau “tidak”). Petugas kesehatan harus
mengajukan pertanyaan sederhana yang jawabannya “ya” atau “tidak” tetapi jangan
mengajukan “dua puluh “pertanyaan (maksudnya terlalu banyak pertanyaan) karena
pasien bisa frustrasi. Sebelum menduga-duga apa yang dibutuhkan oleh pasien, berikan
kesempatan kepada mereka untuk menggunakan gerak isyarat dalam
mengkomunikasikan kenutuhan mereka.
Papan Huruf/Gambar.
Untuk pasien yang tidak dapat berbahasa Inggris/Indonesia gambar dapat
membantu sebagai pelengkap gerak isyarat. Gambar harus memuat kebutuhan pasien
(misalnya ( bed pan, gelas air, obat-obatan, keluarga, dokter, perawat) yang dapat
ditunjuk oleh pasien. Papan gambar, walaupun dapat dibeli, dapat dibuat dengan mudah
dan dilaminasi sesuai dengan kebutuhan pasien-pasien ICU.
Metode Vokal
Apabila pasien yang dipasangi tube trakeostomi mempunyai organ bicara yang
masih baik, maka mereka dapat menggunakan metode vokal misalnya pneumatic dan
electrical devices, fenestrated tracheostomy tube, talking tracheostomy tube, dan
tracheostomu speaking valve. Beberapa kondisi kondisi klinik tidak dapat menggunakan
peralatan vokalisasi misalnya kelainan neurologik yang merusak vokalisasi (yatu

26
Guillain-Barre Syndrome), obstruksi saluran napas atas yang berat (trauma kapitis, atau
trauma leher), atau adduksi pita suara (misalnya karena adanya ET tube).
Dua metode vokal untuk pasien trakeostomi adalah one-way speaking valve dan
fenestrated tracheostomy tube (Gambar 5-23). Tube tersebut memungkinkan udara
keluar melalu fenestrata (lubang-lubang kecil-penerj) pada kanal luar tube trakeostomi.
Telah dilaporkan adanya insiden pembentukan jaringan granuloma di lokasi fenestrata
yang akan sembuh kembali setelah tube dilepaskan. Selain itu, lubang-lubang pada
fenestrata sering tersumbat oleh lendir sehingga tidak dapat terbentuk suara.

Metode lainnya adalah talking tacheostomy tube (misalnya Portex Talk Trach),
yang didesain sebagai sarana untuk berkomunikasi secara verbal untuk pasien yang
diberi ventilator.*Gambar 5.24). Alat tersebut bekerja dengan mengalirkan gas (4-6
L/menit) melalui airflow line (saluran udara kecil-penerj)) yang mempunya fenestrata
tepat di atas cuff tube trakeostomi. Udara akan mengalir melalui glotis sehingga
membantu vokalisasi apabila pasien dapat membentuk kata-kata dengan mulutnya. Pada
umumnya, vokalisasi terdengar sebagai bisikan lembut. Cuff tetap mengembang pada
tube-tube tersebut sehingga rangkaian sistem ventilasi tetap tertutup (maksudnya tidak
ada kebocoran udara-penerj). Akan tetapi sumber gas dari luar tetap diberikan yang
biasanya tidak mengalami pelembaban sehingga trakea dapat menjadi kering dan
teriritasi. Saluran udara gas dari luar tersebut harus rajin dibersihkan dan dibilas agar
tidak tersumbat. Pasien harus mampu secara manual mengarahkan aliran udara melalui

27
tube dengan tombol yang dapat ditekan dengan ibu jari dimaini memerlukan
ketangkasan dan koordinasi. Kualitas suara yang dapat dihasilkan oleh alat ini mulai dari
suara berbisik lembut sampai suara serak. Pasien yang dianggap “tidak bisa disapih”
dilaporkan senang-senang menjalani proses penyapihan dan berhasil disapih setelah
mendengar suara mereka sendiri.

Mengajarkan Metode Komunikasi


Lingkungan perawatan kritis (ICU) menghadirkan banyak tantangan pengajaran
dan pembelajaran Pasien dan keluarganya dalam keadaan sangat stres sehingga perawat
harus menjadi pengajar yang kreatif dan mengajarkan teknik komunikasi yang
sederhana, efektif dan mudah dipelajar. Namun demikian, keinginan untuk
berkomunikasi dengan yang tercinta (pasien) sering mendorong keluarga sangat ingin
belajar. Biasanya keluargalah yang membuat papan komunikasi dengan huruf yang
besar-besar atau membeli Magic Slate untuk digunakan oleh pasien/Karena pasien tahu
bahwa keluarganya yang mempersiapkan sarana tersebut maka mereka sangat mudah
menerima karena ternyata keluarga yang dicintainya juga turut serta membantu.
Sebelum diintubasi, semua pasien harus diinformasikan bahwa mereka tidak
mampu berbicara selama periode intubasi. Gambar yang melukiskan apa itu tube
endotrakeal atau tube trakeostomi disertai kata-kata yang sederhana dapat diperlihatkan
kepada pasien yang telah dipilih untuk menjalani intubasi (misalnya untuk rencana
pembedahan). Mempraktekkan teknik komunikasi nonverbal sebelum intubasi (misalnya
gerak isyarat, papan huruf, flashcards) juga bermanfaat. Hal lainnya yang perlu
ditekankan pada pasien adalah bahwa ketidakmampuan mereka berbicara hanya
sementara, hanya ketika tube terpasang di mulutnya. Apabila sulit atau tidak mungkin
memberikan penjelasan sebelum intubasi, maka penjelasan dapat diberikan setelah
intubasi.

28
Prinsip-Prinsip Management Ventilasi
Pada umumnya intervensi (tindakan) yang terkait dengan ventilasi mekanik
terutama pada usaha memaksimalkan oksigenase dan ventilasi serta mencegah
komplikasi akibat artificial airway (artificial airway) dan sekuele dari bantuan ventilasi
dan oksigenasi pada pasien yang menggunakan peralatan mekanik invasif.

