Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“VENTILATOR”

Dosen Pembimbing : Ns. Hafidz Ma’aruf, SKep, M.Kep

Disusun Oleh :

YANIH PUTRI FIRDAUS

19071

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATN YASPEN JAKARTA

TAHUN AJARAN

2022/2023
1. KONSEP TEORI VENTILATOR
A. Definisi
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall
2009)
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
(Bambang Setiyohadi, 2011)

B. Fisiologi Pernapasan Ventilasi


a. Napas Spontan
Diafragma dan otot intercostalis berkontraksi sehingga rongga dada
mengembang terjadi tekanan.aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada akhir
inspirasifase ekspirasi berjalan secara pasif.
b. Pernapasan dengan Ventilasi Mekanik
Udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga thorax (+)
pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif ekspirasi berjalan
pasif.
C. Efek Ventilasi
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat,venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan responsimpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka
bisa mengakibatkanhipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada
kompresi microvaskuler akibattekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri
berkurang, akibatnya cardiacoutput juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selainitu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari
10‐12 ml/kg BB dan tekanan lebih besardari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi jugaresiko terjadinya pneumothorax.Efek pada
organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ‐organ lainpun menurun
seperti hepar,ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax
darah yang kembalidari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
D. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum yaitu :
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini
digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.

Gambar 1.1 Prinsip-prinsip ventilasi


(a) ventilator tekanan negatif dan
(b) Ventilator tekanan positif
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
a. Sederhana, mudah dan murah
b. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas hingga
60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
c. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan
yang lain.
d. Dapat dirangkai dengan PEEP
e. Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal,
frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
f. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya
g. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
h. Mudah membersihkan dan mensterilkannya.
Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di
ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah
perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru
(atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian
tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru,
maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi ).

E. Indikasi ventilasi mekanik


1. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnea) maupun hipoksemia
yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator
mekanik.
2. Insufisiensi Jantung
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran
darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana
kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian
ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
5. Kegagalan Ventilasi
a. Neuromuscular Disease
b. Central Nervous System disease
c. Depresi system saraf pusat
d. Musculosceletal disease
e. Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
6. Kegagalan pertukaran gas
a) Gagal nafas akut
b) Gagal nafas kronik
c) Gagal jantung kiri
d) Penyakit paru-gangguan difusi
e) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

F. Patofisiologi
Penggunaan ventilator mekanik biasanya disebabkan karena gagal nafas.
Pemahaman mengenai patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang sangat
penting di dalam hal penatalaksanaannya. Secara umum terdapat empat dasar
mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem pernafasan yaitu hipoventilasi,
ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi, pintasan darah kanan ke kiri, gangguan
difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan
intrapulmonel dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam 2
bentuk yaitu: hiperkapnia atau kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau kegagalan
oksigenasi. Gagal nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang
ditandai dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH yang abnormal,
penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di alveoli-arteri (A-a)DO2
meningkat atau normal.
Kegagalan ventilasi dapat disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan
ektrapulmoner dan ketidakseimbangan V/Q yang berat pada kelainan intrapulmoner
atau terjadi kedua-duanya secara bersamaan. Hiperkapnia yang terjadi karena kelainan
ektrapulmoner disebabkan karena terjadinya penurunan aliran udara antara atmosfer
dengan paru tanpa kelainan pertukaran gas di parenkim paru. Dengan demikian akan
didapatkan peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dan nilai (A-a) DO2 normal.
Kegagalan ventilasi pada penderita penyakit paru terjadi sebagai berikut : sebagian
alve5oli mengalami penurunan ventilasi relatif terhadap perfusi, sedangkan sebagian
lagi terjadi peningkatan ventilasi relative terhadap perfusi. Awalnya daerah dengan
ventilasi rendah dapat dikompesasi dengan daerah terventilai tinggi sehingga tidak
terjadi peningkatan PaCO2.
G. Pathway

H. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Tidal volume
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
4. Positive end respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan
adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk
meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996). Jumlah
oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena
resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level
rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi
oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan
difusi alveoli-kapiler. Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya
digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan
spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh
karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien
yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia
difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan
penurunman curah jantung.
f. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan
untuk penyapihan ventilator.
g. PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator untuk
membantu menstabilkan volume alveolar paru dan memperbaiki oksigenasi.
I. Kriteria Pemberhentian Ventilasi Mekanik
1. Tes pemberhentian
a. Kapasitas vital 10-15 cc / kg
b. Volume tidal 4-5 cc / kg
c. Ventilasi menit 6-10 l
d. Frekuensi permenit < 20 permenit
2. Pengaturan ventilator
a. FiO2 < 50%
b. Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3. Gas darah arteri
a. PaCO2 normal
b. PaO2 60-70 mmHg
c. PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4. Selang Endotrakeal
a. Posisi diatas karina pada foto Rontgen
b. Ukuran : diameter 8.5 mm
5. Nutrisi
a. Kalori perhari 2000-2500 kal
b. Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas
a. Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
b. Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
c. Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
a. Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b. Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi, Persiapan psikologis terhadap pemberhentian
9. Fisik stabil, istirahat terpenuhi.

J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
7. gastrointestinal.
8. Kelainan fungsi ginjal
9. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
10. Penyapihan dari ventilasi mekanik

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VENTILATOR


A. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Ketidakefektifan Ketidakefektifan Pola Manajemen Kode
Pola Napas. Nafas, 1. Evaluasi respon pasien
Status Pernafasan untuk dapat menentukan
1. Frekuensi tindakan yang tepat.
pernafasan 2. Jamin jalan nafas pasien
2. Irama Pernafasan tetap terbuka.
3. Kedalaman Inspirasi 3. Pastikan bahwa seseorang
4. Suara auskultasi mengelola oksigenasi pasien
nafas dan membantu dengan
5. Kepatenan jalan intubasi, sesuai indikasi.
nafas
6. Saturasi Oksigen Perawatan Gawat Darurat
7. Restraksi dinding 1. Aktifkan sistem medis
dada darurat.
8. Sianosis 2. Buat atau mempertahankan
9. Mengantuk jalan napas terbuka.
10. Suara nafas 3. Pantau tingkat kesadaran
tambahan [pasien]
4. Berikan obat sesuai
StatusPernafasan: kebutuhan (misalnya,
Kepatenan jalan napas nitrogliserin, bronkodilator,
1. Suara nafas activated charcoal, insulin,
tambahan epinefrin, dan antivenom)
2. Pernafasan cuping
hidung Terapi Oksigen
3. Dispnea saat 1. Pertahankan kepatenan jalan
istirahat nafas.
4. Penggunaan otot 2. Siapkan peralatan oksigen
bantu nafas dan berikan melalui sistem
hemudifier.
Manajemen Diri: Asma 3. Monitor aliran oksigen
1. Mengikuti 4. Monitor posisi perangkat
perencanaan [alat] pemberian oksigen
kegawatan untuk 5. Monitor efektifitas terapi
serangan akut oksigen (misalnya, tekanan
2. Tidur nyenyak oksimetri, ABGs) dengan
sepanjang malam tepat.
tanpa batuk atau 6. Monitor peralatan oksigen
wheezing untuk memastikan bahwa
3. Memantau efek alat tersebut tidak
samping pengobatan mengganggu upaya pasien
4. Mengelola untuk bernapas.
perburukan [gejala]
sendiri. Monitor pernapasan
1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas.
2. Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu
nafas, dan retraksi pada otot
supraclaviculas dan
interkosta.
3. Monitor suara nafas
tambahan seperti ngorok
atau mengi.
4. Monitor pola napas
(misalnya., bradipneu,
takipneu, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1, apneustik,
respirasi biot, dan pola
ataxic)
5. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
(seperti, SaO2, SvO2,
SpO2,) sesuai protocol yang
ada.
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
7. Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.

Anda mungkin juga menyukai