“VENTILATOR”
Disusun Oleh :
19071
TAHUN AJARAN
2022/2023
1. KONSEP TEORI VENTILATOR
A. Definisi
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall
2009)
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
(Bambang Setiyohadi, 2011)
F. Patofisiologi
Penggunaan ventilator mekanik biasanya disebabkan karena gagal nafas.
Pemahaman mengenai patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang sangat
penting di dalam hal penatalaksanaannya. Secara umum terdapat empat dasar
mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem pernafasan yaitu hipoventilasi,
ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi, pintasan darah kanan ke kiri, gangguan
difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan
intrapulmonel dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam 2
bentuk yaitu: hiperkapnia atau kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau kegagalan
oksigenasi. Gagal nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang
ditandai dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH yang abnormal,
penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di alveoli-arteri (A-a)DO2
meningkat atau normal.
Kegagalan ventilasi dapat disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan
ektrapulmoner dan ketidakseimbangan V/Q yang berat pada kelainan intrapulmoner
atau terjadi kedua-duanya secara bersamaan. Hiperkapnia yang terjadi karena kelainan
ektrapulmoner disebabkan karena terjadinya penurunan aliran udara antara atmosfer
dengan paru tanpa kelainan pertukaran gas di parenkim paru. Dengan demikian akan
didapatkan peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dan nilai (A-a) DO2 normal.
Kegagalan ventilasi pada penderita penyakit paru terjadi sebagai berikut : sebagian
alve5oli mengalami penurunan ventilasi relatif terhadap perfusi, sedangkan sebagian
lagi terjadi peningkatan ventilasi relative terhadap perfusi. Awalnya daerah dengan
ventilasi rendah dapat dikompesasi dengan daerah terventilai tinggi sehingga tidak
terjadi peningkatan PaCO2.
G. Pathway
H. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Tidal volume
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
4. Positive end respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan
adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk
meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996). Jumlah
oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena
resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level
rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi
oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan
difusi alveoli-kapiler. Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya
digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan
spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh
karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien
yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia
difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan
penurunman curah jantung.
f. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan
untuk penyapihan ventilator.
g. PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator untuk
membantu menstabilkan volume alveolar paru dan memperbaiki oksigenasi.
I. Kriteria Pemberhentian Ventilasi Mekanik
1. Tes pemberhentian
a. Kapasitas vital 10-15 cc / kg
b. Volume tidal 4-5 cc / kg
c. Ventilasi menit 6-10 l
d. Frekuensi permenit < 20 permenit
2. Pengaturan ventilator
a. FiO2 < 50%
b. Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3. Gas darah arteri
a. PaCO2 normal
b. PaO2 60-70 mmHg
c. PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4. Selang Endotrakeal
a. Posisi diatas karina pada foto Rontgen
b. Ukuran : diameter 8.5 mm
5. Nutrisi
a. Kalori perhari 2000-2500 kal
b. Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas
a. Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
b. Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
c. Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
a. Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b. Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi, Persiapan psikologis terhadap pemberhentian
9. Fisik stabil, istirahat terpenuhi.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
7. gastrointestinal.
8. Kelainan fungsi ginjal
9. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
10. Penyapihan dari ventilasi mekanik