Memaksimalkan Oksigenasi dan Ventilasi


Menjamin Sinkronisitas Pola-Pola Pernapasan
 Sesering mungkin memberikan penjelasan tentang tujuan dari ventilator.
 Memonitor respon pasien terhadap terapi ventilator dan tanda-tanda kalau-kalau
pola pernapasan pasien tidak sesuai dengan fase pola pernapasan yang diberikan
oleh ventilator.
 Mempertimbangkan perubahan setting ventilator untuk memaksimalkan
oksigenasi (yaitu mengubah kecepatan aliran gas, kecepatan pernapasan,
sensitivitas, dan mode).
 Memberikan obat-obatan sedatif sesuai kebutuhan untuk mencegah
ketidaksinkronan dengan ventilator. Menghindari pemberian obat-obatan
penghambat neuromuskular kecuali jika memang diperlukan.
Mempertahankan agar Jalan Napas tetap Lancar
 Suction (penghisapan sekret-penerj) dilakukan hanya jika mempunyai indikasi
klinik sesuai dengan hasil pemeriksaan terhadap pasien (lihat Tabel 5-6).
 Menurunkan viskositas (kekentalan) sekresi dengan cara mempertahankan hidrasi
yang adekuat, humidifikasi (kelembaban) gas inspirasi dan dan pemberian obat-
obatan mukolitik seperlunya.
 Memonitor tanda-tanda dan gejala-gejala bronkospasme dan memberikan obat-
obatan bronkodilator seperlunya (Lihat Bab 9, Sistem Kardiovaskuler).
 Mencegah obstruksi oral ET tube (slang ET yang dipasang pada mulut-penerj)
dengan pemberian bite block pada mulut jika diperlukan.
Sering-sering Memonitor Status Oksigenasi dan Ventilasi
 Analisis ABG seperlunya (misalnya setelah pengubahan ventilator, jika terjadi
distres pernapasan atau ketidakstabilan kardiovaskuler, atau jika terjadi perubahan
kondisi klinik yang signifikan).
 Noninvasif monitoring SpO2 secara kontinyu. Memvalidasi parameter-parameter
noninvasif dengan cara analisis ABG secara berkala.
 Memeriksa tanda dan gejala penurunan PaO2, peningkatan PaCO2, dan distres
pernapasan. Jika terjadi distres pernapasan harus segera ditindaki (Lihat Gambar
5-22).

29
 Sering-sering mengubah posisi pasien untuk memperbaiki ventilasi-perfusi dan
untuk mencegah atelektasis.
 Management nyeri dengan cepat, khususnya nyeri dada dan abdomen bagian atas
untuk meningkatkan mobilitas, kedalaman pernapasan dan batuk (Lihat Bab 6,
Management Nyeri, Sedasi, dan Blok Neuromuskular).
Fisioterapi dan Monitoring
 Melakukan fisioterapi dada untuk kondisi klinik tertentu (seperti produksi mukus
yang sangat banyak, atelektasis lobaris).
 Memonitor status oksigenasi dengan cermat selama fisioterapi untuk melihat
tanda dan gejala-gejala desaturasi arteri.
Mempertahankan Bantuan Oksigenasi dan Ventilasi Setiap Saat
 Memastikan ventilator mekanik berfungsi dengan benar dengan mengaktifkan
dan men-set alarm dan sering-sering memeriksa fungsi peralatan (Biasanya
diperiksa setiap 1 jam atau setiap 2 jam sekali).
 Selama periode singkat pelepasan dari ventilator mekanik pertahankan ventilasi
dan oksigenasi dengan MRB. Selama perpindahan (transport) di dalam
lingkungan rumah sakit agar bantuan peralatan ventilator tetap adekuat,
khususnya mempertahankan PEEP (apabila diinginkan > 10 cm H2O) dan
memberikan suplai portable oxygen dan tekanan yang adekuat.
 Portable oxygen untuk kedaruratan harus siap-sedia untuk kondisi loss of wall
oxygen capability (ketidakmampuan pasien mempertahankan oksigen-penerj).
Mencegah Komplikasi
1. Pertahankan tekanan ET atau tekanan tracheostomy cuff kurang dari 25
mm Hg.
2. Pertahankan posisi artificial airway (artificial airway) dengan
menggunakan fitting holder device atau dengan menggunakan plester.
Posisi ET harus sering-sering diperiksa dengan memperhatikan tanda ET
pada bibir atau hidung yang dibuat setelah intubasi.
3. Pastikan bahwa plester atau fitting holder device yang digunakan untuk
mempertahankan posisi artificial airway digunakan dengan benar dan
tidak menimbulkan tekanan atau merusak kulit.
4. Gunakan bite block pada penggunaan oral ET tube jika perlu agar ET tube
tidak tergigit.
5. Sering-sering memeriksa mulut dan perhatikan kalau-kalau tertekan oleh
ET tube. Pindahkan ET tube dari sisi mulut yang satu ke sisi lainnya
setiap hari atau lebih sering jika perlu.

30
6. Periksa tanda-tanda dan gejala-gejala sinusitis akibat penggunaan nasal
ET tube (seperti nyeri pada sinus jika ditekan, cairan purulen mengalir
pada hidung, demam, leukositosis).
Memaksimalkan Komunikasi
1. Periksa kemampuan komunikasi dan tetapkan sebuah metode komunikasi
nonverbal (lihat pembahasan tentang komunikasi di bawah). Bantulah keluarga
pasien untuk menggunakan metode komunikasi tersebut dengan pasien.
2. Antisipasilah kebutuhan dan keperluan pasien dalam rencana perawatan (planning
of care).
3. Pastikan bahwa call lights (lampu pemanggil), bel atau metode lainnya yang
menandai kebutuhan pasien tersedia setiap saat.
4. Sering-seringlah memberikan informasi tentang kesulitan berkomunikasi dan
bagaimana cara menggunakan suatu metode komunikasi non-verbal.
Mengurangi Kecemasan dan Memberikan Dukungan Psikososial
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung untuk menghindari kecemasan.
Berikan penjelasan singkat mengenai tindakan dan prosedur yang akan dilakukan
perhatian dan kehadiran petugas kesehatan pada periode kecemasan penting agar
pasien dan keluarga yang membesuknya tidak panik.
2. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
3. Berikan dosis kecil ansiolitik (misalnya lorazepam atau diazepam) yang tidak
menekan sistem pernapasan (Lihat Bab 6, Management Nyeri, Sedasi dan Blok
Neuromuskular, dan Bab 9, Sistem Kardiovaskuler).
4. Perintahkan keluarga untuk mendampingi pasien dan berpartisipasi dalam
kegiatan perawatan seperlunya. Kehadiran keluarga memberikan rasa nyaman
pada pasien dan akan membantu keluarga memahami kondisi kritis yang dialami
pasien.

31
C. PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR
Pengertian
Ventilator adalah suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di desain untuk
menggantikan/menunjang fungsi pernafasan.

Tujuan Pemasangan Ventilator


1. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi
yang fisiologis.
2. Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk memperbaiki efisiensi
ventilasi dan oksigenasi.
3. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.

