Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KRITIS

BASIC VENTILATORY MANAGEMENT

Penyusun:
Yola Yunita
(1035201033)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA TIMUR 2021

A. Definisi

Ventilasi mekanik diindikasikan apabila cara-cara penatalaksanaan noninvasif


gagal membantu oksigenasi dan ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk
memulai pemasangan ventilasi mekanik didasarkan pada kemampuan pasien
untuk membantu kebutuhan oksigen dan ventilasi mereka.
Ventilator adalah suatu alat mekanis yang mampu membantu pernafasan.
Ventilator berfungsi membantu seseorang untuk memenuhi oksigen paru,
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh, membantu pasien untuk lebih
mudah bernapas, membantu pasien yang kehilangan kemampuan bernapas.
Ventilator menyalurkan gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan
positif pada tingkat tertenti. Jumlah gas disampaikan dapat dibatasi oleh
waktu, tekanan atau volume. Durasi bisa dikontrol dengan waktu, tekanan
atau aliran (Smeltzer, et al. 2015).
Ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan kadar CO 2 dan status asam
basa dalam batas-batas yang dapat diterima secara klinis disebut gagal napas
(respiratory failure) dan merupakan indikator umum untuk tindakan
pemasangan ventilator mekanik. Hipoksemia refrakter (refractory
hypoxemia), yaitu ketidakmampuan untuk menerima dan mempertahankan
kadar oksigen yang dapat diperoleh pada lingkungan yang kaya oksigen, juga
merupakan alasan untuk pemasangan ventilator mekanik menyajikan
beberapa indikator fisiologi untuk memulai pemasangan ventilator mekanik.
Dengan memonitor indikator-indikator tersebut maka kestabilan atau
perbaikan kadar O2 dapat diketahui selama terjadi dekompensasi. Oleh karena
itu kebutuhan akan ventilasi mekanik dapat segera diantisipasi untuk
menghindari kedaruratan pemasangan bantuan ventilator. Tergantung pada
penyebab gagal napas, berberapa indikator dapat dinilai untuk menentukan
kebutuhan ventilasi mekanik. Akan tetapi, pada umumnya penyebab gagal
napas adalah tidak adekuatnya ventilasi alveolar atau hipoksemia dengan nilai
ABG dan hasil pemeriksaan fisik abnormal sebagai indikator untuk
pemberian bantuan ventilator.

A. Tujuan Pemasangan Ventilator


1. Memberikan kekuatan mekanis pada system paru untuk
mempertahankan ventilasi yang fisiologis
2. Membantu otot napas yang Lelah atau lemah
3. Memperbaiki ventilasi paru
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja napas

C. Indikasi Pemasangan Ventilator

1. Kegagalan Pernapasan

a. Apnea atau Respiratory Arrest atau henti napas


b. Ketidakadekuatan ventilasi
c. Ketidakadekuatan oksigenasi
d. Insufisiensi pernapasan kronis
2. Penurunan fungsi jantung

a.Pernapasan bekerja secara minimal


b.Penurunan asupan oksigen

3. Disfungsi neurologis

a.Hipoventilasi
b.Pasien koma dengan GCS kurang dari 8
c.Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas

Parameter Nilai

Frekuensi pernapasan <10kali/menit (penurunan kendali pernapasan) Frekuens


napas lebih dari 35x/menit
Kapasitas vital <10-20 ml/kg (cadangan pernapasan buruk)

Gas darah arteri


<7,25
>50 mmHg
<50 mmHg dengan terapi Oksigen
· PH
· PaCo2
· PaO2

Gradien pirau A-a >300 mmHg


>25-30

Auskultasi dada Penurunan atau tidak ada bunyi napas

Irama dan frekuensi jantung Nadi ? 120 distrimia


Aktivitas Kelelahan berat, penurunan toleransi aktivitas

Status mental Kacau Mental, Dilirium, Somnolen

Observasi fisik Penggunaan otot aksesori, kelelahan, kerja pernapasan berat

a.