Indikasi Pemasangan Ventilator


- “Respiratory Rate” lebih dari 35 x/menit.
- “Tidal Volume” kurang dari 5 cc/kg BB.
- PaO2 kurang dari 60, dengan FiO2 “room air”
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg

Alat-alat yang disediakan


- Ventilator
- Spirometer
- Air viva (ambu bag)
- Oksigen sentral
- Perlengkapan untuk mengisap sekresi
- Kompresor Air

Setting Ventilator
1. Tentukan “Minute Volume” (M.V.) yaitu :
M.V = Tidal Volume (T.V) x Respiratory Rate (R.R)
Normal T.V = 10 – 15 cc/kg BB
Normal R.R = - pada orang dewasa = 10 – 12 x/menit
Pada pasien dengan COPD, T.V lebih kecil, yaitu 6 – 8 cc/kg BB.

Pada Servo Ventilator 900 C :


- M.V dibawah 4 liter, pakai standar “infant”
- M.V. diatas 4 liter, pakai standar “adult”
2. Modus
Tergantung dari keadaan klinis pasien.

32
Bila mempergunakan “IMV”, harus dikombinasikan dengan “PEEP”.
3. PEEP
Ditentukan tergantung dari keadaan klinis pasien.
Pada pasien dengan edema paru, PEEP dimulai dengan 5 mmHg.
Pada pasien tidak dengan edema paru, PEEP dimulai dari nol, tetapi FiO2 dinaikan
sampai 50%. Bila FiO2 tidak naik, baru diberikan PEEP mulai dari 5 mmHg.
Catatan :
- Selama pemakaian Ventilator, FiO2 diusahakan kurang dari 50 %
- PEEP dapat dinaikkan secara bertahap 2,5 mmHg, sampai batas maximal 15 mmHg.
4. Pengaturan Alarm :
- Oksigen = batas terendah : 10 % dibawah yang diset
batas tertinggi : 10 % diatas yang diset
- “Expired M.V = kira-kira 20 % dari M.V yang diset
- “Air Way Pressure” = batas tertinggi 10 cm diatas yang diset

Pemantauan
1. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting, analisa gas darah
diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar : PCO2 = 35 – 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 – 97 %
PaO2 = 80 – 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
2. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT dan
komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
3. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien : denyut jantung, tekanan darah, sianosis,
temperatur.
4. Auskultasi paru untuk mengetahui :
- letak tube
- perkembangan paru-paru yang simetris
- panjang tube
5. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
6. Periksa elektrolit setiap hari
7. “Air Way Pressure” tidak boleh lebih dari 40 mmHg
8. “Expired Minute Volume” diperiksa tiap 2 jam
9. Usahakan selang nasogastrik tetap berfungsi.

33
10. Perhatikan ada tidaknya “tension pneumothorax” dengan melihat tanda-tanda sebagai
berikut :
- gelisah, kesadaran menurun
- sianosis
- distensi vena leher
- trachea terdorong menjauh lokasi “tension pneumothorax”
- salah satu dinding torak jadi mengembang
- pada perkusi terdapat timpani.

Perawatan :
1. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada keluarganya bagi
pasien yang tidak sadar.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, untuk mencegah infeksi.
3. “Breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar pengembunan air yang
terjadi tidak masuk ke paru pasien.
4. Perhatikan permukaan air di “humidifier”, jaga jangan sampai habis, air diganti tiap 24
jam.
5. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan sampai letak
dan panjang tube berubah.
Tulis ukuran dan panjang tube pada “flow sheet”
6. Cegah terjadinya kerusakan trachea dengan cara :
Tempatkan tubing yang dihubungkan ke ETT sedemikian rupa sehingga posisinya berada
diatas pasien. Tubing harus cukup panjang untuk memungkinkan pasien dapat
menggerakkan kepala.
7. Memberikan posisi yang menyenangkan bagi pasien, dengan merubah posisi tiap 2
jam. Selain itu perubahan posisi berguna untuk mencegah terjadinya dekubitus.
8. Memberi rasa aman dengan tidak meninggalkan pasien sendirian.
9. Teknik mengembangkan “cuff” :
- kembangkan “cuff” dengan udara sampai tidak terdengar suara bocor.
- “cuff” dibuka tiap 2 jam selama 15 menit

Beberapa hal yang harus diperhatikan


A. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi Mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan pengontrol suhu dan
diisi air sebatas level yang sudah ditentukan (system boiling water) terjadi Kondensasi air

34
dengan penurunan suhu untuk mencapai suhu 370 C pada ujung sirkuit ventilasi
mekanik. Pada kebanyakan kasus suhu udara ± sama dengan suhu tubuh.
Pada kasus hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 370 C - 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi menyebabkan luka
bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya pengentalan sekresi dan akibatnya obstruksi
jalan nafas bisa terjadi. Sebaliknya apabila suhu ke pasien kurang dari 360

C membuat kesempatan untuk tumbuhnya kuman.


Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan udara dialirkan
melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi menggunakan kedua
system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture echanger yang di pasang pada ujung
sirkuit Ventilasi Mekanik.

B. Perawatan jalan nafas


Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan posisi dan
penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu, karena tindakan ini
membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya infeksi, perhatikan sterilitas !!
Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi (auscultasi) dapat juga dilihat dari adanya
peningkatan tekanan inspirasi (Resp. rate) yang menandakan adanya
perlengketan/penyempitan jalan nafas oleh sekresi ini indikasi untuk dilakukan
pengisapan.
Fisioterapi dada sangat mendukung untuk mengurangi atelektasis dan dapat
mempermudah pengambilan sekresi, bisa dengan cara melakukan clapping, fibrasing
perubahan posisi tiap 2 jam perlu dikerjakan untuk mengurangi pelengketan sekresi.

C. Perawatan selang Endotrakeal


Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah terjadinya migrasi,
kinking dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang adequate jangan diabaikan.
Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari sekali harus dilakukan karena ini merupakan
kesempatan bagi kita untuk melihat apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi pada kulit atau
pinggir bibir dilokasi pemasangan selang endotrakeal.
Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai ukuran, ini
gunanya agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga memudahkan untuk
melakukan pengisapan sekresi.
Penggunaan pipa penyanggah sirkuit pada Ventilasi Mekanik dapat mencegah tertariknya
selang endotrakeal akibat dari beban sirkuit yang berat.

35
Bila pasien terpasang Ventilasi Mekanik dalam waktu yang lama perlu di pertimbangkan
untuk dilakukan pemasangan Trakeostomi yang sebelumnya kolaborasi dengan dokter
dan keluarga pasien.

D. Tekanan cuff endotrakeal


Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah kelebihan inflasi dan
kelebihan tekanan pada dinding trakea.
Pada pasien dengan Ventilasi Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah tanpa
adanya kebocoran/penurunan tidal volume.
Cuff kalau memungkinkan di kempeskan secara periodik untuk mencegah terjadinya
nekrosis pada trakea.

E. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi harus diperhatikan
secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya efek samping yang
memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan komplikasi paru dan kematian.
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat diberikan melalui
Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu,
terutama pada pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa
dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.

F. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik, perawatan mata itu sangat penting
dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian tetes mata/zalf mata
bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di
plester untuk mencegah abrasi kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi
pada pasien dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat.

Keterampilan perawat di ICU sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan dan


keberhasilan tindakan.
Berbagai peralatan berteknologi tinggi seperti halnya Ventilasi Mekanik membutuhkan
penanganan yang benar untuk mengoperasikannya, oleh karena itu, keterampilan yang
perlu dikuasai oleh seorang perawat adalah keterampilan teknis. Askep termasuk
tindakan/prosedur, berkomunikasi baik antar perawat, sejawat tim kesehatan lain.
Disamping itu keterampilan mengelola masalah kesehatan pasien dan keterampilan

36
mengambil keputusan merupakan pra syarat untuk bekerja dengan baik di ICU. Semua
keterampilan ini merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat.

37
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : …………………………..


N P M : ……………….
Rumah Sakit : ..........................................
Ruangan : ………………………
Tanggal Pengkajian : ……………………. Jam: ……… WIB

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. S Nama : Ny. A
Umur : 34 Thn Umur :33 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Muslim
Pendidikan : Sma Pendidikan : Sma
No. Rekam Medik : 510365 No Rekam Medik :

Alamat : Passo Alamat : Passo

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien diantar oleh keluarga ke IGD RS GPM pada tanggal 14 Mei 2016 dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak, mual tetapi tidak mutah. Klien kemudian dirawat
di ruang mawar. Pada tanggal 16 Mei 2016 klien dipindahkan di ruang ICU dan
dipasang alat bantu pernafasan ventilasi mekanik.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami sakit pernafasan sejak 5 tahun. Klien
punya riwayat penyakit jantung.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit bawaan

38
C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Primary Assesment
a. Airway :
Suara pernafasan ronchi dan gurgling. Klien tidak dapat berbicara/batuk,
Klien menggunakan alat bantu pernafasan ventilasi mekanik. SiO2 100%

b. Breathing
Tidak ada jejas pada dada, ekspansi dada simetris, tidak ada retraksi dada,
auskultasi paru terdengar suara ronchi. Suara perkusi paru sonor.
Klien terpasang alat ventilasi mekanik:
FiO2/Lpm : 40%
Tipe ventilator : PSIMV
PEEP/Flow Tiger :5
RR Ventilator : 10
RR BSM : 20
c. Circulation
Denyut nadi carotis teraba pulsasi kuat, frekuensi 86 kali/menit. Tidak luka
dan tanda-tanda perdarahan eksternal. Klien terpasang infus 2 jalur ;
clinimic + ivelip 46 ml/jam dan Kaen +NSB 2 ampul 10 ml/jam.
2. Focus Assesment
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien baik terkadang gelisah
b. Tingkat Kesadaran
Kesadaran compos mentis, GCS E4V4M5
c. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dada
3. Secondary Assesment
1 Kepala dan Maksilofasial
Bentuk kepala klien mecochepal, rambut beruban, tidak ada lesi
pada wajah, konjunctiva kemerahan, bibir tidak sianosis, gigi klien
nampak kotor, klien terpasang endotracheal tube.
2 Vertebra Servicalis dan Leher
Tidak ada jejas/lesi pada leher, tidak ada deviasi trachea, nadi
carotis teraba pulsasi kuat

39
3 Thorax
i. Inspeksi : tidak ada lesi/jejas pada dada, ekspansi dada
simetris
ii. Auskultasi : suara pernafasan ronchi
iii. Perkusi : suara sonor
iv. Palpasi : tidak ada krepitasi
4 Abdomen
i. Inspeksi : tidak ada lesi/jejas, tidak ada distensi abdomen
ii. Auskultasi : bising usus 14 x.menit
iii. Perkusi : kuadran I dall, kuadran II timpani, kuadran III
dall, kuadran IV dall
iv. Palpasi : Tidak terdapat perabaan massa abdomen
5 Perineum/Rektum/Vagina
Klien terpasang dower catheter, tidak ada perdarahan pervaginam
6 Muskuloskeletal
Tonus otot kuat, tidak ada odema pada ekstremitas, tangan kanan
dan kiri terpasang infus.
Kekuatan otot 5 5
5 5

D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY, DLL) :


1. Data Laboratorium
Hasil pemeriksaan hematologi 22 Mei 2016
Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Unit
Jumlah sel darah
Leukosit 14.21 4.2 - 9.3 Ribu/mm3
Eritrosit 6.01 4.0 - 5.0 Juta/uL
Hemoglobin 15.6 12.0 - 15.0 g/dL
Hematokrit 48.6 37 - 43 %
Trombosit 144 150 - 450 fL
MPV 6.96 7.2 - 11.1
Index
RDW 13.9 11..5 - 14.5 %
MCV 80.8 80 - 100 fL
MCH 25.8 26 - 34 pg

40
MCHC 32.1 32 - 36 %
Differential
Netrofil 81.8 50 - 70 %
Limfosit 6.5 25 - 40 %
Monosit 9.5 2-8 %
Eosinofil 1.4 2-4 %
Basofil 0.8 0-1 %
Lain-lain
Laju endap darah J-1 0-20 mm/jam
Laju endap darah J-2 0-20 mm/jam
Golongan darah
Masa pembekuan/CT 2-6 Menit
Masa perdarahan/BT 1-3 Menit

Pemeriksaan Analisa Gas Darah 24 Mei 2016


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Unit
AGD
pH 7.38 7.20 - 7.60 mmHg
PCO2 86 30 - 50 mmHg
PO2 75 70 - 100 mmol/L
BE 19.0 -3 sd +3 mmol/L
HCO3 49.4 22-26 mEq/L
Elektrolit
Na+ 130 135 - 145 mmol/L
K+ 3,1 3.5 - 5.1 mmol/L
Ca++ 1,11 1.12 - 1.32 mmol/L
Hb in O2
tHb 14,8 12.0 - 17.0 g/dl
SO2 94 90 - 100 %

Pemeriksaan Analisa Gas Darah 25 Mei 2016


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Unit
AGD
pH 7.39 7.20 - 7.60
PCO2 78 30 - 50 mmHg
PO2 89 70 - 100 mmHg
BE 17.3 -3 sd +3 mmol/L

41
HCO3 46.5 22-26 mmol/L
Elektrolit
Na+ 129 135 - 145 mmol/L
K+ 3.0 3.5 - 5.1 mmol/L
Ca++ 0.72 1.12 - 1.32 mmol/L
Hb in O2
tHb 13.9 12.0 - 17.0 g/dl
SO2 96 90 - 100 %

Pemeriksaan Analisa Gas Darah 26 Mei 2016


Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Unit
AGD
pH 7.42 7.20 - 7.60
PCO2 71 30 - 50 mmHg
PO2 59 70 - 100 mmHg
BE 17.1 -3 sd +3 mmol/L
HCO3 45.6 22-26 mmol/L
Elektrolit
Na+ 129 135 - 145 mmol/L
K+ 3.5 3.5 - 5.1 mmol/L
Ca++ 0.89 1.12 - 1.32 mmol/L
Hb in O2
tHb 14.3 12.0 - 17.0 g/dl
SO2 91 90 - 100 %

42
E. TERAPI
1. Terapi
No. Nama Obat Rute Dosis
24 Mei 2016
1 Meropenem IV 500 mg/8 jam
2 Gentamicin IV 160 mg/24 jam
3 Pantoprazole IV 20 mg/24 jam
4 Sotatic IV 5 mg/8 jam
5 Fentanyl (syiringe pump) IV 2 ampul dalam 46 cc
D5 %
6 Nebulizer Inhal /12 jam
Combivent+Fixotide
7 Nebulizer NACE Inhal /24 jam
8 Captopril PO 5,25 mg/8 jam
9 Sulcrafat PO 1 cth/ 6 jam
10 Clinimic + ivelip IVFD 46 ml/jam
11 Kaen +NSB 2 ampul IVFD 10 ml/jam
25 Mei 2016
1 Meropenem IV 500 mg/8 jam
2 Gentamicin IV 160 mg/24 jam
3 Pantoprazole IV 20 mg/24 jam
4 Sotatic IV 5 mg/8 jam
5 Fentanyl (syiringe pump) IV 2 ampul dalam 46 cc
D5 %
6 Methyl Prednisolon IV 62,5 mg/24 jam
7 Nebulizer Combivent Inhal /12 jam
8 Nebulizer NACE Inhal /24 jam
9 Captopril PO 5,25 mg/8 jam
10 Sulcrafat PO 1 cth/ 6 jam
11 Clinimic + ivelip IVFD 46 ml/jam
12 Kaen +NSB 2 ampul IVFD 10 ml/jam
26 Mei 2016
1 Meropenem IV 500 mg/8 jam
2 Gentamicin IV 160 mg/24 jam
3 Pantoprazole IV 20 mg/24 jam

43
4 Sotatic IV 5 mg/8 jam
5 Fentanyl (syiringe pump) IV 2 ampul dalam 46 cc
D5 %
6 Methyl Prednisolon IV 30 mg/24 jam
7 Nebulizer Combivent Inhal /12 jam
8 Nebulizer NACE Inhal /24 jam
9 Captopril PO 5,25 mg/8 jam
10 Sulcrafat PO 1 cth/ 6 jam
11 RL : Aminofluid ( 2:1) IVFD 42 ml/jam
12 Kaen +NSB 2 ampul IVFD 10 ml/jam

44
ANALISA DATA

Nama Pasien :
Umur : tahun/bulan
NO DATA ( DS/DO) MASALAH ETIOLOGI
1. DS:- Keluarga klien mengatakan Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
Klien mengalami sesak napas dan gas ventilasi perfusi
nyeri dada
DO:
a. ph darah arteri 7.38
b. PCO2 86 mmHg
c. PO2 75 mmHg
d. BE 19.0
e. HCO3 49.4
f. Klien terpasang alat
pernafasan ventilasi mekanis

2 DS:- Keluarga mengatakan klien Ketidakefektifan Peningkatan jumlah


mengalami batuk berdahak dan bersihan jalan nafas sputum
nyeri dada
DO:
a. Suara pernafasan klien
gurgling
b. Auskultasi paru terdengar
ronchi
c. Klien kesulitan berbicara
d. Klien tidak dapat batuk
3 DS:- Ketidakseimbangan Peningkatan
DO: kebutuhan nutrisi kebutuhan metabolic
1. Klien tidak mampu memakan kurang dari
makanan peoral kebutuhan tubuh
2. Kemampuan otot mengunyah
turun
3. Klien terpasang NGT
4. Diet susu peptamen/ NGT

45
5. Tonus otot menurun
6. Klien nampak mau muntah

4. DS:- Defisit perawatan diri Kelemahan


DO:
a. Klien tirah baring
b. Gigi klien nampak kotor
c. Rambut klien lepek
d. Klien tidak mampu toileting
secara mandiri
e. Klien terpasang DC dan
menggunakan pampers

5 DS:- Risiko infeksi Ketidakadekuatan


DO: pertahanan utama
a. Klien terpasang alat ventilasi
mekanis
b. Klien terpasang infus 2 jalur
c. Klien terpasang DC
d. Klien terpasang NGT
e. Angka leukosit 14.21
ribu/mm3
f. Suara paru ronchi
g. Secret dalam jumlah berlebih

46
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi ditandai dengan
DS:-
DO:
a. ph darah arteri 7.38
b. PCO2 86 mmHg
c. PO2 75 mmHg
d. BE 19.0
e. HCO3 49.4
f. Klien terpasang alat pernafasan ventilasi mekanis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah
sputum ditandai dengan
DS:-
DO:
1. Sara pernafasan klien gurgling
2. Auskultasi paru terdengar ronchi
3. Klien kesulitan berbicara
4. Klien tidak dapat batuk
3. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic ditandai dengan
DS:-
DO:
1. Klien tidak mampu memakan makanan peoral
2. Kemampuan otot mengunyah turun
3. Klien terpasang NGT
4. Diet susu peptamen/ NGT
7. Tonus otot menurun
8. Klien nampak mau mutah
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
DS:-
DO:

47
a. Klien tirah baring
b. Gigi klien nampak kotor
c. Rambut klien lepek
d. Klien tidak mampu toileting secara mandiri
e. Klien terpasang DC dan menggunakan pampers
5. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama ditandai
dengan
DS:-
DO:
a. Klien terpasang alat ventilasi mekanis
b. Klien terpasang infus 2 jalur
c. Klien terpasang DC
d. Klien terpasang NGT
e. Angka leukosit 14.21 ribu/mm3
f. Suara paru ronchi
g. Secret dalam jumlah berlebih