D. Prinsip-prinsip Umum

Ventilator mekanik dibuat untuk membantu ventilasi secara parsial atau


komplit. Terdapat dua jenis ventilator untuk memberikan bantuan
ventilasi. Ventilator tekanan negative (negative-pressure ventilator)
menurunkan tekanan intratorakal dengan memberikan tekanan negatif
pada dinding dada menggunakan sebuah shell yang diletakkan pada dada
(Gambar 5-16 A). Penurunan tekanan intratorakal menyebabkan udara
atmosfer tertarik masuk ke dalam paru-paru. Ventilator tekanan positif
memberikan gas yang bertekanan tinggi ke dalam paru-paru selama
inspirasi (Gambar 5-16 B). Ventilator tekanan positif dapat meningkatkan
secara dramatis tekanan intratorakal pada saat inspirasi yang berpotensi
menurunkan aliran balik darah vena dan CO (Cardiac Output).
Ventilator tekanan-negatif jarang digunakan untuk menangani gangguan
respirasi akut di ruang perawatan kritis. Alat ini secara khusus digunakan
untuk bantuan ventilasi non-invasif jangka panjang apabila kekuatan otot-
otot pernapasan tidak adekuat untuk melakukan pernapasan spontan
(pernapasan normal/biasa). Sejak ditemukan ventilator lainnya yaitu
ventilator tekanan positif non-invasif (misalnya Bi PAP) maka ventilator
tekanan negatif jarang digunakan lagi (lihat kembali Bab 20, judul
Kemajuan Konsep Respirasi). Bab ini hanya berfokus pada penggunaan
ventilator tekanan positif untuk membantu ventilasi.

B. Patient-ventilator system
Ventilator tekanan positif dapat digunakan secara invasif atau noninvasif.
Ventilasi mekanik invasif masih digunakan secara luas pada sebagian
besar rumah sakit untuk membantu ventilasi, walaupun teknologi
noninvasif yang tidak membutuhkan penggunaan artificial airway
(artificial airway) juga semakin populer. Untuk memasang ventilator
tekanan positif invasif perlu dilakukan intubasi trakea melalui ET atau
tube trakheotomi. Ventilator kemudian dihubungkan dengan artificial
airway dengan tubing cisrcuit (sirkuit slang) untuk mempertahankan
system agar tetap tertutup. Selama siklus inspirasi, gas dari ventilator
harus melalui heated humidifier (alat pelembab udara) kemudian melalui
ET atau tube trakeotomi lalu masuk ke paru-paru. Pada akhir inspirasi,
gas dihembuskan secara pasif melalui tube ekspirator pada sirkuit tube.
C. Tubing-circuit pada ventilator

Humidifier yang terletak pada bagian inspirator sirkuit dibutuhkan untuk


dua alasan. Pertama, adanya artificial airway memungkinkan udara
memasuki paru-paru tanpa harus melalui proses pelembaban udara pada
jalan napas atas yang normal. Kedua, aliran gas yang cepat dan volume
yang besar yang diberikan melalui ventilator mekanik memerlukan alat
pelembab untuk menghindari kekeringan membran dalam paru. Tekanan
dalam tubing circuit harus selalu dipantau agar tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Tekanan airway secara dinamik akan ditampilkan pada
control- panel ventilator. Tubing-cirkuit pada ventilator tradisional
dilengkapi dengan cup pengumpul air untuk mencegah penyumbatan oleh
gas lembab yang mengalami kondensasi. Akan tetapi sekarang ini pada
umumnya digunakan kawat panas yang berjalan pada bagian ekspirator
dan bagian inspirator sirkuit. Kawat-kawat tersebut akan mempertahankan
suhu gas agar sama dengan atau mendekati suhu tubuh sehingga
menurunkan kondensasi gas yang lembab dan mencegah terbentuknya air.
Obat-obatan tertentu misalnya bronkodilator atau steroid juga dapat
dialirkan ke paru-paru melalui alat pembentuk aerosol yang terletak pada
bagian inspirator sirkuit. Tubing sirkuit pada ventilator dipertahankan
agar rangkaiannya tetap tertutup sehingga ventilasi dan oksigenasi pasien
tidak terputus-putus dan juga untuk mencegah pneumonia nosokomial.

D. Control-panel pada ventilator

User interface atau control panel pada ventilator terdiri dari tiga bagian
yaitu:

1. Control setting (tombol pengatur) untuk menentukan jenis dan


volume ventilasi atau oksigen yang diberikan.
2. Alarm setting (tombol alarm) untuk menentukan volume tertinggi dan
terendah oksigen yang diberikan.
3. Visual-display (Tampilan monitor) (Gambar 5-18)
Angka-angka dan konfigurasi control- setting serta visual display
bermacam-macam sesuai dengan model ventilator tetapi fungsi dan
prinsip-prinsipnya tetap sama.