48
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur 34 tahun/bulan

NO. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan NIC
pertukaran gas keperawatan selama klien dirawat Airway management Airway management
berhubungan dengan di ICU, diharapkan : a. Pastikan kepatenan a. Mengoptimalkan ventilasi
ketidakseimbangan NOC selang ventilator dan dan pemenuhan
ventilasi perfusi Respiratory status : gas exchange ETT oksigenasi klien
Kriteria hasil: b. Monitor status b. Alat ventilasi mekanis
1) Klien bebas dari tanda pernafasan dengan digunakan untuk
dan gejala distres ventilator (FiO2, membantu sebagian atau
pernafasan (sianosis, PEEP, RR Ventilator) seluruh proses ventilasi
takipneu) c. Posisikan pasien untuk mempertahankan
2) PCO2 dalam batas untuk memaksimalka oksigenasi
normal (30 - 50) Ventilasi c. Posisi klien semi fowler
3) PO2 dalam batas normal d. Keluarkan sekret membantu
(70-100) dengan Suction memaksimalkan ventilasi
4) pH darah dalam batas e. Auskultasi suara d. Mengeluarkan
normal (7.20 - 7.60) nafas, catat hambatan/obstruksi pada
5) Saturasi oksigen adekuat adanyasuara tambahan saluran nafas karena
(>95-100%) f. Monitor respirasi dan sekret dalam jumlah yang

49
a. Vital sign status status O2 berlebih
Kriteria Hasil: Vital sign monitoring e. Suara nafas ronchi
a. Tekanan darah dalam batas g. Ukur tanda-tanda mengindikasikan bahwa
normal vital/jam terdapat secret dalam
b. Heart rate dalam batas normal h. Monitor tingkat organ pernafasan klien
c. Status neurologis dalam batas kesadaran f. Mengetahui respirasi klien
normal dan saturasi O2
g. Memonitor tekanan darah,
respirasi, dan heart rate
apakah terjadi takikardi,
hipertensi, atau takipneu
h. Kesadaran klien yang
menurun mengindikasikan
kurang adekuatnya
oksigenasi klien
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC
bersihan jalan nafas keperawatan selama klien dirawat Airway Suction Airway Suction
berhubungan dengan di ICU, diharapkan : 1. Pastikan kebutuhan a. Menentukan apakah klien
peningkatan jumlah NOC oral / tracheal perlu dilakukan suction
sputum Respiratory status : Airway suctioning atau tidak
patency 2. Auskultasi suara nafas b. Suara nafas ronchi
Kriteria hasil : 3. Posisikan pasien mengindikasikan bahwa
a. Suara nafas yang bersih, tidak untuk terdapat secret dalam

50
ada sianosis dan klien mampu memaksimalkan organ pernafasan klien
mengeluarkan sputum ventilasi c. Posisi klien semi fowler
b. Menunjukkan jalan nafas 4. Monitor status membantu
yang paten ( irama nafas, oksigenasi pasien memaksimalkan ventilasi
frekuensi pernafasan dalam 5. Hentikan suction d. Mengetahui respirasi klien
rentang normal, tidak ada apabila klien dan saturasi O2
suara nafas abnormal) menunjukkan e. Bradikardi, penurunan
c. Saturasi O2 dalam batas bradikardi, penurunan saturasi O2 menunjukkan
normal saturasi O2. efek dari suction karena
6. Kelola pemberian kekurangan oksigen
bronchodilator f. Bronchodilator untuk
dilatasi bronkus sehingga
ventilasi pernafasan
optimal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC:
kebutuhan nutrisi keperawatan selama klien dirawat Nutrition Management Nutrition Management
kurang dari di ICU, diharapkan : a. Kaji kemampuan a. Menentukan apakah klien
kebutuhan tubuh NOC pasien untuk mampu mencerna makan
berhubungan dengan Nutrional status: food and fluid mendapatkan nutrisi peroral atau perNGT
peningkatan intake yang dibutuhkan b. Jumlah nutrisi dan kalori
kebutuhan metabolic Kriteria Hasil: b. Monitor jumlah disesuaikan dengan
a. Tidak ada tands-tanda mal nutrisi dan kandungan kebutuhan klien
nutrisi kalori c. Diet tinggi protein untuk

51
b. Klien menghabiskan diet c. Berikan diet mencukupi kebutuhan
yang telah ditentukan peptamen/NGT sesuai klien terhadap proses
c. Menunjukan peningkatan order penyembuhan
fungsi pengecapan dan d. Kelola pemberian diit d. Mengelola pemberian diet
menelan sesuai advice ahli gizi cair peptamen sesuai
d. Tidak terjadi penurunan berat e. Monitor status gizi ; dengan kalorinya
badan yang berarti kulit kering, turgor e. Kulit kering dan turgor
kulit yang kurang baik
f. Monitor mual dan menandakan bahwa status
muntah gizi klien kurang
f. Mual dan muntah
mempengaruhi intake
nutrisi dan status gizi
klien

4. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan NIC


diri mandi, toileting keperawatan selama klien dirawat Self care assistance: Self care assistance
berhubungan dengan di ICU, diharapkan : a. Bantu klien a. Klien tirah baring
kelemahan NOC memenuhi kebutuhan memerlukan bantuan total
Self care deficit higiene ADL selama tirah dalam pemenuhan ADL
Kriteria hasil: baring b. Memenuhi ADL klien
a. Klien mampu untuk b. Mandikan klien setiap dalam menjaga kebersihan
melakukan aktivitas hari personal

52
perawatan fisik dan pribadi c. Lakukan oral higiene c. Memenuhi kebutuhan rasa
secara mandiri atau dengan d. Fasilitasi alat mandi nyaman dan kebersihan
alat bantu dan eliminasi gigi
b. Klien mampu d. Memenuhi kebutuhan
mempertahankan kebersihan eliminasi klien
dan penampilan yang rapi
Klien mampu untuk
melakukan aktivitas eliminasi
secara mandiri atau dengan
alat bantu
5.. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC
berhubungan dengan keperawatan selama klien dirawat Infection control Infection control
ketidakadekuatan di ICU, diharapkan : a. Pertahankan teknik a. Memutus rantai
pertahanan utama NOC aseptif selama penyebaran kuman
Risk control tindakan penyakit melalui port de
Kriteria hasil: b. Batasi pengunjung entry
a. Klien bebas dari tanda dan bila perlu b. Mengurangi paparan dari
gejala infeksi c. Cuci tangan setiap lingkungan luar
b. Jumlah leukosit dalam batas sebelum dan sesudah c. Menjaga prinsip aseptif
normal tindakan keperawatan dalam setiap tindakan
d. Ganti letak IV perifer d. Mencegah terjadinya
dan dressing sesuai plebitis
dengan petunjuk e. Nutrisi adekuat mampu

53
umum meningkatkan imunitas
e. Tingkatkan intake tubuh
nutrisi f. Antibiotik untuk terapi
f. Berikan terapi pencegahan infeksi
antibiotik g. Tanda gejala infeksi
g. Monitor tanda dan meliputi tumor, rubor,
gejala infeksi sistemik dolor, kalor, dan functio
dan local laesa

54
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :
Umur : tahun/bulan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


Gangguan pertukaran Selasa, DS:-
gas berhubungan 24-05-2016 Airway management DO:
dengan 07.00 a. Memastikan kepatenan selang a. Tipe ventilator PSIMV
ketidakseimbangan ventilator dan ETT b. FiO2 40%
ventilasi perfusi 07.10 b. Monitor status ETT (FiO2, c. PEEP 5
PEEP, RR Ventilator) d. RR ventilator 10
07.40 c. Mengatur pasien untuk e. Saturasi O2 98%
memaksimalka Ventilasi f. Suara nafas ronchi
11.00 d. Melakukan suction g. Tekanan darah
11.30 e. Mengauskultasi suara nafas, 07.00 = 171/103 mmHg
catat adanyasuara tambahan 08.00 = 166/101 mmHg
12.00 f. Memonitor respirasi dan status 09.00 = 168/88 mmHg
O2 10.00 = 138/82 mmHg
Vital sign monitoring 11.00 = 179/107 mmHg
07.00 g. Mengukur tanda-tanda vital 12.00 = 184/120 mmHg

55
07.15 h. Monitor tingkat kesadaran 13.00 = 176/98 mmHg
h. Nadi
07.00 = 88 x/menit
08.00 = 96 x/menit
09.00 = 101 x/menit
10.00 = 91 x/menit
11.00 = 105 x/menit
12.00 = 105 x/menit
13.00 = 92 x/menit
i. Kesadaran klien compos mentis
A: Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
teratasi sebagian
P : Monitor status pernafasan, monitor tingkat
kesadaran dan tanda-tanda vital
Rabu, DS:-
25-05-2016 Airway management DO:
07.00 1. Memastikan kepatenan selang a. Tipe ventilator PSIMV
ventilator dan ETT b. FiO2 40%
07.20 2. Monitor status ETT (FiO2, c. PEEP 5
PEEP, RR Ventilator) d. RR ventilator 15
08.10 3. Mengatur pasien untuk e. Saturasi O2 97%
memaksimalka Ventilasi f. Suara nafas ronchi berkurang
10.00 4. Melakukan suction g. Tekanan darah

56
10.30 5. Mengauskultasi suara nafas, 07.00 = 144/84 mmHg
catat adanyasuara tambahan 08.00 = 177/106 mmHg
12.30 6. Memonitor respirasi dan status 09.00 = 145/90 mmHg
O2 10.00 = 168/98 mmHg
Vital sign monitoring 11.00 = 167/97 mmHg
08.00 7. Mengukur tanda-tanda vital 12.00 = 177/113 mmHg
08.15 8. Monitor tingkat kesadaran 13.00 = 166/84 mmHg
h. Nadi
07.00 = 83 x/menit
08.00 = 92 x/menit
09.00 = 90 x/menit
10.00 = 90 x/menit
11.00 = 86 x/menit
12.00 = 98 x/menit
13.00 = 95 x/menit
i.Kesadaran klien compos mentis
A: Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
teratasi sebagian
P : Monitor status pernafasan, monitor tingkat
kesadaran dan tanda-tanda vital
Kamis, DS:-
26-05-2016 Airway management DO:
15.00 1. Memastikan kepatenan selang a. Tipe ventilator PSIMV

57
ventilator dan ETT b. FiO2 40%
15.10 2. Monitor status ETT (FiO2, c. PEEP 5
PEEP, RR Ventilator) d. RR ventilator 15
16.40 3. Mengatur pasien untuk e. Saturasi O2 97%
memaksimalka Ventilasi f. Suara nafas ronchi berkurang
18.00 4. Melakukan suction g. Tekanan darah
18.30 5. Mengauskultasi suara nafas, 14.00 = 168/82 mmHg
catat adanyasuara tambahan 15.00 = 176/85 mmHg
19.00 6. Memonitor respirasi dan status 16.00 = 153/92 mmHg
O2 17.00 = 168/98 mmHg
Vital sign monitoring 18.00 = 165/91 mmHg
07.00 7. Mengukur tanda-tanda vital 19.00 = 171/92 mmHg
07.15 8. Monitor tingkat kesadaran h.Nadi
14.00 = 98 x/menit
15.00 = 93 x/menit
16.00 = 90 x/menit
17.00 = 95 x/menit
18.00 = 86 x/menit
19.00 = 94 x/menit
i.Kesadaran klien compos mentis
A: Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
teratasi sebagian
P : Monitor status pernafasan, monitor tingkat

58
kesadaran dan tanda-tanda vital

Ketidakefektifan Selasa,
bersihan jalan nafas 24-05-2016 Airway Suction DS:-
berhubungan dengan 08.00 a. Mengauskultasi suara nafas DO:
peningkatan jumlah 08.10 b. Memposisikan pasien untuk a. Suara nafas ronchi
sputum memaksimalkan ventilasi b. Posisi tidur klien semi fowler
09.00 c. Memonitor status oksigenasi c. Saturasi O2 98%
pasien d. Klien terpasang alat ventilasi mekanis
09.40 d. Melakukan suction e. Produksi secret berlebih
10.00 e. Melakukan nebulizer : A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
12.00 combivent berhubungan dengan peningkatan jumlah
f. Melakukan nebulizer : NACE sputum teratasi sebagian
P: Monitor status oksigenasi, lakukan suction
bila secret berlebih

Selasa,
24-05-2016 Airway Suction DS:-
08.10 a. Mengauskultasi suara nafas DO:
08.300 b. Memposisikan pasien untuk a. Suara nafas ronchi berkurang
memaksimalkan ventilasi b. Posisi tidur klien semi fowler
09.40 c. Memonitor status oksigenasi c. Saturasi O2 99%
pasien d. Klien terpasang alat ventilasi mekanis
09.50 d. Melakukan suction e. Produksi secret berlebih

59
10.00 e. Melakukan nebulizer : A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
12.00 combivent berhubungan dengan peningkatan jumlah
f. Melakukan nebulizer : NACE sputum teratasi sebagian
P: Monitor status oksigenasi, lakukan suction
bila secret berlebih
Kamis,
26-05-2016 Airway Suction DS:-
15.00 a. Mengauskultasi suara nafas DO:
15.30 b. Memposisikan pasien untuk a. Suara nafas ronchi berkurang
memaksimalkan ventilasi b. Posisi tidur klien semi fowler
16.00 c. Memonitor status oksigenasi c. Saturasi O2 99%
pasien d. Klien terpasang alat ventilasi mekanis
16.30 d. Melakukan suction e. Produksi secret berlebih
17.00 e. Melakukan nebulizer : A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
combivent berhubungan dengan peningkatan jumlah
sputum teratasi sebagian
P: Monitor status oksigenasi, lakukan suction
bila secret berlebih

Ketidakseimbangan Selasa, DS:-


kebutuhan nutrisi 24-05-2016 Nutrition Management DO:
kurang dari kebutuhan 07.00 1. Mengkaji kemampuan pasien a. Klien tidak mampu makan
tubuh berhubungan untuk mendapatkan nutrisi yang b. Klien tidak mampu mencerna makanan
dengan peningkatan dibutuhkan peroral