Control settings (tombol pengatur)


Bagian control-settings pada user interface memungkinkan klinisi dapat
mengatur model ventilasi, volume, tekanan, kecepatan respirasi, FiO 2,
positif-end-expiratory pressure (PEEP)/tekanan positif akhir ekspirasi),
kekuatan sensitivitas inspirasi atau usaha inspirasi, dan option-option
lainnya yang berkaitan dengan pemberian oksigen. (misalnya frekuensi
aliran udara inspirasi, pola-pola gelombang imspirasi).

Alarm- settings
Alarm yang memantau fungsi ventilator penting untuk menjamin
keamanan dan keefektifan ventilasi mekanik. Dipasang alarm untuk
menetapkan batas tertinggi dan terendah yang diinginkan. Alarm-alarm
tersebut meliputi Vt ekspirasi, volume semenit ekspirasi, pemberian FiO 2,
frekuensi pernapasan dan tekanan jalan napas.

Visual- display
Tekanan jalan napas, frekuensi pernapasan, volume ekpirasi, dan rasio
inspirasi/ekpirasi (EE) adalah nilai-nilai yang ditampilkan pada visual-
display ventilator. Tekanan jalan napas di monitor selama inspirasi dan
ekpirasi dan ditampilkan sebagai peak pressure (tekanan puncak), mean
pressure (tekanan rata-rata), dan expiratory pressure. Pernapasan yang
diberikan melalui ventilator menimbulkan tekanan jalan napas yang lebih
tinggi dibanding tekanan jalan napas pasien pada pernapasan spontan
(pernapasan biasa) ( Gambar 5 – 19 ). Tekanan PEEP diketahui melalui
nilai positif pada akhir ekpirasi. Pengamatan dengan seksama tekanan
jalan napas akan memberikan banyak informasi kepada klinisi tentang
kerja pernapasan yang dilakukan oleh pasien, koordinasi dengan
ventilator dan perubahan compliance paru.

Tampilan Vt ekspirasi pasien menunjukkan jumlah gas yang kembali ke


ventilator melalui slang ekpirator pada setiap siklus respirasi. Volume
ekpirasi akan terukur dan ditampilkan pada setiap siklus pernapasan.
Volum semenit ekspirasi total pasien juga biasanya ditampilkan.Vt
ekpirasi untuk pernapasan yang dibantu dengan ventilator harus sama
dengan ( kira-kira 10% ) Vt yang dipilih pada control panel. Akan tetapi
Vt pernapasan spontan atau pernapasan yang dibantu ventilator secara
parsial dapat berbeda dengan Vt control setting.

H. Mode

Mode ventilasi adalah salah satu dari beberapa metode yang digunakan
oleh ventilator untuk membantu ventilasi. Mode-mode tersebut
menghasilkan tekanan jalan napas, volume, dan pola-pola respirasi yang
berbeda-beda dan oleh karena itu memberikan bantuan ventilasi yang
berbeda pula. Semakin tinggi tingkat bantuan ventilator, maka semakin
kecil kerja otot-otot pernapasan yang dilakukan oleh pasien. Kerja
pernapasan berbeda-beda pada setiap model ventilasi (lihat Bab 20,
Kemajuan Konsep Respirasi).
Mode ventilasi yang digunakan untuk membantu ventilasi tergantung pada
penyebab gangguan pernapasan dan pilihan klinisi. Uraian singkat tentang
mode-mode utama ventilasi mekanik akan dibahas di bawah ini.
Penggunaan mode ventilasi dan mode yang lebih kompleks dibahas pada
Bab 20, Kemajuan Konsep Respirasi).

E. Control Ventilation

Mode control ventilation menjamin bahwa pasien menerima jumlah dan v


olume pernapasan setiap menit yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
mode ventilasi ini tidak ada deviasi dari frekuensi nafas atau vt yang
disetting. Pada umumnya pasien diberi sedatif atau dilumpuhkan dengan
obat penghambat neuromuskular untuk mencapai tujuan (lihat Bab 6,
Nyeri, Sedasi dan Penatalaksanaan neuro muskular ). Tekanan jalan napas,
pemberian Vt, dan pola pernapasan secara khusus dapat dilihat pada
control ventilation seperti disajikan pada gambar 5-20a. Semua bentuk
gelombang inspirasi terlihat sebagai pola yang teratur dan konfigurasinya
sama. Apabila hanya terdapat sedikit defleksi gelombang yang mendahului
inspirasi hal ini menunjukkan bahwa pernapasan di mulai oleh ventilator,
bukan oleh pasien.

F. Assist-Control Ventilation
Mode assist-control ventilation menjamin bahwa jumlah dan volume
pernapasan tertentu yang diberikan oleh ventilator setiap menit
mengharuskan pasien untuk tidak memulai respirasi dengan frekuensi itu
atau lebih. Apabila pasien berusaha memulai pernapasan dengan frekuensi
yang lebih tinggi dari nilai minimum yang telah ditentukan, maka
ventilator akan memberikan awal pernapasan secara spontan. Pada Vt
yang diberikan, pasien dapat menentukan frekuensi totalnya (Gambar 5-
20b ). Kerja pernapasan pada model ventilasi ini berbeda-beda (lihat Bab
20, Kemajuan konsep respirasi).
Assist-control ventilation sering digunakan apabila pasien sebelumnya di
intubasi ( karena kebutuhan ventilasi permenit dapat ditentukan oleh
pasien sendiri), untuk bantuan ventilasi jangka pendek misalnya post-
anastesi, dan sebagai mode bantuan pernapasan apabila level ventilasi
yang dibutuhkan cukup tinggi. Ventilasi yang berlebihan dapat terjadi
pada mode ini pada situasi dimana frekuensi pernapasan spontan pasien
meningkat oleh sesuatu sebab yang bukan masalah pernapasan (misalnya
nyeri, disfungsi saraf pusat). Peningkatan volume semenit dapat
menimbulkan alkalosis respiratorik yang berbahaya. Pergantian model
ventilasi atau penggunaan sedatif sewaktu-waktu di perlukan pada situasi
seperti ini.
G. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation

Mode synchronized Intermitten mandatory Ventilation (SIMV)


memastikan bahwa jumlah oksigen yang telah ditentukan sebelumnya
sesuai dengan Vt yang dipilih akan diberikan setiap menit. Pasien boleh
memberikan napas awal, tetapi berbeda dengan mode assist control
ventilation, pada mode ini pernapasan tersebut tidak diberikan kembali
oleh ventilator. Pasien boleh bernapas secara spontan dengan kedalaman
dan frekuensi napas yang di inginkan sampai tiba waktunya
pernapasannya dibantu atau dilakukan oleh ventilator. Bantuan pernapasan
(napas mandatori) pada mode ini disesuaikan dengan kerja inspirasi
pasien, apabila pasien dapat melakukannya, untuk mengoptimalkan
keselarasan antara ventilator dengan pasien. Pernapasan spontan yang
dilakukan selama penggunaan SIMV mempunyai FiO2 yang sama dengan
pernapasan mendatori. (Gambar,520c).
Mode SIMV adalah mode ventilasi mekanik yang sering digunakan. Pada
awalnya dibuat sebagai mode ventilator untuk penghentian (penyapihan)
pasien secara perlahan dari ventilasi mekanik, dan penggunaan SIMV
dengan setting frekuensi tinggi dapat memberikan bantuan ventilasi total.
Penurunan volume napas mandatori memungkinkan pasien secara
bertahap untuk melakukan pernapasan spontan. SIMV dapat digunakan
untuk indikasi yang sama dengan mode assist control, juga digunakan
untuk proses penghentian (penyapihan) pasien dari bantuan ventilasi
mekanik.

Kerja pernapasan pada mode ventilasi ini tergantung pada Vt dan


frekuensi pernapasan spontan. Apabila napas mandatori yang intermitten
meberikan sebagian besar volume semenit, maka kerja pernapasan pasien
akan lebih sedikit dibanding apabila sebagian besar volume semenit
dilakukan sendiri oleh pasien melalui pernapasan spontan.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat dikalangan klinisi dan rumah
sakit tentang penggunaan mode SIMV, hanya terdapat sedikit data
mengenai mode ventilasi yang mana yang terbaik. Diperlukan pengamatan
yang cermat respon fisiologi dan psikologi pasien terhadap mode
ventilator yang digunakan, dan mode lainnya dapat dipilih jika memang
dapat membantu.