60
kebutuhan 09.00 2. Memonitor jumlah nutrisi dan c. Diet peptamen 300 kkal/NGT
kandungan kalori d. Turgor kulit cukup
09.00 3. Memerikan diet peptamen/NGT e. Klien nampak mau mutah
sesuai order A: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang
11.00 4. Memonitor status gizi ; kulit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kering, turgor kulit peningkatan kebutuhan teratasi sebagian
12.00 5. Monitor mual dan muntah P: berikan diet /NGT, monitor status nutrisi
Rabu,
25-05-2016 Nutrition Management DS:-
07.00 a. Mengkaji kemampuan pasien DO:
untuk mendapatkan nutrisi yang a. Klien tidak mampu makan
dibutuhkan b. Klien tidak mampu mencerna makanan
09.00 b. Memonitor jumlah nutrisi dan peroral
kandungan kalori c. Diet peptamen 300 kkal/NGT
09.00 c. Memerikan diet peptamen/NGT d. Turgor kulit cukup
sesuai order e. Klien nampak mau mutah
11.00 d. Memonitor status gizi ; kulit A: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang
kering, turgor kulit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
12.00 e. Monitor mual dan muntah peningkatan kebutuhan teratasi sebagian
P: berikan diet /NGT, monitor status nutrisi

Kamis,
26-05-2016 Nutrition Management DS:-
14.30 - Mengkaji kemampuan pasien DO:

61
15.00 untuk mendapatkan nutrisi yang a. Klien tidak mampu makan
dibutuhkan b. Klien tidak mampu mencerna makanan
16.00 - Memonitor jumlah nutrisi dan peroral
kandungan kalori c. Diet peptamen 300 kkal/NGT
16.30 - Memerikan diet peptamen/NGT d. Turgor kulit cukup
sesuai order e. Klien nampak mau mutah
17.00 - Memonitor status gizi ; kulit A: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang
kering, turgor kulit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
18.00 f. Monitor mual dan muntah peningkatan kebutuhan teratasi sebagian
P: berikan diet /NGT, monitor status nutrisi
Defisit perawatan diri Selasa,
mandi, toileting 24-05-2016 Self care assistance: DS:-
berhubungan dengan 07.00 1. Membantu klien memenuhi DO:
kelemahan kebutuhan ADL selama tirah a. Kulit klien tidak lengket setelah
baring dimandikan
07.30 2. Memandikan klien b. Gigi nampak bersih setelah dilakukan oral
08.00 3. Mengganti pampers higiene
08.15 4. Melakukan oral higiene c. Klien terpasang DC
A:Defisit perawatan diri mandi, toileting
berhubungan dengan kelemahan teraratasi
sebagian
P: Penuhi kebutuhan ADL klien, lakukan oral
higiene
Rabu, DS:-

62
25-05-2016 Self care assistance: DO:
07.00 a. Membantu klien memenuhi a. Kulit klien tidak lengket setelah
kebutuhan ADL selama tirah dimandikan
baring b. Gigi nampak bersih setelah dilakukan oral
07.30 b. Memandikan klien higiene
08.00 c. Mengganti pampers c. Klien terpasang DC
08.15 d. Melakukan oral higiene A:Defisit perawatan diri mandi, toileting
berhubungan dengan kelemahan teraratasi
sebagian
Heryuni P: Penuhi kebutuhan ADL klien, lakukan oral
higiene

Kamis,
26-05-2016 Self care assistance: DS:-
14.00 a. Membantu klien memenuhi DO:
kebutuhan ADL selama tirah a. Gigi nampak bersih setelah dilakukan oral
baring higiene
14.30 b. Melakukan oral higiene b. Klien terpasang DC
A:Defisit perawatan diri mandi, toileting
berhubungan dengan kelemahan teraratasi
sebagian
P: Penuhi kebutuhan ADL klien, lakukan oral

63
higiene
Risiko infeksi Selasa,
berhubungan dengan 24-05-2016 Infection control DS: -
ketidakadekuatan 08.30 a. Membatasi pengunjung DO:
pertahanan utama 08.45 b. Mencuci tangan setiap sebelum a. Terpasang IV line abocath no. 22 pada
dan sesudah tindakan tangan kanan Clinimic+ivelip 46 ml/jam
keperawatan b. Obat antibiotik ; meropenem 500 mg/ 8 jam
09.00 c. Mengganti letak IV perifer /IV
09.30 d. Memberikan diet peptamen c. Suhu tubuh 36,2 oC
/NGT d. Tidak ada tanda-tanda plebitis
10.00 e. Menginjeksi terapi antibiotik A: Risiko infeksi berhubungan dengan
meropenem 500 mg/IV ketidakadekuatan pertahanan utama teratasi
12.00 f. Memonitor tanda dan gejala sebagian
infeksi sistemik dan local P: Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local, kelola pemberian terapi antibiotik
meropenem 500 mg/8 jam
Rabu,
25-05-2016 Infection control DS: -
08.30 a. Membatasi pengunjung DO:
08.45 b. Mencuci tangan setiap sebelum a. Terpasang IV line abocath no. 22 pada kaki
dan sesudah tindakan kiri klien Kaen +NSB 2 ampul 10 ml/jam.
keperawatan b. Obat antibiotik ; meropenem 500 mg/ 8 jam
09.00 c. Mengganti letak IV perifer /IV
09.30 d. Memberikan diet peptamen c. Suhu tubuh 36,4 oC

64
/NGT d. Tidak ada tanda-tanda plebitis
10.00 e. Menginjeksi terapi antibiotik A: Risiko infeksi berhubungan dengan
meropenem 500 mg/IV ketidakadekuatan pertahanan utama teratasi
12.00 f. Memonitor tanda dan gejala sebagian
infeksi sistemik dan local P: Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local, kelola pemberian terapi antibiotik
meropenem 500 mg/8 jam
Kamis,
26-05-2016 Infection control DS: -
14.00 a. Membatasi pengunjung DO:
14.30 b. Mencuci tangan setiap sebelum a. Obat antibiotik ; meropenem 500 mg/ 8 jam
dan sesudah tindakan /IV
keperawatan b. Suhu tubuh 36,5 oC
18.00 c. Menginjeksi terapi antibiotik c. Tidak ada tanda-tanda plebitis
meropenem 500 mg/IV A: Risiko infeksi berhubungan dengan
18.30 d. Memonitor tanda dan gejala ketidakadekuatan pertahanan utama teratasi
infeksi sistemik dan local sebagian
P: Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local, kelola pemberian terapi antibiotik
meropenem 500 mg/8 jam

65
66

Anda mungkin juga menyukai