H. Pernapasan Spontan

Banyak mode ventilator yang memungkinkan pasien bernapas spontan


tanpa bantuan ventilasi (Gambar 5-20b). Ini sama dengan memasang T
piece pada pasien atau memasang blow-by oksigen kecuali bahwa mode-
mode tersebut mempunyai manfaat karena dapat memonitor secara
kontinyu volume udara yang dihembuskan, tekanan jalan napas dan
parometer-parometer lainya. Seluruh kerja pernapasan dilakukan oleh
pasien selama pernapasan spontan. Berbeda dengan T piece, penggunaan
ventilator selama pernapasan spontan dapat sedikit meningkatkan kerja
pernapasan. Ini terjadi karena diperlukan kerja otot pernapasan tambahan
untuk meningkatkan pemberian oksigen untuk setiap pernapasan spontan.
Jumlah kerja tambahan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap mode
ventilator yang digunakan. Pada beberapa situasi penghentian
(penyapihan) pasien menggunakan ventilator dapat menyebabkan
penurunan kerja pernapasan.
Sama dengan pernapasan spontan, mode-mode ventilasi sering dikenal
sebagai CPAP, flow-by, atau SPONT pada ventilator. Tekanan jalan napas
kontinyu (CPAP) adalah setting pernapasan spontan dengan tambahan
PEEP selama siklus pernapasan (lihat pembahasan berikutnya). Apabila
tidak digunakan PEEP maka CPAP setting sama dengan pernapasan
spontan.

I. Pressure Support

Pressure Support ( PS ) adalah tipe pernapasan spontan, terdapat pada


mode SIMV dan SPONT, yang mempertahankan tekanan positif selama
inspirasi spontan (Gambar 5-20E). Volume gas yang diberikan oleh
ventilator untuk setiap inspirasi berbeda-beda tergantung pada level
pressure support dan kebutuhan pasien. Semakin tinggi level pressure
support maka semakin banyak gas yang diberikan pada setiap pernapasan
Level pressure support yang tinggi dapat menambah Vt spontan dan
memgurangi kerja pernapasan pada pernapasan spontan. Level pressure
support rendah terutama digunakan untuk mengatasi hambatan jalan napas
akibat pernapasan yang melalui artificial airway dan sirkuit pernapasan.
Tekanan jalan napas yang diperoleh melalui pernapasan dengan pressure
support disebabkan oleh tekanan pressure support plus level PEEP.
J. PEEP / CPAP

PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator untuk


membantu menstabilkan volume alveolar paru dan memperbaiki
oksigenasi (Gambar 5-20FG). Pemberian tekanan positif pada jalan napas
saat ekspirasi akan menjaga alveoli tetap terbuka dan mencegah penutupan
alveoli yang terlalu cepat saat ekshalasi. Compliance paru dan kesesuaian
ventilasi-perfusi akan membaik apabila penutupan alveolar yang terlalu
cepat dapat dicegah. Apabila tidak diperlukan “recruitment” alveoli dan
digunakan PEEP/CPAP yang berlebihan maka akan mengakibatkan
gangguan hemodinamika atau respiratory compromise.

PEEP/CPAP diindikasikan untuk hipoksemia yang disebabkan oleh cedera


paru skunder (Misalnya ARDS, pneumonitis interstisial). PEEP/CPAP
dengan level 5 cm Hg atau kurang sering digunakan untuk memberikan
“PEEP fisiologis”. Adanya artificial airway memungkinkan tekanan i
ntratorakal turun menjadi nol di bawah level tekanan intratorakal pada
akhir ekspirasi (+2 atau +3 cm H2O).
Penggunaan PEEP dapat meningkatkan resiko barotrauma karena tekanan
rata-rata dan tekanan puncak jalan napas tinggi selama ventilasi terutama
apabila puncak tekanan lebih besar dari 40 cm H2O. Aliran balik vena dan
curah jantung (CO) juga dapat dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi
tersebut. Apabila curah jantung (CO=cardiac output) menurun ketika
digunakan PEEP/CPAP dan oksigenasi membaik, maka dapat diberikan
bolus cairan untuk mengoreksi hipovolemia. Komplikasi lainnya yang
dapat ditimbulkan oleh PEEP/CPAP adalah peningkatan tekanan
intrakranial, penurunan perfusi ginjal, kongesti hepar, dan intracardiac
shunt akan semakin memburuk.

K. Komplikasi

Banyak komplikasi yang bisa timbul akibat penggunaan ventilator


mekanik dan dapat dikelompokkan atas komplikasi yang disebabkan oleh
respon pasien atau komplikasi yang disebabkan oleh malfungsi ventilator.
Walaupun pendekatan untuk meminimalkan atau menangani komplikasi
ventilasi mekanik berkaitan dengan penyebabnya, tetapi penting dilakukan
pemeriksaan pasien sesering mungkin, peralatan ventilator dan respon
pasien terhadap ventilator. Banyak klinisi yang berpartisipasi dalam
kegiatan penilaian pasien dan ventilator, akan tetapi tanggung jawab utama
pemberian bantuan ventilasi secara berkelanjutan terhadap pasien adalah
ditangan perawat yang melakukan perawatan kritis. Pemeriksaan
indikator-indikator klinik misalnya pH, PaCO2, PaO2, SpO2, nadi,
tekanan darah, dan sebagainya bersama-sama dengan status pasien dan
parameter ventilator penting untuk mengurangi komplikasi yang dikaitkan
oleh peralatan yang sangat kompleks tersebut.

L. Respon Pasien

Hemodynamic Compromise. (Gangguan Hemodinamika)


Tekanan intratorakal normal berubah selama inspirasi dan ekspirasi,
berfluktuasi antara -3 sampai -5 cm H2O selama inspirasi dan +3 sampai
+5 cm H2O selama ekspirasi. Penggunaan ventilasi tekanan positif sangat
meningkatkan tekanan intratorakal selama inspirasi, biasanya sampai +30
cm H2O atau lebih. Tekanan jalan napas yang tinggi ini akan menurunkan
aliran balik vena ke atrium kanan sehingga menurunkan curah jantung
(CO). Pada beberapa pasien, penurunan curah jantung ini dapat cukup
tinggi, sehingga nadi akan meningkat dan tekanan darah akan menurun
demikian pula perfusi organ-organ vital.
Apabila dipasang ventilasi mekanik atau apabila ventilator diganti, penting
untuk menilai respon kardiovaskuler pasien. Pendekatan tata-laksana
hemodynamic compromise adalah meningkatkan preload jantung
(misalnya pemberian cairan), menurunkan tekanan jalan napas selama
pemasangan ventilasi mekanik dengan melakukan teknik tata-laksana jalan
napas yang tepat misalnya (penghisapan, perbaikan posisi, dan
sebagainya), dan pemasangan rangkaian ventilator dengan tepat dapat
meningkatkan tekanan ventilasi. Strategi ventilasi dengan menggunakan
mode-mode ventilator tertentu dan tipe pernapasan tertentu dapat
membantu dalam penanganan tekanan jalan napas dan akan di bahas
dalam BAB 20, berjudul Kemajuan Konsep Respirasi.

M. Barotrauma dan Volutrauma

Barotrauma menunjukkan kerusakan pada sistem paru karena alveoli


mengalami ruptur akibat tekanan jalan napas yang berlebihan atau distensi
alveoli yang berlebihan. Gas alveoli yang masuk ke struktur interstisial
paru akan menimbulkan pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumoperitoneum atau emfisema subkutan. Potensi terjadinya
pneumothoraks dan kolaps kardiovaskuler memerlukan penanganan
pneumothoraks dengan cepat dan perlu dipikirkan ketika tekanan jalan
napas meningkat secara akut, suara pernapasan menurun unilateral, atau
ketika tekanan darah turun mendadak. Volutrauma adalah kerusakan
alveoli yang disebabkan oleh tekanan yang tinggi akibat ventilasi dengan
volume yang terlalu besar pada pasien ARDS. Berbeda dengan barotrauma
kerusakan pada volutrauma mengakibatkan pecahnya alveoli dan flooding
(non ARDS, ARDS, lihat Bab 20 Kemajuan Konsep Respirasi).
Pasien dengan penyakit obstruksi jalan napas (misalnya asma,
bronkospasme), penyakit paru fokal (misalnya pneumonia lobaris) atau
hiperinflasi paru (misalnya emfisema) beresiko tinggi mengalami
barotrauma. Teknik-teknik untuk menurunkan insiden barotrauma meliputi
penggunaan Vt yang kecil, penggunaan PEEP dengan cermat, dan
menghindari tekanan jalan napas yang tinggi serta menghindari terjadinya
auto-PEEP pada pasien resiko tinggi.
Auto-PEEP terjadi apabila gas yang diberikan tidak dihembuskan secara
komplit sampai tiba inspirasi berikutnya. Gas yang terjebak akan
meningkatkan volume paru dan akhirnya meningkatkan tekanan akhir
ekspirasi dalam alveoli. Adanya auto PEEP akan meningkatkan resiko
komplikasi akibat PEEP. Pasien dengan COPD (misalnya asma,
emfisema) atau pasien dengan napas yang cepat beresiko tinggi untuk
terjadinya auto PEEP.
Auto-PEEP yang juga disebut intrinsic PEEP agak sulit didiagnosa karena
tidak dapat dilihat pada airway pressure display (tampilan tekanan jalan
napas) pada akhir ekspirasi. Teknik pemerikaaan auto PEEP berbeda-beda
pada setiap model ventilasi, tetapi secara khusus dengan mengukur
tekanan pada artificial airway pada saat penutupan bagian ekspirator
ventilasi pada akhir ekspirasi. Auto PEEP dapat diminimalkan dengan
cara:

· Memaksimalkan waktu ekspirasi (yaitu dengan meningkatkan frekuensi


inspirasi);
· Mengurangi obstruksi ekspirasi (yaitu dengan cara menggunakan ET
berdiameter besar, menghilangkan bronkospasme,dan mengurangi
sekret);
· Menghindari ventilasi yang berlebihan.

R. Ventilator-Associated pneumonia (VAP/Pneumonia yang disebabkan


oleh ventilator)

VAP adalah komplikasi yang sering terjadi dan meningkatkan kecacatan


dan kematian pasien. Pencegahan ditujukan untuk menghindari kolonisasi
dan aspirasi bakteri ke dalam saluran pernapasan bawah. Dengan
meninggikan bagian kepala pembaringan dan menghindari distensi
lambung yang berlebihan dapat meminimalkan kejadian aspirasi. ET yang
didesain secara khusus (Gambar 5-21) yang menggunakan lumen
penghisap pada ET cuff memungkinkan penghisapan secara kontinyu atau
intermiten kumpulan sekret subglotis di atas cuff. Membuang kumpulan
sekret cukup membantu sebelum cuff mengempis. Studi akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa penghisapan sekret subglotis secara kontinyu dapat
mencegah atau memperlambat onset VAP. (Lihat tabel 5-10).

N. Keseimbangan cairan positif dan hiponatremia.


Hiponatremia, yaitu kekurangan sodium/natrium sering terjadi setelah
pemasangan ventilasi dan terjadi karena beberapa faktor yaitu PEEP,
pelembaban gas inspirasi pemberian, cairan hipotonis dan diuretik dan
peningkatan ADH (antidiuretic hormone) dalam sirkulasi.

O. Perdarahan saluran cerna bagian atas

Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat disebabkan oleh ulkus atau
gastritis. Pencegahan perdarahan dengan cara mempertahankan stabilitas
hemodnamika dan pemberian proton-pump inhibitor, H2 receptor
antagonist, antasid, atau cytoprotective agent seperlunya (lihat Bab 7,
Farmakologi, untuk pembahasan mendalanm tentang profilaksis
perdarahan gastrointestinal).
DAFTAR PUSTAKA
Dibya, T. (2017, Desember 20). Prosedur Kalibrasi Ventilator Raphael. RS
Mustika Medika.

Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, S. I. (2018). Keperawatan Gawat Darurat
dan Bencana Sheehy. Singapore: Elsevier.

Soetarjo, B. (2018, January 10). Pemasangan ETT (Endotrakheal Tube).


Surakarta: RS Jiwa Daerah Surakarta.
WHO. (2020, Maret 13). Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Berat (SARI) Suspek Penyakit COVID-19. hal. 1-25.

Anda mungkin juga menyukai